PENDAHULUAN
Baik ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang
sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam, dengan metodenya sendiri berusaha
mencari kebenaran tentang tuhan dan yang berkaitan dengannya. Sedangkan
metode pembahasan filsafat tidak dilandasi oleh apapun, yang penelitiannya
diarahkan dengan menggunakan rasio untuk membuktikan kebenaran sesuatu
yang dituntut oleh dali-dalil yang mereka cari, proses penelitian ini dilakukan
secara bertahap hingga sampai pada suatu kesimpulan yang diyakini
kebenarannya. Sementara itu, ilmu kalam dan tasawuf mempunyai tujuan yang
sama yaitu untuk mengetahui atau mengenal Allah dengan dalil-dalil yang
pasti, akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut kedua ilmu ini
mempergunakan metode yang berbeda . upaya mencapai tujuan tersebut ilmu
kalam mempergunakan dalil-dalil yamg bersifat rasional sedangkan tasawuf
lebih menitik beratkan pada perasaan batin dan intuisi, serta tasawuf juga
1
dengan metodenya yang tipikal berusaha menghampiri kebenaran yang
berkaitan dengan perjalanan spiritual menuju Allah.
Ilmu kalam, filsafat maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama,
yaitu kebenaran. Ilmu kalam, dengan metodenya berusaha mencari kebenaran
tentang Tuhan yang berkaitan dengan-Nya. Perbedaannya terletak pada aspek
metedologinya. Ilmu kalam menggunakan logika pada dasarnya ilmu ini
menggunakan metode dialektika (dialog keagaman). Sementara itu, ilmu
filsafat adalah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional.
Ilmu tasawuf adalah ilmu yang menekankan pada rasa dari pada rasio.
Sebagian pakar mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi atau
ilham atau inspirasi yang dating dari Tuhan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
[1]
Adeng Muchtar Ghozali, Perkembangan Ilmu Kalam Dari Klasik Hingga Moder, (Bandung:
Pustaka Setia, 2005), hlm. 19
[2]
Mustafa ‘Abdul Raziq, Tamhîd li Târîkh al-Falsafah alIslâmiyyah, (Kairo, 1944).
[3]
Muhamad Abduh, Risalah tauhid. (Jakarta: Bulan Bintang, 1965), hlm. 25
[4]
Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), hlm.19-20
3
2. Pengertian Ilmu Filsafat
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno
yaitu Philos dan Sophia, Philos artinya cinta yang sangat mendalam dan
Sophia artinya kebijaksanaan. Jadi arti filsafat secara harfiah adalah cinta
yang sangat mendalam terhadap kearifan atau kebijakan. Filsafat dapat
diartikan sebagai suatu pendirian hidup (individu) dan dapat juga disebut
pandangan hidup (masyarakat). Menurut Al-Farabi, filsafat yaitu ilmu
pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki
hakikatnya.[5]
3. Pengertian Ilmu Tasawuf
Arti kata tasawuf dan asal katanya menjadi perdebatan para ahli
bahasa. Ada yang mengatakan dari kata “shifa’’ artinya suci, bersih ibarat
kilat kaca, sebagian ulama mengatakan dari kata“shuff”, artinya bulu
domba sebab orang yang memasuki tasawuf itu memakai baju dari bulu
domba, dan sebagian yang mengatakan diambil dari kata “shuffah”, ialah
sekelompok sahabat nabi yang mengasingkan dirinya di suatu tempat
terpencil di samping mesjid nabi. Dan menurut Ibnu khaldum
ia mendefenisikan tasawuf adalah semacam ilmu syariat yang timbul
didalam agama, asalnya adalah tekun ibadah dan memutuskan hubungan
dengan segala sesuatu selain Allah, hanya menghadap Allah semata.
Menolak hiasan-hiasan, serta membenci perkara-perkara yang menipu
orang banyak, kelezatan harta benda, kemegahan dan menyendiri menuju
jalan tuhan dalam khalwat dan ibadah.[6]
4
ada. Sementara itu objek kajian tasawuf adalah tuhan, yakni upaya-upaya
pendekatan terhadapnya. Jadi, dilihat dari aspek objeknya ketiga ilmu itu
membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan.[7]
Argumentasi filsafat, ilmu kalam di bangun di atas dasar logika.
Oleh karena itu , hasil kajiannya bersipat spekulatif ( dugaan yang tak
dapat di buktikan secara empiris, riset, dan eksperimental).[8] Kerelatifan
hasil karya logika itu menyebabkan beragamnya kebenaran yang di
hasilkan.
Baik ilmu kalam, sebagaimana filsafat, maupun tasawuf berurusan
dengan hal yang sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya
sendiri berusaha mencari kebenaran tentang tuhan dan yang berkaitan
dengannya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, berusaha menghampiri
kebenaran , baik tentang alam maupun manusia ( yang belum atau tidak
dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan karena berada di luar atau di atas
jangkauannya), atau tentang tuhan. Sementara itu tasawuf juga dengan
metodenya yang tifikal berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan
dengan perjalanan menuju tuhan.[9]
5
Sementara itu, filsafat adalah ilmu yang digunakan untuk memperoleh
kebenaran rasional. Metode yang digunakannya adalah metode rasional.
Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menualangkan (mengembarakan
atau menelanakan) akal budi secara radikal (mengakar) dan integral
(menyeluruh) serta universal (mengalam) tidak merasa terikat oleh ikatan
apapun, kecuali oleh ikatan tangannya yang bernama logika. Peranan filsafat
sebagaimana dikatakan oleh Socrates adalah upaya berpegang teguh pada ilmu
pengetahuan melalui usaha menjelaskan berbagai konsep.
Berkenaan dengan keragaman kebenaran yang dihasilkan oleh kerja
logika, didalam filsafat disebut kebenaran korespondensi. Dalam pandangan
korespondesi, kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan fakta-fakta
dengan data fakta. Dengan bahasa yang sederhana, kebenaran adalah
persesuaian antara yang ada di dalam rasio dengan kenyataan yang sebenarnya
di alam nyata. Di samping kebenaran korespondensi, di dalam filsafat juga
dikenal kebenaran koherensi. Dalam pandangan koherensi, kebenaran adalah
kesesuaian antara pertimbangan baru dengan pertimbangan yang telah diakui
kebenarannya secara umum dan permanen. Jadi, kebenaran baru akan
dianggap tidak benar jika tidak sesuai dengan kebenaran yang selama ini
dianggap benar oleh ulama umum. Di samping dua kebenaran diatas, di dalam
filsafat dikenal juga kebenaran pragmatik. Dalam pandangan pragmatisme,
kebenaran adalah sesuatu yang bermanfaat (utility) dan mungkin dapat
dikerjakan (workability) dengan dampaknya yang memuaskan. Jadi, sesuatu
akan dianggap tidak benar jika kebenaran itu tidak tampak manfaatnya secara
nyata dan sulit untuk dikerjakan.
Sementara, ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa
daripada rasio. Oleh karena itu, antara filsafat dan tasawuf sangat distingsif.
Sebagai ilmu yang prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu tasawuf sangat
subjektif sifatnya, yaitu sangat berkaitan dengan pengalaman seseorang.
Resikonya, bahasa tasawuf sering tampak aneh dilihat dari aspek rasio karena
pengalaman rasa sangat sulit dibahasakan. Pengalaman rasa lebih mudah
dirasakan langsung oleh orang yang ingin memperoleh kebenaran nya dan
6
mudah digambarkan dengan bahasa lambang, sehingga sangat interpretable
(dapat diinterpretasikan bermacam-macam).
Sebagian pakar mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi
atau ilham atau inspirasi yang datang dari Tuhan. Kebenaran yang dihasilkan
ilmu tasawuf dikenal dengan istilah kebenaran “Hudhuri”. Suatu kebenaran
yang objeknya datang dari dalam diri subjek sehingga dalam sains dikenal
istilah objeknya swa-objek atau objeknya tidak objektif. Ilmu seperti ini dalam
sains dikenal dengan ilmu yang diketahui bersama atau tacit knowledge bukan
ilmu proposional.
Dalam pertumbuhannya, ilmu kalam (teologi) berkembang menjadi
teologi rasional dan teologi tradisional. Sementara filsafat berkembang
menjadi sains dan filsafat. Sains berkembang menjadi sains kealaman, sosial
dan humaniora, sedangkan filsafat berkembang menjadi filsafat klasik,
pertengahan dan modern. Tasawuf berkembang menjadi tasawuf praktis dan
tasawuf teoritis.
D. Hubungan Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf
7
maupun naqliyah. Argumentasi rasional yang dimaksudkan adalah landasan
pemahaman yang cenderung menggunakan metode berpikir filosofis,
sedangkan argumentasi naqliyah biasanya bertendensi pada argumentasi
berupa dalil-dalil qur’an dan hadis. Ilmu kalam ini hanya berkisar pada
keyakinan-keyakinan yang harus dipegang oleh ummat islam , tanpa
argumentasi rasional, ilmu ini lebih spesipik mengambil bentuk sendiri dengan
istilah ilmu tauhid atau ilmu aqa’id.
Titik singgung antara ilmu kalam dan ilmu tasawuf adalah sebagai berikut:
8
a. Ilmu Kalam
b. Ilmu Tasawuf
[10]
Ibid. Abd Ar-Raziq Musthafa, Tauhid Li Tarikh Al- Falsafah Al- Islamiyah (Kairo: Pustaka
Salman, 1959).
9
BAB III
PENUTUP
10
DAFTAR PUSTAKA
11