TIMPANOMETRI
I. PENDAHULUAN
dilakukan dengan tes penala, tes berbisik, dan audio nada murni. Sedangkan
audiologi khusus diperlukan untuk membedakan tuli sensorineural koklea dengan
retrokoklea, tes untuk tuli anorganik, audiologi anak, audiologi
industri.(Adams,1997)
Pemeriksaan pendengaran dapat meningkatkan presisi dalam mendiagnosis
lokus patologis penyakit-penyakit spesifik. Pasien-pasien dengan penyakit
berbeda pada daerah yang sama (misal ketulian dan sindrom Meniere, keduanya
II. ANATOMI TELINGA
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk
keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga
luar, telinga tengah, dan telinga dalam.(Haris,2009)
tuba auditiva. Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1 mm, panjangnya sekitar
35 mm, menghubungkan telinga ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii
tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan
manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai
drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah
dengan tekanan atmosfer.(Haris,2009 dan Bauman,1996)
tulang temporal. Bagian ini merupakan rongga yang berisi udara untuk
menjaga tekanan udara agar seimbang.(Nursecerdas,2009 dan Haris,2009)
Selain itu terdapat pula tiga tulang pendengaran yang tersusun seperti
rantai yang menghubungkan gendang telinga dengan jendela oval. Ketiga
tulang tersebut adalah tulang martil (maleus) menempel pada gendang telinga
dan tulang landasan (inkus). Kedua tulang ini terikat erat oleh ligamentum
sehingga mereka bergerak sebagai satu tulang. Tulang yang ketiga adalah
tulang sanggurdi (stapes) yang berhubungan dengan jendela oval. Antara
gerakan yang berasal dari dalam tubuh sendiri.Otot-otot ini berfungsi protektif
dengan cara meredam getaran-getaran berfrekuensi tinggi.(Ayon,2010 dan
Jusuf,2003)
Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah,
yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki
menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela
bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh
membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis,
atau struktur berbentuk cincin. Anulus jendela bulat maupun jendela oval
mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat
mengalami kebocoran ke telinga tengah, kondisi ini dinamakan fistula
perilimfe.(Nursecerdas,2009)
dipisahkan dari duktus koklearis oleh lamina spiralis osseus dan membran
basillaris.(Bauman,1996)
10
Berbeda dengan sistem hantaran telinga luar yang berupa pipa penyalur bunyi
ke membran tympani, sistem hantaran telinga tengah di samping merambatkan,
juga memperkuat daya dorong getaran bunyi(Haris,2009). Perkuatan daya
dorong getaran bunyi oleh sistem hantaran atau sistem konduksi dihasilkan oleh
2 mekanisme, yaitu:
1. Rasio antara membran timpani dibanding luas fenestra ovalis sebesar 17:1,
yang memberikan perkuatan sebesar 17 kali dari bunyi aslinya di udara.
2. Efek pengungkit dari maleus dan inkus yang menyumbangkan momentum
perkuatan daya sebesar 1,3 kali.(Soepardi,2001 dan Grimes,1997)
Pada membran timpani utuh yang normal, suara merangsang jendela oval
dulu, dan terjadi jeda sebelum efek terminal stimulasi mencapai jendela bulat.
Namun waktu jeda akan berubah bila ada perforasi pada membran timpani yang
cukup besar yang memungkinkan gelombang bunyi merangsang kedua jendela
oval dan bulat bersamaan. Ini mengakibatkan hilangnya jeda dan menghambat
gerakan maksimal motilitas cairan telinga dalam dan rangsangan terhadap sel-sel
11
IV. TIMPANOMETRI
Pada tahun 1946, Otto Metz secara sistematis mengevaluasi akustik imitans
dari telinga normal dan abnormal. Metz menerangkan dengan jelas perubahan-
perubahan akustik imitans yang dihubungkan dengan gangguan-gangguan di
telinga tengah. Pengembangan alat elektroakustik sederhana oleh Terkildsen dan
12
13
langsung dari kelenturan (gerakan) membrana timpani dan sistem osikular dalam
berbagai kondisi tekanan positif, normal, atau negatif. Energi akustik tinggi
dihantarkan pada telinga melalui suatu tabung tersumbat; sebagian diabsorpsi dan
sisanya dipantulkan kembali ke kanalis dan dikumpulkan oleh saluran kedua dari
tabung tersebut. Bila telinga terisi cairan, atau bila gendang telinga menebal, atau
sistem osikular menjadi kaku, maka energi yang dipantulkan akan lebih besar
dari telinga normal. Dengan demikian jumlah energi yang dipantulkan makin
setara dengan energi insiden. Hubungan ini digunakan sebagai sarana pengukur
kelenturan.(Adams,1997)
Gambar 6. Timpanometer(Grason,2010)
14
15
tekanan udara dalam liang telinga luar. Jadi tekanan dalam rongga telinga tengah
diukur secara tak langsung.(Sedjawidada,1978)
Tekanan dalam liang telinga luar kemudian diturunkan lagi sampai -400
mmH2O. Dengan demikian akan terjadi lagi kekakuan dari membrana timpani
dan untaian tulang-tulang pendengaran, sehingga tak ada bunyi yang diserap, dan
energi bunyi yang dipantulkan akan meningkat lagi.(Sedjawidada,1978)
Timpanometri merupakan salah satu dari 3 pengukuran imitans yang banyak
digunakan dalam menilai fungsi telinga tengah secara klinis, di samping imitans
statik dan ambang refleks akustik.(Hidayat,2009)
16
diterima oleh membran timpani. Hal ini menggambarkan suatu compliance yang
rendah. Compliance yang rendah menunjukkan kekakuan atau obstruksi pada
telinga tengah. Data-data yang didapat membentuk sebuah gambar 2 dimensi
pengukuran mobilitas membran timpani. Pada telinga normal, kurva yang timbul
menyerupai gambaran lonceng.(Hidayat,2009)
Penghantaran bunyi melalui telinga tengah akan maksimal bila tekanan udara
sama pada kedua sisi membran timpani. Pada telinga yang normal, penghantaran
maksimum terjadi pada atau mendekati tekanan atmosfir. Itulah sebabnya ketika
tekanan udara di dalam liang telinga sama dengan tekanan udara di dalam kavum
timpani, imitans dari sistem getaran telinga tengah normal akan berada pada
puncak optimal dan aliran energi yang melalui sistem ini akan maksimal.
Tekanan telinga tengah dinilai dengan bermacam-macam tekanan pada liang
telinga yang ditutup probe sampai sound pressure level (SPL) berada pada titik
minimum. Hal ini menggambarkan penghantaran bunyi yang maksimum melalui
telinga tengah. Tetapi bila tekanan udara dalam salah satu liang telinga lebih dari
(tekanan positif) atau kurang dari (tekanan negatif) tekanan dalam kavum
timpani, imitans sistem akan berubah dan aliran energi berkurang. Dalam sistem
yang normal, begitu tekanan udara berubah sedikit di bawah atau di atas dari
tekanan udara yang memproduksi imitans maksimum, aliran energi akan
menurun dengan cepat sampai nilai minimum.(Hidayat,2009)
Pada tekanan yang bervariasi di atas atau di bawah titik maksimum, SPL nada
pemeriksaan di dalam liang telinga bertambah, menggambarkan sebuah
penurunan dalam penghantaran bunyi yang melalui telinga
tengah.(Hidayat,2009)
VI. INTERPRETASI
17
Kelenturan maksimal diperoleh pada tekanan udara normal, dan berkurang jika
tekanan udara ditingkatkan atau diturunkan. Individu dengan pendengaran
normal atau dengan gangguan sensoneural akan memperlihatkan sistem timpani-
osikular yang normal.(Adams,1997)
Liden (1969) dan Jerger (1970) mengembangkan suatu klasifikasi
timpanogram. Tipe-tipe klasifikasi yang diilustrasikan adalah sebagai
berikut(Adams,1997):
1. Tipe A
terdapat pada fungsi telinga tengah yang normal.
mempunyai bentuk khas, dengan puncak imitans berada pada titik
0 daPa dan penurunan imitans yang tajam dari titik 0 ke arah
negatif atau positif. Kelenturan maksimal terjadi pada atau dekat
tekanan udara sekitar, memberi kesan tekanan udara telinga tengah
yang normal.
18
19
4. Tipe B
Timpanogram tidak memiliki puncak melainkan pola cenderung
mendatar, atau sedikit membulat yang paling sering dikaitkan
dengan cairan di telinga tengah (kavum timpani), misalnya pada
otitis media efusi. ECV dalam batas normal, terdapat sedikit atau
tidak ada mobilitas pada telinga tengah. Bila tidak ada puncak
tetapi ECV > normal, ini menunjukkan adanya perforasi pada
membran timpani.
20
5. Tipe C
Terdapat pada keadaan membran timpani yang retraksi dan
malfungsi dari tuba Eustachius.
Tekanan telinga tengah dengan puncaknya di wilayah tekanan
negatif di luar -150 mm H2O indikatif ventilasi telinga tengah
miskin karena tabung estachius disfungsi. Pola timpanometrik,
dalam kombinasi dengan pola audiogram, ijin diferensiasi antara
dan klasifikasi gangguan telinga tengah.
21
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams GL, Boies LR, Higler PA. Boies Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1997. p. 30,46
2. Sedjawidada R. Uraian Singkat Audiologi. Bagian Ilmu Penyakit Telinga,
Hidung, dan Tenggorokan. Fakultas Kedokteran Unhas. Makassar. Hal 1-
4,13-16.
3. Grimes T, et al. Audiologi: Ballenger J.J. In: Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorokan, Kepala, Leher. Binarupa Aksara. Grogol, Jakarta. Indonesia.
1997. p. 273-280.
4. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Keenam. Jakarta; Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. p 15-18,27
5. Haris. Anatomi makhluk hidup [online] 2009 November 20 [cited 2010
th
th
November 4 ]. Available from URL:
http://anatomimakhlukhidup.blogspot.com/
6. Ismail K. Pendengaran [online] 2008 [cited on 27 Januari 2010]. Available
from URL : http://kumpulanfakta.blogspot.com/search?q=pendengaran
7. Bauman R, Dutton S. Human Anatomy and Physiology. Whittier Publications
Inc. Lido Beach New York. 1996. p. 187-190.
8. Nursecerdas. Anatomi Fisiologi Telinga [online] 2009 February 5 th [cited
2010 November 4th]. Available from URL:
http://nursecerdas.wordpress.com/2009/02/05/217/
9. Netter. Atlas of Netter [online] 2010 [cited on 2010 November 6 ]. Available
th
from URL: http://www.netterimages.com/image/265.htm
10. Faiz, O. & Moffat, D. At a Glance Anatomi. Erlangga Medical Series. Jakarta.
2004. p. 153
11. Netter. Atlas of Netter [online] 2010 [cited on 2010 November 6 ]. Available
th
from URL: http://www.netterimages.com/image/439.htm .
23
th
10 2010]. Available from URL:
http://ayoncrayon.blogspot.com/2010/03/anatomi-fisiologi-telinga.html
16. Berne RM, Levy BM, Stanton BA. Physiology Fifth Edition. Mosby.
Virginia. 2004. p.133.
17. McWilliams T., Bass J. Earsn [online] 2010 [cited 2010 November 12 ].
th
24
25
DAFTAR
LAMPIRAN: