Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Radang (bahasa Inggris: inflammation) adalah respon dari suatu
organisme terhadap patogen dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa
rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan yang
mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau
inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan
terhadap infeksi dan iritasi.
Reaksi peradangan merupakan reaksi defensif (pertahanan diri)
sebagai respon terhadap cedera berupa reaksi vaskular yang hasilnya
merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari
sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial pada daerah cedera atau
nekrosis. Peradangan dapat juga dimasukkan dalam suatu reaksi non
spesifik, dari hospes terhadap infeksi. Hasil reaksi peradangan adalah
netralisasi dan pembuangan agen penyerang, penghancuran jaringan
nekrosis, dan pembentukan keadaan yang dibutuhkan untuk perbaikan dan
pemulihan.
Radang bisa menyerang kita kapan saja dan dimana saja karena
peradangan adalah suatu tanggapan kekebalan yang mengakibatkan cedera
atau infeksi yang menyebabkan rasa sakit, kemerahan, panas, dan bengkak
di daerah yang terkena dampak. Panas yang dihasilkan dari peradangan
karena meningkatnya sirkulasi sebagai sel darah putih dan bahan kimia
yang rushed untuk melindungi kami dari luar invaders, allergens, toxins
atau infeksi. Common allergens yang memproduksi adalah peradangan
pollens, perekat dalam gandum, susu sapi, dan ragi dari barang
dipanggang, bir dan anggur. Radang dapat juga akibat cedera. Hal itu
dapat membuat langu sensations seperti sendi yang bengkak terasa panas,
rasa sakit, kaku, demam, panas dingin, kelelahan, sakit kepala dan
kekakuan otot. Panas dalam bisa jadi gejala awal peradangan serius.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan di bahas dalam makalah ini yaitu :
1. Apa itu peradangan ?
2. Bagaimana peradangan pada mata ?
3. Bagaimana peradangan pada lambung ?
1.3 Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah :
1. Untuk mempelajari dan memahami definisi radang ?
2. Untuk mempelajari dan memahami peradangan pada mata ?
3. Untuk mempelajari dan memahami peradangan pada lambung ?
1.4 Manfaat Makalah
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini ialah :
1. Mahasiswa dapat mempelajari dan memahami definisi radang ?
2. Mahasiswa dapat mempelajari dan memahami peradangan pada mata ?
3. Mahasiswa dapat mempelajari dan memahami peradangan pada
lambung ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Radang


Radang adalah reaksi lokal dari suatu jaringan tubuh terhadap jejas
(injury). Reaksi ini dapat diakibatkan oleh berbagai macam infeksi
mikrobial, zat kimia, jaringan nekrotik (mati), dan reaksi imunologi.
Peradangan adalah tanggapan kekebalan yang mengakibatkan cedera
atau infeksi yang menyebabkan rasa sakit, kemerahan, panas, dan bengkak
di daerah yang terkena dampak. Panas yang dihasilkan dari peradangan
karena meningkatnya sirkulasi sebagai sel darah putih dan bahan kimia
yang rushed untuk melindungi kami dari luar invaders, allergens, toxins
atau infeksi. Common allergens yang memproduksi adalah peradangan
pollens, perekat dalam gandum, susu sapi, dan ragi dari barang
dipanggang, bir dan anggur. Radang dapat juga akibat cedera. Hal itu
dapat membuat langu sensations seperti sendi yang bengkak terasa panas,
rasa sakit, kaku, demam, panas dingin, kelelahan, sakit kepala dan
kekakuan otot.
peradangan merupakan respon pertahanan tubuh yang normal karena
suatu luka, iritasi, maupun pembedahan. Proses pertahanan alami ini,
meningkatkan arus darah yang dipompa ke area yang dituju, menghasilkan
kumpulan cairan. Sebagai respon pertahanan tubuh yang terakhir, gejala
peradangan pun meningkat, termasuk pembengkakan, rasa sakit,
peningkatan suhu dan kemerahan kulit.
2.2 Peradangan Pada Mata
1. Pengertian radang mata
Radang mata adalah suatu kondisi yang ditandai dengan
pembengkakan satu atau lebih bagian mata dan disebabkan oleh
berbagai faktor, mulai dari iritasi sampai penyakit tertentu yang
dikenal sebagai radang okular.
Mata terdiri dari tiga lapisan yang berbeda: retina, uvea, dan
sklera. Retina adalah lapisan yang paling dalam, sedangkan uvea
mengandung pembuluh darah dan arteri yang mengalirkan darah ke
mata. Lapisan yang paling luar, yang disebut sklera, berfungsi
sebagai pelindung dan berwarna putih. Saraf optik yang
menyampaikan sinyal dari mata ke otak menampilkan informasi
visual adalah saraf yang terhubung dengan sklera di bagian belakang
mata.
Radang mata dapat terjadi di semua lapisan mata. Oleh karena
itu, kondisi ini dibedakan berdasarkan bagian mata yang mengalami
peradangan. Radang mata dapat dibedakan menjadi skleritis,
anterior uveitis, posterior uveitis, dan panuveitis, yang merupakan
istilah umum untuk peradangan pada seluruh mata.
2. Gejala radang mata
Gejala dari radang mata bergantung pada bagian mata yang
terkena radang. Skleritis akan menyebabkan gejala seperti nyeri,
mata merah, dan mata berair. Anterior uveitis akan menyebabkan
mata merah, nyeri, mata berair, fotofobia (kepekaan tinggi terhadap
cahaya), atau bertambahnya tekanan pada mata. Kondisi ini bisa saja
mengganggu penglihatan. Intermediate uveitis akan menyebabkan
gejala seperti penglihatan yang melayang atau buram. Pasien yang
mengalami posterior uveitis kemungkinan penglihatannya akan
menjadi buram. Pasien yang didiagnosis terkena panuveitis
kemungkinan akan mengalami semua gejala yang telah disebutkan
di atas.
3. Diagnosis
Untuk membuat diagnosis yang akurat, serangkaian tes harus
dilakukan. Tes ini biasanya meliputi evaluasi menyeluruh dari
kondisi pasien, pemeriksaan riwayat kesehatan pasien, dan
pemeriksaan fisik yang menyeluruh untuk mencari bukti visual dari
radang mata. Tes laboratorium lainnya juga akan dilakukan untuk
mencari penyebab lainnya, seperti infeksi atau penyakit sistem
kekebalan tubuh. Sementara itu, mata akan diperiksa dengan
berbagai tes mata, seperti grafik mata atau tes ketajaman
penglihatan (acuity visual), tes tekanan okular, tes slit lamp, dan
pemeriksaan funduskopi.
a) Tes ketajaman penglihatan atau tes grafik mata dilakukan untuk
mengetahui apakah kemampuan penglihatan Anda sudah
menurun.

b) Tes tekanan okular bertujuan untuk mengetahui tingkat tekanan


di dalam mata dan dilakukan dengan sebuah alat bernama
tonometer.

c) Tes slit lamp adalah pemeriksaan mata non-invasif yang


dilakukan untuk memeriksa seluruh bagian mata.

d) Pemeriksaan funduskopi dilakukan untuk memeriksa bagian


belakang dari bagian dalam mata. Tindakan ini juga bersifat non-
invasif dan dilakukan dengan oftalmoskop.
Tes mata diharapkan dapat membantu dokter mata menentukan
jenis radang mata dan tingkat keparahannya. Setelah membuat
diagnosis, dokter akan merancang rencana pengobatan yang
disesuaikan dengan penyebab kondisi dan bagian mata yang terkena
radang.
4. Pengobatan
Anterior uveitis biasanya diobati dengan obat tetes mata yang
mengandung steroid. Obat tetes mata akan membuat pupil
membesar dan mencegah kontraksi otot. Interior uveitis, posterior
uveitis, dan panuveitis diobati dengan obat oral, suntikan di sekitar
mata, atau kapsul time-release yang ditanam di dalam mata. Dokter
juga dapat memberikan obat-obatan untuk menekan sistem
kekebalan tubuh apabila sistem kekebalan tubuh menyebabkan
terjadinya atau memperburuk radang mata.
2.3 Peradangan Pada Lambung
1. Pengertian radang lambung
Gastritis merupakan penyakit pada lambung yang terjadi akibat
peradangan dinding lambung. Pada dinding lambung atau lapisan
mukosa lambung ini terdapat kelenjar yang menghasilkan asam
lambung dan enzim pencernaan yang bernama pepsin. Untuk
melindungi lapisan mukosa lambung dari kerusakan yang diakibatkan
asam lambung, dinding lambung dilapisi oleh lendir (mukus) yang
tebal. Apabila mukus tersebut rusak, dinding lambung rentan
mengalami peradangan.
Secara umum, gastritis dibagi menjadi dua jenis, yaitu gastritis akut
dan kronis. Dikatakan gastritis akut ketika peradangan pada lapisan
lambung terjadi secara tiba-tiba. Gastritis akut akan menyebabkan nyeri
ulu hati yang hebat, namun hanya bersifat sementara. Sedangkan pada
gastritis kronis, peradangan di lapisan lambung terjadi secara perlahan
dan dalam waktu yang lama. Nyeri yang ditimbulkan oleh gastritis
kronis merupakan nyeri yang lebih ringan dibandingkan dengan
gastritis akut, namun terjadi dalam waktu yang lebih lama dan muncul
lebih sering.
Peradangan kronis lapisan lambung ini dapat menyebabkan
perubahan struktur lapisan lambung dan berisiko berkembang
menjadi kanker. Selain berisiko menimbulkan kanker, gastritis juga
dapat menyebabkan pengikisan lapisan lambung. Pengikisan lapisan
lambung ini dikenal dengan gastritis erosif, yang dapat menyebabkan
terjadinya luka dan perdarahan pada lambung. Gastritis tipe erosif lebih
jarang terjadi dibandingkan gastritis non erosif.
2. Gejala radang lambung
Gejala gastritis yang dirasakan dapat berbeda pada tiap penderita.
Akan tetapi, kondisi ini bisa juga tidak selalu menimbulkan gejala.
Beberapa contoh gejala gastritis adalah :
a) Nyeri yang terasa panas dan perih di perut bagian uluhati.
b) Perut kembung.
c) Cegukan.
d) Mual.
e) Muntah.
f) Hilang nafsu makan.
g) Cepat merasa kenyang saat makan.
h) Buang air besar dengan tinja berwarna hitam.
i) Muntah darah.
Jika seseorang menderita gastritis erosif hingga menyebabkan luka
atau perdarahan pada lambung, gejala yang muncul adalah muntah
darah dan tinja berwarna hitam. Akan tetapi, tidak semua nyeri pada
perut menandakan gastritis. Berbagai penyakit juga dapat menimbulkan
gejala yang mirip dengan gastritis, seperti penyakit Crohn, batu
empedu, dan keracunan makanan. Oleh karena itu diagnosis untuk
menentukan penyebab terjadinya nyeri perut sangat penting untuk
dilakukan.
3. Penyebab radang lambung
Gastritis terjadi akibat peradangan pada dinding lambung. Dinding
lambung tersusun dari jaringan yang mengandung kelenjar untuk
menghasilkan enzim pencernaan dan asam lambung. Selain itu, dinding
lambung juga dapat menghasilkan lendir (mukus) yang tebal untuk
melindungi lapisan mukosa lambung dari kerusakan akibat enzim
pencernaan dan asam lambung. Rusaknya mukus pelindung ini dapat
menyebabkan peradangan pada mukosa lambung. Beberapa hal yang
dapat menyebabkan rusaknya mukus pelindung, adalah:
a) Infeksi bakteri. Infeksi bakteri merupakan salah satu penyebab
gastritis yang cukup sering terjadi, terutama di daerah dengan
kebersihan lingkungan yang kurang baik. Bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi pada lambung dan menimbulkan gastritis,
cukup banyak jenisnya. Namun, yang paling sering adalah
bakteri Helicobacter pylori. Selain dipengaruhi faktor kebersihan
lingkungan, infeksi bakteri ini juga dipengaruhi oleh pola hidup dan
pola makan.
b) Pertambahan usia. Seiring bertambahnya usia, lapisan mukosa
lambung akan mengalami penipisan dan melemah. Kondisi inilah
yang menyebabkan gastritis lebih sering terjadi pada lansia
dibandingkan orang yang berusia lebih muda.
c) Berlebihan mengonsumsi minuman beralkohol. Minuman beralkohol
dapat mengikis lapisan mukosa lambung, terutama jika seseorang
sangat sering mengonsumsinya. Pengikisan lapisan mukosa oleh
alkohol dapat menyebabkan iritasi dan peradangan pada dinding
lambung, sehingga mengakibatkan terjadinya gastritis, terutama
gastritis akut.
d) Terlalu sering mengonsumsi obat pereda nyeri. Obat pereda nyeri
yang dikonsumsi terlalu sering dapat menghambat proses regenerasi
lapisan mukosa lambung, yang berujung pada cedera dan pelemahan
dinding lambung, sehingga lebih mudah mengalami peradangan.
Beberapa obat pereda nyeri yang dapat memicu gastritis jika
dikonsumsi terlalu sering, adalah aspirin, ibuprofen, dan naproxen.
e) Autoimun. Gastritis juga dapat terjadi karena dipicu oleh penyakit
autoimun. Gastritis jenis ini disebut gastritis autoimun. Gastritis
autoimun terjadi pada saat sistem imun menyerang dinding lambung,
sehingga menyebabkan peradangan.
4. Diagnosis radang lambung
Pasien yang diduga menderita gastritis terlebih dahulu akan
menjalani pemeriksaan riwayat kesehatan serta pemeriksaan fisik oleh
dokter. Pemeriksaan riwayat kesehatan mencakup menanyakan
mengenai gejala yang muncul, sudah berapa lama dirasakan, serta
kondisi kesehatan pasien secara umum. Untuk diagnosis yang lebih
akurat, dokter akan menyarankan pasien menjalani pemeriksaan
lanjutan. Di antaranya:
a) Tes untuk infeksi Helicobacter pylori. Contohnya adalah tes darah,
tes sampel tinja, atau uji urea pada pernapasan (urea breath test).
Selain untuk mendeteksi keberadaan bakteri Helicobacter pylori, tes
darah juga dapat mendeteksi jika pasien mengalami anemia. Tes
sampel tinja juga dapat mendeteksi jika pasien menderita gastritis,
terutama gastritis erosif dengan mendeteksi keberadaan darah pada
tinja.
b) Gastroskopi, guna melihat adanya tanda-tanda peradangan di dalam
lambung. Pemeriksaan gastroskopi dilakukan dengan cara
memasukkan selang khusus yang sudah dipasangi kamera di
ujungnya. Selang dimasukkan ke dalam lambung melalui mulut,
untuk melihat kondisi lambung. Pemeriksaan ini terkadang
dikombinasikan dengan biopsi, yaitu pengambilan sampel jaringan
pada daerah yang dicurigai mengalami radang, untuk selanjutnya
diteliti di laboratorium. Biopsi juga bisa dilakukan untuk melihat
keberadaan bakteri pylori.
c) Pemeriksaan foto Rontgen. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat
kondisi saluran pencernaan bagian atas. Untuk membantu melihat
luka pada saluran pencernaan, terutama lambung, pasien akan
diminta untuk menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum foto
Rontgen dilakukan.
5. Pengobatan
Pengobatan yang diberikan kepada pasien oleh dokter, tergantung
kepada penyebab dan kondisi yang memengaruhi terjadinya gastritis.
Untuk mengobati gastritis dan meredakan gejala-gejala yang
ditimbulkan, dokter dapat memberikan obat-obatan berupa:
a) Obat antasida. Antasida mampu meredakan gejala gastritis (terutama
rasa nyeri) secara cepat, dengan cara menetralisir asam lambung.
Obat ini efektif untuk meredakan gejala-gejala gastritis, terutama
gastritis akut. Contoh obat antasida yang dapat dikonsumsi oleh
pasien adalah aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida.
b) Obat penghambat histamin 2 (H2 blocker). Obat ini mampu
meredakan gejala gastritis dengan cara menurunkan produksi asam
di dalam lambung. Contoh obat penghambat histamin 2
adalah ranitidin, cimetidine, dan famotidine.
c) Obat penghambat pompa proton (PPI). Obat ini memiliki tujuan
yang sama seperti penghambat histamin 2, yaitu menurunkan
produksi asam lambung, namun dengan mekanisme kerja yang
berbeda. Contoh obat penghambat pompa proton adalah omeprazole,
lansoprazole, esomeprazole, rabeprazole, dan pantoprazole.
d) Obat antibiotik. Obat ini diresepkan pada penderita gastritis yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, yaitu Helicobacter pylori. Contoh
obat antibiotik yang dapat diberikan kepada penderita gastritis
adalah amoxicillin, clarithromycin, tetracycline, dan metronidazole.
e) Obat antidiare. Diberikan kepada penderita gastritis dengan keluhan
diare. Contoh obat antidiare yang dapat diberikan kepada penderita
gastritis adalah bismut subsalisilat.
Untuk membantu meredakan gejala dan penyembuhan gastritis,
pasien perlu menyesuaikan gaya hidup dan kebiasaan. Pasien akan
dianjurkan untuk membuat pola dan jadwal makan yang teratur. Pasien
yang sering makan dengan porsi besar, akan dianjurkan untuk
mengubah porsinya menjadi sedikit-sedikit, sehingga jadwal makan
menjadi lebih sering dari biasanya. Selain itu, pasien sebaiknya
menghindari makanan berminyak, asam, atau pedas, guna mencegah
gajala gastritis bertambah parah.
Jika sering mengonsumsi minuman beralkohol, pasien akan
dianjurkan untuk mengurangi atau bahkan menghentikan kebiasaan
tersebut. Stres juga dapat menjadi pemicu timbulnya kondisi ini. Oleh
karena itu, pasien dianjurkan untuk mengendalikan tingkat stresnya,
agar dapat membantu pemulihan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dapat simpulkan bahwa radang ternya membawa damfak yang positif
dan negatif, karena peradangan sebenarnya merupakan gejala yang
menguntungkan bagi tubuh dan menjadi pertahanan. Dengan adanya
netralisasi dan pembuangan agen penyerang, adanya penghancuran
jaringan nekrosis dan pembentukan keadaan yang dibutuhkan untuk
perbaikan dan pemulihan. Dan reaksi peradangan itu sebenarnya adalah
peristiwa yang dikoordinasi dengan baik yang dinamis dan kontinyu.
Untuk menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan
khususnya harus memiliki mikrosirkulasi fungsional.
kemudian membawa dampak negatif yaitu terjadi reaksi hipersensitivitas,
kerusakan organ progresif dan adanya jaringan parut (scar). Jadi
peradangan adalah rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan
cedera.
DAFTAR PUSTAKA

Kresno, Siti Boedina. 2003. Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium.


Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Pp: 4-12.

Tim Field Lab FKUNS. 2008. Keterampilan Imunisasi. Surakarta: FKUNS. Pp: 5-
7.

Ganong, William F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 17th . Jakarta: EGC.
Pp: 506-513.

Bellanti, Joseph A. 1993. Imunologi III. Yogyakarta: UGM Press. Pp: 12-16,551-
559.

Guyton, AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 9th . Jakarta: EGC.pp:
555,567.

Widmann, Frances K. 1995. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan


Laboratorium. Jakarta: EGC. pp: 173-180.

Price, Sylvia Anderson, 1994, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses proses Peny
-akit ;Alih Bahasa, Peter Anugrah ; editor Caroline Wijaya, Ed. 4, EGC.
Jakarta.

Robbine dan Kumar, 1992, Buku Ajar Patologi; Alih Bahasa, Staf Pengajar
Laboratorium Patologi Anatomik FK-UNAIR. Surabaya, Ed. 4 EGC,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai