Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Pembentukan Batuan Beku

Batuan beku atau batuan Igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis

batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa

proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di

atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Umumnya, proses pelelehan terjadi

oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperature, penurunan tekanan, atau

perubahan komposisi (Noor, 2012).

Dalam siklus batuan dicantumkan bahwa batuan beku bersumber dari proses

pendinginan dan penghabluran lelehan batuan didalam bumi atau magma. Magma yang

mempunyai berat-jenis lebih ringan dari batuan sekelilingnya, akan berusaha untuk naik

melalui rekahan-rekahan yang ada dalam litosfir hingga akhirnya mampu mencapai

permukaan bumi. Ketika Magma naik menuju ke permukaan, maka magma mulai

kehilangan mobilitasnya atau biasa disebut dengan diferensiasi magma, dimana akan

membentuk kristal-kristal namun tidak bersamaan sebelum mencapai permukaan. Dalam

keadaan seperti itu, magma akan membeku ditempat, dimana ion-ion didalamnya akan

mulai kehilangan gerak bebasnya kemudian menyusun diri, menghablur dan membentuk

batuan beku. Namun dalam proses pembekuan tersebut, tidak seluruh bagian dari lelehan

itu akan menghablur pada saat yang sama. Ada beberapa jenis mineral yang terbentuk lebih

awal pada suhu yang tinggi dibanding dengan lainnya serta ada juga yang mengalami

pelarutan antara magma dengan batuan yang sudah terbentuk sebelumnya atau biasa

disebut asimilasi (Tim Asisten, 2018).

Bentuk-bentuk dan ukuran dari hablur yang terjadi, sangat ditentukan oleh derajat

kecepatan dari pendinginan magma. Pada proses pendinginan yang lambat, hablur yang
terbentuk akan mempunyai bentuk yang sempurna dengan ukuran yang besar-besar.

Sebaliknya, apabila pendinginan itu berlangsung cepat, maka membentuk hablur-hablur

yang berukuran kecil-kecil, kadang berukuran mikroskopis. Bentuk pola susunan hablur-

hablur mineral yang nampak pada batuan beku tersebut dinamakan tekstur batuan.

2.2 Mineral Penyusun Batuan Beku

Mineral-mineral utama penyusun kerak bumi disebut mineral pembentuk batuan.

Golongan mineral yang berwarna tua disebut mineral mafik karena kaya magnesium atau

besi. Sedangkan mineral yang berwarna muda disebut mineral felsik yang miskin akan

unsur besi atau magnesium. Mineral felsik seperti kelompok mineral plagioklas dan K-

Feldspar yang merupakan penyusun terbanyak dan tersebar luas dalam batuan. Kedua

kelompok mineral tersebut bila terubah akan menjadi karbonat, serisit, mineral lempung

dan lain-lain (Tim Asisten, 2018). Beberapa mineral hitam yang sering dijumpai, ialah

olivin, augit, hornblende dan biotit. Sedangkan mineral putih yang sering dijumpai adalah

plagioklas, ortoklas, muskovit, kuarsa dan leusit. Berdasarkan penghabluran mineral-

mineral silikat (magma) , dimana komposisi magma berubah sifat dari basaltis→

andesitik→ rhyolitik oleh NL.Bowen (1887-1956) disusun suatu seri yang dikenal dengan

Bowen’s Reaction Series seperti pada gambar dibawah.


Gambar 2.1 Bowen Reaction Series

2.3 Klasifikasi Batuan Beku

2.3.1 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Ganesa (Kejadiannya)

Menurut Noor (2012) klasifikasi batuan beku dapat dikelompokkan sebagai

berikut:

1. Batuan Intrusive adalah batuan beku yang terbentuk dibawah permukaan bumi yang

menghasilkan 2 jenis batuan beku yaitu:

a. Batuan Hypabysal adalah batuan beku intrusive yang terbentuk dekat permukaan

bumi dengan ciri umum bertekstur porphyritic.

b. Batuan Plutonic adalah batuan beku intrusive yang terbentuk jauh dibawah

permukaan bumi. Proses pendinginannya sangat lambat sehingga mengakibatkan

Kristal atau mineral besar-besar dan sempurna. Umumnya bertekstur sedang

hingga kasar.

2. Batuan Extrusive, bersifat fragmental atau sebaliknya dan terbentuk sebagai hasil

erupsi ke permukaan bumi. Batuan yang termasuk extrusive yaitu batuan vulkanik.

Batuan vulkanik terbentuk dari magma yang mencapai di permukaan bumi kemudian
membeku. Umumnya berbutir sangat halus hingga gelas, hal ini dikarenakan proses

pembekuannya cepat sekali sehingga pembentukan Kristal tidak sempurna.

2.3.2 Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Sifat Kimia dan Komposisi Mineral.

Menurut Nurdin (2009) klasifikasi batuan tersebut yaitu:

1. Batuan beku asam (SiO2 > 66 %): bila terutama tersusun oleh mineral-mineral asam,

biasanya berwarna cerah, putih sampai abu-abu. Termasuk di dalamnya adalah

kelompok Granit-Riolit.

2. Batuan beku sedang (SiO2 : 52-66 %): bila tersusun oleh mineal mineral menengah

antara asam dan basa, biasanya berwarna agak gelap sampai kehitaman. Termasuk di

dalamnya adalah kelompok Diorite-Andesit.

3. Batuan beku basa (SiO2 : 45-63 %): bila terutama tersusun oleh mineral-mineral basa,

biasanya berwarna hitam sampai hitam kelam. Termasuk di dalamnya adalah

kelompok Gabro Basalt.

4. Batuan beku ultrabasa (SiO2 < 45 %): bila tersusun oleh mineral mineral yang sangat

basa, biasanya berwarna hijau sampai hijau kehitaman. Termasuk di dalamnya adalah

batuan-batuan ultra basa yaitu Olivin.

2.4 Penamaan Batuan

2.4.1 Warna Batuan

Warna batuan beku berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya.

Mineral penyusun batuan dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya, sehingga dari

warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang bertekstur

gelasan (Susanto, 2008).

1. Batuan beku yang berwarna cerah, umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun

oleh mineral-mineral felsic.


2. Batuan beku yang berwarna gelap-hitam, umumnya adalah batuan beku intermedier

yang tersusun oleh mineral-mineral felsik dan mineral mafik hampir sama banyak.

3. Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan, umumnya adalah batuan beku basa yang

tersusun oleh mineral-mineral mafik.

4. Batuan beku yang berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik, umumnya

adalah batuan beku ultrabasa yang tersusun oleh hampir seluruhnya mineralmineral

mafik.

2.4.2 Komposisi Mineral

Komposisi mineral mencerminkan informasi tentang magma asal batuan tersebut

dan posisi tektonik (berhubungan struktur kerak bumi dan mantel) tempat kejadian

magma tersebut (Susanto, 2008). Mineral pembentuk batuan dibagi atas 3 kelompok

yaitu:

1. Mineral utama (assential minerals), mineral yang terbentuk dari kristalisasi magma,

yang biasanya hadir dalam jumlah yang cukup banyak atau dominan dan menentukan

nama/sifat batuan. Contoh: mineral-mineral Seri Bowen (olivin, piroksen, hornblenda,

biotit, plagioklas, k-felspar, muskovit, kuarsa) dan felspathoid.

2. Mineral sekunder (secondary minerals), mineral hasil ubahan dari mineral-mineral

primer karena pelapukan, alterasi hidrotermal atau metamorfosa, jumlahnya cukup

banyak namun tidak seperti mineral utama. Contoh: klorit, epidot, serisit, kaolin,

aktinolit, garnet, dll.

3. Mineral tambahan (accessory minerals), mineral yang terbentuk dari kristalisasi

magma, tetapi kehadirannya relatif sedikit (< 5%) dari volume batuan, dan tidak

menentukan nama/sifat batuan. Contoh: apatit, zirkon, magnetit, hematit, rutil, dll.

2.4.3 Tekstur
Tekstur adalah kenampakan dari batuan (ukuran, bentuk dan hubungan

keteraturan mineral dalam batuan) yang dapat merefleksikan sejarah pembentukan dan

keterdapatannya (Tim Asisten, 2018)

1. Kristalinitas

Kristalisasi batuan beku sangat tergantung dari proses pembekuan magma.

Pada pembekuan magma yang berlangsung lambat maka akan terbentuk kristal-kristal

yang berukuran kasar-sedang, bila berlangsung cepat akan terbentuk kristal-kristal

yang berukuran halus, dan bila berlangsung sangat cepat akan terbentuk gelas

(Susanto, 2008). Kristalinitas batuan beku dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Holokristalin, yaitu tersusun atas kristal-kristal seluruhnya yang jelas

b. Hipokristalin, yaitu tersusun atas sebagian kristal dan sebagian gelas.

c. Holohyalin, yaitu tersusun oleh mineral amorf/glass seluruhnya.

2. Granulaaritas

Granularitas merupakan drajat butir kristal penyusun batuan beku

(Susanto, 2008). dibagi menjadi 3 yaitu:

a. Fanerik, yaitu kristal-kristal mineral penyusunnya tampak jelas dapat dibedakan

dengan mata biasa atau dengan bantuan lop.

b. Porfiritik, yaitu adanya mineral yang berukuran besar (fenokris) dalam masa dasar.

Terbagi atas 2 jenis:

1) Faneroporfiritik, yaitu fenokris yang terdapat pada masa dasar Kristal yang

faneritik.

2) Porfiroafanitik, yaitu fenokris yang terdapat dalam masa dasar Kristal yang

afanitik.

c. Afanitik, terdiri dari 2 jenis yaitu:


1) Descristalline, yaitu Kristal dari mineral penyusunnya tidak dapat dibedakan

dengan mata biasa atau lop.

2) Cryptocristaline, yaitu komponen penyusunnya terdiri dari mineral yang

kristalnya sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan dengan mikroskop biasa.

3. Fabrik

Fabrik adalah hubungan antara krital-kristal atau susunan antara Kristal-kristal

yang satu dengan yang lainnya (Susanto, 2008).

a. Bentuk kristal, dasar kejelasan dan bentuk bidang batas Kristal-kristal mineral

ditinjau dari kenampakan dua dimensi secara individual yang terbagi atas 3, yaitu:

1) Euhedral: bentuk bidang atas dari kristal teratur baik dan tampak jelas.

2) Subhedral: bentuk bidang batas dari kristal bervariasi, kombinasi dari bentuk

baik dengan bentuk jelek.

3) Anhedral: bentuk bidang batas dari kristal jelek dan tidak teratur.

b. Relasi, merupakan hubungan antara butir kristal-kristal yang satu dengan yang

lainnya, meliputi:

1) Equigranular: ukuran butir dari kristal yang menyusun batuan hampir sama

besar.

2) Inequigranular: ukuran butir dari kristal-kristal penyusun batuan tidak sama

besar.

2.4.4 Struktur Batuan

Struktur adalah kenampakan hubungan antar bagian-bagian batuan yang berbeda

(Nurdin, 2009).

1. Masif, Bila batuan pejal tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas.

2. Jointing, Bila batuan tampak mempunyai retakan-retakan, kenampakan ini akan

mudah diamati pada singkapan di lapangan.


3. Vesikuler, Dicirikan dengan adanya lubang-lubang gas dengan arah teratur,lubang ini

terbentuk akibat keluarnya gas pada waktu pembekuan berlangsung. Struktur ini

dibagi lagi menjadi yaitu:

a. Skoriaan, bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.

b. Pumisan, bila lubang-lubang gas saling berhubungan.

c. Aliran, bila adanya kenampakan aliran dari kristal-kristal. maupun lubang-lubang

gas.

d. Amigdaloidal, bila lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral skunder.

e. Xenolit, struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk

atau tertanam kedalam batuan beku.

Anda mungkin juga menyukai