Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.13 No.1, Hal.

38-47, Januari-April 2013, ISSN 1411-5549

PENGARUH KONDISI LINGKUNGAN DAN MOTIVASI TERHADAP KEMANDIRIAN


BELAJAR MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI JEMBER

Oleh :
SITI AISYIYAH *)

ABSTRAK

Kemandirian belajar mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa perlu ditumbuhkan dan
dikembangkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia melalui penciptaan kondisi
lingkungan yang kondusif dan peningkatan motivasi. Pelaksanaan penelitian ini ditujukan untuk
mengetahui pengaruh kondisi lingkungan dan motivasi baik secara parsial maupun secara serempak
terhadap kemandirian belajar mahasiswa Politeknik Negeri Jember. Sampel diambil dengan teknik
sampling acak bertingkat. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk ketiga
variabel yang telah dikalibrasi. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan inferensial. Analisis
deskriptif dilakukan untuk memperoleh gambaran secara umum dari hasil penelitian. Analisis inferensial
dilakukan untuk meguji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi baik secara parsial maupun berganda
pada taraf sinifikansi 5%. Analisis data dalam penelitian ini menunjukkan hasil sebagai berikut: (1) terdapat
pengaruh yang signifikan dari kondisi lingkungan terhadap kemandirian belajar mahasiswa, (2) terdapat
pengaruh yang signifikan dari motivasi terhadap kemandirian belajar mahasiswa, (3) terdapat pengaruh
yang signifikan secara serempak dari kondisi lingkungan dan motivasi terhadap kemandirian belajar
mahasiswa.

Kata Kunci: Kemandirian Belajar Mahasiswa, Kondisi Lingkungan, Motivasi

*) Staf Pengajar Jurusan Bahasa Komunikasi dan Pariwisata, Politeknik Negeri Jember
Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.13 No.1, Hal. 38-47, Januari-April 2013, ISSN 1411-5549

PENDAHULUAN mengembangkan dirinya secara optimal dan dapat


Mahasiswa sebagai generasi penerus belajar terus (Soedijarto, 2003).
menjadi tumpuan harapan masa depan bangsa. Salah satu bekal utama agar menjadi
Kondisi bangsa Indonesia yang semakin hari seorang life long learner (orang yang belajar
semakin memburuk membutuhkan penanganan sepanjang hayat), adalah memiliki kemandirian
yang serius dari generasi yang berkualitas. belajar. Dalam belajar, kita tidak bisa hanya
Masalah demi masalah yang terjadi tidak bergantung pada pendidik atau institusi
tertangani dengan baik, misalnya harga kebutuhan pendidikan. Rasyid (2007) menyatakan bahwa
pokok yang melambung tinggi, pelayanan tidak ada guru, sekolah, atau universitas yang
kesehatan yang buruk bagi masyarakat miskin, dapat memenuhi semua kebutuhan belajar para
korupsi yang semakin menjamur, penegakan peserta didik, sehingga mereka perlu memiliki
hukum yang tidak adil, kekerasan, tindak asusila, kemandirian belajar. Di samping itu, dalam UU RI
serta berbagai masalah lain. Generasi yang saat ini Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS
menjadi pengelola negara belum mampu memberi disebutkan “tujuan pendidikan nasional adalah
solusi yang tepat untuk mengatasi berbagai mengembangkan potensi peserta didik agar
masalah tersebut. Oleh karena itu, diperlukan menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
generasi yang handal untuk bisa mengatasi kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat,
berbagai masalah di atas. Tentu saja harapan itu berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
tertuju kepada para mahasiswa sebagai calon-calon warga negara yang demokratis serta bertanggung
pemimpin bangsa. jawab”. Jadi, karakter ‘mandiri’ menjadi salah
Sayangnya, kualitas sumber daya manusia satu tujuan pendidikan nasional bangsa Indonesia.
Indonesia dewasa ini semakin terpuruk. Pendapat Di sisi lain, rendahnya kualitas sumber
ini didasarkan pada peringkat indeks pembangunan daya manusia Indonesia menjadi salah satu
manusia (human development index/HDI) yang indikator bahwa pendidikan nasional belum dapat
dirilis oleh United Nations Development Program mencetak generasi yang memiliki kemandirian
(UNDP) pada kurun waktu tiga tahun terakhir belajar. Dengan kata lain, tingkat kemandirian
(2009 – 2011) yaitu 111, 108, dan 124. Pada tahun belajar para peserta didikIndonesia masih perlu
2011, Indonesia berada satu peringkat di bawah ditingkatkan.
Afrika Selatan yang selama ini dianggap sebagai Mengingat kemandirian belajar bukan
negara tertinggal. Peringkat ini disusun merupakan bakat atau bawaan yang dibawa sejak
berdasarkan tiga kriteria yaitu harapan hidup, lahir, kemandirian belajar tersebut harus
tingkat pendapatan/ekonomi, dan pendidikan. Hal ditumbuhkan dan dikembangkan dalam proses
ini diperparah oleh data pada tabel liga global yang pendidikan. Shadiq (2008) menyebutkan bahwa
diterbitkan oleh firma pendidikan Pearson yang faktor lembaga pendidikan sebagai lingkungan
menempatkan sistem pendidikan Indonesia pada belajar, di samping faktor keluarga, juga perlu
peringkat terendah di dunia bersama Meksiko dan diperhatikan dalam pembentukan kemandirian
Brasil (Damanik, 2012). Peringkat tersebut disusun belajar peserta didik. Oleh karena itu, perguruan
dengan memadukan hasil tes internasional dan tinggi termasuk Politeknik Negeri Jember sebagai
data, seperti tingkat kelulusan, serta berdasarkan salah satu lembaga pendidikan formal harus
keberhasilan negara-negara memberikan status memperhatikan kondisi lingkungan yang kondusif
tinggi pada guru dan memiliki "budaya" untuk mengembangkan kemandirian belajar para
pendidikan. mahasiswanya.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa Yang tidak kalah pentingnya, faktor
sistem pendidikan di Indonesia masih belum internal para mahasiswa tersebut, salah satunya
mampu menghasilkan generasi yang berkualitas. adalah motivasi, juga perlu diperhatikan. Dengan
Padahal kualitas sumber daya manusia merupakan memiliki motivasi yang baik, para mahasiswa
prasyarat utama agar dapat bersaing dengan bangsa diharapkan dapat melakukan aktivitas belajar
lain. Agar dapat menjadi manusia yang berdasarkan inisiatif dan kemauannya sendiri tanpa
berkualitas, seseorang harus meningkatkan terlalu bergantung pada kondisi eksternal.
pengetahuan dan keterampilannya secara terus Motivasi untuk belajar ini adalah salah satu bekal
menerus sesuai dengan tuntutan zaman, dengan penting untuk menumbuhkan dan mengembangkan
kata lain, ia perlu belajar sepanjang hidupnya atau kemandirian belajar mahasiswa. Berdasarkan
menjadi seorang life long learner (Aisyiyah, uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui
2012). Hal ini sejalan dengan kebutuhan dasar adanya pengaruh kondisi lingkungan dan motivasi
belajar (the basic learning needs), yaitu dapat terhadap kemandirian belajar mahasiswa
Politeknik Negeri Jember.

*) Staf Pengajar Jurusan Bahasa Komunikasi dan Pariwisata, Politeknik Negeri Jember
Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.13 No.1, Hal. 38-47, Januari-April 2013, ISSN 1411-5549

wawasan, sikap posistif, kemampuan merefleksi,


Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai dan kesiapan untuk mengelola diri dan berinteraksi
berikut: (1) Bagaimana pengaruh kondisi dengan peserta didik yang lain. Dengan kata lain,
lingkungan terhadap kemandirian belajar kemandirian belajar melibatkan aspek kognitif,
mahasiswa Politeknik Negeri Jember? (2) metakognitif, afektif, dan sosial dalam proses
Bagaimana pengaruh motivasi terhadap belajar.
kemandirian belajar mahasiswa Politeknik Negeri Aspek kognitif berkaitan kemampuan
Jember? (3) Bagaimana pengaruh kondisi berpikir atau mental mahasiswa. Aspek
lingkungan dan motivasi secara serempak terhadap metakognitif berkaitan dengan kemampuan untuk
kemandirian belajar mahasiswa Politeknik Negeri merefleksi kemampuan belajarnya sendiri. Olivier
Jember? Penelitian ini dilaksanakan untuk dan Bowler (1996) menyatakan bahwa aspek
mengetahui pengaruh kondisi lingkungan dan metakognitif mengacu pada kemampuan atau
motivasi terhadap kemandirian belajar mahasiswa pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik
baik secara parsial maupun secara serempak. Di tentang proses kognitifnya sendiri, tentang
samping itu, hasil penelitian ini juga dapat bagaimana cara belajarnya. Sedangkan menurut
memberi masukan yang bermanfaat untuk Wenden (1991) strategi metakognitif meliputi
mengadakan evaluasi berkaitan dengan kondisi keterampilan untuk merencanakan, memonitor,
lingkungan dan motivasi guna meningkatkan serta mengevaluasi aktivitas belajar.
kemandirian belajar mahasiswa Politeknik Negeri Aspek afektif, menurut Woolfolk (2004)
Jember. mengacu pada sikap yang merupakan bagian dari
Hartoto (2008) mengartikan kemandirian persepsi, cara seseorang merespon sesuatu,
dalam belajar sebagai aktivitas belajar yang motivasi dan nilai-nilai yang diyakini. Sikap juga
berlangsung lebih didorong oleh kemauan sendiri, berkaitan dengan self-esteem atau penghargaan
pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri dari terhadap diri sendiri, atau lebih dikenal dengan
peserta didik. Lebih lanjut Semiawan, dkk. seperti harga diri. Sementara itu, aspek sosial berkaitan
dikutip oleh Hartoto (2008) mengemukakan alasan dengan kemampuan seseorang dalam berinteraksi
pentingnya kemandirian dalam belajar, antara lain: dengan lingkungannya, baik dengan pendidik
a. pesatnya perkembangan IPTEK; maupun dengan peserta didik lain (Aisyiyah,
b. relativitas kebenaran penemuan IPTEK; 2012).
c. pengalaman dan praktik secara langsung Ada lima tingkatan kemandirian peserta
mempermudah memahami konsep-konsep didik dalam belajar menurut Nunan seperti yang
yang rumit dan abstrak; dikutip oleh Rasyid (2007), yaitu: Awareness,
d. pengembangan sikap dan nilai-nilai harus Involvement, Intervention, Creation, dan
diintegrasikan dalam proses pembelajaran. Transcendence. Awareness mengacu pada
Sedangkan menurut Thanasoulas (2008), kesadaran mahasiswa untuk belajar. Involvement
secara umum istilah kemandirian dalam belajar berkaitan dengan keterlibatan mahasiswa dalam
digunakan berkaitan dengan: memilih tujuan belajarnya. Intervention
a. kondisi di mana peserta didik dapat belajar melibatkan kemampuan mengidentifikasi dan
sendiri secara total; mengadaptasi tujuan dan bahan pembelajaran.
b. kemampuanyang dapat dipelajari dan Creation berarti mahasiswa mampu menentukan
diterapkan dalam proses belajar mandiri (self- tujuan belajarnya sendiri. Sedangkan
directed learning); transcendence bermakna menghubungkan atau
c. potensi/bakat yang tidak dapat disalurkan mengaitkan materi belajar di dalam kelas dengan
melalui institusi pendidikan; dunia luar.
d. latihan bagi peserta didik untuk bertanggung Dari uraian di atas dapat disimpulkan
jawab atas proses belajarnya sendiri; bahwa kemandirian belajar berarti kemampuan dan
e. kesempatan bagi peserta didik untuk kemauan peserta didik untuk bertanggung jawab
menentukan arah dari proses belajarnya atas proses belajarnya dan berinisiatif dalam
sendiri. mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan
Definisi lain dikemukakan oleh Little untuk mencapai tujuan belajar.
(2008) yang menyebutkan bahwa kemandirian Untuk menumbuhkan kemandirian
belajar berkaitan dengan keterkaitan psikologis belajar, diperlukan adanya kondisi lingkungan
antara peserta didik dengan proses belajarnya, yang kondusif. Menurut Ahmadi dan Uhbiyati
antara lain mencakup keteguhan sikap, refleksi (2003) lingkungan adalah segala sesuatu yang
kritis, pengambilan keputusan, dan tindakan berada di luar diri seseorang. Sementara itu Edge
mandiri. Hal ini berarti untuk mencapai (1999) menyebutkan bahwa lingkungan yang
kemandirian belajar, peserta didik harus memiliki mempengaruhi proses belajar menyangkut aspek

46
Siti Aisyiyah, Pengaruh Kondisi Lingkungan Dan Motivasi Terhadap Kemandirian Belajar Mahasiswa
Politeknik Negeri Jember

fisik dan psikologis di mana peserta didik dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan
berinteraksi dengan pendidik. Aspek fisik antara aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu
lain meliputi kondisi ruangan, alat-alat atau media. tujuan”.
Sedangkan aspek psikologis berkaitan dengan Motivasi ini berperan sangat penting
kondisi psikologis hubungan antara peserta didik dalam proses pembelajaran. Sardiman (2008)
dengan pendidik. menyebutkan beberapa fungsi motivasi. Fungsi
Di sisi lain, Djamarah (2008) pertama adalah untuk mendorong peserta didik
menyebutkan bahwa lingkungan terbagi atas dua untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
macam, yaitu lingkungan alami dan lingkungan yang melepaskan energi. Fungsi kedua adalah
sosial budaya. Lingkungan alami berkaitan untuk menentukan arah perbuatan, yakni ke arah
dengan kondisi alam di sekitar tempat belajar. tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian
Sedangkan lingkungan sosial budaya berkaitan motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan
dengan kondisi sosial budaya di sekitar tempat yang harus dikerjakan sesuai dengan tujuannya.
belajar. Oleh karena itu, pembangunan tempat Fungsi ketiga berguna untuk menyeleksi
belajar sebaiknya berwawasan lingkungan dan perbuatan, yaitu menentukan perbuatan apa yang
memperhatikan kondisi sosial budaya di harus dilakukan untuk mencapai tujuan, dengan
sekitarnya. meninggalkan perbuatan yang tidak bermanfaat.
Sedangkan proses pembelajaran pada Ada berbagai macam jenis motivasi,
sebuah lembaga pendidikan, menurut Hakim namun secara ringkas motivasi dapat dibedakan ke
(2000), dipengaruhi oleh beberapa faktor antara dalam dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan
lain: tegaknya kedisiplinan yang konsisten, adanya motivasi ekstrinsik (Moore, 2005). Motivasi
pendidik yang kompeten, kondisi gedung yang intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari
nyaman, serta tersedianya fasilitas untuk belajar dalam diri peserta didik tanpa dipengaruhi faktor
yang memadai. dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah
Faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi yang muncul karena adanya faktor-faktor
proses pembelajaran, menurut Sanjaya (2007), dari luar diri peserta didik, yaitu dari lingkungan.
dapat dilihat dari aspek lingkungan, yaitu faktor Pada dasarnya, motivasi yang mendorong
organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis. seseorang untuk melakukan sesuatu berkaitan
Faktor organisasi kelas, yang berkaitan dengan dengan adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi.
jumlah mahasiswa dalam satu kelas, merupakan Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
aspek penting yang bisa mempengaruhi proses Abraham Maslow dalam teori kebutuhan. Teori
pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar Maslow yang dikutip oleh Kotze (2008)
akan kurang efektif untuk mencapai tujuan menyebutkan bahwa seseorang memiliki motivasi
pembelajaran. Sedangkan faktor iklim sosial- untuk memenuhi beberapa macam kebutuhan yang
psikologis berkaitan dengan keharmonisan berbeda, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan
hubungan antara orang-orang yang terlibat dalam keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri,
proses pembelajaran. dan kebutuhan aktualisasi diri. Sedangkan menurut
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan Woolfolk (2004), faktor-faktor personal yang
bahwa kondisi lingkungan mengacu pada kondisi mempengaruhi motivasi antara lain orientasi
tempat berlangsungnya proses pembelajaran di tujuan, minat dan emosi, serta self-schemas atau
kampus yang menyangkut aspek fisik dan non keyakinan peserta didik terhadap dirinya sendiri.
fisik. Sedangkan faktor-faktor yang Dalam proses pembelajaran, ada beberapa macam
mempengaruhi lingkungan belajar antara lain motivasi yang dapat diberikan kepada peserta
meliputi kedisiplinan, kondisi gedung dan fasilitas, didik, antara lain memberi angka atau nilai, hadiah,
peran pendidik, dan iklim sosial psikologis. kompetisi, ego-involvement (harga diri peserta
Di sisi lain, salah satu faktor internal yang didik), memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian,
berkaitan dengan kemandirian belajar mahasiswa hukuman, hasrat untuk belajar, minat, serta tujuan
adalah motivasi. Menurut Woolfolk (2004), yang diakui (Djamarah, 2008).
motivasi mengacu pada kondisi internal yang Sementara itu Sardiman (2008)
mendorong, mengarahkan dan memelihara menyebutkan beberapa karakteristik individu yang
perilaku seseorang. Sementara itu, Keller dan memiliki motivasi untuk belajar antara lain tekun
Litchfield (2002) menyebutkan, “motivasi menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan,
mengacu pada hasrat seseorang untuk meraih tidak memerlukan dorongan dari luar untuk
tujuan atau melakukan suatu aktivitas, yang berprestasi sebaik mungkin, tidak cepat puas
diwujudkan dalam bentuk upaya (ketekunan serta dengan prestasi yang telah dicapainya,
kekuatan) untuk mencapai tujuan tersebut”. menunjukkan minat terhadap berbagai macam
Sardiman (2008) mengatakan, “istilah motivasi masalah, lebih senang belajar mandiri,cepat bosan
berasal dari kata motif yang berarti daya penggerak pada tugas-tugas yang rutin, dapat

47
Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.13 No.1, Hal. 38-47, Januari-April 2013, ISSN 1411-5549

mempertahankan pendapatnya, tidak mudah dan jurusan Produksi Pertanian. Setelah itu dipilih
melepaskan hal yang diyakini, serta senang satu kelas dari setiap jurusan tersebut dengan
mencari dan memecahkan soal-soal. pertimbangan teknis. Secara teknis, pemilihan
Dengan demikian dapat disimpulkan kelas tersebut dapat terjangkau oleh peneliti dalam
bahwa yang dimaksud dengan motivasi adalah waktu yang cukup terbatas. Rata-rata jumlah
daya penggerak yang mendorong, mengarahkan, mahasiswa yang diambil dalam satu kelas dari tiap
dan mempertahankan peserta didik untuk jurusan adalah 20 orang. Jadi jumlah sampel
melakukan aktivitas belajar. dalam penelitian ini adalah 120 orang.
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis Pengumpulan data dalam penelitian ini
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: (1) dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa
Kondisi lingkungan berpengaruh terhadap kuesioner untuk ketiga variabel yang diteliti.
kemandirian belajar mahasiswa. (2) Motivasi Kuesioner merupakan daftar pertanyaan atau
berpengaruh terhadap kemandirian belajar pernyataan yang diberikan kepada sampel
mahasiswa. (3) Kondisi lingkungan dan motivasi penelitian atau responden dengan maksud agar
secara serempak berpengaruh terhadap responden tersebut bersedia memberikan respons
kemandirian belajar mahasiswa. sesuai dengan permintaan pengguna (Muhidin dan
Abdurrahman, 2007). Ketiga instrumen tersebut
telah melalui proses kalibrasi yaitu pengujian
validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas
meliputi pengujian validitas konstruk, yaitu konsep
METODOLOGI PENELITIAN instrumen diperiksa oleh tenaga ahli untuk
Penelitian ini merupakan penelitian mengetahui seberapa jauh butir-butir instrumen
kuantitatif yang menggunakan metode survei. tersebut dapat mengukur dimensi dan indikator
Penelitian kuantitatif, menurut Sugiyono (2006), variabel yang diteliti, serta pengujian validitas
adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji butir instrumen dengan menggunakan rumus
hipotesis yang telah ditetapkan. Dengan Product Moment dari Karl Pearson. Pengujian
demikian, penelitian ini dimaksudkan untuk reliabilitas dilakukan pada butir yang valid dengan
membuktikan adanya pengaruh kondisi lingkungan menggunakan rumus Alpha Cronbach.
dan motivasi terhadap kemandirian belajar Berdasarkan pengujian validitas dan reliabilitas
mahasiswa Politeknik NegeriJember baik secara instrumen tersebut diperoleh instrumen variabel
parsial maupun secara serempak. Dalam kemandirian belajar yang terdiri atas 40 butir
penelitian ini, terdapat dua variabel bebas yaitu pernyataan, instrumen variabel kondisi lingkungan
kondisi lingkungan (X1) dan motivasi (X2), serta berisi 33 butir pernyataan, serta instrumen
satu variabel terikat yaitu kemandirian belajar variabel motivasi memuat 41 butir pernyataan.
mahasiswa (Y). Penelitian ini dilaksanakan di Selanjutnya data yang didapat melalui
Politeknik Negeri Jember pada semester gasal penyebaran kuesioner tersebut dianalisis secara
tahun akademik 2012/2013. deskriptif dan inferensial. Analisis deskriptif
Populasi target dari penelitian ini adalah dilakukan untuk memperoleh gambaran umum
seluruh mahasiswa Politeknik Negeri Jember hasil penelitian. Dalam tahap ini data disajikan
tahun akademik 2012/2013. Populasi terjangkau dalam statistik deskriptif seperti perhitungan mean,
adalah mahasiswa jurusan Bahasa, Komunikasi median, modus, simpangan baku (standar deviasi)
dan Pariwisata, jurusan Manajemen Agribisnis, dan rentang teoretik masing-masing variabel.
jurusan Kesehatan, jurusan Teknologi Pertanian, Sedangkan analisis inferensial dilakukan untuk
jurusan Teknologi Informasi, dan jurusan Produksi menguji hipotesis setelah dilakukan uji persyaratan
Pertanian tahun akademik 2012/2013. Keenam analisis data, yaitu uji normalitas dan uji
jurusan ini dipilih secara acak dari semua jurusan homogenitas. Uji normalitas dilakukan dengan
yang ada di Politeknik Negeri Jember. Sampel menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov,
dalam penelitian ini diambil dari satu kelas dari sedangkan uji homogenitas dilakukan dengan
setiap jurusan yang terpilih dengan teknik menggunakan One Way Anova. Pengujian
sampling acak bertingkat. Menurut Arikunto hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis
(2007), teknik ini dapat dipergunakan apabila di regresi baik secara parsial maupun berganda pada taraf
dalam populasi terdapat kelompok-kelompok signifikan 5 %. Hipotesis statistik dari penelitian ini
subjek. Pengambilan sampel dimulai dengan adalah sebagai berikut:
pemilihan jurusan di Politeknik Negeri Jember 1. H0 : py1 = 0
yang dilakukan secara acak, diperoleh jurusan H1 : py1 ≠ 0
Bahasa, Komunikasi dan Pariwisata, jurusan py1 : koefisien regresi pengaruh
Manajemen Agribisnis, jurusan Kesehatan, jurusan kondisi lingkungan terhadap
Teknologi Pertanian, jurusan Teknologi Informasi, kemandirian belajar mahasiswa

46
Siti Aisyiyah, Pengaruh Kondisi Lingkungan Dan Motivasi Terhadap Kemandirian Belajar Mahasiswa
Politeknik Negeri Jember

bebas kondisi lingkungan (X1) mempunyai


2. H0 : py2 = 0 pengaruh secara parsial terhadap kemandirian
H1 : py2 ≠ 0 belajar mahasiswa (Y). Apabila nilai probabilitas t
py2 : koefisien regresi pengaruh lebih besar dari level of significance (α), maka H0
motivasi terhadap kemandirian diterima dan H1 ditolak artinya variabel bebas
belajar mahasiswa tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.
Sebaliknya, apabila nilai probabilitas t lebih kecil
3. H0 : py.12 = 0 level of significance (α), maka H0 ditolak dan H1
H1 : py.12 ≠ 0 diterima artinya variabel bebas berpengaruh
py.12 : koefisien regresi pengaruh terhadap variabel terikat.
kondisi lingkungan dan motivasi Dari hasil analisis regresi parsial dapat
secara serempak terhadap dilihat bahwa variabel bebas kondisi lingkungan
kemandirian belajar mahasiswa (X1) memiliki nilai probabilitas t sebesar 0,000
yang lebih kecil dari level of significance (α =
HASIL PENELITIAN 0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga
Data penelitian diperoleh dari 120 variabel kondisi lingkungan (X1) berpengaruh
responden yang dipilih secara acak. Setiap secara parsial terhadap kemandirian belajar
responden diminta untuk menjawab butir-butir mahasiswa (Y).
pernyataan dalam kuesioner dari tiga variabel Uji signifikansi koefisien regresi parsial
penelitian, yaitu satu varibel terikat kemandirian dapat dilakukan dengan membandingkan nilai t
belajar mahasiswa (Y), dan dua variabel bebas hitung dengan nilai t tabel dengan kriteria apabila nilai
yaitu kondisi lingkungan (X1) dan motivasi (X2). thitung > nilai ttabel berarti terdapat pengaruh yang
Untuk mendapatkan gambaran statistik dari ketiga signifikan. Sebaliknya jika nilai thitung < nilai ttabel
variabel tersebut, terlebih dahulu dilakukan berarti pengaruh tidak signifikan. Dari hasil uji
analisis statistik deskriptif untuk mendapatkan signifikansi koefisien regresi parsial diperoleh nilai
nilai rata-rata (mean), nilai tengah (median), nilai thitung = 6,965 dan nilai t tabel pada taraf signifikansi
yang paling sering muncul (modus), simpangan 0,05 untuk uji 2 sisi adalah ttabel = 1,9799. Nilai
baku (standar deviasi), dan varians. Berdasarkan thitung = 6,965 > ttabel = 1,9799 berarti pengaruh
hasil analisis statistik deskriptif diperoleh data kondisi lingkungan (X1) terhadap kemandirian
sebagai berikut: belajar mahasiswa (Y) adalah signifikan dan
positif, sehingga semakin baik kondisi lingkungan
Tabel 1. Hasil Analisis semakin baik pula kemandirian belajar mahasiswa.
Statistik Deskriptif Rangkuman hasil uji signifikansi tersebut dapat
Kondisi Motivasi dilihat dalam tabel berikut:
Kemandirian
Lingkung
Belajar
an
n Valid 120 120 120
Missi Tabel 2. Hasil Uji Signifikansi Pengaruh X1
0 0 0
ng
Mean 4.178 3.960 4.148 terhadap Y
Median Koefisien
4.200 3.900 4.100 Koefisien ttabel
Determin thitung Kesimpulan
Modus 4.2 3.8 4.0 Regresi (=0,025)
asi
Standar Deviasi .3053 .3688 .3425 0,291 Pengaruh
0,540 6,625 1,9799
Varians .093 .136 .117 signifikan
Rentang 1.5 2.8 2.2
Minimum 3.5 2.7 3.2 Koefisien determinasi sebesar 0,291
Maksimum 5.0 5.5 5.4
menunjukkan bahwa 29,1% kemandirian belajar
mahasiswa ditentukan oleh kondisi lingkungan
Dalam hipotesis pertama tentang (X1) setelah motivasi mahasiswa (X2) dikontrol.
pengaruh variabel kondisi lingkungan (X1) Berdasarkan hasil analisis di atas dapat
terhadap kemandirian belajar mahasiswa (Y) telah disimpulkan bahwa hipotesis alternatif (H1)
dikemukakan hipotesis nol (H0): py1 = 0, dan diterima. Hal ini berarti terdapat pengaruh positif
hipotesis alternatif (H1): py1 ≠ 0, di mana py1 adalah dari kondisi lingkungan terhadap kemandirian
pengaruh X1 terhadap Y. Dari hasil analisis belajar mahasiswa.
regresi sederhana variabel X1 terhadap Y diperoleh Dalam hipotesis kedua tentang pengaruh
harga a = 2,408 dan b = 0,447, sehingga variabel motivasi (X2) terhadap kemandirian
berdasarkan persamaan regresi sederhana Y = a + belajar mahasiswa (Y) telah dikemukakan
b X1 diperoleh persamaan Y = 2,408 + 0,447X1. hipotesis nol (H0): py2 = 0, dan hipotesis alternatif
Selanjutnya dilakukan uji koefisien (H1): py2 ≠ 0, di mana py2 adalah pengaruh X2
regresi secara parsial yang dipergunakan untuk terhadap Y. Dari hasil analisis regresi sederhana
menguji apakah koefisien regresi dari variabel

47
Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.13 No.1, Hal. 38-47, Januari-April 2013, ISSN 1411-5549

variabel X2 terhadap Y diperoleh harga a = 1,572 dari motivasi terhadap kemandirian belajar
dan b = 0,628, sehingga berdasarkan persamaan mahasiswa.
regresi sederhana Y = a + b X2 diperoleh Dalam hipotesis ketiga tentang pengaruh
persamaan Y = 1,572 + 0,628X2. variabel kondisi lingkungan (X1) dan motivasi (X2)
Selanjutnya dilakukan uji koefisien secara serempak terhadap kemandirian belajar
regresi secara parsial yang dipergunakan untuk mahasiswa (Y) telah dikemukakan hipotesis nol
menguji apakah koefisien regresi dari variabel (H0): py.12 = 0, dan hipotesis alternatif (H1): py.12 ≠
bebas motivasi (X2) mempunyai pengaruh secara 0, di mana py.12 adalah pengaruh X1 dan X2 secara
parsial terhadap kemandirian belajar mahasiswa serempak terhadap Y. Pengujian hipotesis ketiga
(Y). Apabila nilai probabilitas t lebih besar dari dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
level of significance (α), maka H0 diterima dan H1 berganda. Berikut ini adalah hasil analisis regresi
ditolak artinya variabel bebas tidak berpengaruh berganda variabel X1 dan X2 terhadap Y.
terhadap variabel terikat. Sebaliknya, apabila nilai Berdasarkan hasil analisis regresi
probabilitas t lebih kecil level of significance (α), berganda diperoleh harga a = 1,163, b1 = 0,221
maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya variabel dan b2 = 0,516, sehingga berdasarkan persamaan
bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. regresi sederhana Y = a + b1X1 + b2X2 diperoleh
Dari hasil analisis regresi parsial dapat persamaan Y = 1,163 + 0,221X1 + 0,516X2.
dilihat bahwa variabel bebas motivasi (X2) Selanjutnya dilakukan analisis regresi
memiliki nilai probabilitas t sebesar 0,000 yang berganda variabel kondisi lingkungan (X1) dan
lebih kecil dari level of signifikance (α = 0,05), belajar (X2) secara serempak terhadap kemandirian
maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga variabel belajar mahasiswa (Y). Dari hasil analisis
motivasi (X2) berpengaruh secara parsial terhadap diketahui bahwa probabilitas F sebesar 0,000 yang
kemandirian belajar mahasiswa (Y). menunjukkan bahwa probabilitas F lebih kecil dari
Uji signifikansi koefisien regresi parsial level of significance (α = 0,05), maka H0 ditolak
dapat dilakukan dengan membandingkan nilai t dan H1 diterima, yang berarti variabel kondisi
hitung dengan nilai t tabel dengan kriteria apabila nilai lingkungan (X1) dan motivasi (X2) secara
thitung > nilai ttabel berarti terdapat pengaruh yang serempak berpengaruh terhadap kemandirian
signifikan. Sebaliknya jika nilai thitung < nilai ttabel belajar mahasiswa (Y).
berarti pengaruh tidak signifikan. Uji signifikansi Uji signifikansi dilakukan dengan
menunjukkan nilai t hitung = 10,791 dan nilai t tabel membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel.
pada taraf signifikansi 0,05 untuk uji 2 sisi adalah t Jika nilai Fhitung lebih besar daripada nilai Ftabel,
tabel = 1,9799. Nilai t hitung = 10,791 > t tabel = berarti pengaruh veariabel bebas terhadap variabel
1,9799. Hal ini berarti pengaruh motivasi (X2) terikat signifikan. Hasil uji signifikansi
terhadap kemandirian belajar mahasiswa (Y) menunjukkan nilai Fhitung = 72,085 dan nilai Ftabel
adalah signifikan dan positif, sehingga semakin pada taraf signifikasi 5% adalah 3,07. Nilai Fhitung
tinggi motivasi mahasiswa semakin tinggi pula = 72,085 > Ftabel = 3,07 berarti regresi Y atas X1
tingkat kemandirian belajarnya. Rangkuman hasil dan X2 adalah signifikan. Dengan demikian dapat
uji signifikansi tersebut dapat dilihat dalam tabel disimpulkan bahwa pengaruh kondisi lingkungan
berikut: (X1) dan motivasi (X2) secara serempak terhadap
kemandirian belajar mahasiswa (Y) adalah
signifikan. Rangkuman hasil uji signifikansi
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Koefisien ttabel
Koefisien Tabel 4. Hasil Uji Signifikansi Pengaruh X1 dan X2 terhadap Y
Determinasi thitung (=0,0 Kesimpulan
Regresi Koefi
25) Ftabel
sien
0,497 Pengaruh Koefisien
10,79 Deter Fhitung = Kesimpulan
0,705 1,9799 sangat Regresi
1** mina 0,05
signifikan si
Pengaruh
0,743 0,552 72,085** 3,07 sangat
Tabel 3. Hasil Uji Signifikansi Pengaruh X2 terhadap Y signifikan

Koefisien determinasi sebesar 0,497 Dari tabel di atas diketahui bahwa nilai
menunjukkan bahwa 49,7% kemandirian belajar koefisien regresi ganda RY.12 = 0,743 dan koefisien
mahasiswa ditentukan oleh motivasi mahasiswa determinasi R2Y.12 = 0,552. Koefisien determinasi
(X2) setelah kondisi lingkungan (X1) dikontrol. sebesar 0,552 menunjukkan bahwa 55,2%
Berdasarkan hasil analisis di atas dapat kemandirian belajar mahasiswa ditentukan oleh
disimpulkan bahwa hipotesis alternatif (H1) kondisi lingkungan dan motivasi mahasiswa secara
diterima. Hal ini berarti terdapat pengaruh positif

46
Siti Aisyiyah, Pengaruh Kondisi Lingkungan Dan Motivasi Terhadap Kemandirian Belajar Mahasiswa
Politeknik Negeri Jember

serempak. Nilai koefisien yang positif kemandirian belajar mahasiswa pada konstanta
menunjukkan arah pengaruh yang positif pula. 1,572.
Berdasarkan hasil analisis di atas dapat Adapun koefisien regresi motivasi (X1)
disimpulkan bahwa hipotesis alternatif (H1) terhadap kemandirian belajar mahasiswa (Y)
diterima. Hal ini berarti terdapat pengaruh yang adalah ry2 = 0,705 dan koefisien determinasi r2y2 =
signifikan dan positif dari kondisi lingkungan dan 0,497 yang telah teruji signifikan sehingga dapat
motivasi secara serempak terhadap kemandirian diartikan bahwa variabel motivasi sangat
belajar mahasiswa. Artinya semakin baik kondisi berpengaruh terhadap kemandirian belajar
lingkungan yang diikuti dengan motivasi yang mahasiswa sebesar 49,7%.
semakin tinggi, maka semakin tinggi pula Dengan demikian dapat disimpulkan
kemandirian belajar mahasiswa. bahwa tingkat motivasi mahasiswa yang tinggi
dapat menaikkan tingkat kemandirian belajar
PEMBAHASAN mahasiswa. Demikian pula sebaliknya, tingkat
Berdasarkan pengujian hipotesis yang motivasi belajar yang rendah dapat menurunkan
dilakukan terhadap data hasil penelitian, diketahui tingkat kemandirian belajar mahasiswa.
bahwa ketiga hipotesis yang diajukan dalam Dari hasil analisis regresi berganda
penelitian ini teruji kebenarannya. Pengaruh terlihat bahwa pengaruh kondisi lingkungan (X1)
variabel bebas terhadap variabel terikat, yaitu dan motivasi (X2) secara serempak terhadap
kondisi lingkungan (X1) terhadap kemandirian kemandirian belajar mahasiswa (Y) cukup berarti
belajar mahasiswa (Y), motivasi (X2) terhadap pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan persamaan
kemandirian belajar mahasiswa (Y), serta kondisi regresi linier Y = 1,163 + 0,221X1 + 0,516X2. Ini
lingkungan (X1) dan motivasi (X2) secara berarti bahwa kenaikan skor pada kondisi
serempak terhadap kemandirian belajar mahasiswa lingkungan dan skor pada motivasi diikuti oleh
(Y) bersifat signifikan. Hal ini berarti bahwa kenaikan skor kemandirian belajar mahasiswa
kondisi lingkungan dan motivasi sebagai variabel pada konstanta 1,163.
bebas sangat menentukan tingkat kemandirian Adapun koefisien regresi kondisi
belajar mahasiswa sebagai variabel terikat. lingkungan (X1) dan motivasi (X2) secara
Selanjutnya pengaruh variabel bebas dan serempak terhadap kemandirian belajar mahasiswa
variabel terikat tersebut dapat dijelaskan sebagai (Y) adalah RY.12 = 0,743 dan koefisien determinasi
berikut. Dari hasil analisis data terlihat bahwa R2Y.12 = 0,552 telah teruji signifikan sehingga
terdapat pengaruh kondisi lingkungan (X1) dapat diartikan bahwa variabel kondisi lingkungan
terhadap kemandirian belajar mahasiswa (Y) yang dan motivasi secara serempak berpengaruh
cukup berarti pada taraf signifikansi α = 0,05 terhadap kemandirian belajar mahasiswa sebesar
dengan persamaan regresi linear Y = 2,408 + 55,2%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase
0,447X1. Ini berarti bahwa setiap kenaikan satu sumbangan pengaruh variabel kondisi lingkungan
skor pada kondisi lingkungan diikuti oleh kenaikan dan motivasi terhadap kemandirian belajar
0,447 skor kemandirian belajar mahasiswa pada mahasiswa sebesar 55,2%. Sedangkan sisanya
konstanta 2,408. 44,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
Adapun koefisien regresi kondisi dimasukkan dalam penelitian ini.
lingkungan (X1) terhadap kemandirian belajar Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat
mahasiswa (Y) adalah ry1 = 0,540 dan koefisien dilihat bahwa semakin baik kondisi lingkungan
determinasi r2y1 = 0,291 telah teruji signifikan yang diikuti oleh motivasi yang tinggi maka
sehingga dapat diartikan bahwa variabel kondisi kemandirian belajar mahasiswa akan semakin
lingkungan memberikan sumbangan terhadap tinggi. Demikian pula sebaliknya, makin buruk
kemandirian belajar mahasiswa sebesar 29,1%. kondisi lingkungan yang diikuti oleh motivasi
Dengan demikian dapat disimpulkan kondisi lingkungan yang rendah maka kemandirian
bahwa kondisi lingkungan yang baik atau kondusif belajar mahasiswa juga akan semakin rendah.
dapat meningkatkan kemandirian belajar Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua
mahasiswa. Demikian pula sebaliknya, kondisi variabel yaitu kondisi lingkungan dan motivasi
lingkungan yang buruk dapat menyebabkan mempunyai pengaruh signifikan baik secara
kemandirian belajar mahasiswa menurun. parsial maupun secara serempak terhadap
Selanjutnya dari hasil analisis data terlihat kemandirian belajar mahasiswa.
adanya pengaruh motivasi (X2) terhadap
kemandirian belajar mahasiswa (Y) yang cukup
berarti pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan KESIMPULAN
persamaan regresi linier Y = 1,572 + 0,628X2. Ini Berdasarkan hasil analisis data penelitian
berarti bahwa setiap kenaikan satu skor pada dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan dan
motivasi diikuti oleh kenaikan 0,628 skor motivasi berpengaruh signifikan baik secara

47
Jurnal Ilmiah INOVASI, Vol.13 No.1, Hal. 38-47, Januari-April 2013, ISSN 1411-5549

parsial maupun secara serempak terhadap Hartoto. Pengertian dan Unsur-Unsur Pendidikan.
kemandirian belajar mahasiswa Politeknik Negeri 2008.
Jember. Secara lebih rinci, hal itu dapat diuraikan http://fatamorghana.wordpress.com/2008/
sebagai berikut. Pertama, kondisi lingkungan 07/11/bab-ii-pengertian-dan-unsur-unsur-
secara signifikan mempengaruhi kemandirian pendidikan/.
belajar mahasiswa. Kedua, motivasi secara
signifikan mempengaruhi kemandirian belajar Keller, John M. and Brenda C.Litchfield.
mahasiswa. Ketiga, kondisi lingkungan dan “Motivation and Performance”, In Trends
motivasi secara serempak berpengaruh signifikan and Issues in Instructional Design and
terhadap kemandirian belajar mahasiswa. Technology. New Jersey: Pearson
Education, Inc., 2002.
SARAN
Saran yang diberikan dalam penelitian ini Kotze, Robin Stuart. Motivation Theory. 2008.
ditujukan kepada para mahasiswa, dosen,dan http://www.goal-setting-
seluruh civitas akademika Politeknik Negeri guide.com/motivation-theory.html.
Jember. Para mahasiswa hendaknya selalu
berupaya meningkatkan kemandirian belajar Little, David. “Learner Autonomy and
mereka dengan memanfaatkan kondisi lingkungan Second/Foreign Language Learning”.
yang baik serta selalu berusaha memelihara dan Subject Centre for Languages,
meningkatkan motivasi dengan baik. Para dosen Linguistics, and Area Studies. 2008.
sebaiknya juga melakukan upaya untuk http://lang.ltsn.ac.uk/resources/goodpracti
meningkatkan motivasi belajar mahasiswa, baik itu ce.aspx?resourceid=1409.
motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik.
Seluruh civitas akademika seharusnya Moore, Kenneth D. Effective Instructional
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif Strategies: From Theory to Practice.
agar para mahasiswa dapat meningkatkan California: Sage Publication, Inc., 2005.
kemandirian belajar mereka.
Muhidin, Sambas Ali dan Maman Abdurrahman.
Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur
dalam Penelitian. Bandung: Pustaka
DAFTAR PUSTAKA Setia, 2007.

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. Olivier, Carolyn and Rosemary F. Bowler.
Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Learning to Learn. New York: Fireside,
1996
Aisyiyah, Siti. ”Kemandirian Belajar dan
Hubungannya dengan Lingkungan Rasyid, Fathor. “Strategy Training for Learner
Belajar serta Motivasi Belajar Siswa”. Autonomy: Language Planning and
Jurnal Ilmiah Inovasi,Vol.12, No.3 Edisi: Policy Perspective”. International
September - Desember 2012. Jember: Journal of Education.
Politeknik Negeri Jember, 2012. Vol.2,No.1,November 2007. Bandung:
UPI, 2007.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta, 2007. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Edge, Julian. Essentials of English Language Jakarta: Kencana, 2007.
Teaching. New York: Longman, 1999.

Damanik, Caroline. Sistem Pendidikan Indonesia


Terendah di Dunia. Kompas.Com, 2012.

Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar.


Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Hakim, Thursan. Belajar Secara Efektif. Jakarta:


Puspa Swara, 2000.

46
Siti Aisyiyah, Pengaruh Kondisi Lingkungan Dan Motivasi Terhadap Kemandirian Belajar Mahasiswa
Politeknik Negeri Jember

Sardiman, A.M. Interaksi & Motivasi Belajar


Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2008.

Shadiq, Fadjar. Memupuk Kemandirian Sebagai


Strategi Pengembangan Kepribadian.
2008.
http://www.acehrecoveryforum.org/librar
y/
download.php?file=Memupuk%20Keman
dirian%20Sebagai%20Strategi%20Penge
mbangan%20Kepribadian.pdf.

Soedijarto. Pendidikan Nasional sebagai Proses


Transformasi Budaya. Jakarta: Balai
Pustaka, 2003.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan:


Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta, 2006.

Thanasoulas, Dimitrios. “What is Learner


Autonomy and How Can It Be
Fostered?”, The Internet TESL Journal.
2008.
http://iteslj.org/Articles/Thanasoulas-
Autonomy.html.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20


Tahun 2003 tentang SISIKNAS. Bandung:
Citra Umbara, 2006.

Wenden, Anita. Learner Strategies for Learner


Autonomy. Cambridge: Prentice Hall
International (UK) Ltd., 1991.

Woolfolk, Anita. Educational Psychology. Boston:


Pearson Education, Inc., 2004.

47

Anda mungkin juga menyukai