Anda di halaman 1dari 3

Keruntuhan Teori Evolusi

Bumi memiliki sistem yang didesain sempurna dan sangat rumit. Atmosfir yang dimiliki bumi
ini menyebabkan dimungkinkannya adanya kehidupan di bumi. Dan air merupakan salah satu
unsur utama kehidupan. Jutaan spesies tumbuhan dan hewan yang berbeda hidup dibumi dengan
sangat harmonis dan terus hidup tanpa terusik. Namun bagaimanakah sistem dan kehidupan ini
berawal? Setiap mahluk hidup memiliki sisitem yang kompleks dan tertata maka tentu semua
sistem ini memiliki pencipta.

Teori evolusi merupakan buah filsafat materialistis yang muncul bersamaan dengan
kebangkitan filsafat-filsafat materialistis kuno dan kemudian menyebar luas di abad ke-19. Karena
menolak penciptaan, pandangan ini menyatakan bahwa segala sesuatu, hidup ataupun tak hidup,
muncul tidak melalui penciptaan tetapi dari sebuah peristiwa kebetulan yang kemudian mencapai
kondisi teratur. Filsafat materialistis, yang bertentangan dengan karakteristik paling mendasar akal
manusia ini, memunculkan “teori evolusi” di pertengahan abad ke-19. Bahwa semua spesies di
bumi ini muncul menjadi ada akibat proses kebetulan. Pencetus teori evolusi adalah Charles
Darwin dalam bukunya The Origin of Spesies yang terbit pada tahun 1859.

Teori Darwin menyatakan semua spesies berasal dari moyang yang sama melalui perubahan
sedikit demi sedikit dalam waktu lama. Tapi bagaimana mahluk hidup pertama berawal tidak
dibahasnya dan ini menjadi bantahan terhadap teorinya. Makhluk hidup yang sangat beraneka
ragam ini diklaimnya berasal dari satu nenek moyang yang sama dan terus semakin berubah
melalui suatu proses evolusi kumulatif dalam jangka waktu yang lama. Teori ini telah tersebar
lewat sarana dan propaganda dahsyat dari pendukungnya yaitu para evolusionist. Darwin
menyadari, bahwa dalam teorinya masih terdapat banyak sekali kekurangan. Namun ia berharap
kekurangan tersebut dapat diketemukan titik terang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi. Namun ibarat menangkap bayangan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
justru mematahkan klaimnya satu persatu. Satu hal yang perlu digaris bawahi adalah bagaimana
makhluk awal yang diklaimnya sebagai nenek moyang makhluk hidup berawal? Darwin sama sekali
tidak mengulas terkait hal ini. Adalah anggapan umum di masanya bahwa makhluk hidup dapat
muncul dari benda tak hidup/materi. Katak dapat muncul dari lumpur, serangga dari sisa makanan,
tikus dari segenggam gandum di kain kotor, belatung pada daging busuk dsb. Tapi klaim tersebut
terbantahkan satu persatu diantaranya ternyata diketahui belatung pada daging busuk tidak dapat
muncul sendiri melainkan adanya lalat yang meletakkan larva mikroskopis ke dalamnya. Dimasa
Darwin, sel sederhana yang dianggap sebagai nenek moyang makhluk hidup hanya terlihat dengan
mikroskop dimasanya sebagai segmen-segmen kecil. Namun, penemuan mikroskop elektron
canggih pada pertengahan abad 20 menunjukkan betapa rapi dan kompleksnya struktur sel. Dalam
suatu sel yang mikroskopis ada kehidupan tersembunyi layaknya sebuah pabrik yang sangat
teratur dan dinamis. Mustahil hal ini merupakan hasil kebetulan. Beberapa eksperimen para
ilmuwan ternama seperti Stanley Miller, Alexandre Oparin dan Louis Pasteur semakin melemahkan
ke-absahan teori Evolusi. Hingga akhirnya eksperimen-eksperiman tersebut bertemu pada satu
kesimpulan bahwa materi tak akan pernah bisa menciptakan makhluk hidup sekalipun dalam
bentuk yang paling sederhana.
Penemuan struktur DNA oleh James Watson dan Francis Crick menunjukkan bahwa
kehidupan jauh lebih kompleks dari yang dibayangkan sebelumnya. Didalam DNA terdapat
informasi-informasi sifat fisik dan fisiologis seperti warna bola mata, bentuk wajah hingga bentuk
dan fungsi organ dalam terdapat dalam untaian helix ganda DNA yang tersimpan didalam inti sel.
Uniknya, gudang informasi raksasa ini tersimpan di dalam inti sel kita yang sangat sangat kecil
berukuran sekitar 1/1000mm. Jelas keajaiban ini tidak akan pernah muncul secara kebetulan
melainkan ada seniman super hebat yang telah mendesainnya. Teori darwin tak akan mampu
berkata apa-apa dihadapkan pada semua keajaiban ini.

Seperti tak kekurangan akal, para evolusionist menambahkan mekanisme seleksi alam untuk
memperkokoh teorinya. Namun belakangan diketahui bahwa seleksi alam hanyalah
menghilangkan individu-individu lemah dan cacat sebagai upaya menjamin kelangsungan hidup
spesies yang bersangkutan. Mekanisme ini tidaklah dapat mengubah suatu spesies menjadi spesies
lain bahkan yang jauh hubungan kekerabatannya semisal reptil menjadi burung, ikan menjadi
burung, reptil menjadi mamalia dsb. Begitupun dengan mekanisme mutan, mutasi adalah suatu
proses reaksi karena adanya stimulus dari luar yang menyebabkan teracak atau terdistorsinya
susunan kode genetik suatu makhluk hidup. Namun ini bersifat merusak susunan organisme yang
telah sempurna bukannya malah memunculkan organ baru dan membentuknya menjadi
organisme yang semakin kompleks dan sempurna. Tak hanya dari sisi sains, ilmu paleontologi pun
tak menemukan bukti ilmiah tentang adanya proses evolusi. Tidak ada catatan fosil yang
menunjukkan adanya organisme transisi. Seperti makhluk setengah ikan setengah reptil, setengah
reptil setengah mamalia, setengah reptil setengah burung dsb. Teori neo-Darwinis telah
ditumbangkan pula oleh catatan fosil. Tidak pernah ditemukan di belahan dunia mana pun
“bentuk-bentuk transisi” yang diasumsikan teori neo-Darwinis sebagai bukti evolusi bertahap pada
makhluk hidup dari spesies primitif ke spesies lebih maju. Begitu pula perbandingan anatomi
menunjukkan bahwa spesies yang diduga telah berevolusi dari spesies lain ternyata memiliki ciri-
ciri anatomi yang sangat berbeda, sehingga mereka tidak mungkin menjadi nenek moyang dan
keturunannya. Neo-Darwinisme memang tidak pernah menjadi teori ilmiah, tapi merupakan
sebuah dogma ideologis. Oleh karena itu, pendukung teori evolusi masih saja mempertahankannya
meskipun bukti-bukti berbicara lain.

Ketika mengamati struktur tubuh mahluk hidup yang beraneka ragam, masing-masing mempunyai
sistem pernafasan, sistem reproduksi, integumen, sirkulasi, sistem otot dan lain-lain yang sangat
berbeda satu sama lain yang disesuaikan dengan tempat hidupnya. Dan para evolusionis akhirnya
mengalihkan perhatian mereka pada manusia yang dikatakan merupakan evolusi dar mahluk sejenis
kera. Hingga kini terdapat 6 ribu jenis kera pernah hidup dan sebagian besar telah punah. Evolusionis
menulis skenario evolusi manusia dengan menyusun sejumlah tengkorak yang cocok, berurutan dari
yang terkecil hingga yang terbesar, dan menambahkan tengkorak yang cocok lalu menempatkan di
antara mereka tengkorak beberapa ras manusia yang telah punah. Evolusionis menyebut nenek
moyang pertama manusia dan kera sebagai "Australopithecus", yang berarti "Kera Afrika Selatan".
Namun pendapat ini dibantah, Australopithecus hanyalah spesies kera kuno yang telah punah, dan
memiliki beragam tipe. Sebagian berperawakan tegap, dan sebagian lain bertubuh kecil dan
ramping. Metode propaganda yang telah meyakinkan masyarakat umum tentang gagasan bahwa di
masa lampau pernah hidup makhluk separo manusia - separo kera. Metode propaganda ini
menggunakan "rekonstruksi" yang dibuat berdasarkan fosil-fosil. Rekonstruksi yang dimaksud adalah
pembuatan gambar atau model makhluk hidup berdasarkan sepotong tulang - kadangkala hanya
berupa fragmen - yang berhasil digali. Dalam gambar itu memperlihatkan mahluk berbulu
menyerupai kera yang berperawakan manusia, yang menyatakan adanya mahluk peralihan separuh
manusia separuh kera pernah ada. Yang merupakan kebohongan murni. Karena ciri lunak wajah
tidak dapat diketahui hanya melalui sepotong rangka saja. Kenyataannya, evolusionis mengarang
cerita yang sangat tidak masuk akal sehingga untuk satu tengkorak yang sama, mereka bahkan
menggambarkan wajah-wajah yang berbeda. Padahal, di alam tidak ada mekanisme yang
menyebabkan makhluk hidup berevolusi. Makhluk hidup muncul bukan akibat proses evolusi,
melainkan secara tiba-tiba dalam bentuk yang sempurna. Mereka diciptakan sendiri-sendiri.

Anda mungkin juga menyukai