Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN MUTU TERPADU

“KONSEP KUALITAS”

Disusun oleh : Kelompok 1

1. AFIFAH FAWWAZ (141150215)


2. MUHAMMAD ALVINO (141150252)
3. RAKA FAKHRURIZAL W.L (141150346)
4. MUHAMMAD IRVAN YULIANTO (141150427)
5. MAHENDRA PUTRA PRATAMA (141150435)
6. ARUNDINA PRIMARISTUTI (141150444)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2018
TOTAL QUALITY MANAGEMENT
KONSEP KUALITAS

1. PENGERTIAN KUALITAS
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Kualitas memiliki banyak definisi

1. Definisi konvensional : karakterisitik langsung dari produk


2. Definisi strategic : segala sesuatu yang mampu memenuhi kenginan atau
kebutuhan pelanggan.
Keistimewaan produk dibagi menjadi 2 bagian :
1. Keistimewaan langsung
Berkaitan dengan kepuasan pelanggan yang diperoleh secara langsung dengan
mengonsumsi produk yang memiliki karakteristik unggul.
2. Keistimewaan atraktif
Berkaitan dengan kepuasan pelanggan yang diperoleh secara tidak langsung.

Dalam ISO 8402 (Quality Vocabulary), kualitas didefinisikan sebagai totalitas dari
karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan
yang dispesifikasikan atau ditetapkan. Kualitas seringkali diartikan sebagai keputusan
pelanggan atau konformansi terhadap kebutuhan atau persyaratan.
Produk (ISO) adalah hasil dari aktivitas atau proses. Suatu produk dapat berbentuk, tak
berbentuk atau kombinasi keduanya, sehingga dapat dikategorikan sebagai :
1. Barang
2. Perangkat lunak
3. Jasa
2. MANAJEMEN KUALITAS

a. Definisi Manajemen Kualitas

Manajemen kualitas atau manajemen mutu terpadu didefinisikan sebagai suatu cara
meningkatkan informasi secara terus menerus pada setiap level operasi atau proses,
dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi dengan menggunakan semua sumber
daya manusia dan modal yang tersedia.

Manajemen kualitas (ISO) sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara
keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitas, tujuan-tujuan dan tanggung jawab,
serta mengimplementasikannya melalui alat-alat seperti perencanaan kualitas (quality
planning), pengendalian kualitas (quality control), jaminan kualitas (quality assurance),
dan peningkatan kualitas (quality improvement). Pada dasarnya manajemen kualitas
berfokus pada perbaikan terus-menerus untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Dengan
demikian manajemen kualitas berorientasi pada proses yang mengintegrasikan semua
SDM, pemasok (suppliers), dan para pelanggan (customers) di lingkungan perusahaan.

Karakteristik manajemen kualitas menurut Dr. Joseph M. Juran :


1. Kualitas menjadi bagian dari setiap agenda manajemen atas.
2. Sasaran kualitas dimasukan dalam rencana bisnis.
3. Jangkauan sasaran diturunkan dari benchmarking : focus adalah pada pelanggan dan pada
kesesuaian kompetisi; disana adalah sasaran untuk peningkatan kualitas tahunan.
4. Sasaran disebarkan ke tingkat yang mengambil tindakan.
5. Pelatihan dilaksanakan pada semua tingkat.
6. Pengukuran ditetapkan seluruhnya.
7. Manajer atas secara teratur meninjau kembali kemajuan dibandingkan dengan sasaran.
8. Penghargaan diberikan untuk performansi terbaik.
9. System imbalan (reward system) diperbaiki.

Dr. Juran mengidentifikasikan unsur-unsur revolusi kualitas Jepang, sebagai


berikut :
1. Manajer atas mengambil tamggung jawab manajemen kualitas.
2. Manajer atas melatih keseluruhan hierarki dalam proses manajemen kualitas.
3. Manajer atas melakukan perbaikan kualitas pada tingkat revolusioner.
4. Manajer atas melibatkan partisipasi angkatan kerja (karyawan).
5. Manajer atas menambah sasaran kualitas pada rencana bisnis.

Trilogi kualitas oleh Dr. Juran :


1. Perencanaan kualitas (quality planning)
2. Pengendalian kualitas (quality control)
3. Perbaikan kualitas (quality improvement)
Menurut Deming, untuk membangun sistem kualitas modern diperlukan
transformasi manajemen menuju kondisi perbaikan secara terus –menerus (continuous
omprovement) yang diringkas dalam 14 butir prinsip manajemen Deming :
1. Ciptakan tujuan yang mantap kea rah perbaikan barang maupun produk dan jasa
2. Adopsikan cara berpikir (filosofi) yang baru
3. Hentikan ketergantungan pada inspeksi missal untuk memperoleh kualitas
4. Akhiri praktek bisnis dengan hanya bergantung pada harga
5. Tingkatkan perbaikan secara terus menerus pada system produksi dan pelayanan
6. Lembagakan pelatihan kerja
7. Lembagakan kepemimpinan
8. Hilangkan ketakutan
9. Hilangkan hambatan-hambatan diantara departemen
10. Hilangkan slogan-slogan, desakan-desakan dan target-target kepada pekerja
11. a. Hilangkan kuota produksi kerja di lantai pabrik
b. Hilangkan “manajemen serba sasaran” (management by objective)
12. a. Hilangkan penghalang yang merampok para pekerja dari hak kebanggaan kerja mereka
b. Hilangkan penghalang yang merampok orang-orang yang berada dalam posisi
manajemen dan rekayasa dari hak kebanggaan kerja mereka
13. Lembagakan program pendidikan dan pengembangan diri secara serius
14. Gerakkan setiap orang dalam perusahaan untuk mencapai transformasi di atas
3. APLIKASI KONSEP KUALITAS ERDASARKAN PANDANGAN TRADISIONAL
DAN MODERN

Pengertian tradisional tentang konsep kualitas hanya berfokus kepada aktivitas


inspeksi untuk mencegah lolosnya produk-produk cacat ke tangan pelanggan. Kegiatan
inspeksi ini dipandang dari perspektif system kualitas modern adalah sia-sia, karena tidak
memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas (quality omprovement)
Pengertian modern dari konsep kualitas adalah membangun system kualitas
modern. Sistem kualitas modern dapat dicirikan oleh lima karakteristik yakni :
1. Sistem kualitas modern berorientasi pada pelanggan
2. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya partisipasi aktif yang dipimpin oleh
manajemen puncak (top management) dalam prosaes peningkatan kualitas secara terus-
menerus
3. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya pemahaman dari setiap orang terhadap
tanggung jawab spesisfik untuk kualitas
4. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya aktivitas yang berorientasi pada tindakan
pencegahan kerusakan, bukan berfokus pada upaya untuk mendeteksi kerusakan saja
5. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya suatu filosofi yang menganggap bahwa
kualitas merupakan “jalan hidup” (way of life)

Sistem kualitas modern dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :


1. Kualitas desain
Kualitas desain menentukan spesifikasi produk dan merupakan dasar pembuatan
keputusan yang berkaitan dengan segmen pasar, spesifikasi penggunaan, serta pelayanan
purna jual.
2. Kualitas konformasi
Kualitas konformasi menunjukkan tingkat sejauh mana produk yang dibuat memenuhi
atau sesuai dengan spesifikasi produK
3. Kualitas pemasaran
Kualitas pemasaran dan pelayanan purna jual berkaitan dengan tingkat sejauh mana
dalam menggunakan produk itu memenuhi ketentuan-ketentuan dasar tentang pemsaran,
pemeliharaan, dan pelayanan purna jual.
4. LATAR BELAKANG PERLUNYA TQM

 Pada saat Amerika terlambat menyadari bahwa untuk memenangkan pasar global perlu
penekanan lebih besar pada kualitas daripada pemasaran, gerakan total quality muncul
dan memberikan harapan perbaikan.
 Cara terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan manusia, proses, dan lingkungan
secara berkesinambungan adalah dengan menerapkan TQM.

a. Karakteristik TQM
Pada dasarnya, sistem kualitas modern dapat dicirikan lima karateristik, yaitu:
1. Sistem kualitas modern berorientasi pada pelanggan.
2. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya partisipasi aktif yang dipimpin oleh
manajemen puncak dalam proses peningkatan kualitas secara terus menerus.
3. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya pemahaman dari setiap orang terhadap
tanggung jawab spesifik untuk kualitas.
4. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya aktivitas yang berorientasi pada tindakan
pencegahan kerusakan, bukan berfokus pada upaya untuk mendeteksi kerusakan saja.
5. Sistem kualitas modern dicirikan oleh adanya suatu filosofi yang menganggap bahwa
kualitas merupakan “jalan hidup” (way of life).

b. Sejarah Singkat TQM


 Muncul teori manajemen ilmiah oleh Frederick Taylor th 1920-an, yaitu mengangkat
aspek mengenai pemisahan antara perencanaan dan pelaksanaan.
 Meningkatnya volume & kompleksitas pemanufakturan menyebabkan kualitas semakin
sulit dikontrol. Kurun waktu 1920 – 1950 mulai digunakan metode-metode statistik
dalam pengendalian kualitas , yang akhirnya mengarah pada konsep control charts dan
statistical process control.
 Pra 1980-an, kemampuan manufaktur Amerika, memberikan basis ekonomi yang
memungkinkan masyarakat berstandar hidup terbaik di dunia.
 Era 1980-an terjadi perubahan besar di dunia, Dominasi Amerika mulai digerogoti
Jepang.

c. Prinsip Utama dalam TQM (menurut Hensler dan Brunell)


 Kepuasan pelanggan
 Respek terhadap setiap orang
 Manajemen berdasarkan fakta: prioritisasi dan variasi
 Perbaikan berkesinambungan

d. Unsur Pokok dalam TQM


 Fokus pada pelanggan
 Obsesi terhadap kualitas
 Pendekatan ilmiah
 Komitmen jangka panjang
 Kerja sama tim
 Perbaikan sistem secara berkesinambungan
 Pendidikan dan pelatihan
 Kebebasan yang terkendali
 Kesatuan tujuan
 Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan

e. Faktor-Faktor yang dapat Menyebabkan Kegagalan TQM


• Delegasi dan kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior
• Team mania
• Proses penyebarluasan (deployment)
• Menggunakan pendekatan yang terbatan dan dogmatis
• Harapan yang terlalu berlebihan dan tidak realistis
• Empowerment yang bersifat prematur

Resume Jurnal

MEMPERKUAT KOMPETITIFITAS PERUSAHAAN KECIL DAN MENENGAH DENGAN MENGGUNAKAN


PENDEKATAN CLUSTER-BASED : STUDI KASUS DARI RATCHABURI ORCHID CLUSTER IN THAILAND

Boon-Anan Phinaitrup
National Institution of Development Administration, Thailand

Judul Memperkuat kompetitifitas perusahaan kecil dan menengah dengan


menggunakan pendekatan cluster-based : studi kasus dari ratchaburi
orchid cluster di Thailand

Peneliti Boon - Anan Phinaitrup

Abstrak Tujuan dari penelitian memperkuat daya saing Kecil dan Menengah Usaha
dengan menggunakan pendekatan berbasis gugus: Studi kasus cluster
anggrek Ratchaburi adalah untuk mempelajari pendekatan peningkatan
daya saing dan pertumbuhan UKM yang berkelanjutan. Penelitian kualitatif
diterapkan melalui wawancara mendalam untuk cluster anggrek
Ratchaburi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa cluster anggrek
Ratchaburi adalah cluster yang berasal dari inisiatif pengusaha yang
merupakan petani anggrek yang berkualitas baik. Mereka mereformasi
sistem produksi dengan membentuk aliansi di antara perusahaan hulu,
tengah, dan hilir. Mereka membangun jaringan horizontal yang baik dari
lembaga pendukung seperti institut penelitian. Pembentukan klaster
menciptakan aliansi horisontal dan vertikal sehingga para petani mudah
mengakses informasi, semua dari mereka secara kolektif termotivasi untuk
menghasilkan anggrek yang berkualitas baik, mengembangkan inovasi,
dan menghasilkan keuntungan khusus untuk pembangunan berkelanjutan
mereka.

Pendahuluan Dalam usaha kecil dan menengah (UKM), banyak perusahaan bekerja
secara mandiri dan tidak peduli satu sama lain. Ini menciptakan hubungan
yang longgar untuk memperkuat bisnis. Selain itu, sosioekonomi selama
empat puluh tahun terakhir telah berubah secara drastis dan ini
berdampak pada bisnis dan telah membuat banyak bisnis menghadapi
persaingan yang meningkat. Ini juga menyebabkan perusahaan
menyesuaikan diri dengan perubahan dalam situasi bisnis. Oleh karena
itu, perlu untuk meningkatkan daya saing UKM sehingga mereka dapat
eksis di pasar yang bergejolak (JICA, 2004). Kebijakan pendekatan
berbasis klaster telah menjadi metode penting untuk pengembangan
UKM(Phanbuke, 2008), dan banyak negara meningkatkan kekuatan
kompetitif mereka melalui penerapan pendekatan berbasis gugus sebagai
alat pengembangan.
Metodologi Penelitian ini berfokus pada studi kasus cluster anggrek Ratchaburi di
Thailand karena telah menerapkan pendekatan berbasis gugus sejak
tahun 2002 dan telah berhasil menciptakan keunggulan kompetitif dari
meletakkan dasar pendekatan berbasis gugus dan telah menjadi model
untuk kelompok lain. Studi kasus dilakukan selama delapan bulan
(Oktober 2009 - Mei 2010) dan wawancara mendalam yang dilakukan
dengan pejabat pemerintah, koordinator klaster, anggota klaster /
pengusaha, komite perusahaan, peneliti dari universitas dan perguruan
tinggi. Secara keseluruhan, wawancara mendalam dilakukan dengan 15
anggota. Para narasumber dipandu untuk setiap wawancara dengan
bantuan jadwal wawancara. Ada tingkat fleksibilitas dalam struktur yang
disediakan, karena beberapa orang yang diwawancarai membahas
masalah yang tidak secara khusus disebutkan dalam jadwal, namun ini
relevan dengan topik tersebut. Diyakini bahwa wawancara semi-terstruktur
akan memungkinkan untuk eksplorasi makna subjektif ditemui selama
proses wawancara (Banister & Burman, 1994). Selain itu, harus ada
fleksibilitas yang cukup besar dalam waktu wawancara, karena mereka
harus sesuai dengan keinginan dan keinginan responden untuk
berpartisipasi. Responden dipilih berdasarkan ketersediaan dan kemauan
mereka untuk mengambil bagian dalam penelitian. Tujuan utamanya
adalah untuk mendapatkan penampang melintang yang luas perspektif
secara lebih rinci daripada yang dimungkinkan melalui kuesioner tertutup.

Penelitian ini menghindari penggunaan tape-recorder, lebih berfokus pada


pencatatan yang komprehensif. Aspek topik penelitian mungkin telah
mengancam kepentingan responden, karena beberapa pertanyaan
berfokus pada konsep klaster di cluster anggrek Ratchaburi. Grinnell
(1988) menegaskan bahwa kadang-kadang responden akan keberatan jika
komentar mereka dicatat. Menggunakan metode rekaman tulisan tangan
terbukti menjadi salah satu yang valid, karena responden tampak nyaman
dengan struktur wawancara, sebagai kantor pintu ditutup dan secara
rahasia dijelaskan dan dijamin oleh pewawancara.

Diskusi Studi kasus ini “Memperkuat daya saing Usaha Kecil dan Menengah
dengan menggunakan pendekatan berbasis gugus: Sebuah studi kasus
dari kelompok anggrek Ratchaburi ”menegaskan pandangan bahwa
pendekatan berbasis gugus (cluster-based) telah berhasil dilaksanakan
oleh kelompok anggrek Ratchaburi. Anggota cluster telah membayangkan
manfaat dari pendekatan berbasis cluster dan telah mengadopsinya untuk
bertahan hidup. Tujuannya adalah untuk menghasilkan anggrek
berkualitas baik agar dapat memasuki pasar internasional.
Sebagaimana para pembaca lihat dari temuan, cluster anggrek Ratchaburi
telah menggunakan konsep pendekatan cluster-based karena mereka
melihat bahwa itu berguna dan memungkinkan mereka untuk bersaing di
pasar internasional. analisis daya saing dari kelompok anggrek Ratchaburi
akan didasarkan pada model ini. Detailnya adalah:

1. Strategi, struktur, dan persaingan perusahaan mengacu pada


manajemen perusahaan seperti apa tujuan adalah untuk
perusahaan, bagaimana perusahaan menetapkan, mengatur,
mengelola, bagaimana perusahaan berinteraksi satu sama lain,
memberikan keuntungan dan kerugian bagi perusahaan. Ini terdiri
dari elemen positif dan negatif. Ada empat elemen positif. Pertama,
target cluster terpenuhi dalam produksi kualitas anggrek cluster
yang baik. Kedua, anggrek berkualitas dikembangkan untuk
menciptakan merek cluster yang diinginkan di Thailand. Ketiga,
kemampuan petani dalam pembubidayaan melalui saran
pengguna anggrek dan anggota klaster meningkat untuk memenuhi
kebutuhan pasar. Keempat, ada lebih banyak peluang pasar untuk
anggrek yang berkualitas baik di tingkat internasional karena
anggota klaster telah mencoba untuk berbagi dan berkomunikasi
satu sama lain sehingga pengetahuan tentang kualitas anggrek
dapat dikontrol. Ada empat elemen negatif. Pertama, ada
kekurangan pusat pasar grosir dan pusat distribusi tanaman
berbunga di Thailand. Kedua, tidak ada pasar yang menarik untuk
anggrek berkualitas baik di Thailand. Ketiga, ada masalah dengan
UU Perlindungan Varietas Tanaman yang hanya melindungi
tanaman anggrek, bukan bunga anggrek. Keempat, biaya logistik
tinggi di Thailand.
2. Kondisi faktor mengacu pada sumber daya manusia, sumber daya
modal, sumber daya fisik, infrastruktur, dan sumber daya alam. Ini
terdiri dari elemen positif dan negatif. Ada enam elemen positif.
Pertama, kebutuhan petani dalam manajemen kualitas pertanian
dan manajemen kualitas bisnis. Kedua, petani memiliki lahan yang
cukup dan iklim yang sesuai dalam budidaya anggrek yang
berkualitas baik. Ketiga, petani menumbuhkan anggrek sesuai
dengan kebutuhan pasar. Keempat, ada rencana yang tersedia di
pengembangan tenaga kerja berkualitas / generasi baru wirausaha,
kecakapan dalam pembudidayaan dan pertumbuhan anggrek.
Keenam, ada penelitian dalam pengurangan bahan kimia dan
peningkatan penggunaan biosubstance. Unsur-unsur negatif
adalah aturan dan peraturan dalam perlindungan varietas tanaman
yang menjadi kendala bagi pengembangan bisnis.
3. Kondisi permintaan mengacu pada rumah yang menuntut dan
pasar global dapat menjadi roda untuk menciptakan pertumbuhan,
inovasi dan peningkatan kualitas. Ini terdiri dari elemen positif dan
negatif. Ada dua elemen positif. Pertama, ada permintaan yang
lebih besar untuk anggrek berkualitas baik di luar negeri. Kedua,
petani dapat mengembangbiakkan anggrek berkualitas sesuai
dengan kebutuhan pasar di mancanegara yang menyediakan
kepuasan bagi konsumen. Unsur negatif adalah kurangnya riset
pasar pada permintaan lokal untuk anggrek berkualitas baik di
Thailand
4. Industri terkait dan pendukung mengacu pada industri pendukung
yang dapat menciptakan daya saing bagi perusahaan. Ini terdiri
dari elemen positif dan negatif. Ada dua elemen positif. Pertama,
ada hubungan di antara jaringan industri dan pihak-pihak terkait di
klaster. Kedua, pemerintah mengakui kekuatan dan kemajuan
cluster anggrek Ratchaburi. Unsur-unsur negatif adalah
seperangkat peraturan yang tidak jelas dan kurangnya dukungan
klaster.

Selain dari analisis berdasarkan model Diamond, ada perubahan yang


dapat diamati dalam cluster anggrek Ratchaburi setelah pendekatan
berbasis gugus telah diterapkan selama delapan tahun. Perubahan ini
dapat diklasifikasikan menjadi 2 level, yaitu perubahan pada level individu
dan perubahan pada level cluster.

Kesimpulan Studi ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis gugus adalah salah
satu pendekatan yang cocok untuk membantu petani anggrek di Thailand
bersaing di pasar internasional karena konsepnya melibatkan manajemen
pengetahuan. metode pengembangan yang mengharuskan anggota
kelompok bertukar informasi, berinteraksi satu sama lain, berbagi dan
mendistribusikan informasi, menciptakan hubungan bisnis yang lebih
dekat, dan membangun keuntungan bersama untuk mempertahankan
keunggulan kompetitif. sekelompok petani anggrek, pengembang rumah
kaca, pengusaha pupuk anggrek, eksportir akan saling membantu untuk
menciptakan budaya yang menghargai pembelajaran melalui membuat
komitmen bersama, bertukar informasi dengan orang lain untuk
memperkuat kelompok mereka, dan bersaing di dunia. Ini juga
menunjukkan bahwa individu dalam pendekatan klaster memahami
pentingnya berbagi dan mengelola informasi melalui diskusi, pelatihan,
dan pengembangan. Ini kegiatan membuat dan menghubungkan untuk
mengembangkan petani anggrek. Misalnya, anggota klaster bisa
memberikan saran dan rekomendasi berdasarkan pengetahuan mereka,
termasuk pengalaman mereka kepada anggota lain.

Anda mungkin juga menyukai