MINI PROJECT
Disusun oleh:
Pembimbing:
melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan miniproject ini yang berjudul
“gambaran bblr dengan kejadian stunting anak usia bawah lima tahun (balita) di wilayah
kerja uptd puskesmas ketapang kabupaten lampung selatan tahun 2018”. Shalawat serta
salam juga selalu tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
membimbing umat manusia dari masa Jahiliyah ke masa yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.
Penulisan penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
tugas miniproject dokter internship. Penulis menyadari dalam penulisan miniproject ini,
banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak yang sudah banyak membantu
Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini, begitu juga dengan penulisan
miniproject ini masih mempunyai banyak kekurangan. Somoga dapat bermanfaat bagi kita
Penulis
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. …...………… 8
Tabel 2. …….……………… 9
Tabel 3. …...…………………… 9
Tabel 4. …………………………………… 9
Tabel 5. ……..………… 10
BAB I
PENDAHULUAN
kompleks terutama dalam masalah gizi. Gizi kurang atau malnutrisi adalah kondisi
kekurangan gizi akibat jumlah kandungan mikronutrien dan makronutrien yang tidak
memadai. Malnutrisi yang terjadi pada anak usia dibawah lima tahun (balita)
merupakan masalah pokok kesehatan masyarakat yang harus segera diatasi karena
Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang
kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan gizi. Stunting adalah suatu kondisi pendek yang diketahui
menurut Umur (TB/U) mengacu pada standar yang telah ditetapkan oleh WHO.
Dampak dari kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan berlanjut
dalam setiap siklus hidup manusia. Wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil yang
mengalami kekurangan energi kronis (KEK) akan melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR). Ini akan berlanjut menjadi balita gizi kurang (stunting)
UNICEF pada tahun 2014 mengeluarkan hasil bahwa lebih dari 162 juta
anak dibawah 5 tahun di dunia mengalami stunting (pendek). Anak dengan keadaan
wasting (kurus) sebanyak 51 juta anak, dan 17 juta anak dalam kondisi sangat kurus
prevalensi stunting sebesar 37,2%, meningkat dari tahun 2010 (35,6%) dan tahun
2007 (36,8%). Persentase tersebut dengan pembagian untuk kategori sangat pendek
19,2% dan pendek 18,1%. Artinya, diperkirakan lebih dari sepertiga atau lebih dari
8,9 juta anak usia dibawah 5 tahun di Indonesia mengalami pertumbuhan yang tidak
sesuai ukuran standar internasional untuk tinggi badan berbanding usia. Selain itu,
untuk anak Indonesia yang dalam keadaan kurus, diperkirakan ada sekitar 3,3 juta
anak.
Provinsi Lampung berada di atas rerata nasional yaitu 42,64% untuk balita
sangat pendek dan pendek pada riskesdas 2013. Untuk wilayah Kabupaten
Lampung selatan didapatkan 43,01% untuk balita sangat pendek dan pendek.
dkk, diperoleh bahwa BBLR merupakan faktor resiko yang paling dominan
berhubungan dengan kejadian stunting. Anak dengan BBLR memiliki risiko 5,87
kali untuk mengalami stunting pada anak baduta di wilayah Puskesmas Sungai
Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian mengenai “gambaran faktor bblr
dengan kejadian stunting anak usia bawah lima tahun (balita) di wilayah kerja uptd
perhatian ialah “Bagaimana gambaran bblr dengan kejadian stunting anak usia
bawah lima tahun (balita) di wilayah kerja uptd puskesmas ketapang kabupaten
lampung selatan.”
1.3 Tujuan
adalah :
Ketapang
1.4 Manfaat
hubungan bblr dengan kejadian stunting anak usia dibawah lima tahun
3. Bagi pasien
usia dibawah lima tahun (balita) di wilayah kerja uptd puskesmas ketapang
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stunting
2.1.1 Pengertian
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi
yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai
kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru
nampak saat anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan
angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit dan
badan menurut pada ambang batas <-2 SD jika dibandingkan dengan standar WHO
– NCHS. Seorang anak dikatakan berstatus gizi pendek (stunting) apabila pada
indeks antropometri berdasarkan indikator TB/U berada pada ambang batas <-2 SD
baku rujukan WHO – NCHS. Anak yang gizi kurang (stunting) berat mempunyai
rata-rata IQ 11 poin lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata anak yang tidak
faktor penyebab. Masalah gizi berkaitan erat dengan masalah pangan. Masalah gizi
pada anak balita tidak mudah dikenali oleh pemerintah, atau masyarakat bahkan
keluarga karena anak tidak tampak sakit. Terjadinya kurang gizi tidak selalu
didahului oleh terjadinya bencana kurang pangan dan kelaparan seperti kurang gizi
pada dewasa. Hal ini berarti dalam kondisi pangan melimpah masih mungkin terjadi
kasus kurang gizi pada anak balita. Kurang gizi pada anak balita sering disebut
panjang atau tinggi badan sebesar <-2 Z-score atau lebih menurut buku rujukan
berlangsung lama (misalnya infeksi dan asupan makanan yang buruk), yang
Dampak dari kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan berlanjut
dalam setiap siklus hidup manusia. Wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil yang
mengalami kekurangan energy kronis (KEK) akan melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR). BBLR ini akan berlanjut menjadi balita gizi kurang
Kelompok ini akan menjadi generasi yang kehilangan masa emas tumbuh
lost generation. Kekurangan gizi pada hidup manusia perlu diwaspadai dengan
seksama, selain dampak terhadap tumbuh kembang anak kejadian ini biasanya tidak
faktor manusia (host) yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi. Akibat
kekurangan zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi
kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan
habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Pada saat ini orang sudah dapat
dikatakan malnutrisi, walaupun baru hanya ditandai dengan penurunan berat badan
rendahnya tingkat hemoglobin, serum vitamin A dan karoten. Selain itu, dapat juga
terjadi meningkatnya beberapa hasil metabolisme seperti asam laktat dan piruvat
pada kekurangan tiamin. Apabila keadaan itu berlangsung lama, maka akan terjadi
a. Anak-anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan,
akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunting yang
parah pada anak-anak akan terjadi defisit jangka panjang dalam perkembangan
fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk belajar secara optimal di sekolah
stunting cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari
sekolah dibandingkan anak-anak dengan status gizi baik. Hal ini memberikan
konsekuensi terhadap kesuksesan anak dalam kehidupannya dimasa yang akan
datang.
perkembangan inteletual. Penyebab dari stunting adalah bayi berat lahir rendah,
ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang,
kadar gizi, berasal dari keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah pinggiran
c. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunting dapat menganggu
pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Anak stunting pada usia
usia dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita
dewasa yang stunting dan mempngaruhi secara langsung pada kesehatan dan
dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat melahirkan.
Kata antropometri berasal dari bahasa latin antropos dam metros. Antropos
artinya tubuh dan metros artinya ukuran, jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh.
Pengertian dari sudut pandang gizi, antropometri adalah hubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur
dan tingkat gizi, berbagai jenis ukuran tubuh antara lain: berat badan, tinggi badan,
dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif atau subjektif.
Data yang telah dikumpulkan kemudian dibandingkan dengan baku yang telah
tersedia. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penilaian status
gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung.
Pengukuran antropometri dapat dilakukan oleh siapa saja dengan hanya melakukan
latihan sederhana, selain itu antropometri memiliki metode yang tepat, akurat karena
memiliki ambang batas dan rujukan yang pasti, mempunyai prosedur yang sederhana,
Jenis ukuran tubuh yang paling sering digunakan dalam survei gizi adalah
berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan yang disesuaikan dengan usia anak.
Pengukuran yang sering dilakukan untuk keperluan perorangan dan keluarga adalah
pengukuran berat badan (BB), dan tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB).Indeks
14
antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter yang merupakan rasio dari
satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan
umur. Indeks antropometri yang umum dikenal yaitu berat badan menurut umur
(BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB).
Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur)
karena mudah diubah, namun indikator BB/U tidak spesifik karena berat badan selain
dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan. Indikator TB/U
pertumbuhan skeletal. Tinggi badan akan seiring dengan pertambahan umur dalam
keadaan normal. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak
dalam waktu yang relatif lama. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan
yang berlangsung lama, misalnya kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola asuh/
pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan
anak stunting.(21)
mengetahui kurang gizi masa lampau, alat mudah dibawa kemana-mana dan dibuat
secara lokal, jarang orang tua keberatan diukur anaknya. Kelemahan indeks TB/U
yaitu tinggi badan tidak cepat naik bahkan tidak mungkin turun, dapat terjadi
kesalahan yang mempengaruhi presisi, akurasi dan dan validitas pengukuran. Sumber
kesalahan bisa berasal dari tenaga yang kurang terlatih, kesalahan pada alat dan
15
TB/U dapat digunakan sebagai indeks status gizi populasi karena merupakan
estimasi keadaan yang telah lalu atau status gizi kronik. Seorang yang tergolong
pendek “pendek tak sesuai umurnya (PTSU)” kemungkinan keadaan gizi masa lalu
tidak baik, seharusnya dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan
Berat badan merupakan salah satu ukuran tubuh yang paling banyak
digunakan yang memberi gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat
badan sangat mudah dipengaruhi oleh keadaan mendadak, seperti terserang infeksi
atau diare, konsumsi makanan yang menurun. Sebagai indikator status gizi, berat
badan dalam bentuk indeks berat badan menurut umur (BB/U) dan berat menurut
janin yang sudah disetel pada stadium awal perkembangannya dan juga
yang dapat menimbulkan perubahan permanen pada struktur serta metabolism tubuh
sehingga tejadilah penyakit kardiovaskular serta metabolic pada usia dewasa. Dalam
makronutrient pada ibu hanya memberikan efek yang relatif kecil pada berat
lahir.(26)
menjadi tiga kategori yaitu BBLR prematur, bayi kecil untuk masa kehamilan
16
1. BBLR Prematur
BBLR prematur adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan kurang dari
37 minggu dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Bila bayi yang lahir
dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badannya kurang
dari seharusnya desebut dengan dismatur kurang bulan kecil untuk masa
adalah berat lahir kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama
dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33
organorgan tubuhnya, dan semakin rendah berat badanya saat lahir dan
Bayi kecil untuk masa kehamilan merupakan bayi BBLR yang diakibatkan
adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir kurang dari 10th. Bayi
kecil masa kehamilan bisa terjadi tanpa penyebab patologis atau penyebab
bayi kecil untuk masa kehamilan dapat didefinisikan sebagai bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram dengan usia kehamilan lebih atau
sama dengan 37 minggu. Istilah yang banyak digunakan dengan bayi kecil
hipotermia. Selain itu bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) mudah
istilahkan dengan kelompok risiko tinggi karena pada bayi berat lahir rendah
menunjukan angka kematian dan kesakitan yang lebih tinggi dengan berat
bayi lahir cukup. Menurut Manuaba 1998 ada tiga faktor penyebab KMK,
yaitu faktor ibu, faktor uterus dan plasenta, dan faktor janin. Faktor ibu yang
dan plasenta dapat berupa gangguan pembuluh darah, gangguan insersi tali
pusat, kelainan bentuk plasenta, dan perkapuran plasenta. Faktor janin berupa
prematur dan bayi kecil masa hamil dipastiakan akan menyebabkan bayi lahir
yang berkaitan dengan prematur dan faktor yang berkaitan dengan IUGR yang
kegunaan terapi), kurang intake kalori, berat badan rendah sebelum masa kehamilan,
primipara, jenis kelamin janin, tubuh pendek, ras, riwayat BBLR sebelumnya, angka
mordibitas umum, dan faktor risiko lingkungan seperti paparan timbal, dan jenis-
mencakup ibu yang kekurangan gizi jangka panjang, kesehatan yang buruk, kerja
keras dan perawatan kesehatan dan kehamilan yang buruk. Secara individual, BBLR
merupakan prediktor penting dalam kesehatan dan kelangsungan hidup bayi yang
baru lahir dan berhubungan dengan risiko tinggi pada kematian bayi dan anak.(13)
Dampak lanjutan dari BBLR dapat berupa gagal tumbuh (grouth faltering),
penelitian Sirajudin dkk tahun 2011 menyatakan bahwa anak pendek 3 kali lebih
besar di banding non BBLR, pertumbuhan terganggu, penyebab wasting, dan risiko
malnutrisi.
menurunkan insiden atau kejadian berat badan lahir rendah di masyarakat. Menurut
selama periode kehamilan yakni 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester
2. Pada ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi diet seimbang serat dan rendah
lemak, kalori cukup, vitamin, dan mineral termasuk 400 mikrogram vitamin
B asam folat setiap hari. Pengontrolan berat badan selama kehamilan dari
3. Hindari rokok atau asap rokok dan jenis polusi lain, minuman berlkohol,
rahim, faktor risiko tinggi dalam kehamilan, dan perawatan diri selam
METODOLOGI PENELITIAN
sekaligus pada suatu waktu dengan tujuan untuk mencari hubungan bblr
dengan kejadian stunting usia dibawah lima tahun (balita) di wilayah kerja
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak
usia bawah lima tahun (balita) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Ketapang
tahun 2018.
3.2.2 Sampel
Sampel kasus dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak
usia bawah lima tahun (balita) stunting yang tercatat di UPTD Puskesmas
Pengumpulan Data
dari para responden. Teknik ini digunakan untuk mengambil data primer.
Jenis sumber data berupa Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung
Jumlah unsur X
Jumlah unsur 9
23
Untuk memudahkan interpretasi terhadap penilaian SKM yaitu antara 25 -
100 maka hasil penilaian tersebut di atas dikonversikan dengan nilai dasar 25,
dengan rumus sebagai berikut :
24
1.
Nilai rata-rata per unsur pelayanan.
25
4.4.3 Hasil Survei Kepuasan Masyarakat
Hasil akhir kegiatan penyusunan indeks kepuasan masyarakat dari setiap unit
pelayanan rawat jalan di Puskesmas Tanjunganom adalah sebagai berikut:
26
2. Nilai Survei Kepuasan Masyarakat
4.4 Pembahasan
27
pemeriksan dan pengobatan. Tentu saja kejelasan mengenahi procedure pembiayaan
juga sangat dibutuhkan masyarakat yang mau berobat, termasuk informasi
mengenahi procedure pembiayaan melalui Kartu Indonesia Sehat. Dengan begitu,
penilaian kualitas dari segi Assurance (jaminan) juga masih harus terus
ditingkatkan.
Mengenahi survei kepuasan masyarakat (SKM) di Puskesmas Tanjunganom
dengan nilai 81,00. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai Mutu Pelayanan B
dengan Kinerja unit pelayanan Baik. Hal tersebut dipengaruhi oleh nilai dari 9
unsur yang telah dinilai. Dengan didaptkan 5 unsur diatas dengan penilaian yang
terendah, maka akan bisa mempengaruhi mutu pelayanan serta kinerja dari setiap
unit pelayanan. Jika mutu pelayanan serta kinerja unit pelayanan di Puskesmas
Tanjunganom Baik, maka bisa dikatakan bahwa tingkat kepuasan masyarakat
terhadap pelayanan di Puskesmas Tanjunganom pun cukup tinggi. Karena semakin
baik kualitas pelayanan yang diberikan, maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan
masyarakat terhadap pelayanan di Puskesmas Tanjunganom.
28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.2 Kesimpulan
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan selama penelitian,
didapatkan bahwa tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik di
Puskesmas Tanjunganom cukup tinggi, dimana didapatkan hasil nilai Indeks
Kepuasan Masyarakat (IKM) sebesar 81,00 yang berarti bahwa Mutu
pelayanan di Puskesmas Tanjunganom termasuk kategori B, dengan Kinerja
unit pelayanan Baik. Hasil tersebut cukup memuaskan, meskipun terdapat 5
unsur pelayanan yang memperoleh nilai terendah, terutama dalam hal waktu
penyelesaian. Dengan hasil tersebut, maka kualitas pekerjaan dari segi
Responsiveness (Daya Tanggap) & Assurance (Jaminan) cenderung rendah
dan perlu pembenaan lebih lanjut. Karena, semakin tinggi kualitas pekerjaan,
maka semakin baik pula kualitas pelayanan yang diberikan. Dan jika semakin
baik kualitas pelayanan, maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan
masyarakat terhadap pelayanan public di Puskesmas Tanjunganom
Kabupaten Nganjuk.
5.2 Saran
Dari hasil pengisian kuisioner, terdapat beberapa saran dari
responden, antara lain :
29
5. Penambahan komputerisasi atau pelayanan khusus untuk masalah
rujukan, agar tidak menunggu lama.
6. Penambahan fasilitas puskesmas seperti dibuatkan kantin, renovasi
toilet umum agar lebih nyaman dan bersih.
7. Dimohon untuk menyediakan jen set, agar saat mati listrik tidak
menghambat pelayanan.
8. Diharapkan penambahan ceck list laboratorium agar bisa
pemeriksaan lab lebih lengkap.
9. Penambahan AC atau Kipas angin di ruang tunggu agar ruangan
tidak begitu panas dan pasien merasa nyaman.
30
4. Mohon TV kabel di fungsikan kembali dan bisa ditayangkan
berbagai informasi kesehatan, agar pasien tidak jenuh saat
menunggu antrian
5. Menambah pewangi ruangan agar tambah segar
6. Penambahan mesin antrian online, agar mempermudah tujuan
pemeriksaan pasien ingin ke poli mana. Sehingga lebih efisien dan
cepat.
7. Dibuatkan taman bermain di ruang MTBs
8. Dibuatkan mini market/kantin bersih/apotek mini dengan menjual
makanan bersih, obat-obatan, minuman segar dan terdapat mesin
fotocopy.
9. Merehab ulang mushala dan menambah mukena lebih banyak.
10. Membuat kotak kepuasan pasien
11. Membuat kotak informasi kesehatan dengan dimasukannya leaflet
di kotak tersebut.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
Dokumentasi
33
34
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Saya dr. Yogta Wirahayu S N adalah dokter internsip Program Februari 2018-2019
yang sedang melaksanakan tugas pembuatan Mini projek di Puskesmas Tanjunganom.
Saya bermaksud mengajak Bpk/Ibu/Sdr/Sdri untuk berpartisipasi dalam penelitian kami
yang terkait tentang tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan public di Puskesmas
Tanjunganom Kabupaten Nganjuk.
Setelah mendapatkan penjelasan mengenai tujuan dilakukannya penelitian
ini, cara
pengisian kuesioner, dan kerahasiaan data, maka saya yang bertanda tangan
dibawah ini:
Nama :
Umur :
Alamat :
menyatakan bersedia turut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang akan
dilakukan. Demikian lembar persetujuan ini saya isi dengan sebenar-benarnya agar
dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Tanjunganom, …………2018
Responden
(…………………………………………..)
I. DATA RESPONDEN
(Lingkari kode angka sesuai jawaban responden)
Nama :……………………………………………………… (Jika berkenan)
Umur :...........................................................
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2.Perempuan
Pendidikan Terakhir : 1. Tidak tamat SD 4.SMA
2. SD 5.D1-D2
3. SMP 6.D4-S1 Ke atas
Pekerjaan Utama : 1.Petani 4. Pelajar/Mahasiswa
2. Pegawai Swasta 5.PNS/TNI/POLRI
3. Wiraswasta
II. PENDAPAT RESPONDEN TENTANG c. Mudah
PELAYANAN d. Sangat mudah
(Lingkari kode huruf sesuai
jawaban saudara) 3. Bagaimana pendapat
Saudara tentang
1. Bagaimana pendapat kecepatan waktu dalam
Saudara tentang memberikan pelayanan di
kesesuaian persyaratan Puskesmas Tanjunganom ?
pelayanan di Puskesmas a. Tidak cepat
Tanjunganom ? b. Kurang cepat
a. Tidak sesuai c. Cepat
b. Kurang sesuai d. Sangat cepat
c. Sesuai 4. Bagaimana pendapat
d. Sangat sesuai saudara tentang
2. Bagaimana pemahaman kewajaran biaya/tarif di
Saudara tentang Puskesmas Tanjunganom ?
kemudahan prosedur a. Sangat mahal
pelayanan di Puskesmas b. Mahal
Tanjunganom ? c. Murah
a. Tidak mudah d. Gratis
b. Kurang mudah
5. Bagaimana pendapat a. Tidak sopan dan
saudara tentang ramah
kesesuaian produk b. Kurang sopan dan
pelayanan antara yang ramah
tercantum dalam standar c. Sopan dan ramah
pelayanan dengan hasil d. Sangat sopan dan
yang diberikan di ramah
Puskesmas Tanjunganom?
a. Tidak sesuai 8. Bagaimana pendapat
b. Kurang sesuai saudara tentang kualitas
c. Sesuai sarana dan prasarana di
d. Sangat sesuai Puskesmas Tanjunganom ?
a. Buruk
6. Bagaimana pendapat b. Cukup
saudara tentang c. Baik
kemampuan petugas d. Sangat baik
dalam pelayanan di 9. Bagaimana pendapat saudara
Puskesmas Tanjunganom ? tentang penangan pengaduan
a. Tidak kompeten b. penggunaan pelayanan di
Kurang kompeten Puskesmas Tanjunganom ?
c. Kompeten a. Tidak ada
d. Sangat kompeten b. Ada tapi tidak berfungsi
c. Berfungsi kurang maksimal
7. Bagaimana pendapat d. Dikelola dengan baik
saudara tentang perilaku
petugas dalam pelayanan
terkait kesopanan dan III. KRITIK & SARAN RESPONDEN :
keramahan di Puskesmas
Tanjunganom ?