Anda di halaman 1dari 42

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PERIODE MEI 2018-2019

MINI PROJECT

GAMBARAN FAKTOR BBLR DENGAN KEJADIAN STUNTING ANAK


USIA BAWAH LIMA TAHUN DI WILAYAH KERJA
UPTD PUSKESMAS KETAPANG
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
TAHUN 2018

Disusun oleh:

dr. Jorghi Rezkivan

Pembimbing:

dr. Wirza Rahmi

UPTD PUSKESMAS KETAPANG


KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
PROVINSI LAMPUNG
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Syukur Alhamdulillah penulis persembahkan Khadirat ALLAH SWT yang telah

melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan miniproject ini yang berjudul

“gambaran bblr dengan kejadian stunting anak usia bawah lima tahun (balita) di wilayah

kerja uptd puskesmas ketapang kabupaten lampung selatan tahun 2018”. Shalawat serta

salam juga selalu tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah

membimbing umat manusia dari masa Jahiliyah ke masa yang penuh dengan ilmu

pengetahuan.

Penulisan penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

tugas miniproject dokter internship. Penulis menyadari dalam penulisan miniproject ini,

banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak yang sudah banyak membantu

dalam menyelesaikan tugas ini.

Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini, begitu juga dengan penulisan

miniproject ini masih mempunyai banyak kekurangan. Somoga dapat bermanfaat bagi kita

semua. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ketapang, September 2018

Penulis

dr. Jorghi Rezkivan


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………..…i

DAFTAR ISI ………………………………………………………….................. ii

DAFTAR TABEL …………………………………………………….................. iv

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………..... v

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………..… 1

1.2 Rumusan Masalah …………….………….….……………….……..…… 2

1.3 Tujuan ………………………………………………………...…………. 3

1.4 Manfaat …………………………………………………….…….……… 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………...………………...…………… 5

2.1 Stunting ………………………………….…………………...………… 5

2.1.1 Pengertian ……………………………..……………………...... 5

2.1.2 Patofisiologi ………………..………………...…………………..... 6

2.1.3 Patogenesis dan etiologi…………………………………………. 7

2.1.4 Dampak Stunting ………………..……………………………… 9

2.1.5 Penilaian status gizi secara antropometri …………..…………… 10

2.1.6 Indeks tinggi badan menurut umur…….………………………… 12

2.2 Berat Badan Lahir Rendah….………………...…………………………. 12

2.2.1 Pengertian…………… ………………………….……………….. 14

2.2.2 Patofisiologi dan etiologi………………………….……………… 16

2.2.3 Dampak BBLR………… …………………………..…………….. 17

2.2.4 Pencegahan BBLR…………. ………………………..…………… 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………………. 20

3.1 Rancangan Penelitian ………………………………...………………… 20

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ……………………...………………… 21


3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian …………………...……………………… 21

3.4 Pelaksanaan Pengumpulan Data ……………………..………………… 21

3.4.1 Pengumpulan Data ………………………………...…………… 21

3.4.2 Pengisian Kuisioner ……………………….…………………… ..... 21

3.4.3 Penyusunan kuisioner …………………...……………………… 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……………….……………………… 23

4.1 Pengolahan Data ………………………………………...……………… 23

4.1.1 Metode Pengolahan Data ………………………………………… 23

4.1.2 Pengolahan Data ………………………………...……………… 24

4.2 Hasil Survei Kepuasan Pasien ……………………..……………………26

4.3 Nilai Survei Kepuasan Masyarakat ………….………………………… 27

4.4 Pembahasan …………………………………………………………….. 27

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………...………………… 29

5.1 Kesimpulan ………………………………..…………………………… 29

5.2 Saran ……………………………………….…………………………… 29

DAFTAR PUSTAKA ………………………..………………………………… 31

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1. …...………… 8

Tabel 2. …….……………… 9

Tabel 3. …...…………………… 9

Tabel 4. …………………………………… 9

Tabel 5. ……..………… 10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki permasalahan yang

kompleks terutama dalam masalah gizi. Gizi kurang atau malnutrisi adalah kondisi

kekurangan gizi akibat jumlah kandungan mikronutrien dan makronutrien yang tidak

memadai. Malnutrisi yang terjadi pada anak usia dibawah lima tahun (balita)

merupakan masalah pokok kesehatan masyarakat yang harus segera diatasi karena

dapat mengganggu pertumbuhan. Salah satu gangguan pertumbuhan pada masa

tersebut adalah stunting.

Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang

kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai

dengan kebutuhan gizi. Stunting adalah suatu kondisi pendek yang diketahui

berdasarkan pengukuranpanjang badan menurut umur (PB/U) atau Tinggi Badan

menurut Umur (TB/U) mengacu pada standar yang telah ditetapkan oleh WHO.

Stunting dibagi menjadi 2 kategori sangat pendek dan pendek.

Dampak dari kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan berlanjut

dalam setiap siklus hidup manusia. Wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil yang

mengalami kekurangan energi kronis (KEK) akan melahirkan bayi dengan berat

badan lahir rendah (BBLR). Ini akan berlanjut menjadi balita gizi kurang (stunting)

dan ke usia anak sekolah dengan berbagai konsekuensinya.(4)

UNICEF pada tahun 2014 mengeluarkan hasil bahwa lebih dari 162 juta

anak dibawah 5 tahun di dunia mengalami stunting (pendek). Anak dengan keadaan

wasting (kurus) sebanyak 51 juta anak, dan 17 juta anak dalam kondisi sangat kurus

yang memerlukan penanganan khusus. Keadaan tersebut, akan mengalami efek


jangka panjang yang berdampak bagi dirinya, keluarga, dan pemerintah, bahkan

berisiko tinggi meninggal.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 di Indonesia mencatat bahwa

prevalensi stunting sebesar 37,2%, meningkat dari tahun 2010 (35,6%) dan tahun

2007 (36,8%). Persentase tersebut dengan pembagian untuk kategori sangat pendek

19,2% dan pendek 18,1%. Artinya, diperkirakan lebih dari sepertiga atau lebih dari

8,9 juta anak usia dibawah 5 tahun di Indonesia mengalami pertumbuhan yang tidak

sesuai ukuran standar internasional untuk tinggi badan berbanding usia. Selain itu,

untuk anak Indonesia yang dalam keadaan kurus, diperkirakan ada sekitar 3,3 juta

anak.

Provinsi Lampung berada di atas rerata nasional yaitu 42,64% untuk balita

sangat pendek dan pendek pada riskesdas 2013. Untuk wilayah Kabupaten

Lampung selatan didapatkan 43,01% untuk balita sangat pendek dan pendek.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Atikah Rahayu

dkk, diperoleh bahwa BBLR merupakan faktor resiko yang paling dominan

berhubungan dengan kejadian stunting. Anak dengan BBLR memiliki risiko 5,87

kali untuk mengalami stunting pada anak baduta di wilayah Puskesmas Sungai

Karias, Hulu Sungai Utara.

Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian mengenai “gambaran faktor bblr

dengan kejadian stunting anak usia bawah lima tahun (balita) di wilayah kerja uptd

puskesmas ketapang kabupaten lampung selatan tahun 2018”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas ,maka yang menjadi pusat

perhatian ialah “Bagaimana gambaran bblr dengan kejadian stunting anak usia

bawah lima tahun (balita) di wilayah kerja uptd puskesmas ketapang kabupaten

lampung selatan.”
1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang diharapkan dalam penulisan mini project ini

adalah :

a. Menambah pengetahuan tentang bblr dengan kejadian stunting anak

usia dibawah lima tahun (balita) di wilayah kerja uptd puskesmas

ketapang kabupaten lampung selatan.

Diketahui distribusi frekuensi faktor risiko kejadian stunting di wilayah kerja

b. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian bblr dengan

kejadian stunting di wilayah kerja UPTD Puskesmas

Ketapang

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari pembuatan mini project ini adalah:

1. Bagi dokter insternsip

Mini project ini diharapkan menjadi tambahan wawasan dan

pengetahuan bagi dokter insternsip dan untuk memenuhi sebagian syarat

program dokter internsip.

2. Bagi klinisi dan puskesmas


Mini project ini diharapkan menjadi bahan edukasi dan evaluasi tentang

hubungan bblr dengan kejadian stunting anak usia dibawah lima tahun

(balita) di wilayah kerja uptd puskesmas ketapang kabupaten lampung

selatan agar dapat meningkatkan pelayanan tentang gizi.

3. Bagi pasien

Mini project ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai

masalah yang berhubungan dengan bblr terhadap kejadian stunting anak

usia dibawah lima tahun (balita) di wilayah kerja uptd puskesmas ketapang

kabupaten lampung selatan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stunting

2.1.1 Pengertian

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi

yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai

kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru

nampak saat anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan

angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit dan

memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa.

Stunting adalah suatu keadaan sebagai akibat interaksi makanan dan

kesehatan yang diukur secara antropometri dengan menggunakan indikator panjang

badan menurut pada ambang batas <-2 SD jika dibandingkan dengan standar WHO

– NCHS. Seorang anak dikatakan berstatus gizi pendek (stunting) apabila pada

indeks antropometri berdasarkan indikator TB/U berada pada ambang batas <-2 SD

baku rujukan WHO – NCHS. Anak yang gizi kurang (stunting) berat mempunyai

rata-rata IQ 11 poin lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata anak yang tidak

mengalamai gangguan gizi (stunting).(20)

2.1.2 Patofisiologis stunting


Masalah gizi merupakan masalah multidimensi, dipengaruhi oleh berbagai

faktor penyebab. Masalah gizi berkaitan erat dengan masalah pangan. Masalah gizi

pada anak balita tidak mudah dikenali oleh pemerintah, atau masyarakat bahkan

keluarga karena anak tidak tampak sakit. Terjadinya kurang gizi tidak selalu

didahului oleh terjadinya bencana kurang pangan dan kelaparan seperti kurang gizi

pada dewasa. Hal ini berarti dalam kondisi pangan melimpah masih mungkin terjadi

kasus kurang gizi pada anak balita. Kurang gizi pada anak balita sering disebut

sebagai kelaparan tersembunyi atau hidden hunger.(21)

Stunting merupakan reterdasi pertumbuhan linier dengan deficit dalam

panjang atau tinggi badan sebesar <-2 Z-score atau lebih menurut buku rujukan

pertumbuhan World Health Organization/National Center for Health Statistics

(WHO/NCHS). Stunting disebabkan oleh kumulasi episode stress yang sudah

berlangsung lama (misalnya infeksi dan asupan makanan yang buruk), yang

kemudian tidak terimbangi oleh catch up growth (kejar tumbuh).(22)

Dampak dari kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan berlanjut

dalam setiap siklus hidup manusia. Wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil yang

mengalami kekurangan energy kronis (KEK) akan melahirkan bayi dengan berat

badan lahir rendah (BBLR). BBLR ini akan berlanjut menjadi balita gizi kurang

(stunting) dan berlanjut ke usia anak sekolah dengan berbagai konsekuensinya.

Kelompok ini akan menjadi generasi yang kehilangan masa emas tumbuh

kembangnya dari tanpa penanggulangan yang memadai kelompok ini dikuatirkan

lost generation. Kekurangan gizi pada hidup manusia perlu diwaspadai dengan

seksama, selain dampak terhadap tumbuh kembang anak kejadian ini biasanya tidak

berdiri sendiri tetapi diikuti masalah defisiensi zat gizi mikro.(4)

2.1.3 Patogenesitas Penyakit Kurang Gizi


Konsep timbulnya malnutrisi terjadi akibat dari faktor llingkungan dan

faktor manusia (host) yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi. Akibat

kekurangan zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi

kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan

habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Pada saat ini orang sudah dapat

dikatakan malnutrisi, walaupun baru hanya ditandai dengan penurunan berat badan

dan pertumbuhan yang terhambat.(23)

Sehubungan dengan meningkatnya defisiensi zat gizi dalam darah, berupa

rendahnya tingkat hemoglobin, serum vitamin A dan karoten. Selain itu, dapat juga

terjadi meningkatnya beberapa hasil metabolisme seperti asam laktat dan piruvat

pada kekurangan tiamin. Apabila keadaan itu berlangsung lama, maka akan terjadi

perubahan fungsi tubuh seperti tanda-tanda syaraf yaitu kelemahan, pusing,

kelelahan, nafas pendek, dan lain-lain.(23)

2.1.4 Dampak Stunting Pada Balita

Laporan UNICEF tahun 1998, beberapa fakta terkait stunting dan

pengaruhnya adalah sebagai berikut :(24)

a. Anak-anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan,

akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunting yang

parah pada anak-anak akan terjadi defisit jangka panjang dalam perkembangan

fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk belajar secara optimal di sekolah

dibandingkan anak-anak dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan

stunting cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari

sekolah dibandingkan anak-anak dengan status gizi baik. Hal ini memberikan
konsekuensi terhadap kesuksesan anak dalam kehidupannya dimasa yang akan

datang.

b. Stunting akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anak.

Faktor dasar yang menyebabkan stunting dapat menganggu pertumbuhan dan

perkembangan inteletual. Penyebab dari stunting adalah bayi berat lahir rendah,

ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang,

dan infeksi pernapasan. Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak dengan

stunting mengonsumsi makanan yang berbeda di bawah ketentuan rekomendasi

kadar gizi, berasal dari keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah pinggiran

kota dan komunitas pedesaan.

c. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunting dapat menganggu

pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Anak stunting pada usia

lima tahun cenderung menetap sepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan anak

usia dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita

dewasa yang stunting dan mempngaruhi secara langsung pada kesehatan dan

prduktivitas, sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak BBLR. Stunting

terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung menghambat

dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat melahirkan.

2.1.5 Penilaian Status Gizi Secara Antropometri

Kata antropometri berasal dari bahasa latin antropos dam metros. Antropos

artinya tubuh dan metros artinya ukuran, jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh.

Pengertian dari sudut pandang gizi, antropometri adalah hubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur

dan tingkat gizi, berbagai jenis ukuran tubuh antara lain: berat badan, tinggi badan,

lingkar lengan atas, dan tebal lemak dibawah kulit.(4)

Penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang

dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif atau subjektif.

Data yang telah dikumpulkan kemudian dibandingkan dengan baku yang telah

tersedia. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penilaian status

gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung.

Penilaian status gizi secara antropometri merupakan penilaian status gizi

secara langsung yang paling sering digunakan di masyarakat. Antropometri dikenal

sebagai indikator untuk penilaian status gizi perseorangan maupun masyarakat.

Pengukuran antropometri dapat dilakukan oleh siapa saja dengan hanya melakukan

latihan sederhana, selain itu antropometri memiliki metode yang tepat, akurat karena

memiliki ambang batas dan rujukan yang pasti, mempunyai prosedur yang sederhana,

dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar.

Jenis ukuran tubuh yang paling sering digunakan dalam survei gizi adalah

berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan yang disesuaikan dengan usia anak.

Pengukuran yang sering dilakukan untuk keperluan perorangan dan keluarga adalah

pengukuran berat badan (BB), dan tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB).Indeks
14

antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter yang merupakan rasio dari

satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan

umur. Indeks antropometri yang umum dikenal yaitu berat badan menurut umur

(BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan

(BB/TB).

Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur)

karena mudah diubah, namun indikator BB/U tidak spesifik karena berat badan selain

dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan. Indikator TB/U

menggambarkan status gizi masa lalu. Indikator BB/TB menggambarkan secara

sensitif dan spesifik status gizi saat ini.

2.1.6 Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan skeletal. Tinggi badan akan seiring dengan pertambahan umur dalam

keadaan normal. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak

dalam waktu yang relatif lama. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan

yang berlangsung lama, misalnya kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola asuh/

pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan

anak stunting.(21)

Keuntungan indeks TB/U yaitu merupakan indikator yang baik untuk

mengetahui kurang gizi masa lampau, alat mudah dibawa kemana-mana dan dibuat

secara lokal, jarang orang tua keberatan diukur anaknya. Kelemahan indeks TB/U
yaitu tinggi badan tidak cepat naik bahkan tidak mungkin turun, dapat terjadi

kesalahan yang mempengaruhi presisi, akurasi dan dan validitas pengukuran. Sumber

kesalahan bisa berasal dari tenaga yang kurang terlatih, kesalahan pada alat dan

tingkat kesulitan pengukuran.

15

TB/U dapat digunakan sebagai indeks status gizi populasi karena merupakan

estimasi keadaan yang telah lalu atau status gizi kronik. Seorang yang tergolong

pendek “pendek tak sesuai umurnya (PTSU)” kemungkinan keadaan gizi masa lalu

tidak baik, seharusnya dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan

dengan bertambahnya umur. Pengaruh kurang gizi terhadap pertumbuhan tinggi

badan baru terlihat dalam waktu yang cukup lama.(25)

2.2 BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

Berat badan merupakan salah satu ukuran tubuh yang paling banyak

digunakan yang memberi gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat

badan sangat mudah dipengaruhi oleh keadaan mendadak, seperti terserang infeksi

atau diare, konsumsi makanan yang menurun. Sebagai indikator status gizi, berat

badan dalam bentuk indeks berat badan menurut umur (BB/U) dan berat menurut

tinggi badan (BB/TB) memberikan keadaan kini.(26)

Ukuran tubuh pada saat lahir mencerminkan produk proses pertumbuhan

janin yang sudah disetel pada stadium awal perkembangannya dan juga

mencerminkan kemampuan maternoplasenta dalam memasok cukup nutrient untuk

mempertahankan proses tersebut. Kegagalan maternoplasenta memasok kebutuhan


nutrient janin mengakibatkan berbagai adaptasi fetal dan perubahan perkembangan

yang dapat menimbulkan perubahan permanen pada struktur serta metabolism tubuh

sehingga tejadilah penyakit kardiovaskular serta metabolic pada usia dewasa. Dalam

masyarakat barat, uji terkontrol dilakukan secara acak terhadap suplementasi

makronutrient pada ibu hanya memberikan efek yang relatif kecil pada berat

lahir.(26)

Berdasarkan klasifikasi masa kehamilan maka bayi BBLR dapat dibagi

menjadi tiga kategori yaitu BBLR prematur, bayi kecil untuk masa kehamilan
16

(KMK), dan Kombinasi prematur dan bayi kecil masa kehamilan.(27)

1. BBLR Prematur

BBLR prematur adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan kurang dari

37 minggu dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Bila bayi yang lahir

dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badannya kurang

dari seharusnya desebut dengan dismatur kurang bulan kecil untuk masa

kehamilan. Karakteristik Universitas Sumatera Utara bayi BBLR prematur

adalah berat lahir kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama

dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33

cm. Semakin awal bayi lahir, semakin belum sempurna perkembangan

organorgan tubuhnya, dan semakin rendah berat badanya saat lahir dan

semakin tinggi risikonya mengalami berbagai komplikasi berbahaya.

2. Bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)

Bayi kecil untuk masa kehamilan merupakan bayi BBLR yang diakibatkan

karena gangguan pertumbuhan intranutrien. Bayi kecil masa kehamilan

adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir kurang dari 10th. Bayi

kecil masa kehamilan bisa terjadi tanpa penyebab patologis atau penyebab

sekunder persentil untuk berat sebenarnya dengan umur kehamilan. Istilah

bayi kecil untuk masa kehamilan dapat didefinisikan sebagai bayi yang lahir

dengan berat badan kurang dari 2500 gram dengan usia kehamilan lebih atau
sama dengan 37 minggu. Istilah yang banyak digunakan dengan bayi kecil

untuk masa kehamilan diantaranya pseudoprematuritas, dismaturitas, fetal

malnutrisi, chronic fetal distress.

Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam pengelolaannya

karena mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi,


17

kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga mudah untuk menderita

hipotermia. Selain itu bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) mudah

terserang komplikasi tertentu seperti ikterus, hipoglikemia yang dapat

menyebabkan kematian. Kelompok bayi berat lahir rendah yang dapat di

istilahkan dengan kelompok risiko tinggi karena pada bayi berat lahir rendah

menunjukan angka kematian dan kesakitan yang lebih tinggi dengan berat

bayi lahir cukup. Menurut Manuaba 1998 ada tiga faktor penyebab KMK,

yaitu faktor ibu, faktor uterus dan plasenta, dan faktor janin. Faktor ibu yang

berperan dalam menyebabkan terjadinya bayi KMK seperti malnutrisi,

penyakit ibu (hipertensi, paru, penyakit gula), komplikasi hamil (preeklamsia,

eklamsia, perdarahan), dan kebiasaan ibu (perokok, peminum). Faktor uterus

dan plasenta dapat berupa gangguan pembuluh darah, gangguan insersi tali

pusat, kelainan bentuk plasenta, dan perkapuran plasenta. Faktor janin berupa

kelainan kromosom, hamil ganda, infeksi dalam rahim, cacat bawaan.

3. Kombinasi Prematur dan Bayi Kecil Masa Kehamilan Kombinasi bayi

prematur dan bayi kecil masa hamil dipastiakan akan menyebabkan bayi lahir

dengan berat badan rendah.

2.2.1 Patofisiologi dan Etiologi

BBLR Sangat susah untuk memisahkan secara tegas antara faktor-faktor

yang berkaitan dengan prematur dan faktor yang berkaitan dengan IUGR yang

menyebabkan terjadinya BBLR. Sampai sekarang penyebab terbanyak yang

diketahui menyebabkan terjadinya BBLR adalaah kelahiran prematur. Dan dalam


kasus demikian bayi yang BBLR harus mendapatkan penanganan yang adekuat.

Sedangkan faktor lain berkaitan dengan faktor ibu dan janin.(28)

Menurut WHO tahun 2004 faktor etiologi yang berkontribusi menyebabkan

kejadian berat badan lahir rendah terutama di negara-negara berkembang meliputi


18

penggunaan tembakau (merokok, konsumsi tembakau kunyah, dan tembakau untuk

kegunaan terapi), kurang intake kalori, berat badan rendah sebelum masa kehamilan,

primipara, jenis kelamin janin, tubuh pendek, ras, riwayat BBLR sebelumnya, angka

mordibitas umum, dan faktor risiko lingkungan seperti paparan timbal, dan jenis-

jenis polusi udara.

2.2.2 Dampak Berat Badan Lahir Rendah

BBLR sangat erat kaitannya dengan mortalitas dan mordibitas janin.

Keadaan ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif,

kerentanan terhadap penyakit kronis di kemudian hari. Pada tingkat populasi,

proporsi bayi dengan BBLR adalah gambaran multimasalah kesehatan masyarakat

mencakup ibu yang kekurangan gizi jangka panjang, kesehatan yang buruk, kerja

keras dan perawatan kesehatan dan kehamilan yang buruk. Secara individual, BBLR

merupakan prediktor penting dalam kesehatan dan kelangsungan hidup bayi yang

baru lahir dan berhubungan dengan risiko tinggi pada kematian bayi dan anak.(13)

Dampak lanjutan dari BBLR dapat berupa gagal tumbuh (grouth faltering),

penelitian Sirajudin dkk tahun 2011 menyatakan bahwa anak pendek 3 kali lebih

besar di banding non BBLR, pertumbuhan terganggu, penyebab wasting, dan risiko

malnutrisi.

2.2.3 Pencegahan BBLR


Upaya-upaya pencegahan merupakan hal yang sangat penting dalam

menurunkan insiden atau kejadian berat badan lahir rendah di masyarakat. Menurut

Sunaryanto, upaya-upaya ini dapat dilakukan dengan sebagai berikut(29) :

1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal empat kali

selama periode kehamilan yakni 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester

kedua, dan 2 kali pada trimester ke II.

2. Pada ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi diet seimbang serat dan rendah

lemak, kalori cukup, vitamin, dan mineral termasuk 400 mikrogram vitamin

B asam folat setiap hari. Pengontrolan berat badan selama kehamilan dari

pertambahan berat badan awal dikisaran 12,5-15 kg.

3. Hindari rokok atau asap rokok dan jenis polusi lain, minuman berlkohol,

aktivitas fisik yang berlebihan.

4. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

rahim, faktor risiko tinggi dalam kehamilan, dan perawatan diri selam

kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatanya dan janin yang

dikandung dengan baik.

5. Pengontrolon oleh bidan secara berkesinambungan sehingga ibu dapat

merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik

dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan cara pengumpulan data

sekaligus pada suatu waktu dengan tujuan untuk mencari hubungan bblr

dengan kejadian stunting usia dibawah lima tahun (balita) di wilayah kerja

UPTD Puskesmas Ketapang.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak

usia bawah lima tahun (balita) di wilayah kerja UPTD Puskesmas Ketapang

tahun 2018.

3.2.2 Sampel

Sampel kasus dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak

usia bawah lima tahun (balita) stunting yang tercatat di UPTD Puskesmas

Ketapang pada tahun 2018.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Wilayah kerja UPTD Puskesmas Ketapang

khusunya di desa Bangunrejo dan desa Kemukus. Waktu penelitian

dimulai pada bulan september 2018 sampai dengan selesai.


3.4 Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,

yaitu kuisioner (angket). Teknik pengumpulan data yang berisi rangkaian

pertanyaan tertulis mengenai pokok permasalahan yang diteliti dengan

mengacu pada variabel–variabel penelitian untuk mendapatkan informasi

dari para responden. Teknik ini digunakan untuk mengambil data primer.

Jenis sumber data berupa Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung

dari para responden.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengolahan Data


4.1.1 Pengukuran skala likert

Setiap pertanyaan survei masing-masing unsur diberi nilai. Nilai dihitung


dengan menggunakan “nilai rata-rata tertimbang” masing masing unsur
pelayanan. Dalam perhitungan survei kepuasan masyarakat terhadap unsur-
unsur pelayanan yang dikaji, setiap unsur pelayanan memiliki penimbangan
yang sama. Nilai penimbangan ditetapkan dengan rumus sebagai berikut:

Bobot nilai rata-rata tertimbang = jumlah bobot = 1 = N

Jumlah unsur X

N = bobot nilai perusunsur

Contoh: jika unsur yang dikaji 9 (sembulan) unsur

Bobot nilai rata-rata tertimbang = jumlah bobot = 1 = 0,11

Jumlah unsur 9

Untuk memperoleh nilai SKM unit pelayanan digunakan pendekatan nilai


rata-rata tertimbang dengan rumus sebagai berikut :

SKM = Total dari Nilai Persepsi Per x Nilai penimbang


Unsur
Total unsur yang terisi

23
Untuk memudahkan interpretasi terhadap penilaian SKM yaitu antara 25 -
100 maka hasil penilaian tersebut di atas dikonversikan dengan nilai dasar 25,
dengan rumus sebagai berikut :

IKM Unit pelayanan x 25

Mengingat unit pelayanan mempunyai karakteristik yang berbeda-beda,


maka setiap unit pelayanan dimungkinkan untuk:
a. Menambah unsur yang dianggap relevan.

b. Memberikan bobot yang berbeda terhadap 9 (sembilan) unsur yang


dominan dalam unit pelayanan, dengan catatan jumlah bobot seluruh unsur
tetap 1.

NILAI NILAI NILAI MUTU KINERJA


PERSEP INTERVAL INTERVAL PELAYANAN UNIT
SI (NI) KONVERSI PELAYANAN
(NIK)
1. 1,000-2,5996 25,00-64,99 D Tidak baik
2. 2,60-3,064 65,00-76,60 C Kurang baik
3. 3,0644-3,532 76,61-88,30 B Baik
4. 3,5324-4,00 88,31-100,00 A Sangat baik

4.4.2 Pengolahan Data Survei


Pengelolaan data survei dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu :
1. Pengelolaan dengan komputer
Data entry dan penghitungan indeks dapat dilakukan dengan program
komputer/ sistem data bade
2. Pengelolaan secara manual
a. Data Isian kuesioner dari setiap responden dimasukkan ke dalam
formulir mulai dari unsur 1 (U1) sampai dengan unsur 9 (U9).
b. Langkah selanjutnya untuk mendapatkan nilai rata - rata per unsur
pelayanan dan nilai indeks unit pelayanan adalah sebagai berikut:

24
1. 
Nilai rata-rata per unsur pelayanan.

Nilai masing-masing unsur pelayanan dijumlahkan (kebawah)


sesuai dengan jumlah kuesioner yang diisi oleh responden.
Selanjutnya, untuk mendapatkan nilai rata-rata per unsur pelayanan,
maka jumlah nilai masing-masing unsur pelayanan dibagi dengan
jumlah responden yang mengisi.
Contoh : Untuk mendapatkan nilai rata-rata tertimbang per unsur
pelayanan, maka jumlah nilai rata-rata per unsur pelayanan dikalikan
dengan 0,11(apabila 9 unsur) sebagai nilai bobot rata-rata
tertimbang.

2. Nilai indeks pelayanan


Untuk mendapatkan nilai survei unit pelayanan, dengan cara
menjumlahkan X unsur.

3. Pengujian Kualitas Data


Data pendapat masyarakat yang telah dimasukkan dalam masing-
masing kuesioner, disusun dengan mengkompilasikan data
responden yang dihimpun berdasarkan kelompok umur, jenis
kelamin, pendidikan terakhir dan pekerjaan utama. Informasi ini
dapat digunakan untuk mengetahui profil responden dan
kecenderungan penerima layanan.

25
4.4.3 Hasil Survei Kepuasan Masyarakat
Hasil akhir kegiatan penyusunan indeks kepuasan masyarakat dari setiap unit
pelayanan rawat jalan di Puskesmas Tanjunganom adalah sebagai berikut:

1. Indeks Perunsur pelayanan


No Unsur Pelayanan Nilai Unsur Kinerja
Pelayanan Unsur
Pelayanan
1. Persyaratan 3,28 Baik
2. Sistem, Mekanisme, 3,22 Baik
Prosedur
3. Waktu penyelesaian 2,89 Kurang Baik
4. Biaya/tarif 3,67 Sangat baik
5. Produk Spesifikasi jenis 3,20 Baik
pelayanan
6. Kompetensi pelaksana 3,25 Baik
7. Perilaku pelaksana 3,28 Baik
8. Sarana dan prasarana 3,06 Baik
9. Pengaduan penggunaan 3,39 Baik
saran dan masukan
Nilai Indeks 3,24
Nilai SKM 81
Mutu Pelayanan B
Kinerja Unit Pelayanan Baik

Berdasarkan tabel diatas, jika diurutkan terdapat 5 unsur pelayanan dengan


nilai unsur pelayanan terendah. 5 unsur pelayanan tersebut antara lain adalah:
1. Waktu penyelesaian(2,89)
2. Sarana dan prasarana (3,06)
3. Produk Spesifikasi jenis pelayanan (3,20)
4. Sistem, Mekanisme, Prosedur (3,22)
5. Kompetensi pelaksana (3,25).

26
2. Nilai Survei Kepuasan Masyarakat

Dengan demikian nilai indeks unit pelayanan hasilnya dapat


disimpulkan sebagai berikut:

A. Nilai SKM setelah dikonversikan


SKM = Nilai indeks x Nilai dasar
= 3,24 x 25
= 81
B. Mutu pelayanan B.
C. Kerja unit pelayanan Baik.

4.4 Pembahasan

Dimensi untuk menilai Kinerja Pelayanan di Puskesmas Tanjunganomn


adalah kualitas. Kualitas menyangkut mutu yang dihasilkan dalam suatu pekerjaan
yang telah dikerjakan. Dalam hal ini mencermunkan pengukuran tingkat kepuasan
pasien terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak pemberi pelayanan dalam hal
ini pegawai perawat dan dokter. Sebagai instansi yang berhadapan langsung dengan
masyarakat (pasien) maka pelayanan rawat jalan pasien Puskesmas Tanjunanom
harus memuaskan masyarakat. Untuk mengukurkinerja pelayanan rawat jalan
pasien Puskesmas Tanjunanom dari dimensi kualitas maka dapat diukur dari
Tangible (bukti fisik) di Puskesmas Tanjunganom, Reliability (keandalan),
Responsiveness (Daya Tanggap) & Assurance (Jaminan), serta Emphaty (Empati).
Dari hasil diatas didapatkan 5 unsur pelayanan dengan nilai unsur pelayanan
terendah yang pertama adalah waktu penyelesaian (2,89), Sarana dan Prasarana
(3,06), Produk spesifikasi jenis pelayanan (3,20), Sistem, mekanisme dan prosedur
(3,22), Kompetensi pelaksana (3,25). Dimana ke-5 unsur pelayanan tersebut
menunjukkan bahwa tingkat Responsiveness (Daya Tanggap)
& & Assurance (Jaminan) di Puskesmas Tanjunganom masih kurang dibandingan
unsur pelayanan yang lain. Karena Responsiveness menyangkut kemauan atau
kesiapan para pegawai untuk memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Untuk megetahui Kinerja Puskesmas Tanjunganom dari
Responsiveness (Daya Tanggap) maka diukur dari kecepatan bidan dan dokter
dalam memberi bantuan pada pasien serta memberikan penjelasan tentang prosedur

27
pemeriksan dan pengobatan. Tentu saja kejelasan mengenahi procedure pembiayaan
juga sangat dibutuhkan masyarakat yang mau berobat, termasuk informasi
mengenahi procedure pembiayaan melalui Kartu Indonesia Sehat. Dengan begitu,
penilaian kualitas dari segi Assurance (jaminan) juga masih harus terus
ditingkatkan.
Mengenahi survei kepuasan masyarakat (SKM) di Puskesmas Tanjunganom
dengan nilai 81,00. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai Mutu Pelayanan B
dengan Kinerja unit pelayanan Baik. Hal tersebut dipengaruhi oleh nilai dari 9
unsur yang telah dinilai. Dengan didaptkan 5 unsur diatas dengan penilaian yang
terendah, maka akan bisa mempengaruhi mutu pelayanan serta kinerja dari setiap
unit pelayanan. Jika mutu pelayanan serta kinerja unit pelayanan di Puskesmas
Tanjunganom Baik, maka bisa dikatakan bahwa tingkat kepuasan masyarakat
terhadap pelayanan di Puskesmas Tanjunganom pun cukup tinggi. Karena semakin
baik kualitas pelayanan yang diberikan, maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan
masyarakat terhadap pelayanan di Puskesmas Tanjunganom.

28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Kesimpulan
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan selama penelitian,
didapatkan bahwa tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik di
Puskesmas Tanjunganom cukup tinggi, dimana didapatkan hasil nilai Indeks
Kepuasan Masyarakat (IKM) sebesar 81,00 yang berarti bahwa Mutu
pelayanan di Puskesmas Tanjunganom termasuk kategori B, dengan Kinerja
unit pelayanan Baik. Hasil tersebut cukup memuaskan, meskipun terdapat 5
unsur pelayanan yang memperoleh nilai terendah, terutama dalam hal waktu
penyelesaian. Dengan hasil tersebut, maka kualitas pekerjaan dari segi
Responsiveness (Daya Tanggap) & Assurance (Jaminan) cenderung rendah
dan perlu pembenaan lebih lanjut. Karena, semakin tinggi kualitas pekerjaan,
maka semakin baik pula kualitas pelayanan yang diberikan. Dan jika semakin
baik kualitas pelayanan, maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan
masyarakat terhadap pelayanan public di Puskesmas Tanjunganom
Kabupaten Nganjuk.

5.2 Saran
Dari hasil pengisian kuisioner, terdapat beberapa saran dari
responden, antara lain :

1. Dimohon untuk pemasangan wifi untuk pasien yang berkunjung, agar


tidak merasa bosan saat menunggu pelayanan dan pemanggilan
pasien.
2. Perlu penambahan alat-alat medis seperti tensi, senter, dll.
3. Dimohon untuk memberikan pelayanan lebih cepat dan mudah.
Agar pasien tidak lama dalam menunggu terutama saat menunggu
hasil lab.
4. Ruang tunggu harap diperlebar, agar tidak ada yang menunggu di
luar gedung.

29
5. Penambahan komputerisasi atau pelayanan khusus untuk masalah
rujukan, agar tidak menunggu lama.
6. Penambahan fasilitas puskesmas seperti dibuatkan kantin, renovasi
toilet umum agar lebih nyaman dan bersih.
7. Dimohon untuk menyediakan jen set, agar saat mati listrik tidak
menghambat pelayanan.
8. Diharapkan penambahan ceck list laboratorium agar bisa
pemeriksaan lab lebih lengkap.
9. Penambahan AC atau Kipas angin di ruang tunggu agar ruangan
tidak begitu panas dan pasien merasa nyaman.

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan maka, ada


beberapa saran dari peniliti khususnya pada pelayanan publik di
Puskesmas Tanjunganom, antara lain :

1. Pemberian informasi baik mengenahi system pembiayaan


(termasuk penggunaan Kartu BPJS atau Kartu Jaminan kesehatan
yang lain), prosedur meminta rujukan ke Rumah Sakit, atau bentuk
informasi yang lain bisa dilakukan secara berkala, sehingga pasien
dapat mengingat informasi tersebut dan tidak perlu bertanya ulang
kepada petugas ketika mereka mau berkunjung ke Puskesmas.

2. Menambah pengeras suara atau system pemanggilan antrian yang


lain (seperti : menampilkan nomor urut di layar dll) untuk setiap
ruangan khususnya Poli Rawat Jalan, sehingga meminimalisir
kesalahan panggilan antrian dan pasien yang menunggu antrian
juga bisa lebih jelas ketika ada panggilan.

3. Menambah system komputerisasi, sehingga bisa memeprcepat


pelayanan khususnya ketika mencetak surat rujukan, surat sehat
atau surat-surat yang lain yang dibutuhkan pasien.

30
4. Mohon TV kabel di fungsikan kembali dan bisa ditayangkan
berbagai informasi kesehatan, agar pasien tidak jenuh saat
menunggu antrian
5. Menambah pewangi ruangan agar tambah segar
6. Penambahan mesin antrian online, agar mempermudah tujuan
pemeriksaan pasien ingin ke poli mana. Sehingga lebih efisien dan
cepat.
7. Dibuatkan taman bermain di ruang MTBs
8. Dibuatkan mini market/kantin bersih/apotek mini dengan menjual
makanan bersih, obat-obatan, minuman segar dan terdapat mesin
fotocopy.
9. Merehab ulang mushala dan menambah mukena lebih banyak.
10. Membuat kotak kepuasan pasien
11. Membuat kotak informasi kesehatan dengan dimasukannya leaflet
di kotak tersebut.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Assaf, 2009, Mutu Pelayanan Kesehatan, Perspektif


Internaional, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

2. Alamsyah, Dedi, 2011, Manajemen Puskesmas, Nuha Medika,


Yogyakarta.

3. Departemen Kesehatan RI, 1999, Modul Ajar Safe Motherhood, Jakarta.

4. Kementrian Kesehatan RI, 2017, Pusat Data dan Informasi, Jakarta.

5. Kepmen PAN RB No. 16/M.PAN/7/2014 tentang Pedoman Umum


Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan
Instansi Pemerintah.

6. Permen KES No. 9/MENKES/Per/10/2017tentang Kebijakan Dasar Pusat


Kesehatan Masyarakat.

7. Ratminto dkk., 2008, Manajemen Pelayanan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.


Sulaeman, Endang Sutisna, 2011, Manajemen Kesehatan Teoritis dan
Praktikdi Puskesmas, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Tjiptono,
Fandy, 1997, Strategi Pemasaran, Edisi 1, Penerbit Andi, Yogyakarta.

8. Tjiptono, Fandy, 1999, Prinsip-prinsip Total Quality Service,


Andi, Yogyakarta.

9. Tjiptono, Fandy, 2004, Prinsip-Prinsip Total Quality Service,


Penerbit Andi, Yogyakarta.

10. Trihono, 2005, Arrimes Manjemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat,


CV Sagung Seto, Jakarta.

32
Dokumentasi

33
34
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Saya dr. Yogta Wirahayu S N adalah dokter internsip Program Februari 2018-2019
yang sedang melaksanakan tugas pembuatan Mini projek di Puskesmas Tanjunganom.
Saya bermaksud mengajak Bpk/Ibu/Sdr/Sdri untuk berpartisipasi dalam penelitian kami
yang terkait tentang tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan public di Puskesmas
Tanjunganom Kabupaten Nganjuk.
Setelah mendapatkan penjelasan mengenai tujuan dilakukannya penelitian
ini, cara
pengisian kuesioner, dan kerahasiaan data, maka saya yang bertanda tangan
dibawah ini:
Nama :
Umur :

Alamat :
menyatakan bersedia turut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang akan
dilakukan. Demikian lembar persetujuan ini saya isi dengan sebenar-benarnya agar
dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Tanjunganom, …………2018
Responden

(…………………………………………..)
I. DATA RESPONDEN
(Lingkari kode angka sesuai jawaban responden)
Nama :……………………………………………………… (Jika berkenan)
Umur :...........................................................
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2.Perempuan
Pendidikan Terakhir : 1. Tidak tamat SD 4.SMA
2. SD 5.D1-D2
3. SMP 6.D4-S1 Ke atas
Pekerjaan Utama : 1.Petani 4. Pelajar/Mahasiswa
2. Pegawai Swasta 5.PNS/TNI/POLRI
3. Wiraswasta
II. PENDAPAT RESPONDEN TENTANG c. Mudah
PELAYANAN d. Sangat mudah
(Lingkari kode huruf sesuai
jawaban saudara) 3. Bagaimana pendapat
Saudara tentang
1. Bagaimana pendapat kecepatan waktu dalam
Saudara tentang memberikan pelayanan di
kesesuaian persyaratan Puskesmas Tanjunganom ?
pelayanan di Puskesmas a. Tidak cepat
Tanjunganom ? b. Kurang cepat
a. Tidak sesuai c. Cepat
b. Kurang sesuai d. Sangat cepat
c. Sesuai 4. Bagaimana pendapat
d. Sangat sesuai saudara tentang
2. Bagaimana pemahaman kewajaran biaya/tarif di
Saudara tentang Puskesmas Tanjunganom ?
kemudahan prosedur a. Sangat mahal
pelayanan di Puskesmas b. Mahal
Tanjunganom ? c. Murah
a. Tidak mudah d. Gratis
b. Kurang mudah
5. Bagaimana pendapat a. Tidak sopan dan
saudara tentang ramah
kesesuaian produk b. Kurang sopan dan
pelayanan antara yang ramah
tercantum dalam standar c. Sopan dan ramah
pelayanan dengan hasil d. Sangat sopan dan
yang diberikan di ramah
Puskesmas Tanjunganom?
a. Tidak sesuai 8. Bagaimana pendapat
b. Kurang sesuai saudara tentang kualitas
c. Sesuai sarana dan prasarana di
d. Sangat sesuai Puskesmas Tanjunganom ?
a. Buruk
6. Bagaimana pendapat b. Cukup
saudara tentang c. Baik
kemampuan petugas d. Sangat baik
dalam pelayanan di 9. Bagaimana pendapat saudara
Puskesmas Tanjunganom ? tentang penangan pengaduan
a. Tidak kompeten b. penggunaan pelayanan di
Kurang kompeten Puskesmas Tanjunganom ?
c. Kompeten a. Tidak ada
d. Sangat kompeten b. Ada tapi tidak berfungsi
c. Berfungsi kurang maksimal
7. Bagaimana pendapat d. Dikelola dengan baik
saudara tentang perilaku
petugas dalam pelayanan
terkait kesopanan dan III. KRITIK & SARAN RESPONDEN :
keramahan di Puskesmas
Tanjunganom ?

Anda mungkin juga menyukai

  • Lupus
    Lupus
    Dokumen4 halaman
    Lupus
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • Komplikasi DM
    Komplikasi DM
    Dokumen4 halaman
    Komplikasi DM
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • Tetanus
    Tetanus
    Dokumen30 halaman
    Tetanus
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • HT Prolanis
    HT Prolanis
    Dokumen15 halaman
    HT Prolanis
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • Keloid
    Keloid
    Dokumen5 halaman
    Keloid
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • Pengobatan HMD
    Pengobatan HMD
    Dokumen1 halaman
    Pengobatan HMD
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Hepatitis Anak
    Laporan Kasus Hepatitis Anak
    Dokumen32 halaman
    Laporan Kasus Hepatitis Anak
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • Komplikasi Hipertensi
    Komplikasi Hipertensi
    Dokumen14 halaman
    Komplikasi Hipertensi
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • Keloid
    Keloid
    Dokumen5 halaman
    Keloid
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • TETANUS
    TETANUS
    Dokumen24 halaman
    TETANUS
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • Psoriasis
    Psoriasis
    Dokumen3 halaman
    Psoriasis
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • STUNTING DI LAMPUNG SELATAN
    STUNTING DI LAMPUNG SELATAN
    Dokumen30 halaman
    STUNTING DI LAMPUNG SELATAN
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • Syndrome Atau Respiratory Distress Syndrome (RDS) - Gangguan Ini Lebih Rentan Dialami Bayi Yang
    Syndrome Atau Respiratory Distress Syndrome (RDS) - Gangguan Ini Lebih Rentan Dialami Bayi Yang
    Dokumen1 halaman
    Syndrome Atau Respiratory Distress Syndrome (RDS) - Gangguan Ini Lebih Rentan Dialami Bayi Yang
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • Asfiksia
    Asfiksia
    Dokumen2 halaman
    Asfiksia
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • BBLR
    BBLR
    Dokumen2 halaman
    BBLR
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • BBLR
    BBLR
    Dokumen2 halaman
    BBLR
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • Pengobatan BBLR
    Pengobatan BBLR
    Dokumen2 halaman
    Pengobatan BBLR
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • Pengertian BBLR
    Pengertian BBLR
    Dokumen2 halaman
    Pengertian BBLR
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • Veruka Vulgaris
    Veruka Vulgaris
    Dokumen1 halaman
    Veruka Vulgaris
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • Tinea Pedis
    Tinea Pedis
    Dokumen1 halaman
    Tinea Pedis
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • Kala Zion
    Kala Zion
    Dokumen1 halaman
    Kala Zion
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • Tinea Fasialis
    Tinea Fasialis
    Dokumen1 halaman
    Tinea Fasialis
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • Blefaritis
    Blefaritis
    Dokumen4 halaman
    Blefaritis
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • Tinea Cruris
    Tinea Cruris
    Dokumen1 halaman
    Tinea Cruris
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • Kala Zion
    Kala Zion
    Dokumen1 halaman
    Kala Zion
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Copd
    Lapkas Copd
    Dokumen26 halaman
    Lapkas Copd
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • Acne Vulgaris
    Acne Vulgaris
    Dokumen1 halaman
    Acne Vulgaris
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • HORDEOLUM
    HORDEOLUM
    Dokumen2 halaman
    HORDEOLUM
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Copd
    Lapkas Copd
    Dokumen26 halaman
    Lapkas Copd
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat
  • CV Jorghi
    CV Jorghi
    Dokumen3 halaman
    CV Jorghi
    Jorghi Rezkivan
    Belum ada peringkat