Anda di halaman 1dari 8

TUGAS UTS (ESSAY)

“PENGARUH LATIHAN YOGA TERHADAP PENURUNAN


TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA (LANSIA)”

Disusun Oleh :
Ismia Ningrum
11151040000103
PSIK B 15

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dengan angka
sistolik dan diastolik menunjukkan angka lebih tinggi dari 140/90mmHg dan diukur
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah yang meningkat
dan berkepanjangan dapat merusak pembuluh darah di organ target seperti ginjal,
jantung, otak dan mata, sehingga hipertensi menjadi salah satu faktor utama sebagai
penyebab kematian nomor satu didunia atau dikenal sebagai the silent killer
(Ardiansyah, 2012., DiGiulio, 2014.,Pusdatin, 2014., dan Smeltzer, 2016).
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua yaitu hipertensi primer
(esensial) dan hipertensi sekunder, di kalangan masyarakat banyak dijumpai
kejadian atau kasus hipertensi esensial. Hipertensi esensial merupakan hipertensi
yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan
kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan
(Pusdatin, 2014).

American Heart Association (AHA) tahun 2013 memaparkan bahwa penduduk


Amerika yang berusia diatas 20 tahun dan menderita hipertensi telah mencapai
angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus hipertensi yang
tidak diketahui penyebabnya (Pusdatin, 2014). Berdasarkan hasil pengukuran
tekanan darah di Indonesia, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke
atas tahun 2013 menggunakan unit analisis inividu secara nasional menunjukan
sebesar sebesar 25.8%, jika penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka
terdapat 65.048.110.jiwa (Riskesdas, 2014). Menurut profil dinas kesehatan
provinsi Jawa Tengah tahun 2015 ditemukan angka kejadian pada penderita
hipertensi primer (esensial) dengan prevalensi sekitar 90% dari total

Hipertensi pada lansia dapat dicegahatau diobati. Ada berbagai cara untuk
mengobati hipertensi, antara laindengan mengkonsumsi obat-obatan penurun
tekanan darah, pengaturanpola makan, olahraga, mengurangi stres, menghindari
alkohol, merokok(Kowalski, 2010, hlm.287).Selain itu,untuk menurunkan tekanan
darah dapat juga menggunakan konsep keperawatan holistik (Kozier, Erb, Berman,
et al, 2010, hlm.306).
Hipertensi dapat dicegah atau diobati, antara lain dengan mengkonsumsi obat-
obatan penurun tekanan darah, mengubah pola makan, mengurangi pemakaian
garam, olahraga aerobik, menghindari alkohol, menghindari merokok dan metode
keperawatan holistik (Ardiansyah, 2012). Keperawatan holistik saat ini sangat
dikenal sebagai pendekatan terbaik untuk menyeimbangkan kehidupan dan
kesehatan seseorang dengan cara menyatukan aspek fisik, mental, dan spiritualnya
sebagai manusia yang utuh, serta memanfaatkan teknologi perawatan modern
maupun beragam terapi alternatif (komplementer), yang dimana terapi tersebut
dapat meningkatakan kesehatan secara menyeluruh. Terapi komplementer memiliki
empat kelompok, salah satunya yaitu terapi pikiran tubuh atau mind body therapy
dan contohnya yaitu yoga (Widyatuti, 2008)

Menurut jurnal penelitian Devi Oktavia, P.A. Indriati, Dan Supriyadi Yoga adalah
suatu mekanisme penyatuan dari tubuh (body), pikiran(mind) dan jiwa (soul)
(Ridwan, 2009,hlm.127). Yoga mengkombinasikanantara teknik bernapas,
relaksasi dan meditasi serta latihan peregangan (Jain, 2011, hlm.190). Yoga
dianjurkan pada penderita hipertensi, karena yoga memiliki efek relaksasi yang
dapat meningkatkan sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Sirkulasi darah yang lancar,
mengindikasikan kerja jantung yang baik (Ridwan, 2009,hlm.128). Ada berbagai
macam jenis latihan yoga, yang intinya menggabungkan antara teknik bernapas
(pranayama), relaksasi dan meditasi, serta latihan peregangan. Yoga dalam
penelitian ini adalah jenis yoga yang dikhususkan untuk menurunkan tekanan darah
pada lansia. Bernapas adalah suatu tindakan yang otomatis tanpa harus diperintah
untuk melakukannya. Tetapi, jika kita bernapas dengan cepat dan dangkal akan
mengurangi jumlah oksigen yang tersedia dan otak akan bereaksi terhadap hal ini
dengan panik. Bagian dari proses panik adalah peningkatan denyut jantung dan
peningkatan tekanan darah. Dengan mengatur napas menjadi lebih pelan dan dalam
akan membuat peregangan pada otot- otot tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh dan
pikiran menjadi lebih relaks, nyaman dan tenang yang membuat penurunan pada
tekanan darah. Menurut Jain (2011, hlm197), Pranayama (teknik bernapas) pada
yoga berfungsi untuk menenangkan pikiran dan tubuh yang membuat detak jantung
lebih tenang sehingga tekanan darah dan produksi hormon adrenalin menurun.

Sedangkan menurut jurnal penelitian Kurniati Maya Sari dan Netty Herawat Senam
yoga terbukti dapat meningkatkan kadarb-edorphine dalam darah. Ketika seseorang
melakukan senam maka b-edorphine akan keluar dan ditangkap oleh reseptor
didalam hipotalamus dan system limbic yang berfungsi untuk mengatur emosi.
Peningkatkan b-edorphine terbukti berhubungan erat dengan penurunan rasa nyeri,
peningkatan daya ngat, kemampuan seksual, tekanan darah dan pernapasan (
Sindhu dalam ending Triyanto, 2014). Pengaruh terapi senam yoga terhadap
tekanan darah lansia hasil uji menggunakan Paired t-test yang dilakukan antara
tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah perlakuan didapatkan nilai p-value
0,000 < α (0,05). Hasil uraian diatas dapat disimpulkan bahwa latihan yoga
berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah sistolik penderita hipertensi. Selain
itu menurut jurnal yang dikemukakan oleh Hagins.,,et.al (2013) yang berjudul ”
Effectiveness Of Yoga For Hypertension” dengan menggabungkan 3 unsur dari
latihan yoga (postur, meditasi, dan pernafasan) yang melibatkan 18 orang dewasa
dengan hipertensi, dapat menurunkan tekanan darah sitolik 7 mmHg, dan tekanan
diastolik 5 mmHg.

Hal ini sesuai dengan jurnal yang dikemukakan oleh Cramer., et al., (2014) dengan
judul “ Yoga For Hypertension” bahwa pemberian yoga yang dilakukan secara rutin
dapat berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan tekanan darah pada
penderita hipertensi. Dalam penelitian ini olahraga yang dilakukan yaitu yoga
dengan mencakup gerakan duduk dalam postur duduk yoga untuk berlatih
pernafasan (melatih paru-paru dan menenangkan jantung, juga sebagai teknik
pemusatan pikiran), dilanjutkan dengan melakukan asana ringan sebagai
pemenasan, dilanjutkan dengan Savasana (Postur Mayat) dan diakhiri dengan
kembali dalam Postur Duduk untuk mengheningkan pikiran (Meditasi).

Dan menurut jurnal penelitian oleh Weddy Martin dan Ponia Mardian adalah
berdasarkan hasil penelitiannya didapatkan penurunan tekanan darah pada lansia
setelah diberikan terapi meditasi. Terlihat responden yang mengalami hipertensi
sulit untuk melakukan aktivitas dengan baik mengatakan biasanya saat mengalami
hipertensi mereka membutuhkan terapi farmakologi dan ada juga terapi non
farmakologi yaitu obat penurun tekanan darah, obat sakit kepala, rebusan daun
sirsak dan sebagainya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
memperlihatkan bahwa terapi meditasi merupakan bagian dari tindakan non
farmakologis yang dapat menurunkan tekanan darah. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terjadi pengaruh terapi meditasi pada lansia yang mengalami
hipertensi terhadap perubahan tekanan darah. Pada dasarnya pemberian terapi
meditasi ini dapat memberikan kondisi yang rileks dimana pada kondisi rileks
semua system tubuh akan bekerja dengan baik dan pada kondisi ini hipotalamus
akan meyesuaikan dan terjadinya penurunanaktifitas sistem saraf simpatis dan
menigkatkan aktifitas sistem parasimpatis. Urutan efek fisiologis dan gejala
maupun tandanya akan terputus dan stres psikologis akan berkurang. Penurunan
tekanan darah disebabkan karena relaksasi meditasi pada prinsipnya adalah
memposisikan tubuh dalam kondisi tenang, sehingga akan mengalami kondisi
keseimbangan, dengan demikian relaksasi meditasi yang berintikan pada
pernafasan akan mengingkatkan sirkulasi oksigen ke otot-otot, sehingga otot-otot
akan mengendur, tekanan darah akan menurun. Relaksasi dapat menurunkan
tekanan sistolik lebih dari 20 mmHg sedangkan tekanan darah diastolik antara 10
sampai 15 mmHg
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa terapi yoga atau meditasi yang siginifikan dapat
berpengaruh terhadap perubahan tekanan darah pada lansia yang mengalami
hipertensi Dari hasil penelitian yang lain juga disimpulkan bahwa terapi ini dilihat
dari perbedaan hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah diberikannya
latihan yoga atau meditasi

SARAN
saat lansi mengalami hipertensi mereka membutuhkan terapi farmakologi yaitu
obat penurun tekanan darah, obat sakit kepala, rebusan daun sirsak dan
sebagainya.Tetapi bisa diberikan modifikasi intervensi yaitu bagian dari tindakan
non farmakologis yang dapat menurunkan tekanan darah yaitu dengan cara terapi
yoga atau meditasi. Terapi ini bisa dilakukan pada lansia yang mengalami
hipertensi terhadap perubahan tekanan darahnya dengan melakukan latihan yoga
selama 6 hari berturut-turut pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Martin, Weddy dan Ponia Mardian. 2016. Pengaruh meditasi atau yoga terhadap
perubahan tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi. Jurnal ipteks
terapan. Vol 10.14 hal 211-217
Maya Sari, Kurniati, dan Netty Herawati. 2018. Pengaruh senam yoga terhadap
penurunan tekanan darah lada lansia dikelurahan kampung jawa wilayah kerja
puskesmas tanjung. Menara Ilmu. Vol 12 Hal 58-60
Oktavia, Devi, dan Indriati. 2011. Pengaruh latihan yoga terhadap penurunan
tekanan darah pada lanjut usia (Lansia) Di
Panti werdha pengayoman. E-Jurnal Medika. Vol 2 Hal 41-42

Anda mungkin juga menyukai