Oleh:
Lutfiasih Rahmawati, S.Kep
NIM 13231101024
5. Pleura
Selain mendapatkan perlindungan dari dinding cavum thoraks, paru juga
dibungkus oleh sebuah jaringan yang merupakan sisa bangunan embriologi dari
coelom extra-embryonal yakni pleura. Pleura sendiri dibagi menjadi 3 yakni
pleura parietal, pleura visceral dan pleura bagian penghubung. Pleura visceral
adalah pleura yang menempel erat dengan substansi paru itu sendiri. Sementara
pleura parietal adalah lapisan pleura yang paling luar dan tidak menempel
langsung dengan paru. Pelura bagian penghubung yakni pleura yang melapisi
radiks pulmonis, pleura ini merupakan pelura yang menghubungkan pleura
parietal dan pleura visceral (Price & Wilson, 2005).
Pleura parietal memiliki beberapa bagian antara lain yakni pleura
diafragmatika, pelura mediastinalis, pleura sternocostalis dan cupula pleura.
Pleura diafragmatika yakni pleura parietal yang menghadap ke diafragma. Pleura
mediastinalis merupakan pleura yang menghadap ke mediastinum thoraks, pleura
sternocostalis adalah pleura yang berhadapan dengan costa dan sternum.
Sementara cupula pleura adalah pleura yang melewati apertura thoracis superior.
Pada proses fisiologis aliran cairan pleura, pleura parietal akan menyerap cairan
pleura melalui stomata dan akan dialirkan ke dalam aliran limfe pleura (Price &
Wilson, 2005).
Di antara pleura parietal dan pleura visceral, terdapat celah ruangan yang
disebut cavum pleura. Ruangan ini memiliki peran yang sangat penting pada
proses respirasi yakni mengembang dan mengempisnya paru, dikarenakan pada
cavum pleura memiliki tekanan negatif yang akan tarik menarik, di mana ketika
diafragma dan dinding dada mengembang maka paru akan ikut tertarik
mengembang begitu juga sebaliknya. Normalnya ruangan ini hanya berisi sedikit
cairan serous untuk melumasi dinding dalam pleura (Price & Wilson, 2005).
Rongga pleura normal berisi cairan dalam jumlah yang relatif sedikit yakni
0,1 – 0,2 mL/kgbb pada tiap sisinya. Cairan pleura diproduksi dan dieliminasi
dalam jumlah yang seimbang. Jumlah cairan pleura yang diproduksi normalnya
adalah 17 mL/hari dengan kapasitas absorbsi maksimal drainase sistem limfatik
sebesar 0,2-0,3 mL/kgbb/jam. Cairan ini memiliki konsentrasi protein lebih
rendah dibanding pembuluh limfe paru dan perifer.
Cairan dalam rongga pleura dipertahankan oleh keseimbangan tekanan
hidrostatik, tekanan onkotik pada pembuluh darah parietal dan viseral serta
kemampuan drainase limfatik. Efusi pleura terjadi sebagai akibat gangguan
keseimbangan faktor-faktor di atas. Adapun gambaran normal cairan pleura
adalah sebagai berikut:
a. Jernih, karena merupakan hasil ultrafiltrasi plasma darah yang berasal dari
pleura parietalis
b. pH cairan: 7,60-7,64
c. Kandungan protein kurang dari 2% (1-2 g/dL)
d. Kadungan sel darah putih < 1000 /m3
e. Kadar glukosa serupa dengan plasma
f. Kadar LDH (laktat dehidrogenase) < 50% dari plasma.14
penyakit pada pleura (yang paling sering) dengan etiologi yang bermacammacam
dievaluasi dan diterapi (Ariyanti, 2003).
tahunnya. Sementara pada populasi umum secara internasional, diperkirakan tiap
satu juta orang, 3000 orang di antaranya terdiagnosa efusi pleura. Secara
keseluruhan, insidensi efusi pleura sama antara pria dan wanita. Namun terdapat
perbedaan pada kasuskasus tertentu dimana penyakit dasarnya dipengaruhi oleh
jenis kelamin. Misalnya, hampir dua pertiga kasus efusi pleura maligna terjadi
pada wanita. Dalam hal ini efusi pleura maligna paling sering disebabkan oleh
kanker payudara dan keganasan ginekologi. Sama halnya dengan efusi pleura
dengan mesothelioma maligna lebih tinggi pada pria. Hal ini mungkin disebabkan
oleh tingginya paparan terhadap asbestos. Efusi pleura yang berkaitan dengan
pada pria daripada wanita. Efusi pleura kebanyakan terjadi pada usia dewasa.
Namun demikian, efusi pleura belakangan ini cenderung meningkat pada anak
anak dengan penyebab tersering adalah pneumonia (Kemenkes, 2014).
leukemia, sedangkan yang lebih jarang, kanker ovarium, kanker lambung,
sarkoma serta melanoma)
3) Rhuematologis
a) Rheumatoid Arthritis
b) Penyakit jaringan ikat pembuluh darah (Sistemic Lupus Erytematosus)
4) Emboli pulmonar (bisa transudat bisa eksudat)
5) Kasus yang jarang ditemui
a) Post-MI, pankreatitis, mesothelioma, sarcoidosis, asbestosis
b) Induksi obat (methotrexate, amiodarone, bromocriptine, phenytoin,
nitrofurantoin)
c) Radioterapi
d) Syndrome kuku kuning, familial Mediterranean fever
e) Lymphangioleiomyomatosis meliputi pneumotoraks dan cylothoraces
(suatu kondisi akut dengan peningkatan kadar trigilerida pada cairan
visceral. Cairan dalam rongga pleura dipertahankan oleh keseimbangan tekanan
hidrostatik, tekanan onkotik pada pembuluh darah parietal dan viseral serta
berikut:
a. Tekanan hidrostatik meningkat, seperti pada gagal jantung kongestif
b. Permeabilitas kapiler meningkat, seperti pada pneumonia atau tipetipe
pleuritis
c. Tekanan onkotik menurun, seperti pada hipoalbunemia
diafragma melalui jalur limfatik ataupun defek structural
e. Berpindahnya cairan dari edema paru melalui pleura visceral (Speicher,
2010)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Medis
1) Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan
untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.
Gambaran penyakit efusi pleura akan tampak seperti berikut ini:
a) Cairan pleura tampak berupa perselubungan homogeny menutupi
struktur paru bawah yang biasanya relatif radioopak dengan
permukaan atas cekung
b) Perselubungan berjalan dari lateral atas ke arah medial bawah
c) Kadang-kadang tampak mediastinum terdorong kea rah kontralateral
2) CT Scan Dada
CT scan dengan jelas mengambarkan paru-paru dan cairan dan bisa
menunjukkan adanya pneumonia, abses paru, atau tumor
3) USG Dada
USG dapat digunakan untuk membantu menentukan lokasi dan
pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan
pengeluaran cairan.
4) Torakosintesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui
torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan
diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
Untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan, sitologi, berat
jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela
iga ke-8.Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah
(hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa
mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
5) Biopsi pleura
Biopsi ini berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura dengan
melalui biopsi jalur percutaneus. Biopsi ini digunakan untuk mengetahui
adanya sel-sel ganas atau kuman-kuman penyakit (biasanya kasus pleurisy
tuberculosa dan tumor pleura)
6) Bronkoskopi
Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber
cairan yang terkumpul.
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan Biokimia
No. Jenis Pemeriksaan Transudat Eksudat
1. Kadar protein dalam efusi <3 >3
2. Kadar protein dalam serum < 0,5 > 0,5
3. Kadar LDH dalam efusi < 200 > 200
4. Kadar LDH dalam serum < 0,6 > 0,6
5. Berat jenis cairan efusi < 1,016 > 1,016
6. Rivalta Negatif Positif
keadaan umum klien. Drainase dilakukan dengan memasang selang melalui
mengeluarkan cairan pleura yang berlebih di dalam rongga pleura
2) Manajemen Nyeri
Penurunan nyeri dengan menggunakan modalitas breathing exercise
dan static contraction dapat digunakan untuk general rileksasi, mengurangi
nyeri luka karena insisi pemasangan water seal drainage (WSD) karena
dapat memperlancar peredaran darah maka nyeri dapat berkurang. Bentuk
latihan breathing exercise (latihan nafas), meliputi: diaphragmatic breathing
exercise dan thoracic expansion exercise.
3) Peningkatan Ekspansi Sangkar Thoraks dengan Breathing Exercise
Breathing exercise (latihan nafas) dengan metode thoracic expansion
exercise, bertujuan untuk meningkatkan fungsi paru dan menambah jumlah
udara yang dapat dipompakan oleh paru sehingga dapat menjaga kinerja
otot-otot bantu pernafasan dan dapat menjaga serta meningkatkan ekspansi
sangkar thoraks.
4) Fisioterapi Dada
5) Torakosintesis
Cairan pleura bisa dialirkan melalui prosedur torakosentesis, dimana
sebuah jarum (atau selang) dimasukkan ke dalam rongga pleura.
Torakosentesis biasanya dilakukan untuk menegakkan diagnosis, tetapi pada
prosedur ini juga bisa dikeluarkan cairan sebanyak 1,5 liter. Jika jumlah
cairan yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka dimasukkan sebuah
selang melalui dinding dada.
9. Prognosis Penyakit
Prognosis efusi pleura bervariasi dan bergantung dari etiologi yang
mendasarinya, derajat keparahan saat pasien masuk, serta analisa biokimia cairan
pleura. Namun demikian, pasien yang lebih dini memiliki kemungkinan lebih
rendah untuk terjadinya komplikasi. Pasien pneumonia yang disertai dengan efusi
memiliki prognosa yang lebih buruk ketimbang pasien dengan pneumonia saja.
Namun begitupun, jika efusi parapneumonia ditangani secara cepat dan tepat,
biasanya akan sembuh tanpa sekuele yang signifikan. Namun jika tidak ditangani
sepsis.
dengan median harapan hidup 4 bulan dan rerata harapan hidup 1 tahun. Pada pria
hal ini paling sering disebabkan oleh keganasan paru, sedangkan pada wanita
lebih sering karena keganasan pada payudara. Efusi yang lebih respon terhadap
kemoterapi seperti limfoma dan kanker payudara memiliki harapan hidup yang
lebih baik dibandingkan kanker paru dan mesotelioma. Analisa sel dan analisa
biokimia cairan pleura juga dapat menentukan prognosa. Misalnya cairan pleura
dengan pH yang lebih rendah biasanya berkaitan dengan massa keadaan tumor
yang lebih berat dan prognosa yang lebih buruk.
C. Clinical Pathway (Pohon Masalah) Efusi Pleura
klien seperti paparan yang lama terhadap asbestos di mana hal ini dapat
meningkatkan resiko mesothelioma.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada klien dengan efusi pleura perlu ditanyakan apakah pada klien pernah
pembedahan tulang belakang, dan riwayat keganasan
c. Kebiasaan
Pada klien dengan efusi pleura perlu ditanyakan apakah klien memiliki
riwayat merokok dan perlu dikaji kebiasaan olahraga yang dilakukan oleh
klien
d. Pemeriksaan Fisik:
1) Kepala dan Wajah
Pada mata perlu dilihat apakah konjungtiva anemis atau tidak.
Keadaan konjungtiva anemis ditemukan apabila suplai oksigen tidak
adekuat disertai penurunan Hb pada pemeriksaan darah. Selain itu
perlu dilihat warna sklera. Sklera ikterik ditemukan jika klien
mengalami efusi pleura dengan etiologi sirosis hepatis. Pada hidung
perlu dilihat apakah terdapat pernapasan cuping hidung pada klien.
2) Dada
Inspeksi : tidak maksimalnya pengembangan dinding dada
Palpasi : Penurunan vokal fremitus
Perkusi : Terdengar tumpul dan suara datar pada saat perkusi
Auskultasi : Penurunan suara nafas atau bahkan hilangnya suara nafas
saat auskultasi atau pada beberapa kasus didapatkan friction
rub, terdengar suara nafas tambahan ronchi atau wheezing,
terdapat S3 gallop pada klien efusi pleura dengan gagal
jantung kongestif
3) Abdomen
Inspeksi : abdomen tampak membuncit pada klien dengan ascites
Auskultasi : Bising usus <8x/menit karena mengalami penurunan
motilitas usus
Palpasi : Teraba pembesaran hepar pada klien dengan hepatitis,
terdapat shifting dullness pada klien dengan ascites
Perkusi : Pada klien dengan ascites bila posisi klien dimiringkan,
maka batas timpani pekak menjadi bergeser.
4) Ekstremitas
Terdapat edema ekstremitas pada klien efusi pleura dengan gagal
jantung kongestif dan sindrom nefrotik
e. Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa efusi
pleura adalah foto X-Ray dada (chest X-Ray), chest-CT, dan
torakosintesis. Pada klien dengan efusi pleura biasanya terjadi deviasi
trakea pada hasil pemeriksaan foto thorak dan hasil dari kultur bakteri
menyebutkan adanya bakteri penyebab kuman TB pada cairan yang
diambil melalui torakosintesis.
f. Pemeriksaan B1-B6
1) B1 (Breathing)
Inspeksi : Bentuk dada pigeon chest/barrel chest, irama nafas
teratur/tidak, klien tampak sesak, adanya peningkatan
kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi
intercostal, pengembangan dada tidak simetris
Palpasi : Fremitus fokal mengalami penurunan atau tidak teraba,
ICS melebar pada sisi yang sakit, ada benjolan pada
klien dengan kanker atau tumor
Perkusi : Redup pada sisi paru yang terakumulasi cairan
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, terdapat suara nafas tambahan
wheezing dan ronchi pada lapang paru
2) B2 (Blood)
Inspeksi : Amati bentuk dada klien, denyutan ictus kordis tampak
jelas atau tidak
Palpasi : Kaji CRT untuk mengetahui tingkat perfusi perifer,
normalnya < 3 detik, kaji akral klien: hangat, panas,
dingin, kering atau basah, peningkatan JVP
Perkusi : Redup pada batas jantung
Auskultasi : Takikardi, irama jantung tidak teratur (disritmia),
terdapat bunyi jantung III, IV, atau galop
3) B3 (Brain)
a) Tentukan GCS pasien
b) Tentukan adanya keluhan pusing,
c) Lamanya istirahat/tidur, normal kebutuhan istirahat tiap hari adalah
sekitar 6-7 jam.
d) Ada tidaknya gangguan pada nervus pendengaran, penglihatan, dan
penciuman.
e) Kaji adanya nyeri, tentukan skala nyeri pasien, lokasi nyeri
misallnya nyeri dada sebelah kanan, frekuensi nyeri (serangan
datang secara tiba-tiba), nyeri bertambah saat bernapas, nyeri
menyebar ke dada, badan dan perut dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan nyeri yang dirasakan pasien
4) B4 (Bladder)
a) Keluhan kencing: nocturia, poliuria, disuria, oliguria, anuria,
retensi, inkontinensia
b) Produksi urine tiap hari, warna, dan bau. Produksi urine normal
adalah sekitar 500cc/hari dan berwarna kuning bening
c) Keadaan kandung kemih : membesar atau tidak, adanya nyeri tekan
d) Kaji Intake cairan tiap hari, pemberiannya melalui oral atau
parenteral.
e) Kaji ada tidaknya penggunaan alat bantu kateter
5) B5 (Bowel)
a) Kaji keadaan mulut pasien: bersih, kotor atau berbau
b) Keadaan mukosa: lembab, kerig, stomatitis
c) Tenggorokan: adanya nyeri menelan, pembesaran tonsil, nyeri tekan
d) Keadaan abdomen: tegang, kembung atau ascites
e) Adanya nyeri tekan, ada tidaknya luka bekas operasi
f) Peristaltic usus tiap menitnya
g) Frekuensi BAB tiap hari dan konsistensinya
h) Nafsu makan, adanya diet makanan dan porsi makan tiap hari
6) B6 (Bone)
a) Tentukan pergerakan sendi pasien (bebas, terbatas)
b) Kaji adanya kelainan ekstermitas, kelainan tualang belakang dan
fraktur
c) Keadaan kulit: ikterik, siaonis, kemerahan atau hiperglikemi
d) Keadaan turgor kulit
3302 Manajemen 1. Monitor perkembangan pasien sesuai dengan pengaturan ventilator non infasif Memantau klien sehingga
ventilasi 2. Monitor klien dan kesesuaian ventilator dengan suara nafas pasien terhindar dari hal – hal yang
mekanin: non 3. Monitor kerusakan mukosa mulut, nasal, trakea, atau jaringan laring tidak diinginkan selama
invasif 4. Tempatkan pasien pada posisi semi fowler diberikan ventilasi non invasif
5. Lakukan fisioterapi dada yang tepat
Tidak Kadang – Secara
Jarang Sering
pernah kadang konsisten
No. NOC No. indikator Kriteria Hasil menunjukkan menunjukkan
menunjukan menunjukkan menunjukkan
1 2 3 4 5
Manajemen 310301 Menerima diagnosis
diri: penyakit
Mencari informasi tentang
paru obstruktif
310302 cara mencegah kemajuan
kronik
penyakit
Mencari informasi tentang
310303
cara mencegah komplikasi
Berpartisipasi dalam
310304 pengambilan keputusan
kesehatan
Menjalankan aturan
310305
pengobatan setiap resep
Berpartisipasi dalam
310307
rehabilitasi paru
Memantau denyut dan
310308
irama nadi
Memantau kecepatan dan
310309
irama nafas
310310 Memantau suhu tubuh
Memantau saturasi
310311
oksigen
310314 Memantau pemicu gejala
Memantau frekuensi
310317
gejala
310324 Memantau efek terapi obat
Menggunakan teeknik
310333 relaksasi
Tidak Kadang – Dilakukan
Sering
pernah Jarang dilakukan kadang secara
No. NOC No. indikator Kriteria Hasil dilakukan
dilakukan dilakukan konsisten
1 2 3 4 5
1918 Pencegahan Mengidentifikasi faktor –
191801
Aspirasi faktor risiko
Menghindari faktor –
191802
faktor risiko
Mempertahankan
191809
kebersihan mulut
Memposisikan tubuh
191803 untuk tetap tegak ketika
makan dan minum
Memposisikan tubuh
191805 miring ketika makan dab
minum
Memilih makanan sesuai
191804 dengan kemampuan
menelan
Memilih makanan dan
191806 cairan dengan konsistensi
yang tepat
Menggunakan cairan yang
191808 dipadatkan, jika
dibutuhkan
Mempertahankan tubuh
191810 dalam posisi tegak selama
30 menit setelah makan
No. NIC Intervensi Rasional
3200 Pencegahan 1. Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk, gag reflek, kemampuan menelan Pencegahan atau menimalkan
aspirasi 2. Skrining adakah disfagia, dengan tepat terjadinya aspirasi pada pasien
3. Pertahankan kepatenan jalan nafas yang beresiko
4. Meminimalisir penggunaan narkotik dan sedatif
5. Meminimalisir penggunaan obat – obatan yang diketahui memperlambat pengosongan lambung
6. Monitor status pernafasan
7. Monitor kebutuhan perawatan terhadap saluran cerna
8. Beri makanan dalam jumlah sedikit
9. Hindari pemberian cairan atau zat – zat kental
10. Tawarkanan makanan atau minuman dalam bentuk bolus
11. Berikan perawatan mulut
Ketidaefektifan bersihan jalan nafas (00031) Definisi : Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas
untuk mempertahankan bersihan jalan napas
Deviasi
Deviasi Deviasi
sedang Deviasi ringan Tidak ada deviasi
berat dari cukup berat
dari dari kisaran berat dari
No. NOC No.Indikator Kriteria Hasil kisaran dari kisaran
kisaran normal kisaran normal
normal normal
normal
1 2 3 4 5
0410 Status 041004 Frekuensi pernafasan
pernafasan :
041005 Irama pernafasan
kepatenan jalan
nafas 041017 Kedalaman inspirasi
Kemampuan untuk mengeluarkan
041012
sekret
Sangat berat Berat Cukup Ringan Tidak ada
041002 Ansietas
041007 Suara nafas tambahan
041013 Pernafasan cuping hidung
041015 Dipsnea saat istirahat
041016 Dipsnea dengan aktivitas ringan
041018 Penggunaan otot bantu pernafasan
041019 Batuk
Akumulasi sputum
041020
Deviasi
Deviasi Deviasi
sedang Deviasi ringan Tidak ada deviasi
berat dari cukup berat
dari dari kisaran berat dari
kisaran dari kisaran
kisaran normal kisaran normal
normal normal
normal
1 2 3 4 5
0403 Status 040301 Frekuensi pernafasan
pernafasan :
040302 Irama pernafasan
ventilasi
040303 Kedalaman inspirasi
040318 Suara perkusi nafas
040324 Volume tidal
040325 Kapasitas vital
040326 Hasil rontgen dada
040327 Tes faal paru
Sangat berat Berat Cukup Ringan Tidak ada
040309 Penggunaan otot bantu pernafasan
040310 Suara nafas tambahan
040311 Retraksi dinding dada
Pernafasan dengan bibir
040312
mengerucut
040313 Dipsnea saat istirahat
040314 Dipsnea saat latihan
040315 Orthopnea
040317 Taktil fremitus
Pengembangan dinding dada tidak
040329
simetris
040330 Gangguan vokalisasi
040331 Akumulasi sputum
040332 Gangguan ekspirasi
040333 Gangguan suara saat auskultasi
040334 Atelektasis
No. NIC Intervensi Rasional
3140 Manajemen 9. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 1. dengan semifowler
jalan nafas 10. Identifikasi kebutuhan aktual/ potensial pasien untuk memasukan alat membuka jalan nafas 2. mengidentifikasi kebutuhan alat
11. Lakukan fisioterapi dada bantu untuk pernafasan pasien
12. Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, dan batuk 3. mengencerkan sekret
13. Instruksikan bagaimana agar dapat melakukan batuk efektif 4. memudahkan mengeluarkan sekret
14. Kelola pemberian bronkodilator 5. membantu mengeluarkan sekret
15. Monitor status pernafasan dan oksigenasi dengan baik
6. mengencerkan sekret
7. memantau keadaan pernafasan
pasien
3302 Manajemen 6. Monitor perkembangan pasien sesuai dengan pengaturan ventilator non infasif 1. mengetahui perkembagan keadaan
ventilasi 7. Monitor klien dan kesesuaian ventilator dengan suara nafas pasien pasien
mekanik: non 8. Monitor kerusakan mukosa mulut, nasal, trakea, atau jaringan laring 2. mengetahui keabnormalan suara
invasif 9. Tempatkan pasien pada posisi semi fowler nafas pasien
10. Lakukan fisioterapi dada yang tepat 3. mengetahui keadaan saluran
pernafasan pasien
4. memudahkan pasien dalam bernafas
dengan nyaman
5. mengencerkan sekret
Kadang –
Tidak pernah Jarang Sering Secara konsisten
kadang
No. NOC No. indikator Kriteria Hasil menunjukan menunjukkan menunjukkan menunjukkan
menunjukkan
1 2 3 4 5
3103 Manajemen 310301 Menerima diagnosis
diri: penyakit
Mencari informasi tentang
paru obstruktif
310302 cara mencegah kemajuan
kronik
penyakit
Mencari informasi tentang
310303
cara mencegah komplikasi
Berpartisipasi dalam
310304 pengambilan keputusan
kesehatan
Menjalankan aturan
310305
pengobatan setiap resep
Berpartisipasi dalam
310307
rehabilitasi paru
Memantau denyut dan
310308
irama nadi
Memantau kecepatan dan
310309
irama nafas
310310 Memantau suhu tubuh
Memantau saturasi
310311
oksigen
310314 Memantau pemicu gejala
Memantau frekuensi
310317
gejala
310324 Memantau efek terapi obat
Menggunakan teeknik
310333
relaksasi
Kadang –
Tidak pernah Jarang Sering Dilakukan secara
kadang
No. NOC No. indikator Kriteria Hasil dilakukan dilakukan dilakukan konsisten
dilakukan
1 2 3 4 5
1918 Pencegahan Mengidentifikasi faktor –
191801
Aspirasi faktor risiko
Menghindari faktor – faktor
191802
risiko
Mempertahankan
191809
kebersihan mulut
Memposisikan tubuh untuk
191803 tetap tegak ketika makan
dan minum
Memposisikan tubuh miring
191805
ketika makan dan minum
Memilih makanan sesuai
191804 dengan kemampuan
menelan
Memilih makanan dan
191806 cairan dengan konsistensi
yang tepat
Menggunakan cairan yang
191808
dipadatkan, jika dibutuhkan
Mempertahankan tubuh
dalam posisi tegak selama
30 menit setelah makan
191810
1 2 3 4 5
Perfusi 040715 Pengisian kapiler jari
jaringan :
Suhu kulit ujung kaki
perifer 040710
dan tangan
Kekuatan denyut nadi
040730
karotis (kanan)
040727 Tekanan darah sistolik
040728 Tekanan darah diastolik
040712 Edema perifer
040741 Mati rasa
040743 Muka pucat
040744 Kelemahan otot
040745 Kram otot
040748 Parestesia
No. NIC Intervensi Rasional
1910 Manajemen 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas 1. jalan nafas dalam keadaan normal
asam basa 2. Posisikan klien untuk mendapatkan ventilasi yang adekuat (misalnya, membuka jalan nafas dan 2. pasien bernafas dengan mudah
menaikkan posisi kepala ditempat tidur) 3. memantau keadaan pasien tetap
3. Monitor gas darah arteri (ABGs), level serum serta urin elektrolit jika diperlukan dalam kondisi normal
4. Monitor pola pernafasan 4. pasien bernafas dengan adekuat
5. Monitor adanya gagal pernafasan (misalnya, rendahnya PaO2 dan meningkatnya PaCO2, dan 5. meminimalisir gagal nafas pasien
kelelahan otot pernafasan) 6. memantau kesadaran pasien
6. Monitor status neurologis (misalnya tingkat kesadaran dan kebingungan) 7. kebutuhan oksigen pasien terpenuhi
7. Berikan terapi oksigen dengan tepat 8. membantu menjaga keadaan pasien
8. Instruksikan klien dan atau keluarga mengenai tindakan yang telah disarankan untuk mengatasi tetap stabil
asam-basa
4150 Pengaturan 1. Lakukan penilaian komprehensif terhadap status hemodinamik (yaitu, memeriksa tekanan darah, 1. memantau keadaan pasien
hemodnami denyut jantung, denyut nadi, tekanan vena jugularis, tekanan vena sentral, atrium kiri dan kanan, 2. mengetahui perkembangan pasien
ka tekanan ventrikel dan tekanan arteri pulmonalis), dengan tepat 3. mengurangi kegelisahan pasien
2. Monitor dan dokumentasikan tekanan nadi proporsional (yaitu, tekanan darah sistolik dikurangi 4. meningkatkan tingkat kepahaman
tekanan darah diastolik dibagi dengan tekanan darah sistolik, sehingga menghasilkan persentase pasien dan keluarga
yang proporsional) 5. pasien memahamai setiap tindakan
3. Kurangi kecemasan dengan memberikan informasi yang akurat dan perbaiki kesalahpahaman yang diberikan
4. Arahkan pasien dan keluarga mengenai pemantauan hemodinamika (misal obat-obatan, terapi, tujuan 6. menjaga kestabilan volume pasien
peralatan) 7. memantau perfusi pasien
5. Jelaskan perawatan dan bagaimana kemajuan akan diukur 8. mengetahui keadaan aliran darah
6. Pertibangkan status volume (apakah pasien hipervolemi, hipovolemi, atau berada pada rentang jantung pasien
cairan yang seimbang) 9. memantau perubahan keadaan vital
7. Tentukan status perfusi (yaitu apakah pasien terasa dingin atau hangat) pasien
8. Lakukan auskultasi pada jantung 10. mencegah terjadi aritmia secara
9. Monitor dan catat tekanan darah, denyut jantung, irama dan denyut nadi farmakologi
10. Berikan obat anti aritmia 11. menjaga pasien tetap dalam
11. Monitor denyut nadi perifer, pengisian kapiler, suhu dan warna ekstremitas keadaan stabil
12. Kolaborasi dengan dokter sesuai indikasi 12. memberikan tindakan secara
farmakologi
0840 Pengaturan 1. Dorong pasien untuk terlibat dalam pengaturan posisi 1. menjaga posisi pasien tetap nyaman
posisi 2. Monitor status oksigenasi (sebelum dan setelah perubahan posisi) 2. menjaga kebutuhan oksigen pasien
3. Posisikan pasien untuk mengurangi dypsnea (misalnya posisi semi fowler) tetap stabil
4. Tinggikan kepala tempat tidur 3. menjaga pasien dalam posisi
menguntungkan
4. memudahkan pasien dalam bernafas
No.Dx Diagnosa Keperawatan
4. Nyeri Akut Definisi : Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan aktual ataupun potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan
(Internasional Assosiation fot the Study of Pain; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau diprediksi.
Tidak Kadang-
pernah Jarang kadang
Sering menunjukkan
No. NOC No.Indikator Kriteria Hasil menunjukka menunjukkan menunju
n kkan
1 2 3 4
1605 160502 Mengenali kapan nyeri terjadi
160501 Menggambarkan faktor penyebab
Menggunakan tindakan pengurangan
160504
nyeri tanpa analgesik
Kontrol Menggunakan analgesik yang di
160505
Nyeri rekomendasikan
Melaporkan perubahan terhadap
160513 gejala nyeri pada profesional
kesehatan
Mengenali apa yang terkait dengan
160511
gejala nyeri
Berat Cukup berat Sedang Ringan
1 2 3 4
2102 Tingkat 210201 Nyeri yang dilaporkan
nyeri
210204 Panjangnya periode nyeri
210217 Mengerang dan menangis
210206 Ekspresi nyeri wajah
210208 Tidak bisa beristirahat
210224 Mengerinyit
210225 Mengeluarkan keringat berlebih
210209 Ketegangan otot
210215 Kehilangan nafsu makan
No. NIC Intervensi Rasional
1400 Manajemen 1. Lakukan pengkajian yang komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onsert/durasi, frekuensi, 1. mengetahui keadaan nyeri pasien
nyeri kualitas, intensitas atau beratnya dan faktor pencetus. 2. mengetahui tingkat nyeri pasien
2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan terutama pada merek yang tidak 3. mengatasi nyeri secara farmakologi
dapat berkomunikasi secara efektif 4. mengetahui tingkat pengetahuan
3. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien dilakukan dengan pemamtauan yang ketat pasien
4. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri 5. mengetahui dampak nyeri pasien
5. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien (misalnya: tidur, nafsu makan, 6. meningkatkan pengetahuan pasien
performa kerja, perasaaan, pengertian, hubungan, tanggung jawab peran) 7. meminimalkan nyeri
6. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan dan 8. meminimalkan nyeri
antisipasi akan ketidaknyamanan akibat prosedur. 9. menurunkan nyeri secara
7. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri farmakologi
8. Ajarkan teknik non farmakologis (seperti: biofeeback, TENS, hypnosis, relaksasi,bimbingan
antisipatif, terapi music, terapi bermain, terapi aktifitas, akupresur, aplikasi panas/dingin dan pijatan)
9. Berikan penurun nyeri yang optimal dengan resepan analgesik dari dokter.
6482 Manajemen 1.Tentukan tujuan pasien dan keluarga dalam mengelola lingkungan dan kenyamanan yang optimal. 1. agar pasien dan keluarga memahami
lingkungan: 2.Hindari gangguan yang tidak perlu dan berikan waktu untuk beristirahat mengenai manajemen lingkungan bagi
kenyamana 3.Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung pasien
n 4.Sediakan lingkungan yang aman dan bersih 2. meningkatkan waktu istirahat pasien
5.Pertimbangkan sumber-sumber ketidaknyamanan, seperti balutan lembab, posisi selang, balutan yang 3. menjaga istirahat yang adekuat
tertekan, seprei kusut, maupun lingkungan yang menggangggu. 4. menjaga kenyamanan pasien
6.Posisikan pasien untuk memfasilitasi kenyamanan 5. memantau tingkat kenyamanan
pasien
6. menjaga kenyamanan pasien
E. Discharge Planning
1. Evaluasi kesiapan klien untuk pulang. Factor yang dikaji adalah sebagai
berikut:
a. Status pernafasan yang stabil
b. Masukan nutrisi dan pertumbuhan yang adekuat
c. Kebutuhan obat yang stabil
d. Rencana pengobatan medis yang realistic untuk di rumah
1) Keluarga dapat memberikan asuhan keperawatan yang diperlukan
klien
2) Sarana di rumah dan monitor yang perlu disediakan
3) Orang tua memiliki dukungan social dan finansial yang
dibutuhkan
4) Keperluan perawatan di rumah dan istirahat disediakan
2. Beri instruksi pemulangan kepada keluarga seperti berikut:
a. Penjelasan tentang penyakit
b. Bagaimana memantau tanda-tanda distress pernafasan dan masalah
medis lainnya
c. Kebutuhan makan perorangan
d. Kebutuhan klien yang sehat
e. Timing yang tepat untuk memanggil dokter
f. Bagaimana melakukan resusitasi jantung paru
g. Penggunaan peralatan di rumah dan pemantauan
h. Bagaimana memberi dan memantau efek pengobatan
i. Pencegahan infeksi
j. Pentingnya klien untuk menghindari kawasan merokok
k. Aktivitas perkembangan kesehatan yang tepat
l. Pengenalan isyarat stress
3. Lakukan program tindak lanjut untuk memantau kebutuhan pernafasan,
nutrisi, perkembangan, dan kebutuhan khusus lainnya yang sifatnya
terus menerus
a. Bantu keluarga untuk membuat janji kunjungan untuk pemeriksaan
tindak lanjut yang pertama
b. Buat rujukan untuk kunjungan keperawatan di rumah sesuai yang
dibutuhkan klien dan keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Capernito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Waugh, A., Grant A. 2014. Ross and Wilson Anatomy & Physiology in Health and
Illness. 12th edition. Churchill Livingstone: Elseiver (China) Ltd.