TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab tinjauan kepustakaan ini, beberapa aspek yang relevan untuk
digambarkan sebagai suatu hubungan kerja sama yang dibangun berdasarkan rasa
saling percaya, rasa hormat dan kekuasaan serta memahami pentingnya peran
masing-masing anggota tim dan mampu bertindak dalam situasi kesehatan stres
tidak akan terjadi apabila pemberi pelayanan tidak mengetahui makna kolaborasi
keahlian dan tujuan serta tanggung jawab bersama (ANA, 1980 dalam Sieggler &
Whitney, 2000). Shortridge et al. (1986) dalam Siegler dan Whitney, (2000)
pelayanan memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam
kemampuan praktisi.
kolaborasi sebagai berikut; Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat
Menurut Burchell, Thomas, dan Smith (1983) dalam Siegler dan Whitney
komunikasi dua arah, tapi tetap menempatkan dokter pada posisi utama dan
Dokter
Registered Pemberi
Nurse Pelayanan Lain
Pasien
Gambar kedua lebih berpusat pada pasien, dan semua pemberi pelayanan
harus saling bekerja sama, juga dengan pasien. Model ini tetap melingkar,
Dokter Registered
Nurse
PASIEN
Pemberi
Pelayanan
Lain
kebutuhan pihak lain secara maksimal. Maka grafik ini dapat memperlihatkan apa
yang sering tidak dapat dijelaskan dalam defenisi, bahwa proses kolaborasi
untuk memuaskan pihak lain demi mempertahankan harmoni. Model ini sangat
dokter atau antara dua orang pribadi dalam suatu kelompok yang besar dan antar-
Bersaing berkolaborasi
Asertif
Menyetujui
Keasertifan
Kekooperatifan
dan profesi kesehatan lainnya untuk mencapai kualitas pelayanan kesehatan yang
tinggi, semakin penting dan tumbuh terus menerus. Kolaborasi adalah kemitraan
yang kompleks. Ini adalah proses yang terjadi dari waktu ke waktu. Hal ini juga
merupakan suatu hasil sintesis dari perspektif yang berbeda, sebuah solusi yang
Integratif. Hal ini penting untuk mengingat bahwa konflik adalah bagian alami
komitmen.
Diperlukan untuk percaya diri dan orang lain untuk mengetahui model mental diri
2. Pelajaran 2
manage diversity). Perbedaan adalah aset penting untuk proses kolaboratif yang
3. Pelajaran 3
4. Pelajaran 4
5. Pelajaran 5
and process skills) . Kompetensi klinis, kerjasama, dan fleksibilitas yang paling
7. Pelajaran 7
forums). Menjadi baik hadir secara fisik dan mental dalam tim Forum, dapat
8. Pelajaran 8
saling mapan yang bisa terjadi secara spontan jika faktor-faktor yang tepat di
tempat.
9. Pelajaran 9
keberhasilan dan kegagalan kolaborasi anda. Menjadi bagian dari sebuah tim yang
eksklusif sama buruknya dengan bekerja dalam isolasi. Bersedia mencari umpan
(Remember that collaboration is not required for all decisions). Kolaborasi tidak
perawatan pasien tetapi juga untuk profesional perawat dan dokter. Kerjasama
dalam perawatan dimulai dengan visi bersama dan pelaksanaan visi ini kemudian
dan memfasilitasi proses yang berkaitan dengan pelaksanaan visi ini. Secara
konflik antara pelayan kesehatan. Selain itu, mereka harus meningkatkan visi dan
sekitar kedua professional berbagi minat dalam perawatan pasien yang baik
(LeTourneau, 2004).
pekerjaan.
5. Memiilih dokter dan pemimpin staf medis untuk duduk di Komite praktek
Keperawatan.
itu berasal dari persepsi mereka tentang pekerjaannya. Jadi kepuasan kerja
berpangkal dari berbagai aspek kerja seperti upah, kesempatan promosi, supervisi,
dan rekan sekerja. Dan sikap itu sendiri adalah kesiap-siagaan mental yang
tertentu atas cara tanggap seseorang terhadap orang lain, obyek, dan situasi yang
Gitosudarmo, dkk (1997) dalam Nurhayani (2006), kepuasan kerja adalah suatu
pernyataan emosional yang positif, yang berasal dari perkiraan pekerjaan dan
kerja adalah sikap umum seorang terhadap pekerjaannya yang berupa perbedaan
ahli tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
(Nurhayani, 2006).
Leary, Wharton, & Quinlan, 2009). Untuk banyak dokter, kepuasan kerja
bergantung pada hubungan yang baik dengan staf dan kolega, kontrol waktu ,
sumber daya yang memadai, dan otonomi klinis (Williams et al., 2003 dalam
Survei terhadap lebih dari 1.000 dokter Swiss, Bovier dan Perneger (2003)
kedokteran adalah prediktor kuat kepuasan sementara beban kerja, waktu tersedia
untuk keluarga, teman atau rekreasi, beban administrasi, dan pekerjaan yang
berdasarkan rasa saling percaya, rasa hormat dan kekuasaan, serta memahami
pentingnya peran masing-masing anggota tim dan mampu bertindak dalam situasi
Gardner (2008) ada empat faktor yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi
(Collaborative competence).
Ada dua tipe pemicu kolaborasi yaitu: krisis perawatan pasien (Patient
care crises) dan krisis sikap (Affective crises). Krisis perawatan pasien (Patient
care crises) adalah perubahan akut status pasien, perubahan yang dirasakan oleh
perawat dan dokter sebagai mengancam kehidupan atau potensial berakibat buruk.
Krisis sikap (Affective crises) adalah pengalaman emosi yang mendasari perawat
dan dokter menjadi khawatir dan/atau kerentanan emosi. Pemicu krisis afek untuk
perawat dan dokter berbeda. Perawat mengalami khawatir, cemas atau terlalu
takut akan perkembangan pasien, sebaliknya pemicu krisis afek pada dokter
dan menghargai rekan perawatnya, hadir secara fisik dan intelektual, merespon
memberikan waktunya.
dipahami.
tingkat tinggi, kolaborasi itu tidak terkait dengan usia, tahun dalam praktek, jenis
kelamin atau profesi. Perilaku kolaborasi tingkat tinggi dapat diidentifikasi pada
Kedekatan fisik perawat dan dokter, berada di tempat/unit yang sama misalnya di
ICU; kontinuitas dan stabilitas perawat dan dokter, seperti operasi, ruang
pemulihan, ruang gawat darurat dan departemen rawat jalan; melihat dan menilai
empat faktor utama yang dibandingkan antara kelompok dokter dan perawat
dan kolaborasi interprofesional. Nilai yang tinggi pada faktor “ merawat lawan
akan kontribusi perawat terhadap aspek psikososial dan pendidikan pasien. Nilai
pasien dan kebijakan. Nilai yang lebih tinggi pada faktor “otoritas dokter”
bahwa tingkat kepuasan dokter pria lebih tinggi dari dokter wanita, sementara itu
mereka yang bekerja di Poliklinik lebih puas daripada di rumah sakit. Dokter
wanita lebih puas berhubungan dengan pasien dan koleganya dibandingkan dokter
pria. Sebagian besar dokter tidak puas dengan administrasi dan kendala waktu.
terlihat kaitan antara kepuasan kerja dokter dan kualitas teknis perawatan.
Ditemukan hubungan tidak signifikan secara statistik antara kepuasan kerja dokter
2008).
utama yang terkait kepuasan dokter di rumah sakit (hospitalists) meliputi dua
dan insentif), dan faktor-faktor yang tampaknya tidak memiliki efek independen
pada kepuasan adalah jenis kelamin dokter, cara bayar pasien, dan karakteristik
pasien.
kepuasan kerja dokter, dan kualitas perawatan primer, dan untuk menentukan
apakah kepuasan kerja dokter berhubungan dengan hasil perawatan primer pasien
dengan gejala nyeri dan depresi. Mereka menemukan tiga temuan utama yaitu:
dengan beberapa item tetapi tidak semua item ukuran kualitas perawatan primer
pasien pada 6 bulan. Untuk pasien dengan rasa nyeri atau gejala depresi, kepuasan
kerja dokter berkaitan dengan lebih besarnya kepercayaan pasien dan keyakinan
bahwa kepuasan kerja dokter tidak terkait dengan indeks kualitas perawatan,
dengan interaksi pasien. Temuan kedua adalah bahwa kontrol managed care tidak
primer pasien. Penemuan besar ketiga adalah bahwa kepuasan dokter primary
pada awalnya tidak berkaitan dengan hasil kesehatan. Kepuasan kerja dokter
kesehatan.
mempengaruhi kepuasan kerja dokter yaitu :1 ) tenaga perawat yang cakap dan
dokter dengan baik, 3) perawat harus mampu menyelesaikan tugas rutin klinis
seperti mengukur tekanan darah, mengukur suhu, dan lain-lain. Seibolt dan
Walker dalam Misener et al, ( 1996 ) mengatakan bahwa sikap perawat yang
mampu dan mengerti apa yang seharusnya dikerjakan dan mengerjakannya tidak
dengan dokter. Jika hubungan tersebut berjalan dengan baik akan membuat
pekerjaan lebih efektif dan efisien sehingga pada akhirnya akan menimbulkan
Ward dan Lindeman (1979) dalam Siegler dan Whitney (2000) telah
antara dua atau lebih individu dengan tujuan bersama. Perawat dan pasien bekerja
sama sehingga keduanya menjadi dewasa dan berpengetahuan dalam proses kerja.
menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain
1. Pasien
2. Perawat
dengan pasien yang bersifat partisipatif, sedangkan pasien mengendalikan isi yang
menjadi tujuan. Hal ini berarti dalam hubungannya dengan pasien, perawat
biologi individu. Dalam model peplau ansietas merupakan konsep yang berperan
penting karena berkaitan langsung dengan kondisi sakit. Dalam keadaan sakit
biasanya tingkat ansietas meningkat. Oleh karena itu perawat pada saat ini harus
4. Proses Interpersonal
biasanya dengan tujuan untuk membina suatu hubungan. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka proses interpersonal yang dimaksud antara perawat dan pasien ini
yang terdiri dari 4 fase yaitu : fase orientase, fase identifikasi, fase eksplorasi, fase
resolusi.
dan rasa percaya terhadap kemampuan perawat untuk berperan serta secara efektif
dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Tahap ini ditandai dimana
pengumpulan data.
keluhan pasien, melakukan komunikasi interpersonal yang baik kepada pasien dan
dokter sehingga data-data pasien dapat terkumpul dengan baik dan bermanfaat
Fase identifikasi
terpisah dari perawat. 3) Individu yang tak berdaya dan sangat tergantung pada
perawat.
dokter semua ekspresi prilaku pasien, bagian – bagian positif dari perasaan dan
Fase eksplorasi
hubungan sesuai pandangan/ persepsinya terhadap situasi. Fase ini merupakan inti
hubungan dalam proses interpersonal. Dalam fase ini perawat membantu pasien
dalam memberikan gambaran kondisi pasien dan seluruh aspek yang terlibat
didalamnya.
pasien.
Fase resolusi
1. Mitra kerja
baru. Sebagai mitra kerja, Hubungan P-K merupakan hubungan yang memerlukan
kerja sama yang harmonis atas dasar kemitraan sehingga perlu dibina rasa saling
yang lebih luas dan selanjutnya mengarah pada area permasalahan yang
3. Pendidik (teacher)
Merupakan kombinasi dari semua peran yang lain. Perawat harus berupaya
4. Kepemimpinan (leadership)
memecahkan masalah kesehatan melalui proses kerja sama dan partisipasi aktif
pasien.
pasien untuk berperan sebagai orang tua, tokoh masyarakat atau rohaniawan guna
6. Konselor (consellor)
antara variabel, selanjutnya menyimpulkan hubungan sebab dan akibat (Polit dan
Beck, 2008).
Peneliti ingin meneliti sikap ners dan dokter spesialis tentang kolaborasi