PENDAHULUAN
hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang
mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderita dari rasa sakit melalui identifikasi
dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik
2 fisik, psikologis, sosial atau spiritual (World Health Organization (WHO), 2016).
Menurut WHO (2016) penyakit-penyakit yang termasuk dalam perawatan paliatif
pernapasan kronis 10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes 4.6% dan memerlukan perawatan
paliatif sekitas 40-60%.Pada tahun 2011 terdapat 29 juta orang meninggal di karenakan
perawatan paliatif berada pada kelompok dewasa 60% dengan usia lebih dari 60 tahun,
dewasa (usia 15-59 tahun) 25%, pada usia 0-14 tahun yaitu 6% (Baxter, et al., 2014).
Pasifik Barat 29%, diikuti Eropa dan Asia Tenggara masing-masing 22% (WHO,2014).
Benua Asia terdiri dari Asia Barat, Asia Selatan, Asia Tengah, Asia Timur dan Asia
Tenggara.Indonesia merupakan salah satu Negara yang termasuk dalam benua Asia
Tenggara dengan kata lain bahwa Indonesia termasuk dalam Negara yang membutuhkan
perawatan paliatif.
1
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi
tumor/kanker di Indonesia adalah 1.4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang,
diabete melitus 2.1%, jantung koroner (PJK) dengan bertambahnya umur, tertinggi pada
mengatakan kasus HIV sekitar 30.935, kasus TB sekitar330.910. Kasus stroke sekitar
1.236.825 dan 883.447 kasus penyakit jantung dan penyakit diabetes sekitar 1,5%
(KEMENKES, 2014).
2
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
a. Mengetahui Definisi dari CVA
b. Mengetahui etiologic dari CVA
c. Mengetahui klasifikasi dari CVA
d. Mengetahui patofisiologi dari CVA
e. Mengetahui manifestasi klinik dari CVA
f. Mengetahui penatalaksanaan dari CVA
g. Mengetahui asuhan keperawatan dari CVA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
3
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain vaskuler (Hendro Susilo, 2000).
2.2 Etiologi
Menurut Smeltzer (2001) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu
dari empat kejadian yaitu:
a.Trombosis serebral
4
Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab
utama trombosis serebral, yang merupakan penyebab paling umum dari stroke. Tanda-
tanda trombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum.
Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang, dan
beebrapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari hemorrhagi intracerebral
atau embolisme serebral. Secara umum, trombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-
tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau parestesia pada setengah
tubuh dapat mendahului awitan paralisis berat pada beberapa jam atau hari
b. Embolisme serebral
Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang – cabangnya,
yang merusak sirkulasi serebral. Awitan hemiparesis atau hemiplegia tiba-tiba dengan
afasia atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit
jantung atau pulmonal adalah karakteristik dari embolisme serebral.
c. Iskemia serebral
Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena konstriksi
ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
d. Haemorhagi serebral
1) Haemorhagi ekstradural (haemorrhagi epidural) adalah kedaruratan bedah
neuro yang memerlukan perawata n segera. Keadaan ini biasanya mengikuti
fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah arteri meninges lain, dan
pasien harus diatasi dalam beberapa jam cedera untuk mempertahankan hidup.
2) Haemorhagi subdural pada dasarnya sama dengan haemorrhagi epidu ral,
kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek.
Karenanya periode pembentukan hematoma lebih lama dan menyebabkan
tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin mengalami haemorrhagi
subdural kronik tanpa menunjukkan tanda atau gejala.
3) Haemorrhagi subarakhnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau
hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme
pada area sirkulus Willisi dan malformasi arteri vena kongenital pada
otak.
4) Haemorrhagi intracerebral adalah perdarahan di substansi dalam otak paling
umum pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena
perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan rupture
pembuluh darah. Biasanya awitan tiba -tiba, dengan sakit kepala berat. Bila
5
haemorrhagi membesar, makin jelas deficit neurologik yang terjadi dalam
bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital.
2.3 Klasifikasi
1. Non Haemorrhagi/Iskemik/Infark
a. Transient Ischemic Attack (TIA)/Serangan Iskemi Sepintas
TIA merupakan tampilan peristiwa berupa episode-episode serangan
sesaat dari suatu disfungsi serebral fokal akibat gangguan vaskuler,
dengan lama serangan sekitar 2 -15 menit sampai paling lama 24 jam.
2.4 Patofisiologi
6
Kenaikan darah yang “abrupt” atau kenaikan dalam jumlah yang secara mencolok
dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi hari dan sore hari.
Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka perdarahan dapat berlanjut sampai
dengan 6 jam dan jika volumenya besar akan merusak struktur anatomi otak dan
menimbulkan gejala klinik . Jika perdarahan yang timbul kecil ukurannya, maka massa
darah hanya dapat merasuk dan menyela di antara selaput akson massa putih tanpa
merusaknya. Pada keadaan ini absorbsi darah akan diikuti oleh pulihnya fungsi-fungsi
neurologi. Sedangkan pada perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,
peninggian tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak
pada falk serebri atau lewat foramen magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan
darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus
kaudatus, talamus dan pons. Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume
perdarahan yang relatif banyak akan mengakibatkan peningian tekanan intrakranial
dan menebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak.
2.4 WOC
7
2) Kehilangan penglihatan perifer
Kesulitan melihat pada malam hari, tidak menyadari objek atau batas objek.
3) Diplopia
Penglihatan ganda.
b) Defisit Motorik
1) Hemiparesis
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama. Paralisis wajah (karena
lesi pada hemisfer yang berlawanan).
2) Ataksia
Berjalan tidak mantap, tegak, tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri
yang luas.
3) Disartria
Kesulitan dalam membentuk kata.
4) Disfagia
Kesulitan dalam menelan
c) Defisit Verbal
1) Afasia Ekspresif
Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami mungkin mampu bicara
dalam respon kata tunggal.
2) Afasia Reseptif
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tetapi tidak
masuk akal.
3) Afasia Global
Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif.
d) Defisit Kognitif
Pada penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan panjang,
penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi , alasan
abstrak buruk, perubahan penilaian.
1) Defisit Emosional
8
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas emosional,
penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress, depresi, menarik
diri, rasa takut, bermusuhan dan marah, perasaan isolasi
2.7 Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut:
9
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
BAB III
Asuhan Keperawatan
Ilustrasi Kasus
Tn. R 55 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan pusing, sulit tidur, dan ini sering
kambuh apabila pasien banya pikiran bagian tubuh sebelah kanan susah digerakan. Keluarga
pasien juga mengatakan Tn.R sakit strok saja tetapi tidak mengetahui pengertian, penyebab
tanda dan gejala, pencegahan dan komplikasi apabila tidak segera ditangani. Setelah
dilakukan pemeriksaan ttv menunuuikkan TD : 170/130 mmhg, N :98x/menit, RR:
22x/menit, suhu: 36,7oC.
3.1 Pengkajian
3.1.1. Biodata
a. Identitas klien
1. Nama : Tn. R
2. Umur : 35th
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Status perkawinan : Kawin
5. Agama : Islam
6. Suku/bangsa : Indonesia
7. Pendidikan : SMA
8. Pekerjaan : Sopir
9. Pendapatan :-
10. Alamat : Sidoarjo
11. Tgl mamasuk RS : 12 januari 2017
12. Tgl pengkajian : 12 januari 2017
13. Diagnose medis : CVA
14. No reg : 0012
15. Ruangan : Melati
16. Rumah sakit : Bhayangkara
b. Identitas penangung
1. Nama : Ny. L
2. Umur : 27h
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Status : menikah
5. Agama : islam
6. Suku bangsa : Indonesia
7. Pendidikan : SMA
8. Hubungan dengan klien : Istri
9. Alamat :Ds Mojoagung, Sidoarjo
3.1.2. Riwayat kesehatan
Keluhan Utama
Pasien merasa pusing, sulit tidur, dan ini sering kambuh apabila pasien
banya pikiran bagian tubuh sebelah kanan susah digerakan
DO :
Aliran darah ke otak yg
TD 170/130
mengandung O2 menurun
N : 98x/Menit
P : nyeri dirasakan
berdenyut
S : Skala nyeri 4
T : Kadang
DS : Pasien mengatakan Hemipelgi kanan Kelemahan fisik b.d
badannya tidak mudah gangguan mobilitas fisik
digerakkan.
Kelemahan fisik
DO :
Setiap beraktivitas
pasien dibantu
dengan keluarga
DS : CVA Defisit pengetahuan b.d
kurang terpapar informasi
Pasien mengatakan tidak tahu
tentang penyakitnya
Ketakutan
DO :
1. Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d penurunan suplai darah ke otak
2. Kelemahan fisik b.d gangguan mobilitas fisik
3.4 Intervensi
3.5 Implementasi
3.6 Evaluasi
O:
TD 170/130
N : 98x/Menit
S : 36,7
RR : 22x/Menit
S : Skala nyeri 4
T : Kadang
O:
TD 170/130
N : 98x/Menit
S : 36,7
RR : 22x/Menit
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
c. Tidak merokok