PENDAHULUAN
dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada
dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan sub stansi interseluler yang
Sekitar 44% darah terdiri dari unsur-unsur sel yang membentuk bagian
terbesar adalah eritrosit. Eritrosit adalah sel tidak memiliki nukleus dan hidup
sekitar 120 hari dan merupakan sel paling banyak dalam darah. Berfungsi
7,8 mikrometer. Bentuk sel darah merah dapat berubah-ubah ketika sel
anemia yakni pucatnya warna tubuh disertai mata yang cekung, gampang
Sediaan apus darah ini tidak saja untuk mempelajari bentuk masing-
pembuatan apus maka darah yang kita gunakan akan dapat bertahan lebih
1
darah mempunyai kemampuan cepat membeku apabila terkena udara
Kelainan yang terjadi pada sel darah merah yaitu kelainan bentuk
eritosit dimana bentuk eritrosit ini tidak sesuai dengan bentuk normal dari
eritorsit, kelainan warna eritrosit dimana warna eritrosit ini tidak sesuai
dengan warna normal dari eritrosit, kelainan ukuran eritrosit dimana warna
eritrosit ini tidak sesuai dengan ukuran normal dari eritrosit (Noviani dkk,
2015).
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu agar praktikan mengetahui cara
(ADT).
1.4 Manfaat
(ADT).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Darah adalah cairan yang terdapat pada makhluk hidup yang berfungsi
sebagai alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh,
pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnya
dengan tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punya sistem transportasi
dengan darah. Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi
Darah vena adalah darah yang berasal dari pembuluh darah vena,
membawa darah kaya akan oksigen menuju ke jantung. Pembuluh darah vena
juga berdinding tiga lapis seperti arteri, tetapi lapisan tengah berotot lebih
tipis, kurang kuat, lebih mudah kempes, dan kurang elastis dari pada arteri.
Pada umumnya semua pembuluh vena cukup besar dan letaknya superficial
sangat kecil, dimana tempat arteri berakhir. Makin kecil arteriol semakin
menghilang ketiga lapis dindingnya sehingga ketika sampai pada kapiler yang
sehalus rambut, dinding itu tinggal satu lapis saja yaitu lapisan endotelium.
membentuk cairan jaringan membawa air, mineral dan zat makanan untuk sel,
3
dan melalui pertukaran gas antara pembuluh kapiler dan jaringan sel,
Sel darah merah atau eritrosit adalah sel yang sangat penting untuk
Jumlah sel darah merah yang normal kurang lebih adalah 5 juta sel/mm 3
darah. Sel darah merah dibentuk pada tulang pipih di sumsum tulang dan
dapat hidup hingga 120 hari.Jika sel darah merah rusak atau sudah tua maka
sel ini akan dirombak dalam limfa. Hemoglobin dari sel darah merah yang
dirombak akan terlepas dan dibawa ke dalam hati untuk dijadikan zat warna
empedu. Sel darah merah baru akan dibentuk kembali dengan bahan zat besi
4
berbentuk seperti cakram dengan kedua permukaannya cekung
terkumpul lebih banyak di bagian tepi sel. Oleh sebab itu, bagian tepi
Bagian sentral yang kelihatan lebih pucat disebut akromia sentral yang
separuhnya terdiri dari air (60%) dan sisanya berbentuk substansi padat.
5
2.3 Kelainan Eritrosit
1. Macrocyte
2. Microcyte
6
Mikrosit ialah lebih kecil dari sel darah merah normal
(diameter sel <7 µm) dan mungkin atau tidak memiliki hemoglobin
3. Anisocytosis
1. Hipochromic
7
Hipokromia terjadi karena cadangan besi tidak memadai,
2. Hyperchromic
8
Gambar 2.7 Polikrimik dan Anisokromik
1. Target Cell
pewarnaan yang lebih dalam dari zona pusat dan tepi perifer.
9
Gambar 2.8 Target Cell
2.
Stomatocyte
Akantosit atau
"sel duri"
dibedakan
10
Akantosit terlihat dalam anomali herediter langka, A-beta-
sel merah spikula terdiri dari dua jenis, Akantosit adalah sel padat
penyakit HbS (anemia sel sabit), yang menyerang orang kulit hitam
hampir secara eksklusif. Sickle Cell juga terjadi pada penyakit HbC
Spherocyte
11
Sferosit merupakan eritrosit dengan permukaan yang rata
6. Schizocyte (Fragmentocyte)
uremik hemolitik) karena aliran cepat sel darah merah diiris terpisah
12
7. Elliptocyte (Ovalocyte)
13
dan bentuk pear sangat umum dan tidak spesifik untuk
1. Basophilic Stippling
2. Howell-Jolly Body
14
Gambar 2.17 Howell-Jolly Body
biru dan berukuran 1-2 μm.Jika ada, sel hanya berisi satu atau dua
3. Heinz Bodies
15
Gambar 2.18 Heinz Bodies
membedakan inti sel dan morfologi sitoplasma dari sel darah merah, sel
darah putih, trombosit, dan parasit yang ada di dalam darah. Pewarnaan
(Padoli, 2016).
blue dengan larutan eosin, bila sediaan darah diwarnai dengan larutan
tersebut, maka akan terlihat eritrosit berwarna merah muda, inti leukosit
16
parasit berwarna merah, dan butir kromatin parasit menjadi merah-
17
9) Label botol dengan jelas beserta nomor batch, nama orang yang
air dari udara, dan simpan di tempat sejuk yang jauh dari sinar
matahari langsung
lama dari satu hari, oleh sebab itu, oleh karena itu buatlah
1) Pengenceran 5%
2) Pengenceran 10%
adalah 20 – 25 menit.
3) Pengenceran 20%
18
Dimana 1 bagian Giemsa dan 4 bagian buffer.Waktu pendiaman
adalah 10 – 15 menit.
masih baik:
(metil alkohol) :
19
Giemsa sudah rusak dan tidak boleh dipakai lagi, bila warna
darah tepi ialah mampu menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti
Tujuan dilakukannya pewarnaan pada preparat apus darah tepi yaitu agar
memudahkan dalam melihat berbagai jenis sel dan juga dalam mengevaluasi
ke ekor.
20
Gambar 2.19 Pengambilan Sampel Darah
3. Ambil object glass baru (object glass kedua) tetapi bukan cover
sudut
21
berlawanandengan tetes darah, sehingga didapatkan sediaan hapus
30-45 menit.
5. Letakkan kaca objek tersebut dalam rak kaca objek dan biarkan
mengering.
22
Gambar 2.22 Sediaan Apusan Darah Tepi (SADT)
2.5.3 Kesalahan Pembuatan Sediaan Apusan Darah Tepi (SADT)
2. Jumlah
darah
yang
23
berlemak atau kotor dapat menyulitkan pemeriksaan. Selain itu pada
tidakberbentuk lidah.
24
5. SD yang terletak di ujungobject glass, dapat menyulitkan
dapat digeser).
BAB III
25
METODE PRAKTIKUM
Mandiri Gorontalo.
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini ialah
kaca objek, rak pewarnaan, tabung EDTA, dispo, kapas, alkohol 70%, pipet
tetes, larutan giemsa 10%, methanol, akuades, oil emersi, dan mikroskop.
4. Mewarnai sediaan apusan dengan larutan giemsa 10% tersebut selama 15-
30 menit.
perbesaran.
BAB IV
26
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Gambar Keterangan
Metode Giemsa :
1
1. Normokrom
2 2. Hipokrom
4.2 Pembahasan
darah yang kemudian diratakan diatas gelas benda. Fungsi dari pembuatan
sediaan apus darah ini adalah untuk melihat struktur sel-sel darah dengan
Tujuan dari pembuatan sediaan darah tepi ini adalah untuk evaluasi morfologi
Pada praktikum hematologi kali ini, sediaan hapusan darah tepi dibuat
27
menggunakan reagen methanol dan giemsa. Fungsi metanol adalah untuk
memfiksasi darah sehingga darah tidak hilang saat diamati sedangkan fungsi
giemsa adalah untuk mewarnai darah sehingga mudah dibedakan dan dapat
giemsa yang baik akan membetuk warna biru ditengah ungu dan paling luar
karena darah bisa tidak terlihat akibat pewarnaan yang terlalu pekat. Prinsip
preparat diberi oil imersi. Fungsi dari oil imersi adalah untuk mengurangi
indeks bias cahaya mikroskop dan sebagai pelumas agar preparat tidak
dilakukan pada counting area yaitu bagian tipis dari preparat apusan darah
tepi, hal tersebut dimaksudkan agar mendapatkan sel – sel yang tersebar
pallornya 1/3 sampai dengan ½ bagian dari penampang eritrosit. Pada saat
28
dilakukan pengamatan dibawah mikroskop dengan menggunakan preparat
apusan darah tepi yang dibuat oleh mahasiswa, tampak sel eritrosit yang
normal dari segi warna. Pemeriksaan apusan darah tepi ini berfungsi untuk
normal ehingga sentral akromia melebah lebih dari ½ bagian selnya dan
melebihi normal sehingga tampak lebih pucat. Distribusi normal sel ini adalah
berfungsi untuk menangkap oksigen. Selain itu, sel eritrosit hipokromik juga
ditemukan pada anemia sideroblastik, gagal ginjal kronis, talasemia, dan Hb-
pati (C dan E), pada preparat ini terlihat sel – sel eritrosit hipokrom.
BAB V
PENUTUP
29
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
digunakan sehingga hasil pewarnaan yang dilakukan baik dan jelas terlihat
DAFTAR PUSTAKA
30
Ardina, Rinny., dan S. Rosalinda. 2018. Morfologi Eosinofil Pada Apusan Darah
Tepi Menggunakan Pewarnaan Giemsa, Wright, Dan Kombinasi Wright-
Giemsa. Jurnal Surya Medika 3(2): 5-12.
Indriyani, Ayu. 2013. Pengaruh Variasi Volume EDTA 10% Pada Darah Terhadap
Morfologi Krenasi Pada Eritrosit.Universitas Muhammadiyah Semarang.
Jawa Tengah.
Nursasi, Suci. 2016. Pengambilan Darah Vena dan Darah Kapiler.Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Mega Rezky. Makassar.
Santosa, Budi. 2010. Differential Counting Berdasarkan Zona Baca Atas Dan
Bawah Pada Preparat Darah Apus. Prosiding Seminar Nasional UNIMUS :
55-59.
Syuhada, Ayu. 2014. Analisa Darah Lengkap. Institut Sains dan Teknologi
Nasional. Jakarta.
Tahir, A., E. Warni., Indrabayu., dan A. Suyuti. 2012. Analisa Metode Radial
Basis Function Jaringan Saraf Tiruan untuk Penentuan Morfologi Sel
Darah Merah (Eritrosit) Berbasis Pengolahan Citra. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
31
Padoli. 2016. Mikrobiologi dan Parasitologi Keperawatan. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia
Kesehatan. Jakarta.
32