Anda di halaman 1dari 21

TUGAS IMUNOLOGI KELOMPOK 3

Nama : Noor Jannah PO.62.24.2.18.384 DIV Gizi Alih Jenjang

Hermawat PO.62.24.2.18.379 DIV Gizi Alih Jenjang

Febriana PO.62.24.2.18.377 DIV Gizi Alih Jenjang

Yulies A. PO.62.24.2.18.389 DIV Gizi Alih Jenjang

Ajeng P. PO.62.24.2.18.374 DIV Gizi Alih Jenjang

1. ANTIOKSIDAN

A. PENGERTIAN

Antioksidan merupakan molekul yang mampu memperlambat atau mencegah proses


oksidasi molekul lain.

Oksidasi adalah reaksi kimia yang dapat menghasilkan radikal bebas, sehingga memicu
reaksi berantai yang dapat merusak sel. Antoksidan sepert tol atau asam askorbat (vitamin
C) mengakhiri reaksi berantai ini.

Untuk menjaga keseimbangan tngkat oksidasi, tumbuhan dan hewan memiliki suatu
sistem yang kompleks dari tumpangsuh antoksidan, sepert glutaton dan enzim (misalnya:
katalase dan superoksida dismutase) yang diproduksi secara internal atau dapat diperoleh
dari asupan vitamin C, vitamin A dan vitamin E.

Antoksidan secara nyata mampu memperlambat atau menghambat oksidasi zat yang
mudah teroksidasi meskipun dalam konsentrasi rendah.

Antoksidan juga sesuai didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang melindungi sel dari
efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktf jika berkaitan dengan penyakit, radikal bebas
ini dapat berasal dari metabolisme tubuh maupun faktor eksternal lainnya.

Radikal bebas adalah spesies yang tdak stabil karena memiliki elektron yang tdak
berpasangan dan mencari pasangan elektron dalam makromolekul biologi. Protein lipida
dan DNA dari sel manusia yang sehat merupakan sumber pasangan elektron yang baik.
Kondisi oksidasi dapat menyebabkan kerusakan protein dan DNA, kanker, penuaan, dan
penyakit lainnya. Komponen kimia yang berperan sebagai antoksidan adalah senyawa
golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa-senyawa golongan tersebut banyak terdapat di
alam, terutama pada tumbuh-tumbuhan, dan memiliki kemampuan untuk menangkap
radikal bebas. Antoksidan yang banyak ditemukan pada bahan pangan, antara lain vitamin
E, vitamin C, dan karotenoid.

Antoksidan banyak digunakan dalam suplemen makanan dan telah ditelit untuk
pencegahan penyakit sepert kanker atau penyakit jantung koroner. Meskipun studi awal
menunjukkan bahwa suplemen antoksidan dapat meningkatkan kesehatan, pengujian
lanjutan yang lebih besar termasuk beta-karoten, vitamin A, dan vitamin E secara tunggal
atau dalam kombinasi yang berbeda menunjukkan bahwa suplementasi tdak berpengaruh
pada tngkat kematan.

Uji klinis acak konsumsi antoksidan termasuk beta karoten, vitamin E, vitamin C dan
selenium menunjukkan tdak ada pengaruh pada risiko kanker atau mengalami peningkatan
risiko kanker. Suplementasi dengan selenium atau vitamin E tdak mengurangi risiko penyakit
kardiovaskular. Dengan contoh-contoh ini, stres oksidatf dapat dianggap sebagai penyebab
atau konsekuensi dari beberapa penyakit, merangsang pengembangan obat senyawa
antoksidan potensial untuk mengobat penyakit.

B. MACAM-MACAM ANTIOKSIDAN

1. Antoksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang berupa enzim antara lain
superoksida dismutase, glutathione peroxidase, perxidasi dan katalase.

2. Antoksidan alami yang dapat diperoleh dari tanaman atau hewan yaitu tokoferol,
vitamin C, betakaroten, flavonoid dan senyawa fenolik.

Antoksidan alami yang berasal dari tanaman. Atas dasar fungsinya antoksidan dapat
dibedakan menjadi 4 (empat) yaitu :

a) Antioksidan Primer Antoksidan ini berfungsi untuk mencegah terbentuknya radikal


bebas baru karena ia dapat merubah radikal bebas yangada menjadi molekul yang
berkurang dampak negatfnya yaitu sebelum sempat bereaksi. Antoksidan primer
yang ada dalam tubuh yang sangat terkenal adalah enzim superoksida dismutase.
Enzim ini sangat pentng sekali karena dapat melinduhngi hancrnya sel-sel dalam
tubuh akibat serangan radikal bebas. Bekerjanya enzim ini sangat idpengaruhi oleh
mineral-mineral sepert mangan, seng, tembaga dan selenium yang harus terdapat
dalam makanan dan minuman.
Sumber makanan antioksidan primer terdiri dari :

 Mangan sepert bayam, teh, rempah-rempah dll.

 Selenium sepert jamur, tram, semangka, bawang puth, bayam, ubi jalar,
brokoli dll.

 Tembaga sepert seafood hat, daging, kacang-kacangan, biji-bijian utuh tepung


kedelai dedak gandum, almond, alpokat, barley, bawang puth, gandum, bit, dan
letl.

 Seng sepert tram, kepitng, tenderloid, udang, jamur, bayam

b) Antioksidan Sekunder Antoksidan sekunder merupakan senyawa yang berfungsi


menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksiberantai sehingga tdak
terjadi keursakan yang lebih besar. Contoh yang populer, antoksidan sekunder
adalah vitamin E, vitamin C, dan betakaroten yang dapat diperoleh dari buah-
buahan.

c) Antioksidan Tersier Antoksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki sel-


sel dan jaringan yang rusak karena serangan radikalbebas. Biasanya yang termasuk
kelompok ini adalah jenis enzim misalnya metonin sulfoksidan reduktase yang
dapatmemperbaiki DNA dalam int sel. Enzim tersebut bermanfaat untuk perbaikan
DNA pada penderita kanker.

d) Oxygen Scavanger Antoksidan yang termasuk oxygen scavanger mengikat oksigen


sehingga tdak mendukung reaksi oksidasi, misalnyavitamin C.E.
Chelators/Sequesstrants Mengikat logam yang mampu mengkatalisis reaksi oksidasi
misalnya asam sitrat dan asam amino.Tubuh dapat menghasilkan antoksdan yang
berupa enzim yang aktf bila didukung oleh nutrisi pendukung atau mineralyang
disebut juga ko-faktor.

3. Antoksidan sintetk,yang dibuat dari bahan-bahan kimia yaitu Butylated


Hroxyanisole (BHA), BHT, TBHQ, PG dan NDGA yang ditambahkan dalam makanan
untuk mencegah kerusakan lemak.
SISTEM IMUN

A. PENGERTIAN

Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh merupakan suatu sistem perlindungan secara
biologis yang ada di dalam tubuh manusia dengan tujuan untuk menangkal radikal bebas
yang menyerang sehingga seorang individu akan terhindar dari penyakit. Apabila sistem ini
dapat bekerja dengan baik, maka seseorang akan terhindar dari serangan virus ataupun
bakteri, bahkan dapat mencegah dari serangan kanker.

B. FUNGSI SISTEM IMUN

 Sistem Pertahanan

Fungsi utama dari sistem ini adalah sebagai sistem pertahanan tubuh, baik itu penyakit
yang dapat menular atau yang disebabkan oleh virus dan bakteri. ( baca : Macam Macam
Bakteri )

 Keseimbangan Homeostatis

Homeostats adalah keseimbangan yang ideal dalam tubuh yang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan tubuh dengan cara berinteraksi dengan seluruh sistem yang
terdapat dalam tubuh. Sehingga imunitas ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan
homeostats agar bekerja dengan baik.

 Perbaikan Jaringan

Fungsi ketga adalah untuk memperbaiki jaringan dengan cara mengeliminasi jaringan sel
yang sudah mat atau rusak dalam tubuh. Selain itu juga untuk mengeliminasi sel yang
tdak normal. ( baca : Bagian Bagian Sel )
C. PEMBAGIAN SISTEM IMUN

1. Pertahanan Non Spesifik


Pengertan dari sistem pertahanan non spesifik adalah sistem pertahanan tubuh dengan
tdak membedakan antara mikorbia patogen satu dengan yang lain. Adapun ciri dari
sistem ini adalah:

 Tidak begitu selektf

 Tidak dapat mengingat infeksi sebelumnya

 Eksposurnya menjadikan respon yang maksimal

 Terdapat komponen khusus yang dapat menangkal radikal bebas

Pertahanan non spesifik ini terdiri atas pertahanan fisik, mekanis, kimiawi dan biologi.

a. Pertahanan Fisik
Pertahanan fisik merupakan pertahanan yang terdapat diluar tubuh sepert kulit dan
membran moksa yang bertugas sebagai benteng utama mencegah masuknya
patogen ke dalam tubuh. Dimana sepert yang telah kita ketahui bahwa kulit terdiri
atas sel sel yang sangat rapat sehingga sangat menyulitkan bagi patogen untuk
masuk kedalamnya.

Di kulit juga terdapat keratn dan sedikit air untuk menghambat pertumbuhan dan
perkembangbiakkan suatu mikroba. Sedangkan membran mukosa sendiri dapat
ditemukan di saluran utama tubuh sepert sistem pernapasan pada manusia,
pencernaan dan kelamin. Membran ini bertugas untuk menjadi benteng pertahanan
kedua agar patogen tdak masuk ke dalam tubuh. Artkel terkait : Bagian Bagian Kulit
Manusia dan Fungsinya

b. Pertahanan Mekanis
Pertahanan mekanis adalah pertahanan yang dapat ditemukan di bagian hidung dan
trakea kita, yaitu rambut dan silia. Rambut rambut halus yang terdapat pada hidung
berfungsi sebagai filter atau penyaring udara yang masuk dari luar menuju dalam
tubuh, sedangkan silia berfungsi sebagai sapu untuk menangkap partkel yang
berbahaya dalam lendir, sehingga nantnya dapat dikeluarkan lagi. Artkel
terkait : Bagian Bagian Hidung – Cara Kerja Hidung
c. Pertahanan Kimiawi
Pertahanan kimiawi adalah pertahanan yang berasal dari membran moksa dan kulit
dengan menghasilkan senyawa sekret. Sekret merupakan zat yang tersusun atas
senyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Dalam hal ini, kulit
kita yang menghasilkan minyak dan keringat akan memberikan pH 3-5 yang dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme di kulit kita.
Kemudian, air lur, air mata dan sekresi mukosa yang mengandung enzim lisozim ini
memiliki fungsi untuk memberantas bakteri dengan cara hidrolosis dinding selnya
hingga bakteri tersebut mat. ( baca : Jenis Jenis Enzim )

d. Pertahanan Biologis
Pertahanan Biologis merupakan pertahanan yang dilakukan oleh beberapa bakteri
yang hidup di kulit akan tetapi tdak berbahaya. Adanya bakteri dalam kulit tersebut
dapat memberikan benteng pertahanan agar bakteri patogen tdak masuk dan tdak
mendapatkan nutrisi. ( baca : Macam Macam Lapisan Kulit Manusia )

2. Sistem Pertahanan Spesifik


Sistem pertahanan spesifik adalah sistem pertahanan tubuh yang peka terhadap
patogen tertentu yang sudah masuk kedalam tubuh manusia setelah melewat sistem
pertahanan non spesifik. Adapun ciri dari sistem ini adalah:

 Sangat selektf

 Dapat mengingat infeksi sebelumnya

 Reaksi antara semua benda asing berbeda beda

 Melibatkan antbodi dan pembentukan sel

2.DEFISIENSI DAN SISTEM IMUN VITAMIN B DAN D

PENDAHULUAN

 Vitamin merupakan asupan nutrisi yang sangat pentng bagi tubuh selain karbohidrat,
mineral, protein dan kalsium. Zat – Zat tersbut memiliki fungsi yang berbeda – beda
sehingga anggota tubuh tdak boleh kekurangan salah satu diantara zat tersebut. Zat-zat
tesebut bisa kita dapat dengan mengkonsumsi buah, sayur, umbian, daging, dan aneka
makanan lainnya.

 Vitamin merupkana komponen minor tetapi pentng bagi bahan pangan

 Vitamin dibutuhkan untuk pertumbuhan yang normal, memelihara, dan menjaga fungsi
tubuh

 Mempertahankan vitamin selama pengolahan dan penyimpanan merupakan hal yang


pentng

 Vitamin dapat rusak karena reaksi kimiawi sehingga berubah menjadi senyawa yang
tdak aktf, atau mengalami pelarutan sepert pada kasus vitamin larut air yang hilang
pada proses blansing atau pemasakaN

 Vitamin yang dibutuhkan tubuh dipenuhi dari asupan yang cukup dalam diit.

 Defisiensi vitamin menyebabkan hipovitaminosis, sebaliknya kelebihan vitamin


menyebabkan hipervitaminosis

Defisiensi vitamin

Yang menyebabkan pandemi

 niacin deficiency (pellagra)

 vitamin C deficiency (scurvy, sariawan)

 thiamin deficiency (beriberi)

 vitamin D deficiency (rickets, riketsia)

 vitamin A deficiency

KLASIFIKASI

 Vitamin larut lemak (fat soluble vitamin): vitamin A, D, E, dan K

 Vitamin larut air (water soluble vitamin): vitamin B1, B2, B6, nikotnamida
(nicotnamide), asam pantotenat (panthotenic acid), biotn, asam folat (folic acid), B12,
dan C

VITAMIN LARUT LEMAK


Pengertan Vitamin D

Vitamin D adalah kelompok yang larut dalam lemak secosteroids. Pada manusia Vitamin D
adalah unik baik karena berfungsi sebagai prohormon dan karena saat paparan sinar matahari
yang cukup tubuh dapat mensintesis itu (sebagai vitamin D3).

Fungsi Vitamin D

Di dalam hat, vitamin D diubah kedalam bentuk sehingga bisa diangkut oleh darah.
Di dalam ginjal, bentuk ini selanjutnya diubah untuk menghasilkan hormon vitamin D, yang
fungsi utamanya adalah meningkatkan penyerapan kalsium dari usus dan mempermudah
pembentukan tulang normal.
Vitamin D atau vitamin matahari yang bisa diperoleh dari makanan atau diproduksi dari
kulit manusia yang terkena sinar matahari, merupakan senjata yang memainkan peranan
pentng dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Fungsi Khusus Vitamin D yang berhubungan dengan Sistem Imun

Vtamin D dikenal fungsinya sebagai regulator homeostasis calsium. Fungsi lain yang belum
banyak diketahui adalah peranannya di dalam respon imun. Vitamin D setelah diaktfkan melalui
paparan UV B atau melalui jalur hidroksilasi 2 tahab di hepar idan ginjal akan membentuk
vitamin D aktf (1,25 (OH)2 D3). Aktvitas vitamin D aktf melalui reseptornya akan meningkatkan
ekspresi gen yang bertugas mengkode reseptor-reseptor yang dapat mengenali struktur
mikroba pada permukaan keratnosit yaitu CD-14 dan TLR-2. Pada saat yang bersamaan, vitamin
D aktf akan merangsang pembentukan cathelicidin yang merupakan suatu antmicrobial
peptde (AMP). Vitamin D aktf juga dapat mempengaruhi pergeseran maturasi sel T ke arah Th2
sehingga kejadian infeksi bisa dicegah.

Secara khusus, vitamin D ini menjadi senjata sel-sel T tubuh, yaitu sel-sel yang menyerang
dan menghancurkan bakteri dan virus dalam tubuh.
VITAMIN D atau vitamin yang dapat diperoleh dari makanan atau diproduksi dari kulit
manusia yang terkena sinar matahari, berperan pentng dalam meningkatkan sistem kekebalan
tubuh.
Keberadaan vitamin D ini sangat krusial bagi tubuh. Sebab, menjadi senjata sel-sel T tubuh,
yaitu sel-sel yang menyerang dan menghancurkan bakteri dan virus yang bersarang dalam
tubuh. vitamin D sangat pentng untuk mengaktfkan sistem kekebalan tubuh manusia. Tanpa
asupan vitamin D yang cukup, sel-sel pembunuh dari sistem kekebalan (sel T) tdak akan mampu
bereaksi dan melawan infeksi serius dalam tubuh.

VITAMIN D (Kalsiferol/Calciferol)

 Kolekalsiferol (vitamin D3) merupakan bentuk kolesterol dalam kulit yang terbentuk dari
7dehydrocholesterol (provitamin D3) oleh sinar uv

 Vitamin D2 (ergokalsiferol) terbentuk dari ergosterol

 Ergokalsiferol (D2) atau kholekalsiferol (D3) (1IU= 0.025 μg)

 IU = internatonal unit = satuan internasional

Sumber

 Produk pangan alami biasanya kekurangan vitamin D3 kecuali hat ikan merupakan
sumber vitamin D2

 Provitamin D, ergosterol dan 7 dehidrokolesterol tersebar luas dalam tanaman dan


hewan

 Vitamin D3 terdapat dalam kuning telur, mentega, hat, lemak hewani

 Sumber vitamin D yang paling utama dalah minyak ikan terutama minyak hat ikan

 Kebutuhan vitamin D pada manusia dipenuhi oleh 7-dehidrokalsiferol

Stabilitas

 Vitamin D peka terhadap cahaya dan oksigen

 Stabilitasnya dalam produk pangan tdak masalah karena manusia biasanya


mendapatkan kecukupan vitamin D dari makanan.

VITAMIN LARUT DALAM AIR

Vitamin B

Secara khusus, vitamin D ini menjadi senjata sel-sel T tubuh, yaitu sel-sel yang menyerang
dan menghancurkan bakteri dan virus dalam tubuh.
VITAMIN D atau vitamin yang dapat diperoleh dari makanan atau diproduksi dari kulit
manusia yang terkena sinar matahari, berperan pentng dalam meningkatkan sistem kekebalan
tubuh.
Keberadaan vitamin D ini sangat krusial bagi tubuh. Sebab, menjadi senjata sel-sel T tubuh,
yaitu sel-sel yang menyerang dan menghancurkan bakteri dan virus yang bersarang dalam
tubuh. vitamin D sangat pentng untuk mengaktfkan sistem kekebalan tubuh manusia. Tanpa
asupan vitamin D yang cukup, sel-sel pembunuh dari sistem kekebalan (sel T) tdak akan mampu
bereaksi dan melawan infeksi serius dalam tubuh.

Jika kekurangan vitamin B saat hamil, selain berisiko terhadap kesehatan diri, bayi Anda juga
berisiko lahir cacat yang sangat mengganggu masa pertumbuhannya.

 Vitamin B terdiri dari 8 vitamin larut air yang berperan pentng dalam metabolisme sel

 Struktur kimia vitamin-vitamin B berbeda-beda

 Biasa disebut vitamin B kompleks

Jenis-jenis vitamin B

 Vitamin B1 (thiamine, tamin)

 Vitamin B2 (riboflavin)

 Vitamin B3 (niacin, niacinamide, niasin, niasinamida)

 Vitamin B5 (pantothenic acid, asam pantotenat)

 Vitamin B6 (pyridoxine, pyridoxal, or pyridoxamine, or pyridoxine hydrochloride,


piridoksin)

 Vitamin B7 (biotn)

 Vitamin B9 (folic acid, asam folat)

 Vitamin B12 (berbagai jenis kobalamin (cobalamins); yang paling umum sianokobalamin
(cyanocobalamin)

Peran Vitamin B diperlukan untuk:

• Menunjang dan meningkatkan laju metabolisme


• Mempertahankan kesehatan kulit dan tulang

• Meningkatkan sistem imun dan fungsi syaraf

• Meningkatkan pertumbuhan dan pembelahan termasuk sel darah merah sehingga dapat
mencegah anemia

• Menurunkan resiko kanker pankreas

• Semua vitamin B larut air sehingga ekskresi yang berlebihan harus digant

Stabilitas

• Yang paling stabil adalah piridoksal yang digunakan untuk fortfikasi

• Hilang 45% pada pemasakan daging, dan 2030% pada pemasakan sayuran

• Selama sterilisasi, mengalami reaksi dengan sistein membentuk vitamin yang inaktf yang
terjadi karena adanya panas

3. DEFISIENSI FE DAN SYSTEM IMUN

A. Anemia Defisiensi Besi

1. Definisi

Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan volume sel darah merah atau kadar
hemoglobin (Hb) yang lebih rendah dibandingkan dengan angka kisaran normalnya sesuai
usia tertentu. Batasan anemia yang ditetapkan World Health Organizaton untuk bayi usia 6
bulan sampai 6 tahun ialah apabila kadar Hb <11 g/dL, nilai ini sesuai dengan kadar
hematokrit (Ht) 32% dan nilai volume eritrosit rata-rata (VER) sebesar 72fL. (Sekartni, dkk.,
2005)

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi yang
dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin. Dallman (1993) menyatakan anemia defisiensi besi
ialah anemia akibat kekurangan zat besi sehingga konsentrasi hemoglobin menurun di
bawah 95%dari nilai hemoglobin rata-rata pada umur dan jenis kelamin yang sama.Keadaan
ini ditandai dengan menurunnya saturasi transferin, berkurangnya kadar feritn serum atau
hemosiderin sumsum tulang. Secara morfologis keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia
mikrositk hipokrom disertai penurunan kuanttatf pada sintesis hemoglobin.

Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan zat besi (feritn) dan
bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan
besi. Pada tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi, berkurangnya kejenuhan
transferin, berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah menjadi heme, dan akan diikut
dengan menurunnya kadar feritn serum. Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas
yaitu rendahnya kadar Rb (Gutrie, 186:303)

Bila sebagian dari feritn jaringan meninggalkan sel akan mengakibatkan konsentrasi
feritn serum rendah. Kadar feritn serum dapat menggambarkan keadaan simpanan zat besi
dalam jaringan. Dengan demikian kadar feritn serum yang rendah akan menunjukkan orang
tersebut dalam keadaan anemia gizi bila kadar feritn serumnya <12 ng/ml. Hal yang perlu
diperhatkan adalah bila kadar feritn serum normal tdak selalu menunjukkan status besi dalam
keadaan normal. Karena status besi yang berkurang lebih dahulu baru diikut dengan kadar
feritn.

Diagnosis anemia zat gizi ditentukan dengan tes skrining dengan cara mengukur kadar Hb,
hematokrit (Ht), volume sel darah merah (MCV), konsentrasi Hb dalam sel darah merah (MCH)
dengan batasan terendah 95% acuan (Dallman,1990)

Etiomologi Anemia Defisiensi Besi


Penyebab Anemia Defisiensi Besi adalah :
1. Asupan zat besi
Rendahnya asupan zat besi sering terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi bahan
makananan yang kurang beragam dengan menu makanan yang terdiri dari nasi, kacang-
kacangan dan sedikit daging, unggas, ikan yang merupakan sumber zat besi. Gangguan
defisiensi besi sering terjadi karena susunan makanan yang salah baik jumlah maupun
kualitasnya yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, distribusi makanan yang
kurang baik, kebiasaan makan yang salah, kemiskinan dan ketdaktahuan.

2. Penyerapan zat besi


Diet yang kaya zat besi tdaklah menjamin ketersediaan zat besi dalam tubuh karena
banyaknya zat besi yang diserap sangat tergantung dari jenis zat besi dan bahan makanan
yang dapat menghambat dan meningkatkan penyerapan besi.
Defisiensi besi dapat terjadi karena:

(1) penurunan cadangan besi saat lahir (bayi prematur, gemeli, pendarahan perinatal,
dan penjepitan umbilikus terlalu dini)
(2) masukan besi kurang atau ketersediaan besi dalam makanan rendah
(3) kebutuhan besi meningkat karena proses tumbuh kembang, dan
(4) peningkatan kehilangan besi (akibat diare atau perdarahan gastro intestnal)

Klasifikasi Anemia
Secara morfologis, anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran sel dan hemoglobin
yang dikandungnya.
1. Makrositk
Pada anemia makrositk ukuran sel darah merah bertambah besar dan jumlah
hemoglobin tap sel juga bertambah. Ada dua jenis anemia makrositk yaitu :

a. Anemia Megaloblastk adalah kekurangan vitamin B12, asam folat dan gangguan
sintesis DNA.
b. Anemia Non Megaloblastk adalah eritropolesis yang dipercepat dan Perdarahan
terutama perdarahan saluran berat badan lahir rendah cerna (tukak lambung,
penyakit Crohn,colits ulsera

2. Mikrositk Mengecilnya ukuran sel darah merah yang disebabkan oleh defisiensi
besi, gangguan sintesis globin, porfirin dan heme serta gangguan metabolisme
besi lainnya

3. Normositk,Pada anemia normositk ukuran sel darah merah tdak berubah, ini
disebabkan kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume plasma secara
berlebihan, penyakit-penyakit hemolitk, gangguan endokrin, ginjal, dan hat.
Tabel 2.
Parameter untuk menentukan status besi
Kelompok Umur Hemoglobin
(gr/dl)
Anak – 6 – 59 11,0
bulan anak 5 – 11 11,5
tahun 12,0
12 – 14 tahun
Dewasa Wanita > 15 12,0
tahun Wanita 11,0
hamil 13,0
Laki-laki > 15 tahun
a. Free Erythocyte Protophorph
Bila kadat zat besi dalam darah kurang maka sirkulasi FEB dalam darah meningkat.
Kadar normal FEB 35-50 mg/dl RBC. Secara ringkas untuk menentukan keadaan
anemia seseorang dapat dilihat pada tabel 2.

2. Fungsi Hemoglobin

Hemoglobin merupakan komponen utama eritrosit yang berfungsi membawa oksigen dan
karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan oleha kandungan hemoglobin (Hb) yang
merupakan susunan protein yang komplek yang terdiri dari protein, globulin dan satu senyawa
yang bukan protein yang disebut heme. Heme tesusun dari suatu senyawa lingkar yang
bernama porfirin yang bahagian pusatnya ditempat oleh logam besi (Fe). Jadi heme adalah
senyawa-senyawa porfirin-besi, sedangkan hemoglobin adalah senyawa komplek antara globin
dengan heme.

Pencegahan dan Pengobatan Anemia Defisiensi Besi


Upaya yang dilakukan dalam pencegahandan penanggulangan anemia adalah a.
Suplementasi tabet Fe
b. Fortfikasi makanan dengan besi
c. Mengubah kebiasaan pola makanan dengan menambahkan konsumsi pangan yang
memudahkan absorbsi besi sepert menambahkan vitamin C.
d. Penurunan kehilangan besi dengan pemberantasan cacing.Dalam upaya mencegah dan
menanggulangi anemia adalah dengan mengkonsumsi tablet tambah darah. Telah terbukt
dari berbagai penelitan bahwa suplementasi, zat besi dapat meningkatkan kada
Hemoglobin.
e. Pengobatan Anemia Defisiensi Besi Sejak tahun 1997 pemerintah telah merints langkah
baru dalam mencegah dan menanggulangi anemia, salah satu pilihannya adalah
mengkonsumsi tablet tambah darah. Telah terbukt dari berbagai peneltan bahwa suplemen
zat besi dapat meningkatkan hemoglobin.

Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Defisiensi Besi


Dapat dilakukan antara lain dengan cara:

a. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan Mengkonsumsi pangan hewani dalam
jumlah cukup. Namun karena harganya cukup tnggi sehingga masyarakat sulit
menjangkaunya. Untuk itu diperlukan alternatf yang lain untuk mencegah anemia gizi besi.
Memakan beraneka ragam makanan yang memiliki zat gizi saling melengkapi termasuk
vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi, sepert vitamin C. Peningkatan
konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg dapat meningkatkan penyerapan zat
besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan segar dan sayuran sumber vitamin C, namun
dalam proses pemasakan 50 - 80 % vitamin C akan rusak.Mengurangi konsumsi makanan
yang bisa menghambat penyerapan zat besi sepert : fitat, fosfat, tannin.

b. Suplementasi zat besi


Pemberian suplemen besi menguntungkan karena dapat memperbaiki status hemoglobin

Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II (1)

dalam waktu yang relatf singkat. Di Indonesia pil besi yang umum digunakan dalam
suplementasi zat besi adalah frrous sulfat. Persentase dan jumlah zat besi di dalam tablet Fe
bisa dilihat pada tabel 3 .

Tabel 3.
Persentase dan jumlah zat besi di dalam tablet FE yang lazim digunakan

Senyawa Fe Fe elemental
Preparat % Fe
(mg) per tablet (mg) per tablet
Fero famarat 200 66 33
Fero glukonat 300 36 12
Fero sulfat (7H2O) 300 60 20
Fero sulfat, Anhidrosida 74 37
200 60 30
Fero sulfat dikeringkan
200
(1HO2)
Sumber : Demaeyer, (1995)

Efek samping dari pemberian besi feroral adalah mual, ketdaknyamanan epigastrium,
kejang perut, konstpasi dan diare. Efek ini tergantung dosis yang diberikan dan dapat diatasi
dengan mengurangi dosis dan meminum tablet segera setelah makan atau bersamaan dengan
makanan. a. Fortfikasi zat besi

4. Fortfikasi adalah penambahan suatu jenis zat gizi ke dalam bahan pangan untuk
meningkatkan kualitas pangan . Kesulitan untuk fortfikasi zat

4.DEFISIENSI ZN DAN SYSYTEM IMUN

A. PENDAHULUAN
Zinc (Zn) merupakan salah satu mineral mikro yang memiliki fungsi dan kegunaan pentng bagi
tubuh. Zn dibutuhkan oleh berbagai organ tubuh, sepert kulit, mukosa saluran cerna dan hamper semua
sel membutuhkan mineral ini. Dampak yang ditmbulkan akibat kurangnya mineral ini adalah terjadinya
penurunan nafsu makan sampai pada gangguan sistem pertahanan tubuh . Pada hewan buntng
rendahnya kadar Zn dalam darah dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pembentukan fetus,
kematan embrio secara dini dan dapat menyebabkan abortus. Selama masa kebuntngan, induk dituntut
mampu menyediakan nutrien yang cukup agar dapat mempertahankan kehidupan fetus dan memenuhi
kebutuhan untuk produksi susu setelah kelahiran. Kegagalan mempertahankan produksi sering terjadi
akibat menurunnya nafsu makan induk yang dipicu oleh rendahnya kualitas pakan yang tersedia
(UNDERWOOD, 2001). Rendahnya ketersediaan zat gizi dalampakan atau ketdak cukupannya berakibat
pada terganggunya sistem pertahanan tubuh dan disertai menurunnya tngkat produktvitas ternak
(SALGUEIRO et al., 2000; TANAKA et al., 2001).

Mineral Zn merupakan salah satu nutrien pentng yang diperlukan oleh tubuh dalam menjaga
dan memelihara kesehatan. Semua makhluk hidup baik manusia maupun hewan membutuhkan mineral
ini. Zn dibutuhkan dalam jumlah sedikit akan tetapi mutlak harus ada di dalam pakan, karena Zn tdak
bisa dikonversi dari zat gizi lain. Mineral ini berperan dalam berbagai aktvitas enzim, pertumbuhan dan
diferensiasi sel, serta berperan pentng dalam mengoptmalkan fungsi sistem tanggap kebal (P AIK, 2001).

Penurunan sistem tanggap kebal serta meningkatnya kejadian infeksi dapat diakibatkan oleh
rendahnya kadar Zn di dalam tubuh. Defisiensi Zn yang parah dicirikan dengan menurunnya fungsi sel
imun dalam menghadapi agen infeksi. Zn mampu berperan di dalam meningkatkan respon tanggap
kebal secara nonspesifik maupun spesifik. Sel makrofag yang berperan di dalam sistem tanggap kebal
akan mengalami kendala dalam membunuh agen infeksi intraseluler, menurunnya produksi sitokin dan
kendala dalam proses fagositosis. Respon imun yang terganggu menyebabkan terjadinya perubahan
resistensi terhadap infeksi. Oleh karena itu, kecukupan mineral Zn perlu mendapat perhatan mengingat
perannya di dalam meningkatkan sistem kebal tubuh dan pengaruhnya terhadap tubuh.

FUNGSI DAN METABOLISME MINERAL Zn

Fungsi dan kegunaan Zn


Zn memegang peranan pentng terutama dalam proses fisiologis dan metabolisme ternak. Zn
juga berfungsi di dalam sintesis beberapa hormon sepert insulin dan glukagon, serta berperan dalam
metabolisme karbohidrat, keseimbangan asam basa dan metabolisme vitamin A (L INDER, 1992), sintesis
asam nukleat (RNA, DNA) polimerase dan sintesis protein (L IEBERMAN dan BRUNING, 1990). Zn dibutuhkan
oleh kerja enzim dan Zn dikenal sebagai katalisator beberapa enzim. Lebih dari 300 enzim memerlukan
Zn sepert enzim dehidrogenase, superoksida dismutase, alkalin fosfatase, aminopeptdase,
karboksipeptdase dan collagenase (U NDERWOOD, 2001). Zn juga berperan untuk pertumbuhan dan
pembelahan sel, perkembangan seksual, produksi sperma yang sehat, pembentukan embrio, berperan
selama kehamilan dan mengaktfkan hormon pertumbuhan. Selain itu, Zn juga pentng dalam
pengecapan, serta nafsu makan. Zn merupakan komponen pentng pada struktur dan fungsi membran
sel. Zn berfungsi sebagai antoksidan, dan melindungi tubuh dari serangan lipid peroksidase (L IEBERMAN
dan BRUNING, 1990). Mineral ini mampu menghambat terjadinya apoptosis yaitu kematan sel yang
terprogram yang diatur oleh gen (TRUONG TRAN et al., 2000).

Zn juga memegang peranan dalam sistem tanggap kebal (P AIK, 2001). LINDER (1992) melaporkan
ketdak seimbangan mineral Zn dapat menyebabkan rusaknya komponen sistem kekebalan. Zn
merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi dan berperan dalam sistem
kekebalan tubuh (TANAKA et al., 2001; KLAUS dan RINK, 2003). Zn memiliki beberapa peran pentng
berhubungan dengan aktvasi sel, ekspresi gen, dan sintesis protein. Zn juga menentukan perkembangan
normal sel imun dan berperan pentng dalam menjaga aktvitas sel imun, termasuk neutrofil, monosit,
makrofag, sel natural killer (NK), serta sel T dan sel B (PRASAD et al., 2007).

Metabolisme Z

Faktor yang berpengaruh dalam membantu penyerapan Zn diantaranya adalah metonin,


histdin, sistein, sitrat, pikolinat. Sedangkan yang menghambat penyerapan Zn diantaranya kadmium
(Cd), cuprum (Cu), fosfor (P), besi (Fe) dan oksalat. Kandungan kalsium yang tnggi dan keberadaan asam
fitat dapat menghambat penyerapan Zn dan diduga merupakan faktor penyebab kejadian defisiensi
sekunder Zn pada babi dan unggas (PRASAD, 1991).

Transpor Zn di dalam darah diatur oleh albumin, antprotease dan α 2 makroglobulin, kemudian
dibawa ke berbagai jaringan. Dalam plasma, sekitar 30% Zn berikatan dengan 2 alfa makroglobulin,
sekitar 66% berikatan dengan albumin dan sekitar 2% membentuk senyawa kompleks dengan histdin
dan sistein. Albumin juga turut berperan dalam mengatur penyerapan Zn, karena 66% Zn dalam plasma
berikatan dengan albumin (PRASAD, 1991). Komplek Zn-albumin disebut ligan Zn makromolekul utama
sedangkan ligan mikromolekul adalah kompleks Zn-histdin dan Znsistein yang berfungsi untuk
membawa Zn ke seluruh jaringan termasuk ke hat, otak dan sel-sel darah merah (B UCKLEY, 2000).
Zn tersebar secara merata pada berbagai organ tubuh. Meskipun begitu, konsentrasi tertnggi
dijumpai pada jaringan tulang, hat, kulit dan rambut (bulu). Total Zn dalam tubuh secara kasar tersebar
pada tulang skeleton, hat, kulit, darah dan organ lain. Pada ternak dewasa, kandungan total Zn dalam
komponen darah terdistribusi sepert berikut 75% dalam eritrosit, 22% dalam plasma dan 3% dalam
leukosit. Zn dalam eritrosit, hampir semuanya secara eksklusif sebagai komponen enzim karbonik
anhidrase (UNDERWOOD, 2001). Rata-rata konsentrasi Zn dalam darah ternak adalah 0,25 – 0,60 mg/ml,
dalam plasma 0,1 – 0,2 mg/ml dengan fluktuasi tergantung kepada spesies dan umur.

Di dalam sel, Zn++ berikatan dengan Zur protein yang mengatur jumlah masuknya Zn ke dalam
sel. Jika terjadi kelebihan Zn maka protein Zur dengan cepat memindahkan dan mengeluarkannya dari
sel (BRADLEY, 2003). Sekitar 60 – 80% Zn intraseluler terdapat dalam sitosol, 10% dalam int, dan hanya
sebagian kecil yang ditemukan dalam mitokondria dan ribosom. Sebagian besar Zn dalam sitosol
berikatan dengan protein, dan Zn yang berlebih berikatan dengan metalotonein di bawah kondisi
normal. Zn tdak disimpan permanen dan mudah hilang dalam tubuh. Zn juga dibawa ke dalam pankreas
dan digunakan untuk membuat enzim pencernaan, yang akan dikeluarkan ke dalam saluran pencernaan
pada waktunya jika diperlukan. Dengan demikian saluran cerna memiliki dua sumber Zn, yaitu dari
makanan dan cairan pencernaan pankreas.

Zn diekskresikan melalui empedu, keringat dan urin. Pada awal laktasi Zn dikeluarkan melalui
kolostrum dan selama kebuntngan, Zn dibutuhkan untuk perkembangan fetus. Selama laktasi, Zn
diekskresikan sebanyak 2 – 3 µg/ml melalui susu, 1 – 5 mg melalui keringat, 0,3 - 0,6 mg melalui urin,
dari pankreas 4 – 5 mg melalui feses (L INDER, 1992)

DEFISIENSI MINERAL Zn
Faktor lain yang dapat mengganggu penyerapan Zn dalam saluran pencernaan adalah
keberadaan asam fitat, oksalat, kalsium, tembaga dan besi. Zat ini akan mengikat Zn sehingga Zn tdak
bisa diabsorpsi oleh saluran cerna. Oleh karena itu, kecukupan dan keseimbangan mineral ini perlu
dipertmbangkan dalam penyusunan ransum (U NDERWOOD, 2001). Kebutuhan Zn meningkat pada masa
pertumbuhan, kebuntngan dan laktasi. Selain itu, kebutuhan Zn juga meningkat pada kondisi diare, luka,
setelah operasi. Pada kondisi tersebut di atas sering dijumpai kondisi defisiensi Zn sehingga diperlukan
suplementasi Zn.

Gejala yang terlihat akibat defisiensi Zn berupa penurunan nafsu makan, diare, pertumbuhan
terlambat, penurunan daya tahan, dan meningkatnya kepekaan terhadap infeksi (S ALGUEIRO et al., 2000).
Diagnosis defisiensi Zn dapat ditegakkan melalui anamnesis, gejala klinis dan pemeriksaan fisik. Selain itu
untuk menegakkan diagnosis juga diperlukan parameter konsentrasi Zn plasma atau serum. Manifestasi
klinis pada defisiensi Zn berbeda-beda antar spesies hewan. Gejala sangat bervariasi, tergantung pada
beberapa hal, sepert derajat dan lamanya defisiensi.

Defisiensi Zn dikaitkan dengan perubahan fungsi sistem imun, sepert menurunnya fungsi sel B
dan T, menurunnya reaksi hipersensitvitas, menurunnya fagositosis dan menurunnya produksi sitokin
(TANAKA et al., 2001; KLAUS dan RINK, 2003). Defisiensi mineral ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi
monosit dan menurunnya aktvitas fagositosis oleh sel neutrofil (H ELGE dan RINK, 2003). Selain itu
defisiensi mineral ini menyebabkan menurunnya produksi sitokin oleh sel-T helper 1 (TH1) dan
interferon oleh leukosit (RINK dan KIRCHNER, 2000) serta meningkatnya kepekaan terhadap infeksi
(SALGUEIRO et al., 2000; TANAKA et al., 2001). Dampak lain defisiensi Zn terhadap imunitas spesifik
menyebabkan penurunan jumlah absolut limfosit B, meskipun perubahannya hanya sedikit. Hal ini
disebabkan oleh induksi apoptosis pada sel tersebut.

Defisiensi Zn bertanggung jawab terhadap terjadinya atropi tmus, sehingga akan


mempengaruhi diferensiasi sel T dan fungsinya dalam darah perifer. Pada defisiensi Zn ditemukan
limfopenia yaitu menurunnya jumlah sel limfosit di dalam darah. Akibat defisiensi mineral ini fungsi imun
baik pusat maupun perifer akan terganggu. Hal ini ditandai dengan rendahnya aktvitas tmulin, turunnya
fungsi sel T penolong (helper), terganggunya aktvitas sel pembunuh alami dan menurunnya fungsi
makrofag serta neutrofil. Sistem imun yang lemah tersebut akan memudahkan serangan dari berbagai
patogen (KLAUS dan RINK, 2003). Berdasar penelitan yang telah dilakukan secara in vitro Zn memainkan
peranan pentng dalam tanggap kebal seluler maupun humoral. Hal ini dibuktkan dengan terjadinya
limfopenia, gangguan perkembangan sel-sel limfosit, penurunan proliferasi, peningkatan apoptosis dan
atrofi tmus. Zn pentng dalam pengikatan intraselular antara tyrosine kinase dengan reseptor sel T yang
sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan aktvasi dari limfosit T. Zn juga merupakan kofaktor esensial
bagi hormon tmulin yang dihasilkan tmus, yang menginduksi beberapa sel T-marker dan meningkatkan
fungsi sel T, termasuk sitotoksisitas alogenik, fungsi supresor dan produksi interleukin-2. Zn memodulasi
produksi sitokin pada sel nuklear perifer darah dan menginduksi proliferasi dari CD8+ sel T. Selain itu
dampak defisiensi Zn juga dapat menurunkan persentase sel CD90+ di dalam darah dan limpa yang akan
disertai dengan penurunan sel T (H OSEA et al., 2003). IBS and RINK (2003), melaporkan bahwa penurunan
kadar Zn dalam tubuh dapat mengganggu aktvitas sel natural killer (NK) dan fagositosis oleh makrofag
dan netrofil, selain itu juga menurunkan jumlah leukosit granulosit. Pada manusia maupun hewan yang
mengalami defisiensi Zn, aktvitas sel killer menurun (SHANKAR dan PRASAD, 1998). Penurunan respon imun
diduga sebagai akibat respon sekunder akibat dari menurunnya nafsu makan pada defisiensi Zn.
Defisiensi Zn jangka panjang menurunkan produksi sitokin dan merusak pengaturan aktvitas sel T
helper.

PERAN Zn TERHADAP SISTEM TANGGAP KEBAL

Sistem tanggap kebal atau sistem pertahanan tubuh yaitu semua mekanisme untuk
mempertahankan tubuh dari berbagai macam penyebab penyakit baik dari dalam maupun luar tubuh.
Berbagai penyebab sepert bakteri, virus, jamur, asap, iritan, debu, bahan organik maupun anorganik
yang dijumpai pada lingkungan sekitar dapat mempengaruhi sistem tanggap kebal.

Secara umum respon tanggap kebal dapat dibedakan atas respon yang bersifat spesifik dan
respon yang bersifat non-spesifik. Tanggap kebal non-spesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan
dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme, oleh karena itu dapat memberikan respon
langsung terhadap antgen. Tanggap kebal non-spesifik diawali dari aktvitas sel-sel fagositk terutama
neutrofil dan makrofag, merupakan sel pertama yang datang dan bereaksi dengan mikroorganisme.
Sedangkan tanggap kebal spesifik membutuhkan waktu untuk mengenal antgen terlebih dahulu
sebelum dapat memberikan responnya. Respon tanggap kebal spesifik bisa humoral yang diperantarai
oleh sel limfosit B dan seluler yang diperantarai oleh sel limfosit T. Sel limfosit T berperan di dalam
eliminasi antgen intraseluler (di dalam sel), sedang antbodi yang diproduksi sel limfosit B bekerja sama
dengan sel fagosit dan komplemen berfungsi dalam eliminasi patogen dan antgen ekstraseluler (di luar
sel). Mekanisme kerja kedua respon tanggap kebal ini saling menunjang antara satu dengan yang lainnya
melalui mediator sepert limfokin dan sitokin (B RATAWIDJAYA, 2000).

Zn dibutuhkan oleh sel untuk dapat tumbuh dan berkembang, selain itu Zn juga berperan di
dalam perkembangan sel-T, reaksi antgen antbodi dan mempengaruhi fungsi limfosit dan fagositosis
(UNDERWOOD, 2001). Suplementasi Zn mampu meningkatkan produksi sitokin oleh sel limfosit T helper
sehingga menyebabkan terjadinya proliferasi dan diferensiasi sel. Sitokin berperan dalam banyak respon
imun sepert aktvasi sel T, sel B, monosit dan makrofag.

Zn juga mampu berperan sebagai imunostmulator yaitu mampu meningkatkan sistem


kekebalan baik seluler maupun humoral. Upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh pada sapi
dianjurkan penggunaan Zn lebih dari 40 ppm dibandingkan dengan kebutuhan untuk pertumbuhan dan
reproduksi (LIEBERMAN dan BRUNING, 1990).

Menurut CUNNINGHAM (2002) sel T merupakan pengatur utama bagi seluruh fungsi tanggap kebal
dengan cara membentuk serangkaian mediator protein yang disebut limfokin. Peningkatan jumlah
limfosit pada suplementasi Zn disebabkan karena Zn mampu meningkatkan produksi limfokin
menyebabkan sel limfosit mampu berdiferensiasi dan berproliferasi, dan Zn dibutuhkan oleh sel untuk
dapat tumbuh dan berkembang. Zn juga sebagai kofaktor untuk hormon tmulin. Defisiensi hormon ini
menyebabkan kegagalan dalam proliferasi dan menurunnya fungsi sel limfosit T (U NDERWOOD, 2001).
FUCHAMACHI et al. (1998) melaporkan bahwa, suplementasi Zn in vitro mampu meningkatkan rasio
antapoptotc (Bcl-2)/proapoptotc (Bax), yang berakibat pada meningkatnya resistensi sel terhadap
apoptosis yaitu kematan sel secara terprogram.

CIMTAY et al. (2001) melaporkan pemberian ZnSO4 2% pada domba dua bulan akhir kebuntngan
dijumpai kadar Zn darah nyata meningkat pada induk maupun anak, disertai meningkatnya kadar γ
globulin, sedangkan kadar total protein tdak berbeda. Pemberian chelat Zn-chitosan dan Cu-Chitosan
cenderung meningkatkan produksi susu dan konsentrasi IgG dan protein dalam plasma darah (P AIK,
2001). Zn mampu meningkatkan kadar IgG, hal ini mungkin berhubungan dengan fungsi Zn dalam sistem
tanggap kebal. Peran Zn juga dilaporkan terhadap kemampuannya di dalam meningkatnya aktvitas
enzim superoksida dismutase (SOD) dan mampu meningkatkan semua jenis sel-T, dengan demikian
memungkinkan sel-T berproliferasi dan berdiferensiasi yang pada akhirnya memacu aktvitas enzim
selular. Zn dapat menginduksi produksi sitokin oleh sel leukosit, sepert monosit dengan meningkatkan
produksi interleukin-1, interleukin-6 dan tumor nekrosis faktor (R INK dan KIRCHNER, 2000).

Zn juga mampu menstmulasi produksi tumor necrosis factor-alpha (TNF-α) oleh sel monosit,
sehingga kemampuan fagositosis meningkat. TNF-α merupakan mediator pada tanggap kebal non-
spesifik dan termasuk ke dalam kelompok sitokin. H ELGE dan RINK (2003) melaporkan bahwa inkubasi sel
mononuklear in vitro dalam medium Zn dapat meningkatkan produksi interleukin 1, interleukin 6, tumor
necrosis factor (TNF), IL-2R dan interferon. Sel monosit pada mencit yang mengalami defisiensi, gagal
membunuh parasit intraseluler. Penelitan yang dilakukan oleh B IRES et al. (1992) melaporkan bahwa
aktvitas fagositosis meningkat pada pemberian Zn, terjadi peningkatan jumlah monosit sebesar 14% dan
granulosit sebesar 86%. Hal senada disampaikan oleh L INDER (1992) bahwa ketdak cukupan atau
kelebihan mineral Zn dapat menyebabkan rusaknya komponen sistem kekebalan.

Anda mungkin juga menyukai