Anda di halaman 1dari 115

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN


KETIDAKEFEKTIFAN MANAJEMEN KESEHATAN DIRI PADA
MASALAH KESEHATAN TUBERKULOSIS PARU DI RW 01
KELURAHAN CISALAK PASAR, CIMANGGIS, DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR-NERS

DIANTIKA PRAMESWARA
0806333783

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI NERS
DEPOK
JULI 2013
UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN


KETIDAKEFEKTIFAN MANAJEMEN KESEHATAN DIRI
PADA MASALAH KESEHATAN TUBERKULOSIS PARU DI
RW 01 KELURAHAN CISALAK PASAR, CIMANGGIS,
DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR-NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

DIANTIKA PRAMESWARA, S.Kep


0806333783

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI NERS
DEPOK
JULI 2013

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Akhir Ilmiah-Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Diantika Prameswara, S.Kep

NPM : 0806333783

Tanda Tangan :

Tanggal : 10 Juli 2013

ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya serta Karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ini.
Penulisan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ners. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak dari masa perkuliahan, profesi sampai penyusunan karya ilmiah
akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir ini.
Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dewi Irawaty, MA., PhD selaku dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia;
2. Ibu Henny Permatasari, S.Kp., M.Kep., Sp..Kom selaku koordinator
PKKMP Program Profesi Ners 2013, yang telah banyak menginspirasi saya
untuk menjadi seorang perawat komunitas yang berdedikasi tinggi, tegas,
dan bijaksana.
3. Ibu Poppy fitriani, S.Kp., M.Kep., Sp..Kom selaku koordinator peminatan
komunitas yang telah banyak membimbing saya dan teman-teman
komunitas untuk menjalankan praktik profesi stase terakhir ini dengan
segala kemudahan, Ibu telah banyak mengajarkan saya mengenal perawat
komunitas yang sesungguhnya, juga support Ibu kepada kami yang
membuat stase terakhir ini menjadi stase terindah selama praktik profesi,
maaf bila selama ini banyak keluhan, penawaran, dan lain hal.
4. Bapak Sukihananto,S.Kp., M.Kep selaku dosen pembimbing saya yang
telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran untuk
mengarahkan saya dalam penyusunan karya ilmiah ini. Bapak telah
mengajarkan banyak hal terutama dalam melakukan manajemen baik untuk
diri sendiri, kelompok, maupun antarprofesi.
5. Ibu Diah Ratnawati, M.Kep selaku dewan penguji yang telah banyak
memberi masukan untuk perbaikan KIA ini.
6. Semua pengajar terutama pengajar keilmuan keperawatan komunitas, Ibu
Tri, Ibu Ima yang telah memberikan ilmu dan pelajaran selama ini, curahan

iv
hati serta masukan-masukan yang bermanfaat untuk saya pribadi terhadap
keilmuan ini kedepannya;
7. Papa dan mama, walaupun jarak memisahkan kita tapi dukungan serta doa
selalu kalian sertai untuk menyelesaikan praktik profesi ini. I will make you
proud, Insya Allah
8. Teman-teman kelompok TB Andi Amalia Wildani, Raden Isma Desiana, Sri
Rahayu, Setya Murda Mustofa, Rohana Meirisa yang telah membuat stase
terakhir ini bermakna, saling mengenal pribadi satu sama lain. Semoga akhir
profesi bukanlah akhir dari pertemanan kita ini. Yeaaaaaah we are rock, I’m
glad to met you.
9. Bapak Jajang, selaku pembimbing di lapangan yang telah banyak
menginspirasi untuk menjadi perawat komunitas yang sesungguhnya, telah
mengenalkan pada dunia perkomunitasan se-Indonesia. Saran serta masukan
yang membuat saya akan tetap berada pada jalur ini kedepannya.
10. Teman-teman kelompok profesi G yang telah bersama selama setahun baik
susah maupun senang, i love know you all guys. Special thank’s to Agnes
Natalia S. yang hampir menjadi saksi perjalanan profesi saya.
11. Teman-teman peminatan komunitas yang hebat-hebat. Saya belajar banyak
dari kebersamaan kita selama 2 bulan ini.
12. Teman-teman kosan (Mbak Dika, Nike, Wiyar, Dila, Mirda, Fajar, Imar)
yang selalu support dalam segala hal. You have made the second home for
me.
13. For all my besties 16’s (Ananda, Asih, Arum, Ollyvia, Nike, Wilda, Ika,
Coke, Reni, Alfa, Anggi, Memey, Mirda, Dinar dan Risa) yang walaupun
kita sama-sama sibuk, tapi selalu membuat “quality time for us” untuk
saling support;
14. Sahabat saya Iki, Elfa, Deasy, Niyang, Diztro, Irma, Ela yang selalu
memberi dukungan serta motivasi kepada saya untuk menyelesaikan profesi
ini, maaf bila selama ini tidak bisa menepati janji ketemuan;
15. Teman-teman seperjuangan FIK UI 2008 yang telah memberikan semangat
dan bantuan kepada saya hingga penyelesaian ini. Akhirnya kita bisa selesai
profesi guys.
v
16. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan KIA ini.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir ini membawa manfaat
bagi pengembangan ilmu.

Depok, 10 Juli 2013

Penulis

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Diantika Prameswara, S.Kep


NPM : 0806333783
Program Studi : Profesi Ners
Fakultas : Fakultas Ilmu Keperawatan
Jenis karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

“Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Ketidakefektifan Manajemen


Kesehatan Diri pada Masalah Kesehatan Tuberkulosis Paru di RW 01
Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok”

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 10 Juli 2013
Yang menyatakan

( Diantika Prameswara, S.Kep )

vii
ABSTRAK

Nama : Diantika Prameswara, S.Kep


Program Studi : Profesi Ners
Judul : Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Ketidakefektifan
Manajemen Kesehatan Diri pada Masalah Kesehatan
Tuberkulosis Paru di RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar,
Cimanggis, Depok

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman


Mycobacterium tuberculosis yang telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia.
Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki jumlah penderita TB
cukup banyak, salah satunya adalah kota Depok. Di Kelurahan Cisalak Pasar
ditemukan keluarga dengan dewasa yang menderita penyakit ini dua kali. Saat ini
keluarga sedang menjalankan pengobatan anti-tuberkulosis. Selama ini, keluarga
tidak melakukan tindakan peningkatan aktivitas untuk mengatasi masalah
kesehatan tersebut, padahal keluarga merupakan bagian terdekat yang memiliki
peranan penting. Diagnosa keperawatan pada keluarga ini adalah ketidakefektifan
manajemen kesehatan diri. Asuhan keperawatan yang dilakukan menitikberatkan
pada kelima tugas utama kesehatan keluarga. Perawatan yang dilakukan pada
keluarga yaitu untuk mengatasi tanda dan gejala tersebut. Senam pernapasan telah
mampu mengurangi sesak dan meningkatkan fungsi paru. Perawatan tersebut
diharapkan dikenalkan oleh pemberi pelayanan kesehatan, masyarakat dan bagian
ilmu keperawatan agar dapat membantu keluarga dalam melakukan perawatan
mandiri.

Kata kunci: asuhan keperawatan keluarga, tuberkulosis, senam pernapasan

viii
ABSTRACT

Name : Diantika Prameswara, S.Kep


Study Progame : Ners Profession
Judul : Family Nursing Care with Ineffectiveness of Self-Healthy
Management on Pulmonary Tuberculosis Problem in RW
01 Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok

Tuberculosis is an infection desease caused by Mycobacterium Tuberculosis that


infected one-third of human in the world. West Java included an area that the
number of people affected by this disease quite a lot, one of those area in West
Java is Depok. In Kelurahan Cisalak Pasar, found a fimily with adult who infected
by tuberculosis about twice. This time, that family is having treatment anti-
tuberculosis. During the time, That family had never took increasing activity to
solve the problem. Even though, Family is the nearest part of life that had
important role. The diagnose of this family’s problem was ineffectiveness of self-
healthy management. Nursing care focused on five main roles of family health
care. The traetment was to solve the symptom that may occurs. Resporatory
excercise could decrease shorthness breathing and increase lungs function. Those
treatments were expected to be introduced by health care provider, community,
and part of nursing science to help family in performing self-care.

Key words: family nursing care, tuberculosis, respiratory exercise

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR.................................... vii
ABSTRAK .....................................................................................................viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii

PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 6
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 7
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................................... 7
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................. 7
1.4.1 Pelayanan .......................................... ....................................... 7
1.4.2 Pendidikan................................................................................. 7
1.4.3 Riset .......................................................................................... 8

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9


2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan .................. 9
2.1.1 Kelompok Risiko ...................................................................... 9
2.1.2 Kelompok Rentan .................................................................... 10
2.1.3 Konsep Keperawatan Keluarga................................................ 11
2.2 Konsep Dewasa................................................................................. 11
2.3 Penyakit Tuberkulosis....................................................................... 13
2.3.1 Definisi .................................................................................... 13
2.3.2 Penyebab ................................................................................. 13
2.3.3 Manifestasi Klinis .................................................................... 13
2.3.4 Penularan dan Faktor Risiko ................................................... 13
2.3.4.1 Umur ............................................................................ 14
2.3.4.2 Jenis kelamin................................................................ 14
2.3.4.3 Status gizi..................................................................... 14
2.3.4.4 Lingkungan .................................................................. 15
2.3.4.5 Keteraturan berobat...................................................... 15
2.3.4.6 Pengawas menelan obat (PMO)................................... 15
2.3.4.7 Sosial ekonomi............................................................. 15
2.3.5 Pemeriksaan Penunjang ........................................................... 16
2.3.5.1 Pemeriksaan radiologi.................................................. 16
2.3.5.2 Pemeriksaan laboratorium............................................ 16
2.3.6 Prognosis.................................................................................. 17
2.3.7 Penatalaksanaan Medis ............................................................ 17

x
2.3.8 Penyebab Penyakit TB Berulang ............................................. 18
2.4 Konsep Tuberkulosis pada Dewasa .................................................. 18
2.5 Intervensi untuk Pasien Tuberkulosis .............................................. 19
2.5.1 Senam Pernapasan.................................................................... 19
2.5.1.1 Tahapan senam pernapasan.......................................... 21
2.5.1.2 Pengaruh senam pernapasan ........................................ 22
2.5.2 Batuk Efektif ............................................................................ 23

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ..................................... 25


3.1 Pengkajian ........................................................................................ 25
3.2 Rencana Asuhan Keperawatan ......................................................... 27
3.2.1 Diagnosa Keperawatan ............................................................ 27
3.2.2 Perencanaan (Intervensi).......................................................... 27
3.2.2.1 Tujuan umum ............................................................... 27
3.2.2.2 Tujuan khusus 1 ........................................................... 28
3.2.2.3 Tujuan khusus 2 .......................................................... 28
3.2.2.4 Tujuan khusus 3 .......................................................... 28
3.2.2.5 Tujuan khusus 4 .......................................................... 28
3.2.2.6 Tujuan khusus 5 .......................................................... 29
3.2.3 Implementasi............................................................................ 29
3.2.3.1 Mengenal masalah ....................................................... 29
3.2.3.2 Memutuskan merawat .................................................. 29
3.2.3.3 Merawat anggota keluarga ........................................... 29
3.2.3.4 Memodifikasi lingkungan ............................................ 30
3.2.3.5 Menggunakan fasilitas kesehatan................................. 30
3.2.4 Evaluasi.................................................................................... 30
3.2.4.1 Evaluasi subjektif ........................................................ 30
3.2.4.2 Evaluasi objektif ......................................................... 32
3.2.4.3 Analisa masalah .......................................................... 32
3.2.4.4 Planning ...................................................................... 33
3.2.4.5 Tingkat kemandirian keluarga ..................................... 33

ANALISIS SITUASI ............................................................................ 34


4.1 Profil Lahan Praktik ......................................................................... 34
4.2 Analisis Masalah dengan Konsep dan teori Terkait KKMP ............. 35
4.2.1 Analisis Masalah Terkait Konsep KKMP ............................... 35
4.2.2 Analisis Masalah Terkait Konsep TB Paru pada Dewasa........ 36
4,3 Analisis Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait .............. 38
4.4 Alternatif Pemecahan ....................................................................... 40

PENUTUP.............................................................................................. 41
5.1 Simpulan ........................................................................................... 41
5.2 Saran ................................................................................................. 42
5.2.1 Bagi Pelayanan ........................................................................ 42
5.2.2 Bagi Pendidikan ...................................................................... 43
5.2.3 Bagi Riset ................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 44
xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 – Pengkajian Keluarga


Lampiran 2 – Analisa Data
Lampiran 3 – Skoring Masalah
Lampiran 4 – Daftar Masalah dan Diagnosa Keperawatan
Lampiran 5 – NCP
Lampiran 6 – Catatan Perkembangan
Lampiran 7 – Evaluasi Sumatif
Lampiran 8 – Tingkat Kemandirian Keluarga
Lampiran 9 – Media
Lampiran 10 – Daftar Riwayat Hidup

xii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota merupakan suatu tempat awal mula industri dan penduduk yang cepat
berkembang sehingga permasalahan-permasalahan sering dialami oleh suatu kota,
seperti pemukiman padat, pencemaran sanitasi, dan kriminalitas. Semua
permasalahan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai masalah kesehatan.
Masalah kesehatan yang ada menular melalui berbagai komponen lingkungan,
seperti air, udara, tanah, dan sebagainya. Masalah kesehatan yang paling cepat dan
mudah menular pada karakteristik kota adalah melalui udara. Gangguan
pernapasan merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling sering dialami
oleh penduduk kota, misalnya tuberkulosis.

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman


tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis) (Depkes, 2011) yang lebih sering
menginfeksi paru maupun dapat menginfeksi susunan saraf pusat, sistem limfatik,
sirkulatorik, genitourinari, tulang, dan persendian (Setiawan,2010).
Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi sekitar sepertiga penduduk dunia
(Depkes, 2011). Tahun 2011 diperkirakan 8,7 juta kasus TB baru dan 1,4 juta
orang meninggal karena TB. Perkiraan terbanyak dari kasus yang terjadi di Asia
(59%) dan Afrika (26%), proporsi terkecil terjadi di Negara Bagian Mediterania
Timur (7,7%), Negara Bagian Eropa (4,3%), dan Negara Bagian Amerika (3%).
Lima negara dengan jumlah insiden kasus TB terbesar pada tahun 2011 adalah
India (2-2,5 juta kasus), China (0,9-1,1 juta kasus), Afrika Selatan (0,4-0,6 juta
kasus), Indonesia (0,4-0,5 juta kasus), dan Pakistan (0,3-0,5 juta kasus) (WHO,
2012). Indonesia berada di urutan keempat dengan kasus TB terbanyak
(Kemenkes, 2013).

Ada sekitar 450.000 kasus TB di Indonesia pada tahun 2012 (WHO, 2012). Rata-
rata kasus TB paru yang terdeteksi per Juni 2012 adalah DKI Jakarta (42,95%),
Banten (40,7%), dan disusul oleh Jawa Barat (37,41%) (Kemenkes, 2011).
1 Universitas Indonesia
2

Berdasarkan hasil RISKESDAS tahun 2010, estimasi jumlah orang dengan TB di


provinsi Jawa Barat sekitar 90.905 orang (Riono & Farid, 2011). Berdasarkan data
PPTI (Perkumpulan Penanggulangan Tuberkulosis Indonesia) tahun 2012 di kota
Depok terdapat 1.980 orang yang diduga menderita TB, 656 orang diantaranya
dinyatakan positif setelah diperiksa BTA. Sedangkan penderita TB di kelurahan
Cisalak Pasar, berdasarkan hasil pengkajian di Puskesmas Cimanggis, selama
tahun 2012 sampai Mei 2013 terdapat tiga puluh dua orang berobat TB, jumlah
tersebut sudah lebih dari target nasional, dimana target untuk kelurahan Cisalak
Pasar dalam menemukan kasus TB baru adalah sebanyak dua puluh kasus. Dari
tiga puluh dua orang pasien yang terdapat di kelurahan Cisalak Pasar, sepuluh
orang diantaranya terdapat di RW 01.

Program nasional pengendalian TB di Indonesia mulai menerapkan strategi DOTS


(Directly Observed Treatment Shortcourse) pada tahun 1995 dan dilaksanakan di
Puskesmas secara bertahap. Strategi DOTS dilaksanakan secara nasional di
seluruh fasilitas pelayanan kesehatan terutama Puskesmas yang diintegrasikan
dalam pelayanan kesehatan dasar mulai tahun 2000 (Depkes, 2011). Namun,
ternyata proses pengobatan dengan strategi DOTS membutuhkan waktu yang
relatif lama (6-7 bulan). Hal ini menyebabkan penderita TB sulit sembuh karena
penderita TB berhenti berobat setelah sedikit merasa sehat meskipun proses
pengobatan sesuai dengan program DOTS sebenarnya belum selesai. Kejadian-
kejadian tersebut menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan (Mustofa,
2012).

Upaya Pemerintah Indonesia dalam pengendalian TB melibatkan peran serta


berbagai pihak termasuk masyarakat. Gerdunas TB (Gerakan Terpadu Nasional
Pengendalian TB) adalah salah satu upaya pengendalian TB secara menyeluruh.
Pelaksanaan Gerdunas TB ini langsung dibawah koordinasi Menkokesra dan
Menkes sebagai penanggung jawab teknis. Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, sub direktorat TB menjadi pelaksana
teknis. Tim pengarah dan tim teknis yang dilaksanakan oleh dinas kesehatan
propinsi dibentuk di tingkat propinsi. Sedangkan ditingkat kabupaten/kota

Universitas Indonesia
3

terdapat beberapa elemen fasilitas pelayanan kesehatan yang merupakan bagian


yang langsung berhubungan dengan masyarakat. Setiap kabupaten/kota memiliki
sejumlah fasilitas pelayanan kesehatan utama yaitu Puskemas, yang terdiri dari
Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM), Puskesmas Satelit (PS), dan Puskesmas
Pelaksana Mandiri (PPM). Selain Puskesmas, terdapat pula fasilitas pelayaan
rumah sakit, rutan/lapas, dan beberapa balai pengobatan yang telah menerapkan
strategi DOTS (Depkes, 2011).

Masalah resistensi obat pada pengobatan TB khususnya MDR (Multidrug


Resistant) dan XDR (Extensively Drug Resistant) menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang penting di sejumlah negara dan merupakan hambatan terhadap
efektivitas program penanggulangan. Insidens resistensi obat meningkat sejak
diperkenalkannya pengobatan TB yang pertama kali pada tahun 1943. TB-MDR
muncul seiringan dengan mulai digunakannya Rifampisin secara luas sejak tahun
1970-an. Laporan global ke-3 tentang survailans resistensi OAT (obat anti-
tuberkulosis) menunjukkan beberapa daerah di dunia menghadapi endemi dan
epidemi TB-MDR, dan di beberapa wilayah terdapat angka resistensi yang sangat
tinggi (Mustofa, 2012).

Resistensi obat berhubungan dengan riwayat pengobatan sebelumnya. Pada pasien


dengan riwayat pengobatan sebelumnya, kemungkinan terjadi resistensi sebesar 4
kali lipat sedangkan terjadinya TB-MDR sebesar 10 kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan pasien yang belum pernah diobati. Prevalensi kekebalan
obat secara keseluruhan berhubungan dengan banyaknya pasien yang diobati
sebelumnya di negara tersebut. Pasien TB-MDR sering tidak bergejala
sebelumnya sehingga dapat menularkan penyakitnya sebelum ia menjadi sakit.
Oleh karena itu prevalensi TB-MDR dapat 3 kali lebih besar dari insidensinya
sebenarnya yaitu mendekati atau melampaui 1 juta (Mustofa, 2012).

Kelurahan Cisalak Pasar merupakan wilayah dengan pemukiman padat yang


berada di kawasan perkotaan antara Jakarta dan Bogor. Sebagian besar warga
Cisalak Pasar tinggal di rumah petak yang tidak berjarak antara satu rumah

Universitas Indonesia
4

dengan rumah lainnya. Tingkat perekonomian sebagian besar warga di wilayah


Cisalak Pasar berada pada tingkat ekonomi menengah ke bawah. Hal inilah yang
menyebabkan penyebaran penyakit TB yang cukup cepat diantara warganya.
Gambaran pemukiman yang padat tersebutpun sangat jelas terlihat di wilayah RW
01.

Berdasarkan hasil winshield survey, tampak terlihat lingkungan rumah warga di


wilayah RW 01 yang gelap, jendela dan pintu tertutup rapat bahkan di pagi hari.
Terdapat pula saluran air yang menggenang di beberapa tempat, seperti di wilayah
RT 02. Hasil skrining yang dilakukan mahasiswa dan para kader mengenai
penyebaran TB, didapatkan 21 orang warga RW 01 yang merupakan penderita TB
paru yang sedang berobat, putus obat, dan resiko tinggi menderita TB paru
(pernah menderita TB dan telah sembuh berobat).

Pengawas Menelan Obat (PMO) mempunyai tugas untuk mengingatkan penderita


agar melaksanakan periksa ulang dahak, mengawasi pasien agar agar menelan
obat secara teratur sampai selesai pengobatannya, memberikan dorongan kepada
pasien agar mau berobat teratur, serta memberikan penyuluhan kepada anggota
keluarga dengan TB bila ada tanda dan gejala TB pada anggota keluarga yang lain
untuk membawa ke unit pelayanan kesehatan. Orang yang dapat menjadi PMO
adalah petugas kesehatan, keluarga pasien, kader, pasien yang sudah sembuh,
tokoh masyarakat, serta guru sekolah atau petugas unit kesehatan sekolah yang
sudah dilatih strategi PMO (Setyanto dkk, 2008 dalam Prassana, 2013).
Berdasarkan penelitian oleh Prassana (2013), ada hubungan yang signifikan antara
peran PMO terhadap kepatuhan minum obat pasien TB.

Gejala-gejala penyakit TB paru seperti batuk terus menerus, sesak, dan rasa lemas
banyak dijumpai saat dilakukan skrining. Warga yang memiliki gejala tersebut
mengaku jadi lebih jarang beraktivitas. Oleh karena itu, diperlukan latihan otot
pernapasan pada warga yang mengalami gejala tersebut. Latihan otot pernapasan
dapat meningkatkan fungsi paru dan toleransi terhadap aktivitas (Sahat, 2008).
Pasien dengan TB harus patuh dalam pengobatannya, selain itu mereka harus

Universitas Indonesia
5

dapat mengontrol gaya hidupnya. Manfaat yang diperoleh oleh pasien TB yang
patuh berobat dan mengontrol gaya hidupnya antara lain berat badan meningkat,
penyebaran kuman TB dapat terkontrol, dan aktivitas tidak terbatas. Olahraga
pada pasien TB paru sangat diperlukan. Olahraga yang baik untuk meningkatkan
fungsi paru antara lain renang dan senam pernapasan (Sahat, 2008).

Senam pernapasan merupakan sebuah olahraga tradisional yang memberikan


pelayanan, pendidikan, dan pelatihan dengan pola olah napas, olah gerak, dan
olah batin serta pemanfaatan energi kehidupan untuk kesembuhan (Nugroho,
2007). Senam pernapasan baik dilakukan saat perut dalam keadaan kosong, di
pagi atau sore hari. Keberhasilan senam pernapasan bukan ditentukan oleh
banyaknya gerakan yang dilakukan melainkan lamanya gerakan tersebut
dilakukan (Solihin, 2013).

Peran perawat komunitas dalam pencapaian Millenium Development Goals


(MDGs) tahun 2015 yaitu dengan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
seoptimal mungkin melalui praktik keperawatan komunitas, seperti promotif dan
preventif. Orientasi praktik perawat komunitas tidak hanya kepada masalah sakit
tetapi juga masalah sehat, dimana perawat komunitas mengajarkan kepada
masyarakat bagaimana mengatasi sakit supaya tidak terjadi keparahan dan
menjadi sehat serta bagi yang sehat bagaimana menjaga kesehatannya dan
meningkatkan kesehatannya. Perawat komunitas juga dapat menjadikan
masyarakat dari yang tidak tahu menjadi tahu, atau yang tidak mau dan mampu
menjadi mau dan mampu (Jaji, 2012). Salah satu tindakan promotif dan preventif
yang dapat dilakukan pada keluarga dengan TB paru di RW 01 adalah dengan
melatih anggota keluarga dengan TB paru dalam mengontrol pola napasnya
dengan cara melatih otot-otot pernapasan untuk membantu menguatkan otot-otot
yang digunakan dalam bernapas (Sahat, 2008). Intervensi senam pernapasan ini
dilakukan kepada keluarga dengan anggota keluarga dewasa penderita TB
berulang yang sedang mengalami pengobatan OAT selama 6 bulan.

Universitas Indonesia
6

Penelitian mengenai senam pernapasan pada pasien TB paru belum banyak


ditemukan, namun ada beberapa seperti penelitian dilakukan oleh Baweanti
(2010), senam pernapasan merupakan salah satu pilihan rehabilitasi paru yang
dapat diaplikasikan sebagai metode alternatif untuk meningkatkan fungsi paru
pada pasien TB. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yamada et all (1996)
pada pasien dengan PPOK di Showa University Fujigoka Hospital, senam
pernapasan yang mungkin berguna pada rehabilitasi paru.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, penulis tertarik untuk mengaplikasikannya


kepada keluarga dengan TB paru dewasa di RT 01 RW 01 Kelurahan Cisalak
Pasar Kota Depok yang mengalami TB berulang karena putus obat. Keluarga
tersebut saat ini sedang menjalankan pengobatan OAT kembali selama 6 bulan.
Intervensi ini diberikan dari tanggal 20 Mei 2013 sampai tanggal 22 Juni 2013.

1.2 Rumusan Masalah


Dewasa ini penyakit TB paru semakin meningkat dan Indonesia telah menjadi
peringkat keempat di dunia. Kota Depok yang merupakan wilayah perkotaan
terdapat 1.980 orang yang diduga menderita TB. Sedangkan di kelurahan Cisalak
Pasar terdapat 32 orang yang sedang berobat TB. Berdasarkan hasil skrining di
wilayah RW 01, ditemukan kurang lebih 21 orang warga yang sedang berobat TB
paru, putus obat, maupun yang resiko tinggi TB (sudah selesai berobat). Aktivitas
seperti olahraga jarang dilakukan oleh warga tersebut.

Senam pernapasan adalah salah satu intervensi keperawatan yang dapat diberikan
pada pasien dengan TB paru, baik yang berulang maupun tidak. Senam
pernapasan dapat meningkatkan fungsi paru pada pasien dengan TB paru. Oleh
karena itu, penulis perlu mengetahui bagaimana penatalaksanan senam pernapasan
pada keluarga dengan pasien TB paru berulang dewasa sehingga hasil
implementasi tersebut bisa dijadikan salah satu alternatif tindakan dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien TB paru.

Universitas Indonesia
7

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini adalah menggambarkan asuhan
keperawatan keluarga pada keluarga Bpk. M dengan masalah TB paru di RT 01
RW 01 kelurahan Cisalak Pasar kecamatan Cimanggis Kota Depok.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Menggambarkan konsep penyakit tuberkulosis pada masyarakat perkotaan
1.3.2.2 Mengidentifikasi pengkajian keperawatan keluarga dengan TB paru
1.3.2.3 Menggambarkan rencana asuhan keperawatan keluarga dengan TB paru
1.3.2.4 Menggambarkan implementasi senam pernapasan pada keluarga dengan
TB paru
1.3.2.5 Mengidentifikasi evaluasi implementasi senam pernapasan pada keluarga
dengan TB paru
1.3.2.6 Menggambarkan profil lahan praktik keperawatan komunitas
1.3.2.7 Menganalisis masalah keperawatan dengan konsep terkait
1.3.2.8 Mengidentifikasi analisis senam pernapasan dengan penelitian terkait

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Pelayanan
Karya ilmiah akhir ini dapat digunakan sebagai bahan masukkan bagi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien TB paru baik dalam tahap
promotif maupun tahap rehabilitiatif serta dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menjadikan senam pernapasan sebagai salah satu intervensi
keperawatan untuk pasien TB paru

1.4.2 Pendidikan
Karya ilmiah akhir ini dapat memberikan informasi tentang pentingnya senam
pernapasan dan dapat lebih memotivasi pasien TB paru untuk melakukan senam
pernapasan secara rutin

Universitas Indonesia
8

1.4.3 Riset
Karya ilmiah akhir ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data untuk
dilakukannya penelitian selanjutnya mengenai efektifitas senam pernapasan pada
peningkatan fungsi paru pasien TB paru

Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan


Urban atau kota adalah wilayah dengan jumlah penduduk lebih dari 2500
penduduk dan terdapat lebih dari 99 orang per mil persegi (Stanhope dan
Lancaster, 1996). Menurut Max Weber, kota adalah tempat dimana sebagian besar
penduduknya telah mampu memenuhi kebutuhannya lewat pasar setempat dan
ciri-ciri kota adalah terdapatnya pasar. Kota sekarang sudah menjadi pemukiman
padat penduduk. Hal ini dikarenakan terjadinya urbanisasi (masyarakat desa
pindah ke kota). Urbanisasi ini dipengaruhi oleh adanya fasilitas memadai mudah
dijangkau yang menjadi daya tarik seperti sekolah dan pusat perbelanjaan. Hal ini
menyebabkan kota semakin padat, lahan kota kurang sehingga sering ditemukan
orang-orang yang tidak memiliki perumahan, dan tanpa keterampilan yang
memadai mereka juga tidak memiliki pekerjaan. Oleh karena itu, tidak heran jika
kita banyak menemukan gelandangan di kota-kota besar. Kepadatan penduduk di
kota yang sangat padat, kompleksitas kota yang beragam dan perbedaan ras selalu
muncul di daerah urban (Srinivasan, O’Fallon, & Dearry, 2003).

Jumlah penduduk yang meningkat ini dapat menimbulkan berbagai faktor risiko
masalah kesehatan seperti peningkatan polusi, peningkatan jumlah pemukiman,
dan peningkatan jumlah limbah atau sampah. Masalah kesehatan yang terjadi
pada daerah kota dapat menyebar dengan cepat karena dipengaruhi oleh kesehatan
lingkungan yang kurang diperhatikan dan juga jarak pemukiman yang berdekatan.
Kondisi lingkungan kota memiliki pengaruh yang besar terhadap kesehatan
masyarakat kota. Oleh karena itu, terdapat dua kelompok besar dalam suatu
konsep perkotaan, yaitu kelompok risiko dan kelompok rentan.

2.1.1 Kelompok Risiko


Risiko adalah hasil dari interaksi dengan berbagai macam faktor mengenai kondisi
kesehatan seseorang. Faktor tersebut meliputi umur, jenis kelamin, gaya hidup,

9 Universitas Indonesia
10

genetik, lingkungan fisik dan sosial dimana seseorang tinggal. Risk factor
merupakan faktor paparan yang spesifik yang secara terus menerus bersinggungan
terhadap individu dari luar, seperti asap rokok, stres yang berlebihan, dan zat
kimia yang ada di lingkungan. Populations at risk adalah populasi yang
melakukan aktifitas-aktivitas tertentu atau memiliki ciri-ciri tertentu yang
meningkatkan potensi populasi tersebut untuk mengalami penyakit, cedera, atau
masalah kesehatan lainnya (Clemen-Stone, McGuire dan Eigsti ,2002).

2.1.2 Kelompok Rentan


Kelompok populasi rentan adalah sekelompok dari populasi yang memiliki
masalah kesehatan yang lebih kompleks dari populasi yang lain. Anggota
kelompok rentan sering memiliki risiko yang lebih kompleks hasil akumulasi dari
beberapa faktor risiko (Nichols et al. 1986) yang membuat mereka lebih sensitive
terhadap efek yang merugikan dari faktor individu yang lain. Kelompok rentan
adalah kelompok yang dapat menyebarkan penyakit di antara satu orang ke orang
lainnya. Lingkungan yang rentan adalah lingkungan yang orang-orangnya
memiliki kombinasi dari faktor risiko dan kumpulan orang-orang yang memiliki
sosial ekonomi rendah.

Ketidakberdayaan seorang individu, karena ketersediaan sumber daya dapat


menyebabkan terjadinya risiko relatif. Status kesehatan dan risiko relatif dapat
saling berhubungan. Status kesehatan ini juga dapat disebabkan oleh korban yang
disalahkan. Ketersediaan sumber daya, status kesehatan, dan risiko relatif dapat
menyebabkan pencabutan hak memilih dan status yang dirugikan. Konsep rentan
merupakan konsep dimana seorang individu sudah terserang penyakit, jadi
individu tersebut bukan lagi berisiko, tetapi sudah terjadi.

Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan (KKMP) merupakan salah bentuk


dari keperawatan komunitas dimana fokus asuhan keperawatan yang diberikan
tidak hanya meliputi lingkup asuhan keperawatan individu namun juga
melibatkan lingkungan dan masyarakat sebagai suatu kesatuan yang saling terkait.

Universitas Indonesia
11

Target asuhan KKMP meliputi individu, keluarga, dan masyarakat. Individu


merupakan bagian dari anggota keluarga yang memungkinkan memiliki masalah
kesehatan. Apabila individu mengalami ketidakmampuan untuk dapat merawat
dirinya sendiri maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain baik
secara fisik, mental, dan sosial.

2.1.3 Konsep Keperawatan Keluarga


Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan
kebersamaan, ikatan emosional dan yang mengidentifikasi diri mereka sebagai
bagian dari keluarga (Friedman, 1998). Menurut Friedman (1998), keluarga terdiri
dari dua tipe, tipe tradisional dan non-tradisional. Salah satu bentuk keluarga dari
tipe keluarga tradisional adalah keluarga usila (midle-aged familly) yaitu keluarga
yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak yang sudah
memisahkan diri (Friedman, 1998). Tugas perkembangan keluarga pada tipe ini
adalah mempertahankan suasana yang menyenangkan, bertanggung jawab pada
semua tugas rumah tangga, membina keakraban dengan pasangan,
mempertahankan kontak dengan anak dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial
(Friedman, 1998).

Dalam suatu keluarga diperlukan pola dan proses komunikasi yang jujur, terbuka,
melibatkan emosi, dapat menyelesaikan konflik serta adanya hierarki kekuatan
(Friedman, 1998). Setiap keluarga diharapkan dapat menjalankan fungsinya untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas yang tinggi. Fungsi ini meliputi lima tugas perawatan kesehatan
keluarga, seperti mengenal masalah, pengambilan keputusan, merawat anggota
keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan pelayanan
kesehatan.

2.2 Konsep Dewasa


Masa dewasa merupakan salah satu fase dalam rentang kehidupan setelah masa
remaja. Masa ini disebut juga periode yan penuh tantangan, penghargaan, dan

Universitas Indonesia
12

krisis. Tantangannya meliputi tantangan kerja dan membentuk keluarga.


Penghargaan yang diterima dapat berupa kesuksesan karir dan kehidupan pribadi.
Sedangkan krisis yang dapat dihadapi seperti merawat orangtua yang telah lanjut
usia atau kehilangan pekerjaan. Masa dewasa juga dapat diartikan sebagai suatu
periode dalam kehidupan individu yang ditandai dengan pencapaian kematangan
tubuh secara optimal dan kesiapan untuk bereproduksi.

Gaya hidup merupakan pencetus risiko penyakit atau kecacatan pada masa
dewasa. Selain gaya hidup, komunitas dan riwayat keluarga juga merupakan
faktor risiko. Masa dewasa merupakan masa perubahan fisiologis dan masa
menghadapi realitas kesehatan tertentu. Persepsi tentang kesehatan dan perilaku
sehat merupakan faktor penting dalam mempertahankan kesehatan. Hal ini yang
menjadi penyebab stres pada dewasa. Beberapa penyakit juga dapat menjadi
pengaruhi peran dan tanggung jawab dipikul klien.

Program kesehatan komunitas pada kelompok dewasa diadakan untuk mencegah


penyakit, meningkatkan kesehatan, dan mendeteksi pada tahap awal. Perawat
komunitas dapat berperan untuk aktif pada perencanaan skrinning dan pendidikan
kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan perubahan pada perilaku
dan gaya hidup. Perubahan ke praktik kesehatan yang lebih positif selama masa
dewasa dapat menimbulkan lebih sedikit atau hilangnya masalah kesehatan
dengan komplikasi pada saat usia lanjut.

Sebagai orang dewasa, tentunya akan terpajan akan banyak stresor. Intervensi
spesifik untuk mengurangi stres dibagi menjadi tiga kategori. Pertama, frekuensi
situasi yang menimbulkan stres diminimalkan. Kedua adalah persiapan
psikofisiologis untuk meningkatkan resistensi stres seperti peningkatan harga diri,
meningkatkan asertivitas, mengarahkan kembali tujuan alternatif dan
menyesuaikan kembali dengan pencapaian kognitif. Kategori yang terakhir,
respons fisiologis terhadap stres harus dihindari.

Universitas Indonesia
13

2.3 Penyakit Tuberkulosis


2.3.1 Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis (Price, 2006). Kuman tersebut biasanya masuk ke
dalam tubuh manusia melalui udara pernapasan ke dalam paru. Kuman dapat
menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah,
sistem saluran limfe, saluran napas (bronchus) atau penyebaran langsung ke
bagian-bagian tubuh lainnya. TB dapat terjadi pada semua kelompok umur baik di
paru maupun di luar paru (Depkes, 1999 dalam Hateyaningsih, 2009).

2.3.2 Penyebab
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau agak bengkok dengan
ukuran 0,2-0,4 x 1-4 µ. Kuman ini tumbuh lambat, koloni tampak setelah lebih
kurang 2 minggu bahkan kadang-kadang setelah 6-8 minggu. Suhu optimum
370C, tidak tumbuh pada suhu 250C atau lebih dari 400C (Hateyaningsih, 2009).

2.3.3 Manifestasi klinis


Tuberkulosis paru termasuk insidius. Sebagian besar pasien menunjukkan demam
tingkat rendah, keletihan, anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat malam
hari, nyeri dada, dan batuk menetap. Batuk pada awalnya batuk non-produktif,
tetapi berkembang ke arah pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptisis.
Basil TB dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman (Smeltzer,
2005).

2.3.4 Penularan dan Faktor Risiko


Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara.
Individu terinfeksi melalui berbicara, batuk, bersin, ketawa, melepaskan droplet
besar (lebih dari 100µ) dan kecil (1-5µ). Droplet yang besar menetap, sementara
droplet yang kecil tertahan di udara dna terhirup oleh individu yang rentan.
Individu yang berisiko tinggi untuk tertular TB anatara lain yang kontak dengan
seorang penderita TB aktif, imunosupresif (lansia, pasien kanker, seseorang yang

Universitas Indonesia
14

terinfeksi HIV), pengguna obat-obat IV dan alkoholik, individu yang tinggal di


daerah perumahan substandard kumuh (pemukiman padat), dan petugas kesehatan
(Smeltzer, 2005). Faktor-faktor risiko TB antara lain:
2.3.4.1 Umur
Sebagian besar penderita TB paru di negara berkembang berumur di bawah 50
tahun, sedangkan di negara maju prevalensi TB sangat rendah pada kelompok
umur di bawah 50 tahun tetapi masih tinggi pada kelompok yang lebih tua
(Hateyaningsih, 2009).

2.3.4.2 Jenis kelamin


TB menyerang sebagian besar wanita pada usia produktif. Wanita dalam usia
reproduksi lebih rentan terhadap TB dan lebih mungkin terjangkit TB dibanding
pria pada kelompok umur yang sama (Depkes, 2004 dalam Hateyaningsih, 2009).
WHO menunjukkan lebih dari 900 juta wanita di seluruh dunia tertular oleh
kuman TB dan satu juta diantaranya meninggal setiap tahun. TB membunuh
sedikitnya dua kali lebih banyak perempuan daripada kematian akibat akibat
kehamilan atau persalinan (Siswono, 2009 dalam Hateyaningsih, 2009).

2.3.4.3 Status gizi


Status nutrisi merupakan salah satu faktor yang menentukan fungsi seluruh sistem
tubuh termasuk sistem imun. Sistem kekebalan dibutuhkan manusia untuk
memperoteksi tubuh terutama terutama mencegah terjadinya infeksi yang dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan lainnya. Pada manusia terdapat dua
bagian sistem imun, yaitu yang di bawa sejak lahir dan imun yang terjadi setelah
di picu oleh pajanan penyakit (Kartasapoetra, 2000 dalam Hateyaningsih, 2009).

Kuman Tb mudah masuk ke dalam tubuh yang daya tahan tubuhnya sedang
rendah. Namun tidak semua yang terinfeksi TB menderita TB bila daya tahan
tubuhnya kuat. Kuman TB hanya akan terus tidur di dalam tubuh (dorman) dan
tidak berkembang menjadi penyakit (Hateyaningsih, 2009).

Universitas Indonesia
15

2.3.4.4 Lingkungan
Keadaan berbagai lingkungan dapat mempengaruhi penyebaran TB, salah satunya
adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yang memiliki sumber air yang
buruk, pembuangan kotoran yang dekat dengan sumber air, ventilasi yang kurang,
dan kepadatan penghuni (Sukarni, 1999 dalam Hateyaningsih, 2009). Faktor
risiko lingkungan yang dapat meningkatkan probabilitas kontak dengan udara
yang terinfeksi adalah peningkatan durasi dan intimasi antara kontak dengan
kasus dan penurunan jumlah sinar ultraviolet (Lendrayani, 2006 dalam
Hateyaningsih, 2009).

2.3.4.5 Keteraturan berobat


Keteraturan minum obat prinsipnya adalah sebuah perilaku peran sakit dengan
segala tindakan yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk memperoleh
kesembuhan melalui usaha keteraturan seseorang berobat atau memenuhi aturan
yang di buat oleh dokternya untuk mempercepat kesembuhannya (Darmawan,
2002 dalam Hateyaningsih, 2009).

2.3.4.6 Pengawas menelan obat (PMO)


PMO adalah seseorang yang ditunjuk berdasarkan kesepakatan antara petugas
kesehatan dengan penderita TB. Petugas puskesmas maupun kader yang dapat
meluangkan waktunya untuk memantau kelangsungan pengobatan penderita dan
mampu berkomunikasi dengan pihak Puskesmas dapat menjadi PMO (Depkes,
1999 dalam Hateyaningsih 2009). Namun PMO terbaik adalah keluarga terdekat
penderita TB.

2.3.4.7 Sosial ekonomi


TB memiliki dampak sosial budaya yang cukup mempengaruhi dari segi sosial.
Penderita TB kerap diasingkan oleh masyarakat sekitarnya karena masih beredar
stigma bahwa TB adalah penyakit keturunan atau kutukan. Penderita TB pun
mengalami diskriminasi dalam berbagai bidang, seperti diberhentikan dari tempat
kerja (Hateyaningsih, 2009).

Universitas Indonesia
16

TB berkontribusi dalam pemiskinan masyarakat, dipandang dari segi ekonomi.


TB masih banyak dialami oleh kelompok dewasa muda pada usia produktif
sehingga terjadi kerugian ekonomis akibat berkurangnya produktivitas. Kerugian
ekonomis terlihat ketika penderita TB harus mengeluarkan biaya untuk diagnosis,
pengobatan, dan transportasi untuk menuju pelayanan kesehatan (Hateyaningsih,
2009).

WHO menyatakan bahwa angka kematian akibat TB berada di negara


berkembang yang relatif miskin. Indonesia merupakan negara dengan jumlah
penduduk miskin sekitar 40-55 juta orang (Agustine, 2006 dalam Hateyaningsih,
2009). Tingkat pendapatan akan berpengaruh besar terhadap perilaku daalm
menjaga kesehatan per individu dan keluarga. Pendapatan mempengaruhi
pendidikan dan pengetahuan seseorang, asupan makanan, bahkan lingkungan
tempat tinggal (Woro, 2005 dalam Hateyaningsih, 2009).

2.3.5 Pemeriksaan Penunjang


Diagnosa TB ditegakkan saat ditemuakan tanda dan gejala yang menunjukkan
bahwa seseorang itu TB atau tidak. Namun penegakkan diagnosa tetap didukung
oleh pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan radiologi dan laboratorium.
2.3.5.1 Pemeriksaan radiologi
Hal yang sangat berpengaruh pada pemeriksaan radiologi adalah kualitas gambar
yang dihasilkan. Kualitas gambar yang semakin baik akan dapat mempermudah
proses identifikasi penyakit TB dan diagnosa pun akan semakin baik (Tiarisneini,
2008 dalam Hateyaningsih, 2009).

2.3.5.2 Pemeriksaan laboratorium


Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk melakukan identifikasi terhadap
kuman Mycobacterium tuberculosis dalam dahak penderita. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan memeriksa dahak penderita yang datang sendiri untuk
memeriksakan keluhannya (batuk berdahak terus menerus atau pernah batuk

Universitas Indonesia
17

darah). Pemeriksaan dahak dilakukan untuk mendiagnosis TB dengan tiga


spesimen dahak. Ketiga spesimen tersebut dikumpulkan dalam dua hari. Dahak
yang dikumpulkan adaalh dahak sewaktu, pagi, sewaktu. Dahak sewaktu pertama
diambil saat tersangka TB datang di hari pertama ke pelayanan kesehatan.
Penderita diberikan pot dahak kembali sebelum pulang untuk menampung dahak
pagi setelah bangun tidur. Hari kedua di pelayanan kesehatan sambil membawa
pot dahak pagi, tersangka TB diberikan kembali pot dahak untuk mengumpulkan
dahak yang ketiga, inilah dahak sewaktu yang kedua. Jadi, pemeriksaan dahak
untuk tersangka TB adalah SPS (sewaktu, pagi, sewaktu) (Depkes, 2004 dalam
Hateyaningsih, 2009).

2.3.6 Prognosis
Pasien TB yang tidak diobati setelah 5 tahun, diantaranya adalah 50% meninggal,
25% sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi, dan 25% menjadi
kasus kronis yang tetap menular (Depkes, 2005 dalam Ayunah, 2008). Hal
tersebut dapat dicegah dengan cara menutup mulut saat batuk dna bersin,
mengobati pasien TB hingga sembuh, imunisasi BCG pada bayi, membuang
dahak pada tempat yang benar, dan menjaga ventilasi udara (Kemenkes, 2011).

2.3.7 Penatalaksanaan Medis


Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agens kemoterapi (agen
antituberkulosis) selama periode 6 sampai 12 bulan. Lima medikasi utama yang
digunakan: isoniazid (INH), rifampisin (RIF), streptomisin (SM), etambutol
(EMB), dan pyrazinamid (PZA). Pengobatan yang direkomendasikan bagi kasus
tuberkulosis paru yang baru didiagnosa adalah regimen pengobatan beragam,
termasuk INH, RIF, dan PZA selama 4 bulan dengan INH dan RIF dilanjutkan
untuk tambahan 2 bulan (total pengobatan 6 bulan). Pil anti-tuberkulosis baru
three-in-one yang terdiri atas INH, RIF, dan PZA telah dikembangkan. Hal ini
memmberikan dampak yang cukup besar dalam peningkatan kepatuhan terhadap
regimen pengobatan.

Universitas Indonesia
18

2.3.8 Penyebab Penyakit TB Berulang


Penyakit TB hingga kini masih menjadi momok di dunia, termasuk di Indonesia.
Walaupun bakteri penyebab TB sudah ditemukan sejak tahun 1882 oleh Robert
Koch, namun penularannya yang cepat dan kedisiplinan pengobatan yang tidak
terjaga terus menjadi kendala penyembuhan TB. Dikutip dari narasumber,
dukungan keluarga sangat diperlukan ketika rasa bosan untuk meminum obat TB
mendera. Menurut dr. Hardja, pencegahan paling utama agar tidak tertular TB
adalah daya tahan tubuh yang sehat dan kuat. Bila sudah ditemukan positif kuman
TB, seseorang itu harus segera berobat dengan minum OAT secara teratur 6-9
bulan secara terus menerus dan tidak boleh terputus sehingga kuman TB mati.
Namun, perilaku tidak disiplin dalam mengonsumsi OAT merupakan kegagalan
pengobatan TB.

Umumnya setelah 1-2 kali pengobatan pasien TB sudah merasa sembuh karena
tanda dan gejala TB sudah tidak dirasa lagi. Penularan juga sudah tidak ada.
Namun, kuman di tubuh sebenarnya belum mati. Kuman TB hanya tidur sejenak.
Ketika pengobatan dihentikan pada periode sebelum 6-9 bulan, suatu saat kuman
tersebut akan bangun dari tidurnya dan pasien pun terserang TB lagi.

Saat berobat untuk pengobatan yang kedua kali, obatnya tidak sama saat
pengobatan pertama. Hal ini dikarenakan kuman TB sudah resisten dengan obat-
obatan pada pengobatan pertama. Masa pengobatan kedua akan berlangsung lebih
lama dari pengobatan pertama untuk mengefektifkan kerja obat. Menurut dr.
Hardja, ketika seorang pasien yang mengalami TB berulang kembali bosan
dengan proses pengobatannya dan merasa sembuh, akibatnya pasien tersebut akan
mengalami komplikasi yang dapat berujung kematian.

2.4 Konsep Tuberkulosis pada Dewasa


Tuberkulosis pada dewasa memiliki tanda dan gejala seperti manifestasi klinis di
atas. Tidak ada ciri khusus TB pada dewasa. Dewasa seperti halnya yang telah
dijelaskan pada konsep dewasa adalah kehidupan dimana faktor risiko dapat

Universitas Indonesia
19

terpajan dari mana saja. Salah satu faktor risiko tersebut adalah faktor lingkungan
dan pekerjaan.

Faktor risiko lingkungan dan pekerjaan yang umum yaitu pemajanan terhadap
partikel udara. Hal ini dapat menyebabkan penyakit paru dan kanker. Penyakit
paru termasuk silikosis berasal dari inhalasi bedak atau debu silikon dan emfisema
karena inhalasi asap. Faktor risiko ini yang menyebabkan cepatnya penularan TB
pada dewasa.

Selain faktor lingkungan dan pekerjaan, kebiasaan gaya hidup juga merupakan
faktor risiko pada dewasa. Kebiasaan gaya hidup seperti merokok, stres, kurang
olahraga dan higiene personal yang buruk dapat meningkatkan risiko penyakit di
masa depan. Merokok adalah faktor risiko penyakit paru. Inhalasi polutan rokok
meningkatkan risiko kanker paru, emfisema, bronkitis kronis, dan tuberkulosis.
Salah satu faktor risiko penularan TB yang cepat adalah pada seseorang yang
terpajan asap rokok, baik itu perokok aktif maupun pasif.

Diagnosa tuberkulosis pada dewasa ditegakkan dengan mengumpulkan riwayat


kesehatan, pemeriksaan fisik, rontgen dada, usap basil tahan asam BTA, kuktur
sputum, dan tes kulit tuberkulin. Namun, tes kulit tuberkulin ini lebih sering
digunakan untuk menegakkan diagnosa TB pada anak. Rontgen dada biasanya
akan menunjukkan lesi pada lobus atas. Kultur sputum dilakukan dengan metode
SPS (sewaktu, pagi, sewaktu).

2.5 Intervensi untuk Pasien Tuberkulosis


Terdapat beberapa intervensi yang dapat diberikan pada pasien dengan TB oleh
seorang perawat komunitas yang dapat diaplikasikan di rumah, diantaranya.
2.5.1 Senam Pernapasan
Senam pernapasan adalah ilmu yang mengutamakan olah napas, relaksasi, dan
fokus perhatian yang secara khusus mengubah atau membalik sistem pernapasan
biasa menjadi sistem pernapasan perut yang dilakukan dengan halus dan lembut

Universitas Indonesia
20

penuh perasaan, untuk mengolah sumber-sumber energi dari alam, diserap


bersamaan waktu bernapas agar terbentuk suatu pusat pemasok energi yang kuat
yang berguna untuk mengolah makanan dan minuman dalam metabolisme tubuh
dan lebih besar untuk aktivitas, serta sebagai penangkal dan penyembuh sekiranya
ada organ dalam tubuh yang sakit (Wardoyo, 2003 dalam Nugroho,2007). Senam
pernapasan mengutamakan olah napas yang secara khusus mengubah atau
membalik sistem pernapasan biasa menjadi sistem pernapasan perut.
(Nugroho,2007).

Bernapas untuk tujuan kesehatan dilakukan secara sadar dan teratur. Senam
pernapasan mencoba mengembangkan satu sistem olahraga pernapasan tenaga
dalam melalui napas, gerak dan kosentrasi sehingga menghasilkan olahraga
sekaligus olah mental dan olah sosial yang diharapkan akan menghasilkan kualitas
sumber daya manusia seutuhnya (Nugroho, 2007). Menurut Ahmad (2013)
dengan olahraga pernapasan proses pernapasan yang biasa diubah menjadi lebih
aktif sehingga otot-otot pernapasan tambahan ikut bekerja. Oleh karena itu
olahraga pernapasan sangat baik untuk pasien dengan penyakit paru.
Beberapa keuntungan dari olahraga pernapasan antara lain
a. Volume tidal meningkat. Saat bernapas pasif, volume tidal sekitar 400-500 ml.
Latihan pernapasan dapat membuat kemampuan otot pernapasan untuk
menghirup udara menjadi meningkat 2 sampai 3 kali.
b. Fungsi saluran cerna menjadi lebih baik. Latihan pernapasan membuat perut
bagian dalam seperti dipijat sehingga peristaltik usus menjadi lebih baik.
c. Meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan semangat. Gerakan dalam olahraga
pernapasan memberikan efek menenangkan. Hal ini membuat tubuh mendapat
kesempatan untuk mengganti sel-sel yang rusak dan mempercepat proses
pemulihan gangguan tubuh dan penyakit.
d. Meningkatkan kemampuan berkonsentrasi (Ahmad,2013).

Universitas Indonesia
21

2.5.1.1 Tahapan senam pernapasan


Sebelum melakukan senam pernapasan, awali dengan niat dan membaca doa.
Senam pernapasan baik dilakukan dalam keadaan perut kosong. Waktu yang baik
untuk melakukan senam pernapasan adalah di pagi hari (07.00 WIB sampai 08.00
WIB) dan sore hari (16.00 WIB sampai 17.00 WIB). Prinsip senam pernapasan
sama seperti latihan napas dalam, menghirup napas melalui hidung dan
menghembuskan perlahan melalui mulut (Solihin, 2013). Senam pernapasan
didesain mudah untuk dipelajari dan dilakukan di rumah pada kegiatan sehari-hari
(Mineguchi et all, 2002). Adapun Langkah-langkah senam pernapasan
a. Gerakan 1
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Angkat kedua tangan, kepala
ditengadahkan ke atas sambil menarik napas melalui hidung. Turunkan kedua
tangan sembari menghembuskan napas perlahan melalui mulut.
b. Gerakan 2
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Angkat kedua tangan keatas, rentangkan
ke kanan dan ke kiri sambil menarik napas melalui hidung. Turunkan tangan
dengan posisi saling berhadapan sembari menghembuskan napas perlahan melalui
mulut.
c. Gerakan 3
Berdiri tegak dengan kedua kaki diregangkan. Angkat kedua tangan ke atas,
kembangkan ke kiri dan ke kanan, tarik napas melalui hidung. Putar kaki ke arah
kiri dan tangan kanan turunkan hingga menyentuh jari kaki sambil mengeluarkan
napas melalui mulut.
d. Gerakan 4
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Angkat kedua tangan ke atas lalu
kembangkan ke kiri dan ke kanan sambil menarik napas melalui hidung.
Turunkan tangan sambil hembuskan napas perlahan melalui mulut.
e. Gerakan 5
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Putarkan badan ke arah kiri dengan kaki
kiri di depan. Angkat tangan kanan sejajar bahu perlahan (kaki ditekuk sedikit
demi sedikit) sambil menghirup napas melalui hidung. Turunkan tangan sambil

Universitas Indonesia
22

hembuskan napas perlahan melalui mulut. Putar badan ke arah sebaliknya dan
lakukan hal yang sama.
f. Gerakan 6
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Angkat kedua tangan sebatas dada sambil
menarik napas melalui hidung. Dorong kedua tangan ke arah kiri dan kanan
dengan dorongan penuh sambil menghembuskan napas melalui mulut.
g. Gerakan 7
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Angkat kedua tangan sambil menarik
napas melalui hidung. Turunkan tangan dengan gerakan melingkar sambil
menghembuskan napas melalui mulut.
h. Gerakan 8
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Tarik napas melalui hidung sambil
mengangkat kaki kiri dan kedua tangan sejajar perut. Hembuskan napas perlahan
melalui mulut sambil memutar badan ke arah kiri, kaki dan tangan diturunkan
perlahan.
i. Gerakan 9
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Angkat kedua tangan ke arah dada sambil
menarik napas melalui hidung. Langkahkan kaki kiri ke depan sambil dorong
kedua tangan ke depan dengan kekuatan penuh. Turunkan tangan dan hembuskan
napas melalui mulut. Ulangi gerakan pada kaki kanan.
j. Gerakan 10
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Angkat kedua tangan sampai sebatas
leher, kepala ditengadahkan ke atas sambil menarik napas melalui hidung.
Turunkan tangan, hembuskan napas perlahan melalui mulut (Solihin, 2013).

2.5.1.2 Pengaruh senam pernapasan terhadap kekuatan otot pernapasan dan fungsi
paru
Untuk meningkatkan kekuatan otot-otot pernapasan perlu dilakukan latihan otot
pernapasan. Latihan ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan
pasien. Tujuan dari senam pernapasan ini adalah untuk meningkatkan lifestyle,
meningkatkan kapasitas paru, dan mengurangi gejala seperti sesak (Sahat, 2008).

Universitas Indonesia
23

Senam pernapasan juga didesain untuk memperluas otot intercostal inspirasi


lainnya selama proses inspirasi atau otot intercostal ekspirasi selama proses
ekspirasi. Latihan ini juga merupakan usaha untuk mengurangi kekakuan dinding
dada (Mineguchi et all, 2002).

Otot-otot pernapasan menyebabkan ventilasi paru, dengan mengempiskan dan


mengembangkan paru secara berganti-ganti menyebabkan peningkatan dan
penurunan tekanan alveolus. Seseorang yang melakukan latihan otot-otot
pernapasan, fungsi ventilasi parunya akan lebih tinggi dibandingkan orang yang
tidak melakukan latihan (Sahat, 2008). Hal ini disebabkan dengan peningkatan
otot-otot pernapasan maka pengembangan paru akan meningkat. Sejalan dengan
penelitian Baweanti (2010) pada pasien TB di RS Karang Tembok Surabaya
bahwa pasien yang diberikan intervensi senam pernapasan mengalami
peningkatan maksimal aliran ekspirasi. Penelitian tersebut di analisa dengan
menggunakan analisa independent t-test dan paired t-test dengan tingkat
signifikan ±1.

2.5.2 Batuk Efektif


Batuk berfungsi untuk mengeluarkan sekret dan partikel-partikel pada faring dan
saluran napas. Batuk biasanya merupakan suatu reflek sehingga bersifat
involunter, namun dapat juga bersifat volunter. Batuk involunter merupakan
gerakan reflek yang dicetuskan karena adanya rangsangan pada reseptor sensorik
mulai dari faring hingga alveoli (Pranowo, 2009).

Batuk diakibatkan oleh iritasi membran mukosa dimana saja dalam saluran
pernapasan. Stimulus yang menghasilkan batuk dapat timbul dari suatu proses
infeksi atau dari suatu iritan yang dibawa oleh udara, seperti asap, kabut, debu
atau gas. Batuk adalah proteksi utama pasien terhadap akumulasi sekresi dalam
bronki dan bronkiolus (Pranowo, 2009).

Universitas Indonesia
24

Batuk efektif merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan sekresi


dari saluran pernapasan. Penderita TB paru tidak harus mengeluarkan banyak
tenaga untuk mengeluarkan sekret dengan batuk efektif. Tujuan dari batuk efektif
adalah untuk meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi, dan mencegah efek
samping dari retensi sekresi, seperti pneumonia, atelektasis, dan demam (Yana,
2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pranowo (), perbandingan
volume sekret pasien TB dari yang sebelumnya tidak melakukan batu efektif
dengan pasien TB yan sudah melakukan batuk efektif terjadi peningkatan sputum
setelah melakukan batuk efektif.

Pasien TB sebelum mendapatkan pelatihan batuk efektif, tidak bisa mengeluarkan


sputum yang maksimal, sebagian besar yang dikeluarkan adalah ludah. Hal ini
dapat memberikan resiko penularan yang lebih besar karena pasien dengan BTA
positif memiliki resiko menularkannya pada orang lain. Batuk efektif memberikan
kontribusi yang positif terhadap pengeluaran volume sputum (Pranowo, 2009).

Universitas Indonesia
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan


menggunakan pendekatan sistemik untuk bekerja sama dengan keluarga dan
individu sebagai anggota keluarga. Proses keperawatan dimulai dari pengkajian
keluarga dan individu sebagai anggota keluarga, perumusan diagnosa
keperawatan, penyusunan perencanaan, pelaksanaan asuhan keperawatan, dan
evaluasi.

3.1 Pengkajian
Keluarga Bapak M yang bertempat tinggal di RT 01/01 kel. Cisalak Pasar kec.
Cimanggis Kota Depok terdiri dari 5 anggota keluarga, dimana Bapak M (56
tahun) sebagai kepala keluarga memiliki satu orang istri yaitu Ibu S (50 tahun)
dan tiga orang anak, yaitu anak W (30 tahun), anak P (27 tahun), dan anak E (24
tahun). Keluarga Bapak M merupakan keluarga usila dimana semua anak-anak
Bapak M sudah menikah dan tinggal terpisah dengan Bapak M dan ibu S. Bapak
M sudah tidak memiliki orangtua, ia memiliki satu kakak kandung dan satu adik
kandung. Kakak kandung Bapak M pernah memiliki riwayat penyakit
tuberkulosis paru. Ibu S juga sudah tidak memiliki orangtua, ia memiliki 3 orang
kakak kandung dan satu orang adik. Adik ibu S merupakan seorang retardasi
mental. Bapak M dan ibu S merupakan penduduk asli Cisalak Pasar, suku Betawi
dan beragama Islam. Keluarga Bapak M masih mempercayai hal-hal mistik
seperti berobat ke orang pintar. Penghasilan keluarga Bapak M perharinya sekitar
Rp 30.000,00 sampai Rp 50.000,00. Bapak M sehari-hari membantu istrinya
berjualan nasi uduk. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari diperoleh dari hasil jualan
istrinya tersebut. Keluarga mengatakan jarang pergi ke suatu tempat untuk
berlibur atau sekedar jalan-jalan.

Riwayat keluarga Bapak M yakni, keluarga mengatakan Bapak M pernah


menderita flek paru pada pertengahan tahun 2012 dan telah menjalakan

25 Universitas Indonesia
26

pengobatan OAT selama 3 bulan. Keluarga mengatakan Bapak M memutuskan


untuk tidak melanjutkan pengobatannya karena ia sudah merasa lebih enak
badannya dan keluhan saat didiagnosa flek paru sudah tidak ia rasakan lagi.
Keluarga mengatakan Bapak M pernah merokok kurang lebih selama 20 tahun.
Bapak M memutuskan untuk berhenti merokok sejak didiagnosa flek paru di
tahun 2012. Awal tahun 2013, keluarga mengatakan Bapak M mengalami batuk
lebih dari 3 minggu, keluar darah saat batuk, batuk sampai sesak terutama di
malam hari. Keluarga mengatakan Bapak M juga mengalami penurunan berat
badan sebesar 5 kg. Bapak M mengatakan ia berobat ke klinik dokter, dilakukan
pemeriksaan BTA yang hasilnya negatif. Namun saat dilakukan foto rontgen
thorax, kesan TB paru duplex aktif. Saat ini Bapak M sedang menjalankan
pengobatan OAT kembali yang akan berakhir awal bulan Juli 2013. Keluarga
mengatakan Bapak M ingin benar-benar sembuh dari plek paru yang sekarang dna
akan benar-benar berobat sampai tuntas. Saat dilakukan auskultasi pada Bapak M
terdengar ronchi pada kedua lapang paru, tampak sesak dengan RR 20x/menit,
tidak tampak batuk dan mengatakan tidak batuk lagi. Keluarga mengatakan
saudara kandung Bapak M pernah dirawat di RS Pasar Rebo karena TB selama
seminggu. Keluarga mengatakan saat itu yang menemaninya adalah Bapak M.

Jarak antara rumah Bapak M dengan tetangganya sangat dekat, hampir tidak ada
jarak. Ventilasi udara hanya didapat dari pintu depan rumah. Pencahayaan didapat
dari lampu yang dihidupkan saat ada tamu dan malam hari. Keluarga mengatakan
jendela rumah sudah dipaku mati sehingga tidak bisa dibuka. Rumah anak-anak
Bapak M tidak terlalu jauh dari rumahnya. Keluarga Bapak M terkadang
mendapat bantuan dari saudara ibu S. Pola komunikasi keluarga Bapak M
terbuka, dimana saat akan memutuskan sesuatu keluarga besar pun diajak
bermusyawarah. Namun, dalam keluarga Bapak M sendiri pengambilan keputusan
adalah ibu S karena ibu S adalah tulang punggung ekonomi keluarga Bapak M.
nilai dan norma budaya Betawi sangat kental dalam keluarga Bapak M.

Universitas Indonesia
27

Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit plek paru yang dialami
Bapak M. Keluarga mengaku sudah membawa Bapak M ke klinik dokter dan
akan mengobati Bapak M sampai sembuh. Keluarga mengatakan Bapak M sudah
mengalami peningkatan berat badan sejak memulai pengobatan kembali. Nafsu
makan Bapak M meningkat dan Bapak M makan 3-4 kali sehari. Keluarga
mengatakan ingin mengetahui cara meningkatkan nutrisi Bapak M.

3.2 Rencana Asuhan Keperawatan


3.2.1 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan
pada pengkajian. Dari data yang ditemukan saat pengkajian, dapat disimpulkan
masalah yang dapat ditegakkan yakni ketidakefektifan manajemen kesehatan diri
pada keluarga Bapak M, khususnya Bapak M.

Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri adalah pola pengaturan dan


pengintegrasian ke dalam kebiasaan terapeutik hidup sehari-hari untuk
pengobatan penyakit dan sekuelanya yang tidak memuaskan untuk memenuhi
tujuan kesehatan spesifik (NANDA, 2009). Adapun data yang mendukung antara
lain: Bapak M pernah menjalankan pengobatan OAT selama 3 bulan pada tahun
2012, keluarga mengatakan Bapak M jarang melakukan aktivitas olahraga, Bapak
M mengatakan ingin benar-benar sembuh dari flek paru dan akan berobat sampai
tuntas, dan Bapak M saat ini sedang menjalankan pengobatan OAT.

3.2.2 Perencanaan (Intervensi)


Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan yang menyangkut
tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standar.
Adapun tujuan dan kriteria hasil perencanaan pada keluarga Bapak M.
3.2.2.1 Tujuan umum
Setelah dilakukan pertemuan sebanyak 6 kali kunjungan, manajemen kesehatan
diri pada Bapak M kembali efektif dan adekuat. Kunjungan keluarga dilakukan
sebanyak 6 x 50 menit.

Universitas Indonesia
28

3.2.2.2 Tujuan khusus 1


Keluarga mampu mengenal masalah tuberkulosis dengan
a. Menyebutkan definisi tuberkulosis
b. Menyebutkan penyebab TB paru
c. Menyebutkan penyebaran TB paru
d. Menyebutkan 3 dari 6 tanda-tanda awal gejala TB paru
e. Mengidentifikasi anggota keluarga yang menderita TB paru

3.2.2.3 Tujuan khusus 2


Keluarga mampu memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah
TB paru
a. Menyebutkan 2 dari 3 akibat TB paru jika tidak diobati
b. Menyebutkan 2 dari 4 akibat TB jika putus obat
c. Memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah TB patu dengan
mengatakan mau merawat anggota keluarga dengan masalah TB paru

3.2.2.4 Tujuan khusus 3


Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah TB paru dengan
a. Menyebutkan 4 dari 6 cara pencegahan TB paru
b. Menyebutkan 2 dari 4 cara merawat anggota keluarga dengan TB
c. Me-redemonstrasikan 3 gerakan senam pernapasan
d. Menyusun jadwal melakukan senam pernapasan

3.2.2.5 Tujuan khusus 4


Keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota keluarga
dengan masalah TB paru, dengan menyebutkan 3 dari 5 cara memodifikasi
lingkungan untuk penderita TB paru

Universitas Indonesia
29

3.2.2.6 Tujuan khusus 5


Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk mengobati TB
paru
a. Menyebutkan 2 manfaat tersedianya fasilitas kesehatan
b. Menyebutkan 2 dari 3 fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal
c. Mengunjungi fasilitas kesehatan secara rutin

3.2.3 Implementasi
Tahap ini adalah tahap inisiatif dari perencanaan yang telah disusun. Pelaksanaan
implementasi rencana keperawatan diharapkan dapat mencapai tujuan yang telah
direncanakan serta hasil yang diharapkan sesuai dengan kriteria standar yang telah
ditetapkan. Adapun implementasi yang dilakukan pada keluarga Bapak M.
3.2.3.1 Mengenal masalah
a. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai pengertian TB paru, penyebab TB
paru, penyebaran TB paru, tanda dan gejala TB paru
b. Membantu keluarga mengidentifikasi anggota keluarga dengan masalah TB
paru

3.2.3.2 Memutuskan merawat


a. Memberikan informasi mengenai akibat TB paru jika tidak diobati dan putus
obat
b. Memotivasi dan membantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota
keluarga yang mengalami TB paru

3.2.3.3 Merawat anggota keluarga


a. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai cara mencegah masalah TB paru
b. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai cara merawat anggota keluarga
dengan TB paru
c. Mengajarkan keluarga senam pernapasan dengan 3 gerakan pertama yang
diulang dalam 3 kali kunjungan keluarga serta mengajarkan 7 gerakan
selanjutnya dalam 2 kunjungan berikutnya

Universitas Indonesia
30

d. Menyusun jadwal melakukan senam pernapasan

3.2.3.4 Memodifikasi lingkungan


Mendiskusikan bersama keluarga bagaimana memodifikasi lingkungan rumah
untuk meningkatkan pencegahan TB paru dalam keluarga

3.2.3.5 Menggunakan fasilitas kesehatan


a. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai manfaat dari fasilitas kesehatan
b. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada
disekitar tempat tinggal
c. Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan

3.2.4 Evaluasi
Asuhan keperawatan keluarga dilakukan sebanyak 10 kali pertemuan, terdiri dari
pengkajian selama 2 kali pertemuan dan implementasi diagnosa ketidakefektifan
manajemen kesehatan diri sebanyak 6 kali pertemuan. Evaluasi yang ingin penulis
gambarkan dalam tulisan ini terdiri rangkuman evaluasi dari semua implementasi
yang telah penulis lakukan kepada keluarga bapak M.

3.2.4.1 Evaluasi subjektif


Keluarga mengatakan pengertian TB paru adalah salah satu penyakit menular
yang disebabkan oleh kuman yaitu kuman mycobacterium tuberculosis yang
paling banyak menyerang di daerah paru-paru. Keluarga mengatakan penyebab
TB paru adalah mycobacterium tuberculosis. Keluarga mengatakan penyebaran
TB adalah melalui percikan dahak atau bersin yang terhirup oleh orang lain.
Keluarga mengatakan tanda-tanda TB paru antara lain batuk yang tidak kunjung
sembuh selama lebih dari 3 minggu, nafsu makan dan berat badan menurun,
mudah lelah, serta nyeri dada dan sesak napas. Keluarga mengatakan bapak M
turun 5 kg saat batuk lebih dari 3 minggu, mengeluarkan dahak, meriang dan
sesak terutama di malam hari seperti tanda-tanda TB paru.

Universitas Indonesia
31

Keluarga mengatakan akibat dari TB jika tidak diobati adalah tidak dapat sembuh
dan dapat menularkan pada orang lain. Keluarga mengatakan bila putus obat
makan penyakit lebih susah sembuh dan waktu pengobatan menjadi lebih lama.
Keluarga mengatakan akan merawat bapak M dengan masalah TB paru dengan
mau mendengarkan informasi dari mahasiswa.

Keluarga mengatakan cara mencegah masalah TB paru, yaitu menutup hidung dan
mulut saat batuk dan bersin atau menggunakan masker, makan makanan bergizi,
tidak meludah atau membuang dahak sembarangan, dan buka jendela setiap pagi
agar sinar matahari masuk dengan bebas. Keluarga mengatakan cara perawatan
anggota keluarga dengan TB paru, yaitu pengobatan TB paru sampai tuntas
minimal 6 bulan dan melakukan senam pernapasan. Keluarga mengatakan akan
selalu mengingatkan bapak M untuk melakukan senam pernapasan setiap pagi
hari. Bapak M mengatakan setelah melakukan senam pernapasan badan terasa
lebih enak, napas seperti lebih panjang, dan sesak berkurang. Bapak M
mengatakan lebih sering mengulang 3 gerakan pertama senam pernapasan karena
lebih mudah dan dapat lebih lama waktunya dibanding melakukan gerakan
selanjutnya.

Keluarga menyebutkan cara memodifikasi lingkungan yang sesuai untuk


penderita TB paru, yaitu menjemur kasur seminggu sekali, mengurangi gantungan
baju, membuka pintu setiap pagi agar udara bisa bersirkulasi dengan baik, dan
tidak berganti-ganti alat makan dengan anggota keluarga yang lain serta
memisahkan alat makan tersendiri untuk anggota keluarga dengan TB paru.
Keluarga mengatakan manfaat tersedianya fasilitas kesehatan agar mendapatkan
perawatan secara langsung, memperoleh informasi tentang cara perawatan di
rumah, dan mendapatkan terapi pengobatan. Keluarga mengatakan fasilitas
kesehatan yang berada di sekitar tempat tinggal, yaitu puskesmas, rumah sakit
Tugu Ibu, dan klinik dokter. Keluarga mengatakan akan selalu membawa bapak
M untuk kontrol dan mengambil obat di klinik dokter.

Universitas Indonesia
32

3.2.4.2 Evaluasi objektif


Keluarga mampu menyebutkan definisi TB paru, menyebutkan penyebab TB
paru, menyebutkan cara penyebaran TB paru, menyebutkan 3 dari 6 tanda gejala
TB paru. Keluarga mampu mengidentifikasi anggota keluarga dengan masalah TB
paru. Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 akibat TB paru jika tidak diobati
dan 2 dari 4 akibat jika putus OAT. Keluarga mampu memutuskan untuk merawat
anggota keluarga dengan masalah TB paru dengan mengatakan mau merawat
anggota keluarga dengan masalah TB paru. Keluarga mampu menyebutkan 4 dari
6 cara mencegah TB paru dan 3 cara merawat anggota keluarga dengan TB paru.
Keluarga mampu me-redemonstrasikan 3 gerakan pertama senam pernapasan
tanpa bimbingan dari mahasiswa yang meningkat terus setiap kunjungan lama
waktunya, 4 gerakan selanjutnya dengan melihat poster, dan 3 gerakan terakhir
dengan bimbingan dari mahasiswa. Keluarga mampu menyusun waktu melakukan
senam pernapasan. Keluarga mampu menyebutkan cara memodifikasi lingkungan
untuk penderita TB paru. Keluarga mampu menyebutkan manfaat tersedianya
fasilitas kesehatan dan menyebutkan 3 fasilitas kesehatan yang ada di sekitar
tempat tinggal. Saat pemeriksaan fisik tanggal 10 Juni 2013, Bapak M tidak
tampak sesak dan lemas, RR 18 x/menit, terdengar ronchi +/+ lemah di kedua
basal paru. Tampak keluarga menempelkan poster senam pernapasan dirumahnya.
Bapak M melakukan senam pernapasan gerakan pertama selama 4 menit masing-
masing gerakan, diawali dengan kunjungan kedua 2 menit, kunjungan ketiga tiga
menit, dan kunjungan ke empat dan seterusnya selama 4 menit.

3.2.4.3 Analisa masalah


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan atau yang dilaporkan oleh keluarga,
maka perawat menganalisa tujuan yang telah ditetapkan perawat dari TUK 1
sampai TUK 5 telah tercapai. Masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan diri
pada Bapak M telah teratasi ditandai dengan keluarga mampu menjawab
pertanyaan yang diberikan mahasiswa saat melakukan evaluasi sumatif terkait
lima tugas kesehatan keluarga. Masalah TB paru Bapak M belum teratasi karena

Universitas Indonesia
33

saat dilakukan terminasi, Bapak M masih dalam pengobatan yang kurang lebih 2
minggu lagi ia masih harus jalani.

3.2.4.4 Planning
Perawat memotivasi keluarga untuk terus mendukung pengobatan OAT Bapak M
sampai selesai dan melakukan senam pernapasan setiap pagi hari. Perawat dan
keluarga berencana untuk mendiskusikan masalah kesiapan meningkatkan nutrisi
keluarga Bapak M. kesiapan meningkatkan nutrisi pada Bapak M bertujuan untuk
meningkatkan status nutrisi dan daya tahan tubuh.

3.2.4.5 Tingkat kemandirian keluarga


Tingkat kemandirian keluarga ditentukan oleh kemampuan keluarga dalam
melaksanakan tugas kesehatan keluarga, seperti mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang sakit, merawat
anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan
fasilitas kesehatan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 6x50 menit,
tingkat kemandirian keluarga Bapak M berada pada tingkat kemandirian III. Hal
ini ditunjukkan oleh data bahwa keluarga menerima petugas perawatan kesehatan
masyarakat, pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan, keluarga tahu dan mengungkapkan masalah kesehatan secara benar,
keluarga melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan, keluarga
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif, dan keluarga
melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.

Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISIS SITUASI

4.1 Profil Lahan Praktik


Depok adalah suatu kota di provinsi Jawa Barat, yang terletak di selatan kota
Jakarta dan merupakan perbatasan antara Jakarta-Bogor. Jumlah penduduk kota
Depok adalah 1.783.113 orang (Dinkes, 2011). Depok merupakan kota yang turut
menyumbang angka kasus TB paru di provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2012 di
kota Depok terdapat 1.980 orang yang diduga menderita TB (PPTI, 2012).
Puskesmas Cimanggis sebagai puskesmas percontohan di kota Depok,
membawahi 2 kelurahan yaitu kelurahan Cisalak Pasar dan Kelurahan Curug.
Puskesmas Cimanggis memiliki beberapa poli pelayanan, yang telah berdiri lama
dan berjalan dengan baik adalah poli TB. Poli TB berada di bawah pengawasan
program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. Poli TB melayani
pemeriksaan serta pengobatan pasien TB paru, baik kasus baru, putus obat, TB
anak, maupun pasien TB rujukan. Jumlah pasien suspect TB yang berobat ke
Puskesmas Cimanggis selama tahun 2012 sebanyak 587 pasien. Jumlah penderita
TB dari kelurahan Cisalak Pasar yang berobat di Puskesmas Cimanggis selama
tahun 2012 sampai bulan Mei 2013 terdapat 32 orang.

Puskesmas Cimanggis, khususnya Program TB, selama ini hanya melakukan


pengobatan secara langsung pada pasien TB yang berobat ke puskesmas. Apabila
diantara pasien TB yang berobat tidak datang mengambil obat dengan tepat
waktu, Pemegang Program TB akan menghubungi pasien tersebut. Perkesmas di
Puskesmas Cimanggis pun akan berkunjung pada keluarga dengan TB yang
berisiko, seperti TB dengan HIV/AIDS. Namun, puskesmas belum pernah
mengadakan lagi penyuluhan terkait TB di masyarakat wilayah binaannya,
terakhir tahun 2007.

Kelurahan Cisalak Pasar terdiri dari 8 RW. Jumlah penduduknya antara lain
17.873 jiwa, dimana penduduk berusia dewasa di kelurahan ini sebesar 3.343

34 Universitas Indonesia
35

jiwa. Penduduk terbanyak bertempat tinggal di RW 01. Warga dengan TB yang


berobat ke puskesmas dari RW 01 terdapat 10 orang. Hasil pelacakan kasus TB
paru baru atau suspect TB paru pada tanggal 16 Mei 2013 sampai tanggal 25 Mei
2013 ditemukan 20 warga RW 01 yang suspect TB paru. Hasil pemeriksaan BTA
yang dilakukan karena kerjasama lintas sektor antara Puskesmas Cimanggis
dengan kader RW 01, ditemukan 1 orang dengan hasil BTA 2+. Salah satu
keluarga yang memiliki masalah TB paru yang sedang menjalankan pengobatan 6
bulan ialah keluarga Bapak M, khususnya Bapak M (56 tahun).

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Teori Terkait


4.2.1 Analisis Masalah Terkait Konsep KKMP
Puskesmas Cimanggis merupakan puskesmas yang berada di tengah kepadatan
penduduk kota Depok yang membawahi kelurahan Cisalak Pasar dan Curug.
Puskesmas ini telah menjalankan tugas puskesmas pada wilayah perkotaan seperti
skrining kasus-kasus kesehatan terbaru karena letak kedua kelurahan tersebut
yang berada di antara kota Jakarta dan Bogor, visite keluarga pasien dengan
penyakit menular serius (HIV) untuk mengurangi risiko penyebaran, dan
menghubungi pasien TB yang tidak datang mengambil obat tepat waktu serta
mendatanginya jika pasien tersebut tidak kunjung datang ke puskesmas. Fokus
asuhan keperawatan masyarakat perkotaan adalah individu, keluarga, dan
komunitas. Hal ini belum diterapkan secara holistik oleh puskesmas Cimanggis.
Namun, puskesmas cukup baik dalam memberdayakan kader kesehatan di
kelurahan Cisalak Pasar, seperti memberikan pelatihan-pelatihan atau penyegaran
kader. Kerjasama antara kader dan puskesmas inilah yang dapat mencapai fokus
asuhan keperawatan masyarakat perkotaan di kelurahan Cisalak Pasar. Kerjasama
terbaru yang sudah berlaku di kecamatan Cimanggis adalah pemberian reward
kepada kader yang berhasil membawa pasien suspect TB dengan pemeriksaan
BTA +.

Kelurahan Cisalak Pasar telah menjadi salah satu tempat tujuan para imigran
dimana penduduk kelurahan Cisalak Pasar beraneka ragam suku, tetapi mayoritas

Universitas Indonesia
36

suku adalah suku Betawi. Lingkungan pemukiman di kelurahan Cisalak Pasar


sangat padat dimana setiap rumah hampir sudah tidak terdapat halaman, samping
kiri kanan sudah rumah lagi. Ventilasi rumah mayoritas hanya dari pintu depan
rumah saja karena tidak dapatnya membangun jendela di samping kiri dan kanan
bangunan rumah. Pemukiman padat juga meningkatkan tindakan kriminalitas,
oleh karenanya mayoritas rumah penduduk jendela depannya telah dipaku
sehingga tidak bisa dibuka dengan bebas dan pertukaran udara dalam rumah pun
berkurang. Kepadatan inilah yang menyebabkan penyebaran penyakit, terutama
yang melalui udara sangat cepat dan mudah menyebar. Kuman yang
penyebarannya melalui udara dapat dengan mudah berpindah dari satu orang ke
orang lainnya. Perkembangan kuman tersebut pun dapat didukung oleh keadaan
lingkungan rumah seperti kondisi di atas, lembab karena kurangnya sirkulasi
udara. Lingkungan Kelurahan Cisalak Pasar juga dikelilingi oleh pabrik-pabrik,
jalan besar, dan terdapat pasar yang merupakan sumber mata pencaharian utama
penduduk Cisalak Pasar. Keadaan lingkungan yang demikian ini merupakan
faktor risiko sehingga penduduk Cisalak Pasar termasuk ke dalam populasi
berisiko. Faktor pendidikan juga sangat mempengaruhi bagaimana penduduk di
wilayah tersebut berisiko tertular penyakit atau tidak. Berdasarkan hasil survey di
wilayah RW 01 kelurahan Cisalak Pasar mengenai pengetahuan warga tentang
penyakit TB paru, sebagian warga RW 01 memiliki pengetahuan yang rendah.
Begitu pula yang terjadi pada keluarga Bapak M di RT 01 RW 01 kelurahan
Cisalak Pasar.

4.2.2 Analisis Masalah Terkait Konsep TB Paru Pada Dewasa


Masalah tuberkulosis yang ditemukan oleh penulis di keluarga ialah masalah TB
paru pada Bapak M (56 tahun). Bapak M pernah mengalami TB paru dan putus
obat kemudian berulang, tetapi sekarang sedang dalam pengobatan 6 bulan. Bapak
M mengeluhkan mengalami semua tanda dan gejala dari TB paru.

Penyebab TB paru berulang salah satunya adalah tidak tuntas berobat atau putus
obat. Bapak M mengatakan ia putus obat karena merasa dirinya sudah sehat dan ia

Universitas Indonesia
37

mengaku sudah bosan meminum obat. Keluarga tidak mengetahui jika Bapak M
harus berobat sampai tuntas (6 bulan) saat itu. Keluarga mendukung hal tersebut
karena mengetahui kondisi Bapak M cukup membaik saat itu. Menurut Setyanto
dkk (2008, dalam Prassana, 2013) hal ini terjadi karena nilai sosial dan budaya
serta pengertian yang kurang mengenai TB dari pasien serta keluarganya tidak
menunjang keteraturan pasien untuk menelan obat. Hal ini sejalan dengan
pernyataan seorang narasumber di Warta Kota (23 Desember 2012), dukungan
keluarga sangat diperlukan saat seorang penderita TB merasa bosan untuk
meminum obat.

Pengetahuan yang kurang mengenai TB paru menyebabkan risiko penularan yang


tinggi. Pengetahuan mengenai lama pengobatan yang harus dijalani penderita TB
paru mengakibatkan tingginya angka kegagalan terapi OAT (Eriyanti, 2004).
Keluarga Bapak M mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit flek paru yang
dialami Bapak M. Keluarga tidak mengetahui jika pengobatan benar-benar harus
dituntaskan. Dalam hal ini, keluarga belum mengenal masalah TB paru sehingga
tidak terlalu disiplin pada Bapak M.

Faktor gaya hidup juga dapat menyebabkan putus obat dan TB berulang, salah
satunya adalah stres. Bapak M sudah tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan
tetap. Kesehariannya ia membantu istrinya berjualan yang merupakan penghasilan
utama keluarga. Keluarga yang tidak percaya dengan berobat di puskesmas karena
takut tidak cocok obatnya memutuskan untuk membawa Bapak M ke klinik
dokter. Setiap kali menebus obat Bapak M mengatakan harus mengeluarkan uang
Rp 100.000,00. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab Bapak M berhenti
berobat. Seperti halnya yang telah diungkapkan oleh Hateyaningsih (2009),
kerugian ekonomis terlihat ketika penderita TB paru harus mengeluarkan biaya
untuk pengobatan dan lain-lain.

Pemerintah sudah menerapkan pengobatan gratis untuk pasien TB di seluruh


Indonesia. Hal yang menyebabkan tidak maunya pasien TB berobat secara gratis

Universitas Indonesia
38

ke puskesmas adalah dewasa ini TB paru masih menjadi diskriminasi karena


masih beredarnya stigma bahwa TB adalah penyakit keturunan, kutukan, bahkan
tidak dapat disembuhkan. Bapak M tampak tidak mau mengakui bahwa dirinya
mengalami TB paru walaupun semua tanda dan gejala tersebut pernah dialami
olehnya. Bapak M mengatakan dirinya terkena flek paru. Peran perawat sebagai
edukator sangat diperlukan dalam hal ini. Keluarga perlu mendapatkan pendidikan
kesehatan mengenai TB paru.

4.3 Analisis Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait


Olahraga pernapasan dapat meningkatkan frekuensi pernapasan per menitnya. Hal
ini dikarenakan otot-otot pernapasan tambahan ikut bekerja. Oleh karena itu,
olahraga pernapasan sangat baik untuk penderita TB (Ahmad, 2013). Keluarga
belum termotivasi untuk melakukan perawtan untuk mengatasi masalah TB paru
pada Bapak M. Untuk itu, perawat komunitas berperan untuk membantu keluarga
mencegah dan mengurangi risiko terjadinya TB paru dengan mengajarkan senam
pernapasan.

Senam pernapasan merupakan latihan napas dalam yang dimodifikasi dengan


beberapa gerakan senam. Indikator keberhasilan senam pernapasan adalah
lamanya gerakan (Solihin, 2013) bukan banyaknya gerakan seperti senam pada
umumnya. Sama halnya dengan latihan napas dalam, senam pernapasan dapat
mencegah atelektasis. Penderita TB paru berisiko megalami obstruksi bronkus
akibat adanya sekret yang tertahan dan juga adanya pernapasan dangkal akibat
nyeri yang keduanya dapat menimbulkan terjadinya atelektasis. Hal ini dapat
dicegah dengan latihan napas dalam dan batuk efektif (Price, 2006).

Latihan napas dalam yang efektif dapat membuka pori-pori khon dan
meningkatkan ventilasi kolateral ke dalam alveolus yang megalami penyumbatan,
menngkatkan relaksasi otot, meningkatkan mekanisme batuk agar efektif, dan
memperbaiki kekuatan otot-otot pernapasan (Smeltzer, 2005). Latihan pernapasan
dapat dilakukan dalam berbagai posisi, hal inilah yang memunculkan senam

Universitas Indonesia
39

pernapasan. Latihan ini merupakan upaya untuk mencegah penularan TB paru


pada penderita TB. Senam pernapasan dapat mengurangi sesak yang dialami
Bapak M dan menjadi salah satu aktivitas fisik ringan yang dapat dilakukan di
waktu luang.

Senam pernapasan juga dapat menurunkan tingkat stres pada usia dewasa.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Arifin (2011) yang dilakukan pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan menggunakan skala stres,
terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok perlakuan antara sebelum
melakukan senam pernapasan dan setelah melakukan senam pernapasan, yaitu
tingkat stres setelah melakukan senam pernapasan menjadi lebih rendah. Bapak M
yang sudah tidak produktif sebagai tulang punggung keluarga yang sekarang
posisinya digantikan oleh istrinya tentu mengalami stres, ditambah dengan
diagnosa dokter yang menyatakan bahwa ia mengalami flek paru atau TB paru.
Senam pernapasan ini diharapkan dapat mengurangi stres yang dialami oleh
Bapak M.

Penelitian yang dilakukan oleh Baweanti (2010), pasien TB yang diberikan


intervensi senam pernapasan mengalami peningkatan maksimal aliran ekspirasi.
Seseorang yang melakukan latihan otot-otot pernapasan, fungsi ventilasi parunya
akan lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak melakukan latihan (Sahat, 2008).
Oleh karena itu, penulis mengajarkan keluarga Bapak M senam pernapasan secara
pertahap, mengingat efektifitas dari senam pernapasan adalah lamanya gerakan
bukan banyak gerakan. Bapak M menunjukkan peningkatan lamanya melakukan
senam pernapasan pada setiap kunjungan, diawali dengan melakukan senam
pernapasan selama dua menit hingga pada kunjungan terakhir Bapak M dapat
melakukan selama empat menit. Hal ini menunjukkan pengembangan paru Bapak
M semakin optimal. Pengajaran senam pernapasan secara bertahap lebih efektif
karena pasien dapat lebih mendalami gerakan sehingga setiap gerakan dapat
dilakukan dengan waktunya yang maksimal.

Universitas Indonesia
40

4.4 Alternatif Pemecahan


Intervensi yang dapat diberikan pada pasien TB selain senam pernapasan adalah
batuk efektif. Batuk efektif dapat meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi
dan mencegah efek samping dari retensi sekresi seperti atelektasis. Pasien TB
tidak harus mengeluarkan banyak tenaga untuk mengeluarkan sekret dengan batuk
efektif (Pranowo, 2009). Intervensi ini tidak diberikan pada keluarga Bapak M
karena penulis merasa senam pernapasan lebih efektif untuk meningkatkan
ekspansi paru dibanding batuk efektif yang lebih efisien dalam pengeluaran
dahak.

Dari intervensi-intervensi yang dapat dilakukan pada pasien TB diatas, dapat


disimpulkan senam pernapasan lebih efektif untuk mengurangi sesak dan
meningkatkan ekspansi paru. Senam pernapasan dilakukan secara bertahap.
Setelah diajarkan senam pernapasan secara bertahap pada Bapak M, keluhan sesak
yang semula dirasakan Bapak M berkurang dan RR 18 x/menit. Tindak lanjut
yang dapat dilakukan ialah terus memotivasi keluarga untuk selalu mengingatkan
Bapak M melakukan senam pernapasan setiap hari.

Rencana tindak lanjut agar Bapak M tidak mengalami TB kembali adalah dengan
meningkatkan status nutrisi dan aktivitas (senam pernapasan). Gerakan senam
yang dilakukan di pagi hari secara tidak langsung ikut membantu kuman TB
untuk tidak semakin berkembang. Hal ini didukung oleh adanya peningkatan daya
tahan tubuh, yaitu dengan meningkatkan nutrisi. Keluarga dimotivasi agar selalu
memberikan makanan yang terdiri atas sayur, buah, lauk pauk serta susu.

Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang banyak terjadi di masyarakat
perkotaan. Kejadian kasus TB selalu meningkat setiap tahunnya di dunia, bahkan
di kota Depok. Kasus TB di kota Depok tahun 2012 terdapat 1.980 orang yang
diduga menderita TB. Kasus TB di wilayah Cisalak Pasar sendiri terdapat 20
kasus. Peningkatan kasus TB ini dikarenakan oleh semakin padatnya pemukiman
di wilayah Cisalak Pasar. Hal ini jelas perlu diperhatikan khususnya oleh
kesehatan salah satunya perawat. Perawat komunitas mempunyai peranan penting
dalam mangatasi masalah TB di daerah perkotaan.

Peran perawat komunitas pada tulisan ini tergambar pada asuhan keperawatan
keluarga yang dilaksanakan oleh penulis pada keluarga Bapak M, khususnya
Bapak M. Bapak M mengalami tanda dan gejala TB pada awal tahun 2013. Bapak
M merupakan penderita TB berulang dimana pada tahun 2012 ia pernah mengidap
TB dan putus obat. Hal yang menjadi penyebab putusnya pengobatan TB pada
Bapak M adalah ketidaktahuan keluarga mengenai masalah TB dan cara
mencegah penularannya. Masalah yang muncul pada keluarga Bapak M adalah
ketidakefektifan manajemen kesehatan diri. Perawat komunitas memiliki
tanggung jawab untuk melakukan implementasi guna mengatasi masalah TB pada
anggota keluarga. Salah satu intervensi yang dilakukan penulis ialah mencegah
penularan TB pada penderita TB dengan senam pernapasan. Implementasi
dilakukan selama 6x50 menit. Hasil evaluasi dari implementasi yang telah
dilakukan masalah pada keluarga Bapak M teratasi.

Wilayah RW 01 merupakan wilayah yang padat penduduknya. Ventilasi setiap


rumah di wilayah ini berkurang karena letak rumah yang sangat berdekatan dan
jendela yang telah dipaku agar tidak terjadi tindak kriminalitas. Wilayah ini juga
dikelilingi oleh pabrik, jalan besar, dan pasar.

41 Universitas Indonesia
42

Masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada keluarga Bapak M


merupakan masalah yang aktual pada penderita TB. Hal ini disebabkan keluarga
Bapak M merupakan keluarga yang memiliki riwayat pernah mengalami TB paru
(berulang). Pengulangan ini dapat terjadi bila didukung oleh daya tahan tubuh
yang kurang adekuat ataupun fakttor risiko stres yang dialami oleh kebanyakn
agregat dewasa.

Upaya mencegah penularan TB pada penderita TB dengan senam pernapasan


sangatlah penting untuk mengatasi masalah TB paru. Berdasarkan hasil
pengkajian sebelum pemberian intervensi dengan setelah pemberian intervensi,
keluhan sesak yang dirasakan oleh Bapak M berkurang dan RR menjadi dalam
batas normal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Baweanti
(2010) dimana terjadi peningkatan maksimal aliran ekspirasi pada pasien TB yang
diberikan intervensi senam pernapasan. Oleh karena itu, senam pernapasan lebih
efektif untuk mengurangi sesak dan dapat meningkatkan ekspansi paru dibanding
dengan intervensi lainnya.

5.2 Saran
Penulisan ini diharapkan mampu menggambarkan asuhan keperawatan pada
keluarga Bapak M dengan masalah TB paru. Beberapa keterbatasan dalam
penulisan ini semoga dapat disempurnakan dan dilengkapi di kemudian hari.
Saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut.
5.2.1 Pelayanan
Penulisan ini diharapkan dapat menjadi dasar pemikiran bagi pihak puskesmas
untuk menciptakan lingkungan yang baik yang dapat mengurangi angka kejadian
TB paru. Pihak puskesmas diharapkan dapat melatih kader kesehatan untuk
melakukan senam pernapasan sehingga kader dapat mengadakan senam
pernapasan bersama.

Universitas Indonesia
43

Penulis mengharapkan penulisan ini dapat digunakan sebagai masukan untuk


tenaga kesehatan khususnya perawat dalam rangka meningkatkan upaya
menurunkan angka kejadian TB paru di perkotaan serta meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat perkotaan.

5.2.2 Pendidikan
Penulisan ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pendidikan untuk lebih
banyak mencoba menerapkan langsung praktik intervensi-intervensi yang dapat
diberikan pada pasien-pasien TB disamping pemberian teori di kelas. Penulis juga
berharap, pendidikan keperawatan dapat memberikan materi mengenai perkesmas
dan mengaplikasikannya langsung di lapangan dengan pembekalan-pembekalan
ilmu mengenai intervensi-intervensi sederhana yang dapat diaplikasikan oleh
masyarakat untuk menurunkan angka-angka risiko terjadinya masalah kesehatan
pada masyarakat perkotaan.

5.2.3 Riset
Diharapkan pengembangan ilmu keperawatan dapat menciptakan inovasi yang
dapat menurunkan angka kejadian TB maupun TB berulang. Inovasi tersebut
dapat diterapkan dalam pendidikan keperawatan. Inovasi yang diharapkan ialah
inovasi yang mudah dan murah, seperti deteksi penyakit TB paru melalui SMS
Gateway. Perpaduan intervensi seperti senam pernapasan dan manajemen diet
dapat dijadikan salah satu inovasi yang dapat dilakukan untuk riset selanjutnya
pada pasien TB.

Universitas Indonesia
Daftar Pustaka

Ayunah, Y. (2008). Hubungan antara faktor-faktor kualitas lingkungan fisik


rumah dengan kejadian TB paru BTA positif di Kecamatan Cilandak Kota
Administratif Jakarta Selatan tahun 2008. Universitas Indonesia, Depok.
Baweanti, E. S. (2010). Pengaruh senam peregangan otot pernafasan (respiratory
muscle stretching gymnastic/RMSG) terhadap peningkatan aliran ekspirasi
maksimum pada pasien tuberkulosis di RS Karang Tembok Surabaya.
Universitas Airlangga, Surabaya.
Clemen-Stone, S., Eigsti, D. G., and McGuire, S. L. (2002). Comprehensive
family and community health nursing. Michigan: McGraw-Hill.
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan keluarga: teori dan praktik. Jakarta: EGC.
Hateyaningsih, E. (2009). Pengaruh makanan tambahan terhadap konversi dahak
pada penderita tuberkulosis di Puskesmas Jagakarsa, Jakarta Selatan tahun
2008-2009. Universitas Indonesia, Depok.
Hideko Minoguchi, et all. (2002). Cross-over comparison between respiratory
muscle stretch gymnastics and inspiratory muscle training. Internal
Medicine, 41(10), 805-812
Jaji. (2012). Peran keperawatan komunitas dalam peningkatan derajat kesehatan
masyarakat menuju MDGs 2015. Universitas Sriwijaya, Palembang.
Mustofa, S. M. (2012). Tingkat kepedulian masyarakat terhadap penderita
tuberkulosis di Desa Ngadirejo, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun
tahun 2012. Universitas Indonesia, Depok.
Nichols, D. J., et all. (1986). The hell creek formation and the cretaceous-tertiary
boundary in the Northern Great Plains. Geological Society of America.
Nugroho, S. (2007). Senam pernapasan menurut sudut pandang ilmu faal
olahraga. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Potter, P.A. Perry, A.G. (2005). Fundamental nursing : Concepts, process, and
practice. Sixth edition. St. Louis : Mosby Year Book.
Pranowo, C. W. (2009). Efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk
penemuan BTA pada pasien TB paru di ruang rawat inap Rumah Sakit
Mardi Rahayu Kudus.
44 Universitas Indonesia
45

Prassana, R. (2013). Hubungan peran pengawas menelan obat (PMO) terhadap


kepatuhan minum obat TB paru. Jurnal penelitian kesehatan.
Price, Sylvia A.,Wilson & Lorraine M. (2006). Patofisiologi. Volume 1. Jakarta:
EGC.
Sahat, C. S. (2008). Pengaruh senam asma terhadap peningkatan kekuatan otot
pernapasan dan fungsi paru pasien asma di Perkumpulan Senam Asma RSU
Tangerang. Universitas Indonesia, Depok.
Setiawan, B. (2010). Efikasi suplemen mikronutrien sebagai terapi adjuvan pada
penderita tuberkulosis aktif. Univesitas Wijaya Kusuma, Surabaya.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. (2002). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah : Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC.
Solihin, J. R. (2013, Mei). Mengenal gangguan pernapasan dan perawatannya
pada pasien TB. Dipresentasikan pada Penyuluhan Kesehatan Tuberkulosis,
Depok.
Srinivasan, S., O’Fallon, L. R., Dearry, A. (2003). Built environment and health.
American Journal of Public Health, 93(9)
Surya, A., dkk. (2011). Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. Jakarta:
Kemenkes.
WHO. (2012). Global tuberkulosis report. France: WHO.
Yamada et all. (1996). Clinical effects of four weeks of respiratory muscle stretch
gymnastics in patients with chronic obstructive pulmonary disease. Journal
of Health, 34(6), 646-52

Universitas Indonesia
LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA
KEPERAWATAN KELUARGA

Diantika Prameswara
0806333783

DATA PENGKAJIAN LENGKAP

1. Data Umum
1. Nama KK: Bapak M
2. Alamat dan Telepon: RT/RW 01/01, Kel. Cisalak Pasar, Kec. Cimanggis
3. Komposisi keluarga:
No Nama Hubungan TTL/Umur Pekerjaan Pendidikan
. dengan KK
1. Bapak M KK (Suami) 56 tahun Tidak Tidak tamat
bekerja SD
2. Ibu S Istri 50 tahun Pedagang Tidak
nasi uduk sekolah

Genogram

B 56 50
Bapak M (TB) ibu S

30 27 24
Anak W Anak P Anak E

Keterangan:
: Perempuan

: Laki-laki

Faculty of Nursing Universitas Indonesia 1


LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA
KEPERAWATAN KELUARGA

Diantika Prameswara
0806333783

: Entry point
: Meninggal

: Keturunan

: Tinggal dalam 1 rumah

4. Tipe Keluarga
Keluarga Bapak M merupakan keluarga usila yang terdiri dari Bapak M (56
tahun) dan Ibu S (50 tahun), serta anak W (30 tahun), anak P (27 tahun), dan anak E
(24 tahun) dimana semua anak-anak Bapak M sudah menikah dan tinggal terpisah
dengan Bapak M dan ibu S.

5. Budaya
Keluarga Bapak M dan Ibu S merupakan suku Betawi. Keluarga Bapak M
masih mempercayai hal-hal mistik seperti berobat ke orang pintar. Dalam kehidupan
sehari-hari, keluarga menggunakan bahasa Indonesia.

6. Agama
Agama yang dianut oleh seluruh anggota keluarga Bapak M adalah Islam.
Dalam kehidupan sehari-hari, Ibu S merupakan umat Islam yang taat melaksanakan
ibadah sholat 5 waktu. Walau terkadang waktu untuk sholat telat beberapa menit
dikarenakan sibuk berjualan. Saat ditanya ketaatan Bapak M dalam melaksanakan
sholat 5 waktu, Ibu S mengatakan bahwa Bapak M taat sholat. Saat ditanyakan
apakah keluarga sering sholat bersama, Ibu S mengatakan jarang sekali karena
kesibukan Ibu S berjualan. Bapak M dan Ibu S kadang-kadang mengikuti kegiatan
pengajian yang dilakukan di RT 01/RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar yang diadakan
setiap satu minggu sekali.

Faculty of Nursing Universitas Indonesia 2


LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA
KEPERAWATAN KELUARGA

Diantika Prameswara
0806333783

7. Kelas sosial & status ekonomi


Keluarga Bapak M merupakan keluarga dengan status ekonomi menengah ke
bawah dengan penghasilan keluarga kurang lebih Rp. 1.000.000,00/bulan. Bapak M
sehari-hari membantu istrinya berjualan nasi uduk. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
diperoleh dari hasil jualan istrinya tersebut. Saat ditanyakan apakah kebutuhan-
kebutuhan sehari-hari sudah terpenuhi, Ibu S mengatakan bahwa dengan penghasilan
yang diperoleh kadang-kadang sulit untuk membiayai rumah tangganya, tetapi Ibu S
selalu berusaha mangada-adakan. Sedangkan untuk makan, Ibu S merasa bahwa ia
masih dapat mencukupi kebutuhan makanan keluarganya.
Alat-alat elektronik yang dimiliki oleh keluarga Bapak M adalah TV, kulkas, ,
dan setrika. Sedangkan untuk kendaraan, keluarga Bapak M tidak memiliki
kendaraan. Keluarga Bapak M makan 3 kali sehari.

8. Aktivitas rekreasi keluarga


Aktivitas rekreasi keluarga yang paling sering dilakukan adalah menonton TV.
Keluarga Bapak M jarang jalan-jalan atau rekreasi. Ibu S mengatakan jarang ke mall
atau tempat rekreasi karena mall ataupun tempat rekreasi letaknya jauh dari rumah
dan keluarga Bapak M tidak memiliki kendaraan. Namun kadang-kadang keluarga
Bapak M pergi berekreasi. Waktu untuk rekreasi keluarga biasanya dilakukan saat
hari-hari besar saja.

II. Riwayat dan Tugas Perkembangan Keluarga


a. Tugas perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Bapak M adalah keluarga dengan dewasa. Tugas
perkembangan keluarga dengan dewasa pada keluarga Bapak M semua sudah
terpenuhi.

b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tidak ada

Faculty of Nursing Universitas Indonesia 3


LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA
KEPERAWATAN KELUARGA

Diantika Prameswara
0806333783

c. Riwayat keluarga inti


Bapak M dan Ibu S telah menikah kurang lebih selama 40 tahun. Sejak awal
pernikahan Bapak M dan Ibu S memtuskan untuk hidup mandiri (terpisah dari
orangtua). Riwayat keluarga Bapak M yakni, keluarga mengatakan Bapak M pernah
menderita flek paru pada pertengahan tahun 2012 dan telah menjalakan pengobatan
OAT selama 3 bulan. Keluarga mengatakan Bapak M memutuskan untuk tidak
melanjutkan pengobatannya karena ia sudah merasa lebih enak badannya dan keluhan
saat didiagnosa flek paru sudah tidak ia rasakan lagi. Keluarga mengatakan Bapak M
pernah merokok kurang lebih selama 20 tahun. Bapak M memutuskan untuk berhenti
merokok sejak didiagnosa flek paru di tahun 2012. Awal tahun 2013, keluarga
mengatakan Bapak M mengalami batuk lebih dari 3 minggu, keluar darah saat batuk,
batuk sampai sesak terutama di malam hari. Keluarga mengatakan Bapak M juga
mengalami penurunan berat badan sebesar 5 kg. Bapak M mengatakan ia berobat ke
klinik dokter, dilakukan pemeriksaan BTA yang hasilnya negatif. Namun saat
dilakukan foto rontgen thorax, kesan TB paru duplex aktif.

d. Riwayat keluarga sebelumnya


Orangtua dari Bapak M dan Ibu S tidak memiliki keluhan kesehatan. Saat
ditanya keadaan kesehatan keluarga besar, Ibu S mengatakan bahwa orang tua dari
Bapak M meninggal tanpa tahu penyebab penyakitnya. Saat orang tua Bapak M
meninggal, Bapak M masih kecil dan tidak mengerti apa-apa. Sedangkan menurut Ibu
S, orang tua Ibu S meninggal karena sudah tua.
Keluarga mengatakan saudara kandung Bapak M pernah dirawat di RS Pasar
Rebo karena TB selama seminggu. Keluarga mengatakan saat itu yang menemaninya
adalah Bapak M.

Faculty of Nursing Universitas Indonesia 4


LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA
KEPERAWATAN KELUARGA

Diantika Prameswara
0806333783

III. Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Rumah yang ditinggali keluarga Bapak M adalah rumah tetap yang saling
berhimpitan satu sama lain. Rumah tersebut berukuran 8 meter x 3 meter. Desain
panjang ke belakang sehingga desain interior rumah terbagi menjadi 3 ruangan, yang
paling depan adalah ruang tamu, ruang kedua adalah kamar tidur dan ruang
menonton TV keluarga Bapak M, dan ruang ketiga adalah dapur dan kamar mandi,
dan di bagian luar rumah ada tempat mencuci piring dan mencuci pakaian. Pada
bagian depan rumah terdapat jendela dan pintu dan di bagian belakang rumah
terdapat pintu. Lantai rumah terbuat dari keramik berwarna putih dan terdapat
jendela berukuran 1,2 meter x 1,1 meter di samping pintu masuk.
Warna dinding rumah adalah putih. Kondisi perabotan rumah tertata dengan
rapi, dan hanya memiliki satu jendela, yaitu jendela di dekat ruang tamu. Ibu S
mengatakan jendela sudah dipaku mati sehingga tidak pernah dibuka. Pintu rumah
selalu tertutup jika Bapak M dan Ibu S berjualan di warung.
Kondisi ruang tamu kosong dan tidak terdapat kursi atau barang apapun.
Ruangan kedua terdapat 1 buah kasur yang besar, 1 buah televisi, dan 1 buah lemari.
Ruangan ketiga terbagi menjadi dua bagian yaitu dapur dan kamar mandi (toilet)
yang terdiri dari bak mandi dan WC. Sumber air untuk minum dan mandi dan
keperluan lainnya menggunakan air sumur. Air tersebut bening, bersih, dan tidak
berbau. Jarak WC dan septic tank sekitar 20 m dengan sumber air. Saluran
pembuangan air adalah selokan yang mengalir di belakang rumah. Tempat
pembuangan sampah adalah tong sampah di depan rumah. Sampah tersebut di ambil
petugas kebersihan sekali seminggu.
Keluarga Bapak M menggunakan gas elpiji untuk memasak. Toilet tampak
bersih dengan penataan sabun, odol, dan sikat gigi rapi. Pencahayaan di toilet cukup
namun untuk penerangan di malam hari dibutuhkan lampu. Ruang terakhir dibatasi
oleh pintu keluar menuju bagian luar di belakang rumah. Rumah Bapak M tidak
memiliki teras. Di depan rumah adalah jalan setapak.

Faculty of Nursing Universitas Indonesia 5


LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA
KEPERAWATAN KELUARGA

Diantika Prameswara
0806333783

DENAH rumah Bapak M :


Tampak belakang

kamar
Kamar PINTU
Mandi
8 meter
Dapur
Pintu
Ruang Kamar Ruang nonton

Ruang Tamu

Jendela Kaca
PINTU

3 meter
Tampak Depan

b. Karakteristik tetangga dan komunitas


Karakteristik tetangga keluarga Bapak M sebagian besar adalah saudara
keluarga Bapak M dan Ibu S. Jarak antar rumah di daerah tempat tinggal keluarga
Bapak M saling berdekatan satu sama lain. Jalan menuju rumah keluarga Bapak M
masih berbatu-batu dan belum diaspal. Di sekitar rumah Bapak M banyak terdapat
empang atau kolam ikan. Letak rumah keluarga Bapak M tidak berada di dekat jalan
utama sehingga harus memasuki gang setapak yang masih bisa dilalui oleh motor.
Rumah keluarga Bapak M tidak memiliki pekarangan rumah, namun setiap rumah di

Faculty of Nursing Universitas Indonesia 6


LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA
KEPERAWATAN KELUARGA

Diantika Prameswara
0806333783

sekitar tempat tinggal keluarga Bapak M memiliki pekarangan/halaman yang luas dan
kosong, digunakan sebagai tempat jemuran dan tempat bermain.
Rata-rata kondisi ekonomi tetangga keluarga Bapak M adalah menengah ke
bawah dengan karakteristik suami yang bekerja dan istri sebagai Ibu Sumah Tangga
(IRT). Adapun tetangga yang kondisi ekonominya menengah keatas hanya beberapa
keluarga saja. Mata pencaharian tetangga keluarga Bapak M bervariasi. Tetapi ada
juga beberapa keluarga yang mata pencahariannya tidak menetap bahkan ada yang
pengangguran.

c. Mobilitas geografis keluarga


Saat ini, keluarga Bapak M tinggal dalam rumah tetap. Ditempati sudah lebih
kurang 30 tahun di RT 01/RW 01, Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis,
Depok. Sebelumnya keluarga Bapak M tinggal di Mekarsari, mengikuti saudara
Bapak M. Keluarga Bapak M menggunakan motor atau jasa transportasi umum
(angkot) jika berpergian jauh dari rumah seperti ke pasar atau tempat lainnya. Namun
motor yang digunakan Bapak M adalah motor pinjaman dari menantu Bapak M. Jika
salah satu anggota keluarga sakit, keluarga Bapak M akan pergi ke Dokter Klinik di
Mekarsari.

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Anggota keluarga Bapak M kadang-kadang mengikuti kegiatan
kemasyarakatan di daerah setempat RT 01 seperti arisan bapak-bapak. Ibu S
mengatakan bahwa waktu berinteraksi dengan tetangganya seringnya pada pagi dan
sore hari di depan rumah. Ibu S sendiri terlibat dalam kegiatan arisan di masyarakat
RT 01 dan pengajian. Ibu S mengatakan bahwa ia cukup dekat dengan tetangga-
tetangganya dan sudah mengenal hampir semua tetangga di sekitar rumahnya.

e. Jaringan/social support keluarga


Keluarga Bapak M merupakan keluarga yang mandiri, hal itu disampaikan
oleh Ibu S. Segala kebutuhan keluarga Bapak M semaksimal mungkin diusahakan

Faculty of Nursing Universitas Indonesia 7


LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA
KEPERAWATAN KELUARGA

Diantika Prameswara
0806333783

sendiri tanpa meminta bantuan dari keluarga lain. Akan tetapi, jika ada kebutuhan
yang benar-benar mendadak, Ibu S biasanya meminta bantuan biaya dari kakak-
kakaknya.

IV. Struktur keluarga


a. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi keluarga Bapak M termasuk komunikasi secara terbuka. Pada
saat terjadi konflik atau masalah dalam keluarga baik antara orangtua dengan anak,
atau anak dengan anak bahkan suami istri, masalah diselesaikan secara musyawarah
antara suami dan istri, anak, dan orangtua. Masalah apapun yang terjadi dirumah
selalu dikomunikasikan Ibu S dengan Bapak M.

b. Struktur kekuatan keluarga


Pembuat keputusan dalam keluarga Bapak M adalah Ibu S. Akan tetapi
keputusan yang diambil adalah hasil diskusi antara Bapak M dan Ibu S misalnya ada
anggota keluarga yang sakit maka hal itu akan disampaikan oleh Ibu S kepada Bapak
M untuk dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas,
Bidan maupun pengobatan tradisional.

c. Struktur peran
Bapak M : Ayah dan suami. Ia berperan sebagai kepala keluarga. Bapak M
juga membantu Ibu S mengurus rumah tangga. Peran ini diterima oleh setiap anggota
keluarga dengan baik. Dalam hal perawatan dan mengasuh anak, Bapak M dan Ibu S
menerapkan prinsip kerjasama.
Ibu S : Ibu dan istri. Ia berperan sebagai Ibu Sumah tangga dan pencari nafkah
dalam keluarga. Pekerjaan sehari-harinya yaitu berjualan dan memasak.

Faculty of Nursing Universitas Indonesia 8


LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA
KEPERAWATAN KELUARGA

Diantika Prameswara
0806333783

d. Nilai dan norma


Nilai-nilai yang dianut oleh keluarga Bapak M diadopsi dari pola asuh
orangtua Bapak M dan Ibu S. Keyakinan agama yang dianut adalah Islam dimana
keluarga menjalankan ibadah sholat lima waktu dan puasa dibulan Ramadhan.
Keluarga mulai menanamkan pendidikan agama semenjak kecil untuk anaknya. Nilai
keluarga terkait pola pengasuhan anak masih sering mengikuti petuah dari orang tua.
Ibu S mengatakan anak-anaknya diajarkan untuk menghormati orang yang lebih tua
dan patuh terhadap nasehat.

V. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif keluarga (kedekatan, penghargaan, ikatan dan pengenalan)
Ibu S mengatakan bahwa setiap anggota keluarga di dalam rumah sudah dekat
dan saling menyayangi. Bapak M dan Ibu S saling mengenali karakter dan kebiasaan
setiap anggota keluarga.

b. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi antar anggota keluarga terlaksana dengan baik dan hubungan antar
anggota keluarga dengan tetangga juga baik.

c. Fungsi perawatan kesehatan


Keluarga Bapak M merupakan keluarga yang cukup memperhatikan masalah
kesehatan. Saat ini Bapak M sedang menjalankan pengobatan OAT kembali yang
akan berakhir awal bulan Juli 2013. Keluarga mengatakan Bapak M ingin benar-benar
sembuh dari plek paru yang sekarang dna akan benar-benar berobat sampai tuntas.
Saat dilakukan auskultasi pada Bapak M terdengar ronchi pada kedua lapang paru,
tampak sesak dengan RR 20x/menit, tidak tampak batuk dan mengatakan tidak batuk
lagi.
Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit plek paru yang
dialami Bapak M. Keluarga mengaku sudah membawa Bapak M ke klinik dokter dan
akan mengobati Bapak M sampai sembuh. keluarga mengatakan Bapak M sudah

Faculty of Nursing Universitas Indonesia 9


LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA
KEPERAWATAN KELUARGA

Diantika Prameswara
0806333783

mengalami peningkatan berat badan sejak memulai pengobatan kembali. Nafsu


makan Bapak M meningkat dan Bapak M makan 3-4 kali sehari. Keluarga
mengatakan ingin mengetahui cara meningkatkan nutrisi Bapak M

d. Fungsi reproduksi
Bapak M dan Ibu S memiliki tiga orang anak dalam keluarganya.

VI. Stres dan koping keluarga


a. Stressor jangka pendek
Keadaan Bapak M yang sedang menderita TB paru.

b. Stressor jangka panjang


Ibu S mengatakan bahwa hal yang menjadi stressor jangka panjang adalah
kondisi ekonomi keluarga.

c. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah


Keluarga Bapak M khususnya Ibu S sudah seoptimal mungkin untuk merawat
Bapak M yang sakit TB paru. Adapun usaha yang dilakukan adalah pengaturan pola
makan, membiayai pengobatan dan mendukung Bapak M untuk terus bersosialisasi di
masyarakat.

d. Strategi koping fungsional


Keluarga memiliki koping yang baik dalam menyelesaikan masalah yang ada
dalam keluarga, termasuk dalam masalah kesehatan anggota keluarga. Keluarga
berusaha seoptimal mungkin dengan segala sumber yang ada dalam keluarga
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan keluarga.

e. Strategi adaptasi disfungsional


Tidak ada adaptasi disfungsional yang terdapat dikeluarga Bapak M. Semua
yang terjadi merupakan hasil dari pengalaman yang bersifat rasional.

Faculty of Nursing Universitas Indonesia 10


LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA
KEPERAWATAN KELUARGA

Diantika Prameswara
0806333783

VII. Harapan Keluarga


Keluarga berharap dengan kedatangan mahasiswa berkunjung ke rumah Bapak M
adalah keluarga dapat mengetahui status kesehatan keluarga mereka khususnya
menangani masalah TB paru pada Bapak M. Keluarga dan mahasiswa bersama-sama
dapat melakukan perawatan sederhana bagi anggota keluarga yang sakit.

VIII. Pemeriksaan Fisik


Bapak M
No Pemeriksaan Hasil
1. Tanda Vital: TD: 110/70 mmHg; Nadi: 84 x/mnt
RR: 20 x/mnt Suhu: 36,5 0 C
2. TB 160 cm IMT = 23,44 (Normal)
3. BB 60 kg
4. Kepala Rambut terdistribusi secara merata, kulit kepala bersih, benjolan
(-), lesi (-), sakit kepala (-)
5. Mata Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
6. Telinga Simetris, nyeri (-), pembengkakan (-), pengeluaran cairan (-),
serumen (-), berdengung (-)
7. Hidung Mukosa lembab, pengeluaran cairan atau lendir (-
),pembengkakan (-)
8. Mulut & gigi Mukosa lembab, mulut dan gigi bersih, karies gigi (-), kesulitan
menelan (-)
9. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB
10. Dada/thorak Dada simetris, ronchi +/+, wheezing -/-, BJ I & II normal, mur-
mur (-), gallop (-), sesak (+)
11. Abdomen Datar, lemas, BU (+), nyeri tekan (-), nyeri ulu hati (-)
12. Ekstremitas Edema (-), refleks patela ++/++, rentang gerak sempurna,
kekuatan otot: 5555 5555
5555 5555
13. Kulit Warna sawo matang, lesi (-), integritas kulit utuh, turgor kulit
elastis, lembab

Faculty of Nursing Universitas Indonesia 11


LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA
KEPERAWATAN KELUARGA

Diantika Prameswara
0806333783

Ibu S
No. Pemeriksaan Hasil
1. Tanda Vital: TD: 140/80 mmHg; Nadi: 88 x/mnt
RR: 16 x/mnt Suhu: 36,7 0 C
2. TB 146 cm IMT = 23,45 (Normal)
3. BB 55 kg
4. Kepala Rambut terdistribusi secara merata, kulit kepala bersih, benjolan
(-), lesi (-), sakit kepala (-)
5. Mata Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
6. Telinga Simetris, nyeri (-), pembengkakan (-), pengeluaran cairan (-),
serumen (-), berdengung (-)
7. Hidung Mukosa lembab, tidak ada pengeluaran cairan atau lendir, tidak
ada pembengkakan
8. Mulut & gigi Mukosa lembab, mulut dan gigi bersih, karies gigi (-), kesulitan
menelan (-)
9. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB
10. Dada/thorak Dada simetris, ronchi -/-, wheezing -/-, BJ I & II normal, mur-
mur (-), gallop (-), sesak (-)
11. Abdomen Datar, lemas, BU (+), nyeri tekan (-), nyeri ulu hati (-)
12. Ekstremitas Edema (-), refleks patela ++/++, rentang gerak sempurna,
kekuatan otot:
5555 5555
5555 5555
13. Kulit Warna putih, lesi (-), integritas kulit utuh, turgor kulit elastis,
lembab

Faculty of Nursing Universitas Indonesia 12


LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA
KEPERAWATAN KELUARGA

Diantika Prameswara
0806333783

ANALISA DATA
No. Data Masalah Keperawatan
1. Data Subjektif
 Pernah menjalankan pengobatan OAT Ketidakefektifan manajemen kesehatan
selama 3 bulan pada tahun 2012 diri pada Bapak M

 Keluarga mengatakan bpk. M jarang


melakukan aktivitas olahraga

 Bpk. M mengatakan ingin benar-benar


sembuh dari flek paru dan akan berobat
sampai tuntas

Data Objektif
 RR 20x/menit

 Tampak sesak

 Tampak lemas

 Pengobatan saat ini: pyrazinamide 500mg


1x1 tab/hari, rifampisin 450mg 1x1
tab/hari, INH 300mg 1x1½ tab/hari

2. Data Subjektif Kesiapan meningkatkan nutrisi pada


 Keluarga mengatakan Bapak M sudah Bapak M
mengalami peningkatan berat badan
sejak memulai pengobatan kembali.
 Nafsu makan Bapak M meningkat dan
Bapak M makan 3-4 kali sehari.
 Keluarga mengatakan ingin mengetahui
cara meningkatkan nutrisi Bapak M.

Data Objektif
BB Bapak M: 60 Kg
TB: 160 cm
 Bapak M tidak terlihat kurus
 Berdasarkan penghitungan IMT, Bapak
M tergolong normal

Faculty of Nursing Universitas Indonesia 13


LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA
KEPERAWATAN KELUARGA

Diantika Prameswara
0806333783

SCORING/PEMBENARAN

1. Diagnosa keperawatan :
Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Bapak M
Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
Sifat masalah : Saat kunjungan Bapak M tampak terlihat
ancaman sesak, RR 20 x/menit, tampak sesak dan
kesejahteraan/ 3 1 3/3 x 1= 1 lemas
aktual Keluarga mengatakan Bapak M pernah
menderita flek paru dan putus obat.
Kemungkinan Ada motivasi dari keluarga untuk mencari
masalah dapat tahu. Di sekitar rumah keluarga pun terdapat
1 2 ½ x 2= 1
diubah : fasilitas pelayanan kesehatan
sebagian (Posyandu,praktek dokter dan & Puskesmas).
Potensial Masalah yang terjadi tidak sampai membuat
masalah untuk 3 1 3/3 x 1= 1 aktivitas Bapak M terganggu.
dicegah : tinggi
Menonjolnya Keluarga mengatakan bahwa masalah pada
masalah : Bapak M merupakan masalah yang serius
masalah berat 2 1 2/2 x 1= 1 sehingga harus segera diatasi karena dapat
harus segera menimbulkan berbagai penyakit lain.
ditangani
TOTAL 4(24/6)

2. Diagnosa keperawatan :
Kesiapan meningkatkan nutrisi pada Bapak M

Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


Sifat masalah : 1/3 x 1= Ibu S ingin mengetahui cara meningkatkan
1 1
potensial 1/3 nutrisi Bapak M
Kemungkinan Keluarga mengatakan Bapak M sudah
masalah dapat 2 2 2/2 x 2= 1 mengalami peningkatan BB sejak memulai
diubah : mudah pengobatan kembali
Potensial masalah Ibu S hanya ingin mengetahui apakah
1/3 x 1=
untuk dicegah : 1 1 nutisi Bapak M sudah ssuai atau tidak
1/3
Rendah
Menonjolnya Ibu S mengatakan tidak perlu segera
masalah : tidak 1 1 1/2 x 1= ½ ditangani karena makan Bapak M 3-4 kali
perlu segera sehari

Faculty of Nursing Universitas Indonesia 14


LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA
KEPERAWATAN KELUARGA

Diantika Prameswara
0806333783

ditangani
TOTAL 17/6

Penghitungan skor:
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Bapak M : 24/6
2. Kesiapan meningkatkan nutiri pada Bapak M: 17/6

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Bapak M : 24/6
2. Kesiapan meningkatkan nutiri pada Bapak M: 17/6

Faculty of Nursing Universitas Indonesia 15


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
No Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Intervensi
Keperawatan
Jangka Jangka Pendek Kriteria Standar
Panjang
1 Ketidakefektif Setelah Setelah dilakukan
an manajemen dilakukan pertemuan sebanyak kali
kesehatan diri pertemuan 3x50 menit, keluarga:
pada bpk. M sebanyak 3
kali 1. Mampu mengenal
kunjungan, masalah TBC, dengan:
manajemen
kesehatan diri Menyebutkan arti Respon Keluarga mampu 1.1.1. Dengan menggunakan lembar balik
pada bpk. M pengertian TBC verbal menyebutkan jelaskan pada keluarga tentang arti
kembali efektif pengertian TBC TBC, yaitu: salah satu penyakit
dan adekuat adalah salah satu menular yang disebabkan oleh kuman
penyakit menular yang paling banyak menyerang di
yang disebabkan oleh daerah paru-paru
kuman yaitu kuman 1.1.2. Evaluasi penjelasan yang telah
mycobacterium diberikan.
tuberculosis yang 1.1.3. Berikan kesempatan kepada keluarga
paling banyak untuk bertanya tentang materi yang
menyerang di daerah disampaikan
paru-paru 1.1.4. Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
1.1.5. Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
1.1.6. Beri reinforcement positif atas jawaban
yang tepat.
Menyebutkan penyebab Respon Keluarga mampu 5.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang
TBC. verbal menyebutkan diketahui keluarga mengenai penyebab
penyebab TBC adalah timbulnya masalah TBCpada bpk. M
kuman 5.2.2 Berikan pujian kepada keluarga
mycobacterium tentang pemahaman keluarga yang
tuberculosis benar.
5.2.3 Berikan informasi kepada keluarga
tentang penyebab TBC dengan
menggunakan lembar balik, yaitu
kuman mycobacterium tuberculosis
5.2.4 Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
5.2.5 Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
5.2.6 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga

Menyebutkan Respon Keluarga mampu 1.3.1 diskusikan bersama keluarga


penyebaran penyakit verbal menyebutkan bagaiamana penyebaran TBC
TBC penyebaran TBC yaitu 1.3.2 berikan informasi penyebaran TBC
melalui percikan dengan menggunakan lembar balik
dahak/bersin yang yaitu lewat percikan dahak/bersin
terhirup oleh orang 1.3.3 Berikan kesempatan kepada keluarga
lain untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
1.3.4 Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
1.3.5 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga
Menyebutkan tanda- Respon Minimal 3 dari 6 1.4.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang
tanda awal gejala TBC. verbal tanda-tanda TBC : diketahui keluarga mengenai tanda
- Batuk yang tidak dan gejala TBC
kunjung sembuh 1.4.2 Berikan pujian kepada keluarga
selama lebih dari 3 tentang pemahaman keluarga
minggu mengenai tanda yang benar
- Demam/meriang 1.4.3 Berikan informasi kepada keluarga
lebih dari sebulan mengenai tanda gejala TBC dengan
- Nafsu dan BB menggunakan media lembar balik
menurun 1.4.4 Berikan kesempatan kepada keluarga
- Mudah lelah untuk bertanya tentang materi yang
- Nyeri dada dan disampaikan
Sesak nafas 1.4.5 Berikan penjelasan ulang terhadap
- Batuk berdahak materi yang belum dimengerti
disertai darah 1.4.6 Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
1.4.7 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga

Mengidentifikasi Respon Keluarga mengatakan 1.5.1 Tanyakan kepada keluarga, adakah


anggota keluarga yang afektif bpk. M menderita anggota keluarga yang mempunyai
menderita TBC penyakit TBC. tanda dan gejala TBC
1.5.2 Bantu keluarga jika kesulitan
mengidentifikasi
1.5.3 Berikan reinforcement positif atas apa
yang telah dikemukan keluarga yang
tepat dan benar

.
2. Mampu mengambil
keputusan dalam
merawat anggota
keluarga dengan
masalah kesehatan
TBC, dengan:

Menyebutkan akibat Respon Keluarga mampu 2.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa
TBC jika tidak diobati verbal menyebutkan minimal yang diketahui keluarga mengenai
2 dari 3 akibat TBC akibat TBC jika tidak diobati
jika tidak diobati: 2.1.2 Berikan pujian kepada keluarga
- kematian tentang pemahaman akibat yang
- tidak dapat benar
sembuh 2.1.3 Berikan informasi kepada keluarga
- menular pada mengenai akibat TBC jika tidak
orang lain diobati dengan menggunakan media
lembar balik
2.1.4 Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
2.1.5 Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
2.1.6 Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
2.1.7 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga

Menyebutkan akibat Respon Keluarga mampu 2.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa
TBC jika putus obat verbal. menyebutkan minimal yang diketahui keluarga mengenai
antituberculosis 2 dari 4 akbiat putus akibat TBC jika putus pengobatan
obat antituberculosis: OAT
- penyakit lebih 2.2.2 Berikan pujian kepada keluarga
sukar sembuh tentang pemahaman akibat putus
- kuman tumbuh OAT yang benar
dan berkembang 2.2.3 Berikan informasi kepada keluarga
lebih banyak mengenai akibat putus obat TBC
- butuh biaya lebih dengan menggunakan media lembar
besar balik
- waktu pengobatan 2.2.4 Berikan kesempatan kepada keluarga
menjadi lebih untuk bertanya tentang materi yang
lama disampaikan
2.2.5 Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
2.2.6 Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
2.2.7 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga

Menjelaskan cara Respon Keluarga mampu 2.3.1 Diskusikan bersama keluarga apa
mencegah TBC verbal menyebutkan 4 dari 6 yang diketahui keluarga mengenai
cara mencegah TBC: cara mencegah penyakit TBC
- menutup hidung 2.3.2 Berikan pujian kepada keluarga
dan mulut saat tentang pemahaman cara mencegah
batuk atau bersin penyakit TBC
atau menggunakan 2.3.3 Berikan informasi kepada keluarga
masker mengenai cara mencegah penyakit
- tidak meludah atau TBC dengan menggunakan media
membuang dahak lembar balik
disembarang 2.3.4 Berikan kesempatan kepada keluarga
tempat untuk bertanya tentang materi yang
- makan-makanan disampaikan
yang bergizi 2.3.5 Berikan penjelasan ulang terhadap
- imunisasi BCG materi yang belum dimengerti
pada bayi 2.3.6 Motivasi keluarga untuk mengulang
- buka jendela agar materi yang telah dijelaskan
sinar matahasri 2.3.7 Berikan reinforcement positif atas
masuk usaha keluarga
- jemur kasur paling
Mengambil keputusan Respon sedikit seminggu 2.4.1 Bantu keluarga untuk mengenal dan
untuk mengatasi afektif sekali menyadari akan adanya masalah
masalah kesehatan TBC Keluarga mengatakan sesuai dengan materi yang telah
yang dialami anggota akan mengatasi diberikan
keluarga penyakit TBC pada 2.4.2 Bantu keluarga untuk memutuskan
bpk. M merawat anggota keluarga yang sakit
TBC
2.4.3 Berikan reinforcement atas keputusan
yang telah diambil

3. Mampu merawat
anggota keluarga
dengan masalah
kesehatan TBC,
dengan:
.
Menjelaskan cara Respon 3.1.1 Dorong keluarga untuk menceritakan
merawat anggota verbal apa yang dilakukan saat bpk. M sakit
keluarga dengan Keluarga mengatakan TBC dan bagaimana hasilnya
penyakit TBC 3 dari cara perawatan 3.1.2 Diskusikan cara perawatan TBC
anggota keluarga dengan menggunakan lembar balik
dengan penyakit TBC 3.1.3 Berikan kesempatan kepada keluarga
- pengobatan TBC untuk bertanya tentang materi yang
tuntas minimal 6 disampaikan
bulan 3.1.4 Berikan penjelasan ulang terhadap
- melakukan batuk materi yang belum dimengerti
efektif untuk 3.1.5 Motivasi keluarga untuk mengulang
mengeluarkan materi yang telah dijelaskan
dahak 3.1.6 Berikan reinforcement positif atas
- istirahat cukup (6- usaha keluarga
8 jam sehari)
- senam pernapasan
Mendemontrasikan cara Respon 3.2.1 Demonstrasikan cara merawat TBC
sederhana mengatasi psikomot Keluarga dapat yaitu dengan menggunakan masker
TBC or dan mendemonstrasikan 3 untuk dipakai sehari-hari, ajarkan
respon cara sederhana keluarga untuk melakukan latihan
verbal menangani TBC yaitu: senam pernapasan, menjelaskan jenis
- memakai masker pengobatan, fungsi obat masing-
untuk penderita masing dan menjelaskan efek samping
yang terinfeksi serta cara pemberian obat kepada
TBC keluarga yang menderita penyakit
- senam pernapasan TBC; menjelaskan pentingnya istirahat
- melakukan yang cukup, waktu minimal istirahat 6-
pengobatan TBC 8 jam, apa saja yang bisa dilakukan
tuntas sebelum tidur
- istirahat cukup 6-8 3.2.2 Minta keluarga menjelaskan kembali.
jam per hari 3.2.3 Beri reinforcement positif atas jawaban
yang tepat dan juga cara keluarga
mendemonstrasikan.
4. Mampu memodifikasi Respon Keluarga dapat 4.1.1 Diskusikan cara memodifikasi
lingkungan yang sesuai afektif menyebutkan lingkungan untuk penderita TBC
untuk penderita TBC, memodifikasi 4.1.2 Jelaskan kepada keluarga tentang cara
dengan mampu: lingkungan yang memodifikasi lingkungan untuk
sesuai untuk penderita penderita TBC dengan menggunakan
Menyebutkan cara TBC, yaitu lembar balik
memodifikasi modifikasi perilaku 4.1.3 Motivasi keluarga untuk menjelaskan
lingkungan untuk dengan: kembali cara memodifikasi lingkungan
penderita TBC - Menutup mulut untuk penderita TBC
dan hidung saat 4.1.4 Tanyakan kepada keluarga tentang
batuk dan bersin materi yang belum dimengerti.
- Membuka jendela 4.1.5 Jelaskan kepada keluarga mengenai
dan pintu agar materi yang belum dimengerti.
sinar matahari 4.1.6 Berikan reinforcement terhadap
dapat masuk kemampuan yang dicapai oleh
- Menjemur kasur keluarga
tiap minggu
- Membuang dahak
pada tempat yang
telah ditentukan
- Tidak berganti-
ganti alat makan
dengan anggota
keluarga
5. Mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang
ada dimasyarakat,
dengan:

Menyebutkan manfaat Respon Manfaat fasilitas 5.1.1 Jelaskan manfaat fasilitas kesehatan
fasilitas kesehatan verbal kesehatan bagi terkait keluhan yang ada.
penderita TBC: 5.1.2 Evaluasi kembali hasil penjelasan yang
- Mendapatkan diberikan
perawatan secara 5.1.3. Beri reinforcement positif bila
langsung. jawaban sesuai dengan standar
- Memperoleh
informasi tentang
cara perawatan
dirumah.
- Mendapatkan
terapi pengobatan.

Menyebutkan manfaat Respon Fasilitas kesehatan 5.2.1 Diskusikan bersama keluarga


fasilitas kesehatan. verbal yang dapat mengenai fasilitas kesehatan yang ada
dikunjungi: disekitar tempat tinggal
- Puskesmas 5.2.2 Motivasi keluarga untuk mengulang
- Rumah sakit fasilitas kesehatan yang dapat
- Klinik dokter dikunjungi
5.2.3 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga
.
Memanfaatkan fasilitas Respon Keluarga 5.3.1 Memotivasi keluarga untuk
kesehatan. afektif mengunjungi mengunjungi pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan 5.3.2 Beri reinforcement positif setelah
untuk pemeriksaan keluarga pergi ke pelayanan kesehatan.
dan pengobatan
penyakit TBC
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA BAPAK P

No Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi


Umum Khusus Kriteria Standar Intervensi
1. Kesiapan Setelah dilakukan 1. Setelah 1 x 45 menit
meningkatkan pertemuan pertemuan, keluarga
nutrisi pada Bapak M sebanyak 6 kali mampu mengenal
kunjungan, masalah gizi kurang,
keluarga mampu dengan mampu:
meningkatkan 1.1 Menyebutkan Respon verbal Keluarga menyebutkan 1.1.2 Diskusikan bersama
nutrisi keluarga definisi gizi gizi yaitu zat-zat yang keluarga apa yang
terutama Bapak ada di dalam makanan diketahui keluarga
M. yang diperlukan tubuh mengenai pengertian
untuk kelangsungan gizi
kehidupan. 1.1.3 Berikan pujian kepada
keluarga tentang
pemahaman keluarga
mengenai pengertian
gizi yang benar
1.1.4 Berikan informasi
kepada keluarga
mengenai pengertian
gizi dengan
menggunakan media
leaflet dan lembar balik
1.1.5 Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi
yang disampaikan
1.1.6 Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
1.1.7 Motivasi keluarga
untuk mengulang
materi yang telah
dijelaskan
1.1.8 Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga

1.2 Menyebutkan Respon verbal Keluarga menyebutkan 1.2.1 Diskusikan bersama


definisi gizi gizi kurang adalah suatu keluarga apa yang
kurang keadaan dimana tubuh diketahui keluarga
tidak mendapatkan zat- mengenai pengertian
zat tubuh tertentu dari kurang gizi
makanan. 1.2.2 Berikan pujian kepada
keluarga tentang
pemahaman keluarga
mengenai pengertian
gizi kurang yang benar
1.2.3 Berikan informasi
kepada keluarga
mengenai pengertian
gizi kurang dengan
menggunakan media
leaflet dan lembar balik
1.2.4 Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi
yang disampaikan
1.2.5 Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
1.2.6 Motivasi keluarga
untuk mengulang
materi yang telah
dijelaskan
1.2.7 Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga

1.3 Menyebutkan Respon verbal Anggota keluarga 1.3.1 Diskusikan bersama


tanda dan gejala mampu menyebutkan 3 keluarga apa yang
masalah gizi dari 6 tanda dan gejala diketahui keluarga
kurang gizi kurang, yaitu: mengenai tanda dan
1. BB kurang dari 20% gejala gizi kurang
dari BB ideal 1.3.2 Berikan pujian kepada
2. Badan kurus keluarga tentang
3. Rambut merah pemahaman keluarga
(pirang), tipis dan mengenai tanda dan
mudah dicabut gejala gizi kurang
1.3.3 Berikan informasi
4. Lemah dan pucat kepada keluarga
5. Kulit kering dan mengenai tanda dan
kusam gejala gizi kurang
6. Kaki, tangan, dan dengan menggunakan
sekitar mata bengkak media lembar balik dan
leaflet
1.3.4 Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi
yang disampaikan
1.3.5 Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
1.3.6 Motivasi keluarga
untuk mengulang
materi yang telah
dijelaskan
1.3.7 Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga

1.4 Menyebutkan Respon verbal Anggota keluarga 1.4.1 Diskusikan bersama


penyebab mampu menyebutkan 3 keluarga apa yang
timbulnya dari 5 penyebab gizi diketahui keluarga
masalah gizi kurang, yaitu: mengenai penyebab
kurang. 1. Makanan yang masuk gizi kurang
ke dalam tubuh 1.4.2 Berikan pujian kepada
kurang dari keluarga tentang
kebutuhan tubuh pemahaman keluarga
2. Makanan yang masuk mengenai penyebab
ke dalam tubuh tidak gizi kurang yang benar
seimbang 1.4.3 Berikan informasi
3. Makan tidak teratur kepada keluarga
4. Adanya penyakit mengenai penyebab
tertentu timbulnya gizi kurang
dengan menggunakan
media lembar balik dan
leaflet
1.4.4 Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi
yang disampaikan
1.4.5 Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
1.4.6 Motivasi keluarga
untuk mengulang
materi yang telah
dijelaskan
1.4.7 Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga

1.5 Mengidentifikasi Respon verbal Keluarga mengatakan 1.5.1 Tanyakan kepada


anggota keluarga Bapak M perlu keluarga, adakah
yang meningkatkan nutrisinya anggota keluarga yang
membutuhkan mempunyai tanda dan
peningkatan gejala tubuh
nutrisi. kekurangan gizi
1.5.2 Berikan reinforcement
positif atas apa yang
telah dikemukan
keluarga yang tepat dan
benar

2. Setelah 1 x 40 menit
pertemuan, keluarga
mampu mengambil
keputusan dalam
merawat anggota
keluarga yang perlu
meningkatkan nutrisi,
dengan mampu:
2.1 Menyebutkan Respon verbal Anggota keluarga 2.1.1 Diskusikan bersama
akibat gizi kurang mampu menyebutkan 2 keluarga apa yang
dari 4 akibat gizi kurang, diketahui keluarga
yaitu: mengenai akibat gizi
1. Gangguan kurang
pertumbuhan dan 2.1.2 Berikan pujian kepada
perkembangan keluarga tentang
2. Mudah terserang pemahaman keluarga
penyakit mengenai akibat gizi
3. Menurunkan daya kurang
pikir/ kecerdasan 2.1.3 Berikan informasi
kepada keluarga
4. Tonus otot buruk mengenai gizi kurang
dengan menggunakan
media lembar balik dan
leaflet
2.1.4 Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi
yang disampaikan
2.1.5 Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
2.1.6 Motivasi keluarga
untuk mengulang
materi yang telah
dijelaskan
2.1.7 Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga

2.2 Pengambilan Respon afektif Keluarga memutuskan 2.2.1 Bantu keluarga untuk
keputusan untuk untuk merawat Bapak M mengenal dan
mengatasi anggo yang perlu menyadari adanya
ta keluarga yang meningkatkan nutrisi. masalah gizi kurang
perlu sesuai dengan materi
meningkatkan yang telah diberikan
nutrisi 2.2.2 Bantu keluarga untuk
memutuskan merawat
anggota keluarga yang
mengalami gizi kurang
2.2.3 Berikan reinforcement
atas keputusan yang
telah diambil keluarga

3. Setelah 1 x 40 menit
pertemuan, keluarga
mampu merawat
anggota keluarga
yang mengalami gizi
kurang, dengan
mampu:
3.1 Menyebutkan Respon verbal Keluarga menyebutkan 3.1.1 Diskusikan bersama
Triguna makanan komponen Triguna keluarga apa yang
makanan beserta 2 diketahui keluarga
contohnya: mengenai Triguna
1. Zat tenaga, sebagai makanan
sumber tenaga untuk 3.1.2 Berikan pujian kepada
beraktivitas dan keluarga tentang
sumber makanan pemahaman keluarga
pokok (karbohidrat), mengenai Triguna
seperti: nasi, roti, makanan yang benar
gula, singkong, ubi, 3.1.3 Berikan informasi
dll kepada keluarga
2. Zat pembangun, mengenai Triguna
sebagai pupuk untuk makanan dengan
proses berpikir, menggunakan media
terdapat dalam lauk lembar balik dan leaflet
pauk (protein dan 3.1.4 Berikan kesempatan
lemak), seperti: ikan, kepada keluarga untuk
telur, tempe, daging, bertanya tentang materi
susu, dll yang disampaikan
3. Zat pengatur, sebagai 3.1.5 Berikan penjelasan
pengatur lalu lintas ulang terhadap materi
(polisi) makanan, yang belum dimengerti
terdapat dalam buah 3.1.6 Motivasi keluarga
dan sayur (vitamin untuk mengulang
dan mineral), seperti: materi yang telah
wortel, jeruk, nanas, dijelaskan
bayam, kangkung, dll 3.1.7 Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga

3.2 Menyebutkan Respon verbal Anggota keluarga 3.2.1 Dorong keluarga untuk
cara dan psikomotor mampu menyebutkan 3 menceritakan apa yang
meningkatkan dari 5 cara dilakukan untuk
nutrisi meningkatkan nutrisi, meningkatkan nutrisi
yaitu: Bapak M
1. Makan makanan yang 3.2.2 Diskusikan cara
seimbang (Triguna meningkatkan nutrisi
makanan), menyusun Bapak M
menu makanan 3.2.3 Berikan informasi
dengan gizi seimbang kepada keluarga
2. Makanan sesuai mengenai cara
dengan kebutuhan/ meningkatkan nutrisi
porsi makan anak Bapak M dengan
3. Cara mengolah menggunakan media
makanan yang benar lembar balik dan leaflet
4. Pengaturan jadwal 3.2.4 Motivasi keluarga
makan yang teratur untuk menjelaskan
5. Cemilan/makanan kembali materi yang
selingan sehat untuk telah disampaikan
anak 3.2.5 Berikan reinforcement
terhadap kemampuan
yang dicapai oleh
keluarga

3.3.1 Dorong keluarga untuk


menceritakan
bagaimana memilih
bahan makanan
3.3 Menyebutkan Respon 3.3.2 Berikan informasi
cara memilih psikomotor Anggota keluarga kepada keluarga
makanan mampu menyebutkan 3 mengenai cara memilih
dari 4 cara memilih bahan makanan dengan
makanan, yaitu: menggunakan media
1. Harganya terjangkau lembar balik dan leaflet
2. Nilai gizinya baik 3.3.3 Motivasi keluarga
atau seimbang untuk menjelaskan
3. Masih segar, tidak kembali materi yang
layu, tidak berbau telah disampaikan
busuk 3.3.4 Berikan reinforcement
4. Memasak dengan terhadap kemampuan
tampilan yang yang dicapai keluarga
menarik
5. Makan bersama anak 3.4.1 Dorong keluarga untuk
menceritakan cara
mengolah makanan
3.4.2 Berikan informasi
3.4 Menyebutkan Respon verbal kepada keluarga
cara mengolah dan psikomotor Anggota keluarga mengenai cara
makanan mampu menyebutkan 3 mengolah makanan
dari 4 cara mengolah dengan menggunakan
makanan, yaitu: media lembar balik dan
1. Sayuran dan buah leaflet
dicuci di air yang 3.4.3 Motivasi keluarga
mengalir terlebih untuk menjelaskan
dahulu baru dipotong- kembali materi yang
potong telah disampaikan
2. Sayuran dimasak 3.4.4 Berikan reinforcement
jangan terlalu lama terhadap kemampuan
3. Alat-alat masak dan yang dicapai oleh
makan dicuci bersih keluarga
4. Cuci tangan
sebelum masak dan
makan

3.5 Mendemonstrasik Respon Mahasiswa dan 3.5.1 Demonstrasikan cara


an cara mengolah psikomotor keluarga mengolah mengolah makanan
makanan makanan yang kepada keluarga
sederhana, yaitu 3.5.2 Anjurkan keluarga
memasak sayur bayam. untuk
Caranya sebagai berikut: mendemonstrasikan m
Sayuran dicuci di air engolah makanan
mengalir kemudian bersama mahasiswa
dipotong-potong dan 3.5.3 Berikan kesempatan
dimasukkan saat air kepada keluarga untuk
mendidih. Sebelumnya bertanya mengenai
masukkan terlebih materi yang diberikan
dahulu bawang merah, 3.5.4 Motivasi keluarga
bawang putih, cabai, mendemonstrasikan
garam secukupnya, dan secara mandiri
diangkat saat sayuran 3.5.5 Berikan reinforcement
tidak menjadi layu. positif atas usaha
keluarga
4. Setelah 1 x 40 menit
pertemuan, keluarga
mampu memodifikasi
lingkungan untuk
merawat anggota
keluarga dengan gizi
kurang, dengan
mampu:
4.1 Menyebutkan Respon verbal Anggota keluarga 4.1.1 Diskusikan bersama
cara penyajian dan afektif mampu menyebutkan 3 keluarga bagaimana
makanan dari 4 cara menyajikan cara menyajikan
makanan, yaitu: makanan
1. Jenis makanan 4.1.2 Berikan pujian kepada
bervariasi setiap keluarga tentang
harinya pemahaman keluarga
2. Mengkombinasikan yang benar
jenis makanan hewani 4.1.3 Berikan informasi
dan nabati kepada keluarga
3. Perhatikan jadwal mengenai cara
menu makanan menyajikan makanan
4. Jumlah makanan dengan menggunakan
sesuai dengan media lembar balik dan
kebutuhan. leaflet
4.1.4 Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya tentang materi
yang disampaikan
4.1.5 Berikan penjelasan
ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
4.1.6 Motivasi keluarga
untuk mengulang
materi yang telah
dijelaskan
4.1.7 Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga

4.2 Menyebutkan Respon verbal Anggota keluarga 4.2.1 Diskusikan bersama


cara mengatasi dan afektif mampu menyebutkan 4 keluarga bagaimana
anak yang tidak dari 5 prinsip cara cara mengatasi anak
bersedia makan mengatasi anak yang yang tidak bersedia
tidak bersedia makan, makan
yaitu: 4.2.2 Berikan pujian kepada
1. Jangan dipaksa, tapi keluarga tentang
ikuti keinginan anak pemahaman keluarga
misalnya, sambil yang benar
bermain atau temani 4.2.3 Berikan informasi
anak saat makan kepada keluarga
2. Beri makan sesuai mengenai cara
selera anak dan tidak mengatasi anak yang
membosankan tidak bersedia makan
3. Jangan memberi dengan menggunakan
makanan yang manis media lembar balik dan
sebelum makan leaflet
4. Sajikan makanan 4.2.4 Berikan kesempatan
dalam bentuk kepada keluarga untuk
menarik bertanya tentang materi
5. Berikan makanan yang disampaikan
dalam porsi kecil tapi 4.2.5 Berikan penjelasan
sering ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
4.2.6 Motivasi keluarga
untuk mengulang
materi yang telah
dijelaskan
4.2.7 Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga.

4.3 Memodifikasi Respon verbal Anggota keluarga 3.3.1 Diskusikan bersama


lingkungan yang dan afektif. mampu menyebutkan 3 keluarga tentang
mendukung dari 4 lingkungan yang modifikasi lingkungan
untuk mendukung untuk untuk meningkatkan
meningkatkan meningkatkan status gizi status gizi Bapak M
status gizi Bapak M, yaitu: 3.3.2 Berikan pujian kepada
dewasa. 1. Makan bersama keluarga tentang
anggota keluarga pemahaman keluarga
yang lain yang benar
2. Makan sambil 3.3.3 Berikan informasi
bercerita kepada keluarga
3. Jenis makanan mengenai modifikasi
bervariasi dan lingkungan
menarik. untuk meningkatkan
status gizi Bapak M
dengan menggunakan
media lembar balik dan
leaflet
3.3.4 Berikan kesempatan
kepada keluarga untuk
bertanya mengenai
materi yang dibahas
3.3.5 Motivasi keluarga
untuk mengulang
materi yang telah
dibahas
3.3.6 Berikan reinforcement
positif atas usaha
keluarga
5. Setelah 1 x 40 menit
pertemuan, keluarga
mampu menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada untuk
meningkatkan gizi
dewasa, dengan
mampu: Respon verbal Keluarga dapat 5.1.1 Diskusikan bersama
5.1 Menyebutkan menyebutkan 3 dari 4 keluarga mengenai
fasilitas fasilitas kesehatan yang fasilitas kesehatan yang
pelayanan dapat dikunjungi: ada disekitar tempat
kesehatan yang 1. Posyandu tinggal
terdapat disekitar 2. Puskesmas 5.1.2 Motivasi keluarga
lingkungan 3. Rumah Sakit untuk mengulang
tempat tinggal 4. Klinik Dokter fasilitas kesehatan yang
terkait dengan dapat dikunjungi
peningkatan 5.1.3 Berikan reinforcement
status gizi dewasa positif atas usaha
keluarga

5.2 Menjelaskan Respon verbal Keluarga dapat 5.2.1 Diskusikan bersama


manfaat menyebutkan manfaat keluarga apa yang
mengunjungi kunjungan, yaitu: diketahui keluarga
fasilitas 1. Mendapatkan mengenai manfaat
pelayanan pemeriksaan mengunjungi fasilitas
kesehatan sesuai kesehatan pelayanan kesehatan
jadwal 2. Mendapatkan 5.2.2 Berikan pujian kepada
penyuluhan atau keluarga tentang
pendidikan kesehatan pemahaman keluarga
mengenai manfaat
tersebut
5.2.3 Berikan informasi
kepada keluarga
mengenai manfaat
mengunjungi fasilitas
pelayanan kesehatan
dengan menggunakan
media lembar balik dan
leaflet

5.3 Mengunjungi Respon afektif Keluarga rutin 5.3.1 Motivasi keluarga


fasilitas mengunjungi pelayanan untuk berkunjung ke
pelayanan kesehatan untuk fasilitas kesehatan
kesehatan pemeriksaan kesehatan 5.3.2 Berikan reinforcement
Bapak M positif atas usaha
keluarga untuk
menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan
Catatan Perkembangan

Diagnosa 1: ketidakefektifan manajemen kesehatan diri Bapak M


No. Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD
1 20-5-13 Ketidakefektifan  Mendiskusikan bersama Subjektif:
manajemen keluarga pengertian TB,  Keluarga menyebutkan pengertian TB adalah
kesehatan diri penyebab TB, penyebaran salah satu penyakit menular yang disebabkan
penyakit TB, tanda dan gejala oleh kuman yaitu kuman mycobacterium
TB, akibat TB jika tidak tuberculosis yang paling banyak menyerang di
diobati dan putus pengobatan, daerah paru-paru. Keluarga mengatakan
 Membantu keluarga penyebab TB paru adalah mycobacterium
mengidentifikasi anggota tuberculosis. Keluarga mengatakan penyebaran
keluarga yang menderita TB TB adalah melalui percikan dahak atau bersin
 Membantu keluarga yang terhirup oleh orang lain. Keluarga
memutuskan untuk merawat mengatakan tanda-tanda TB paru antara lain
anggota keluarga yang sakit batuk yang tidak kunjung sembuh selama lebih
TB dari 3 minggu, nafsu makan dan berat badan
 Mendiskusikan bersama menurun, mudah lelah, serta nyeri dada dan
sesak napas. Keluarga mengatakan akibat dari
keluarga cara mencegah TB TB jika tidak diobati adalah tidak dapat sembuh
 Mendemonstrasikan latihan dan dapat menularkan pada orang lain. Keluarga
senam pernapasan 3 gerakan mengatakan bila putus obat makan penyakit
lebih susah sembuh dan waktu pengobatan
menjadi lebih lama.
 Keluarga mengatakan bapak M turun 5 kg saat
batuk lebih dari 3 minggu, mengeluarkan dahak,
meriang dan sesak terutama di malam hari
seperti tanda-tanda TB paru.
 Keluarga mengatakan akan merawat bapak M
dengan masalah TB paru dengan mau
mendengarkan informasi dari mahasiswa.
 Keluarga mengatakan cara mencegah masalah
TB paru, yaitu menutup hidung dan mulut saat
batuk dan bersin atau menggunakan masker,
makan makanan bergizi, tidak meludah atau
membuang dahak sembarangan, dan buka
jendela setiap pagi agar sinar matahari masuk
dengan bebas.
 Keluarga mengatakan akan berlatih senam
pernapasan yang telah diajarkan.
 Bapak M mengatakan merasa lebih lega dan
relaks setelah melakukan senam pernapasan.
 Bapak M mengatkan akan sering berlatih senam
pernapasan.
Objektif:
 Keluarga mampu menyebutkan definisi TB paru,
penyebab TB paru, cara penyebaran TB paru, 3
tanda dan gejala TB paru, 2 akibat TB paru jika
tidak diobati dan putus obat OAT
 Keluarga mampu mengidentifikasi anggota
keluarga dengan masalah TB paru
 Keluarga mampu memutuskan untuk merawat
anggota keluarga dengan masalah TB paru
dengan mengatakan mau merawat anggota
keluarga dengan masalah TB paru.
 Keluarga mampu menyebutkan 4 cara mencegah
TB paru
 Keluarga mampu me-redemonstrasikan 3
gerakan senam pernapasan yang
didemonstrasikan mahasiswa
 Bapak M melakukan senam pernapasan setiap
gerakan selama 3 menit
 Bapak M tampak relaks dan tenang
 RR 18 x/menit
 Bapak M tidak tampak sesak
Analisa:
TUK 1 dan 2 tercapai
Planning:
 Mengevaluasi TUK 1, 2, dan 3 gerakan senam
pernapasan yang telah diajarkan
 Mendemonstrasikan 4 gerakan senam
pernapasan selanjutnya
 Mendiskusikan TUK 3: cara lain merawat pasien
TB
 Memotivasi Bapak M untuk terus berlatih 3
gerakan senam pernapasan lebih dari 3 menit
masing-masing gerakan setiap satu kali sehari
2. 23-5-13 Ketidakefektifan  Mengevaluasi TUK 1, 2, dan Subjektif:
manajemen 3 gerakan senam pernapasan  Keluarga menyebutkan TUK 1 dan 2 yang
kesehatan diri  Mendiskusikan bersama dievaluasi oleh mahasiswa
keluarga mengenai cara  Keluarga mengatakan cara perawatan anggota
merawat anggota keluarga keluarga dengan TB paru, yaitu pengobatan TB
dengan TB paru paru sampai tuntas minimal 6 bulan.
 Mendemonstrasikan 4  Keluarga mengatakan Bapak M kemarin telah
gerakan senam pernapasan mencoba berlatih senam pernapasan namun
selanjutnya hanya sebentar
 Bapak M mengatakan lebih suka 3 gerakan yang
pertama diajarkan karena lebih mudah dan bisa
lebih lama
Objektif:
 Keluarga mampu menjelaskan kembali saat
dievaluasi oleh mahasiswa
 Keluarga mampu menyebutkan 3 cara merawat
anggota keluarga dengan TB paru
 Bapak M mampu me-redemonstrasikan 4
gerakan senam pernapasan yang diajarkan
mahasiswa
 Bapak M mampu melakukan 3 gerakan senam
pernapasan pertama tanpa dipandu oleh
mahasiswa masing-masing selama 3 menit
 RR 17 x/menit
Analisa:
TUK 3 tercapai
Planning:
 Mengevaluasi 4 gerakan senam pernapasan yang
telah diajarkan
 Mendiskusikan TUK 4
 Mendemonstrasikan 3 gerakan senam
pernapasan terakhir
3. 27-5-13 Ketidakefektifan  Mengevaluasi 4 gerakan Subjektif:
manajemen senam pernapasan yang  Keluarga mengatakan Bapak M jarang
kesehatan diri minggu lalu telah diajarkan mempraktekkan 4 gerakan baru yang diajarkan
 Mendiskusikan bersama  Bapak M mengatakan lebih mudah 3 gerakan
keluarga bagaimana pertama
memodifikasi lingkungan  Bapak M mengatakan senang telah mempelajari
rumah untuk meningkatkan semua gerakan senam pernapasan
pencegahan TB paru dalam  Keluarga menyebutkan cara memodifikasi
keluarga lingkungan yang sesuai untuk penderita TB
 Mendemonstrasikan 3 paru, yaitu menjemur kasur seminggu sekali,
gerakan terakhir senam mengurangi gantungan baju, membuka pintu
pernapasan setiap pagi agar udara bisa bersirkulasi dengan
baik, dan tidak berganti-ganti alat makan dengan
anggota keluarga yang lain serta memisahkan
alat makan tersendiri untuk anggota keluarga
dengan TB paru
Objektif:
 Keluarga mampu menyebutkan cara
memodifikasi lingkungan untuk penderita TB
paru
 Bapak M dapat melakukan 4 gerakan yang
sebelumnya dengan melihat poster, masing-
masing gerakan 4 menit namun tidak sekali
ambil napas
 Bapak M tampak melakukan tanpa
memperhatikan berapa lama waktu untuk
menahan napasnya (terfokus akan gerakan baru)
 Bapak M dapat melakukan 3 gerakan terakhir
dengan bimbingan dari mahasiswa, masing-
masing gerakan 2 menit
 RR 18 x/menit
Analisa:
TUK 4 tercapai
Planning:
 Mengevaluasi seluruh gerakan senam
pernapasan yang telah diajarkan
 Mendiskusikan TUK 5
4. 30-5-13 Ketidakefektifan  Mengevaluasi seluruh Subjektif:
manajemen gerakan senam pernapasan  Keluarga mengatakan manfaat tersedianya
kesehatan diri yang telah diajarkan fasilitas kesehatan agar mendapatkan perawatan
 Mendiskusikan bersama secara langsung, memperoleh informasi tentang
keluarga mengenai manfaat cara perawatan di rumah, dan mendapatkan
dari fasilitas kesehatan yang terapi pengobatan. Keluarga mengatakan
ada di sekitar tempat tinggal fasilitas kesehatan yang berada di sekitar tempat
 Memotivasi keluarga untuk tinggal, yaitu puskesmas, rumah sakit Tugu Ibu,
berkunjung ke fasilitas dan klinik dokter.
kesehatan  Keluarga mengatakan akan selalu membawa
bapak M untuk kontrol dan mengambil obat di
klinik dokter.
 Keluarga mengatakan Bapak M hanya sering
berlatih 3 gerakan pertama senam pernapasan
 Bapak M mengatakan belum hafal ke sepuluh
gerakannya
 Bapak M mengatakan sudah bisa agak lama
melakukan 3 gerakan senam pernapasan
pertama, 4 gerakan selanjutnya masih melihat
poster yang diberikan mahasiswa dan 3 gerakan
terakhir belum dicoba sendiri lagi
Obkejtif:
 Keluarga mampu menyebutkan manfaat
tersedianya fasilitas kesehatan dan 3 fasilitas
kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal.
 Bapak M dapat melakukan 3 gerakan pertama
(masing-masing gerakan 4 menit), 4 gerakan
selanjutnya sambil melihat poster, dan 3 gerakan
terakhir tidak melakukan
Analisa:
TUK 5 tercapai
Planning:
 Evaluasi sumatif diagnosa ketidakefektifan
manajemen kesehatan diri keluarga Bapak M
 Memotivasi keluarga untuk terus mendukung
Bapak M melakukan senam pernapasan
5. 10-6-13 Ketidakefektifan  Mengevaluasi sumatif Subjektif:
manajemen diagnosa ketidakefektifan  Keluarga menyebutkan TUK 1 sampai TUK 5
kesehatan diri manajemen kesehatan diri yang telah didiskusikan bersama mahasiswa
keluarga Bapak M  Keluarga mengatakan akan memotivasi Bapak
 Menyusun jadwal melakukan M untuk melakukan senam pernapasan setiap
senam pernapasan pagi hari
Objektif:
 Keluarga mampu menjelaskan dan
memperagakan intervensi yang telah
didiskusikan dan didemonstrasikan bersama
mahasiswa
 RR Bapak M 18 x/menit
 Bapak M tidak tampak sesak dan lemas
 Ronchi +/+ lemah, terdengar di kedua basal paru
 Tampak keluarga menempelkan poster senam
pernapasan dirumahnya
Analisa:
Masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan diri
tercapai
Planning:
Mendiskusikan masalah kesiapan meningkatkan
nutrisi keluarga Bapak M

Diagnosa 2: Kesiapan meningkatkan nutrisi Bapak M


No. Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD
1 13-6-13 Kesiapan  Mendiskusikan mengenai Subjektif:
meningkatkan pengertian gizi  Keluarga mangatakan pengertian gizi,
nutrisi  Mendiskusikan mengenai pentingnya meningkatkan gizi, tanda dan gejala
pentingnya meningkatkan gizi kurang
gizi  Keluarga mengatakan Bapak M perlu
 Mendiskusikan tanda dan meningkatkan nutrisi
gejala bila mengalami gizi  Keluarga mengatakan akibat bila tidak
kurang meningkatkan nutrisi
 Mengidentifikasi anggota  Keluarga mengatakan akan meningkatkan nutrisi
keluarga yang membutuhkan Bapak M agar daya tahan tubuh semakin
peningkatan nutrisi meningkat
 Mendiskusikan akibat bila Objektif:
nutrisi tidak ditingkatkan Keluarga mampu mengenal masalah gizi dan
 Membantu keluarga memutuskan untuk merawat anggota keluarga yang
memutuskan untuk memerlukan peningkatan nutrisi
meningkatkan nutrisi Bapak Analisa:
M TUK 1-2 tercapai
Planning:
TUK 3
2 17-6-13 Kesiapan  Menjelaskan pengertian Subjektif:
meningkatkan triguna makanan Keluarga mengatakan pengertian triguna makanan,
nutrisi  Menjelaskan cara cara meningkatkan nutrisi, cara memilih makanan,
meningkatkan nutrisi cara mengolah makanan
 Menjelaskan cara memilih Objektif:
makanan Keluarga mampu mere-demonstrasikan cara

 Menjelaskan cara mengolah mengolah makanan

makanan Analisa:

 Mendemonstrasikan cara TUK 3 tercapai


Planning:
mengolah makanan Terminasi
3 20-6-13 Terminasi  Melakukan terminasi Subjektif:
 Melakukan evaluasi sumatif Keluarga mengatakan senang telah diberi
pengetahuan serta cara perawatan sederhana untuk
meningkatkan kesehatan keluarga Bapak M
Objektif:
Keluarga mampu menjawab evaluasi sumatif yang
ditanyakan mahasiswa
Analisa:
Tingkat kemandirian keluarga dari tingkat satu
menjadi tingkat tiga
Planning:
Memotivasi keluarga untuk terus meningkatkan
kesehatan keluarga
LAPORAN AKHIR KELUARGA BINAAN UTAMA
KEPERAWATAN KELUARGA

Diantika Prameswara
0806333783

FORMAT EVALUASI
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA KELOLAAN UTAMA

Diagnosa 1 : ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Bapak M


NO RESPON KELUARGA HASIL
Ya Tidak
1. Keluarga pengertian TB adalah salah satu penyakit menular
yang disebabkan oleh kuman yaitu kuman mycobacterium √
tuberculosis yang paling banyak menyerang di daerah paru-
paru.
2. Keluarga mengatakan penyebab TB paru adalah √
mycobacterium tuberculosis
3. Keluarga mengatakan penyebaran TB adalah melalui √
percikan dahak atau bersin yang terhirup oleh orang lain
4. Keluarga mengatakan tanda-tanda TB paru antara lain batuk
yang tidak kunjung sembuh selama lebih dari 3 minggu,
nafsu makan dan berat badan menurun, mudah lelah, serta √
nyeri dada dan sesak napas
5. Keluarga mengatakan akibat dari TB jika tidak diobati √
adalah tidak dapat sembuh dan dapat menularkan pada orang
lain
6. Keluarga mengatakan bila putus obat makan penyakit lebih √
susah sembuh dan waktu pengobatan menjadi lebih lama
7. Keluarga mengatakan bapak M turun 5 kg saat batuk lebih √
dari 3 minggu, mengeluarkan dahak, meriang dan sesak
terutama di malam hari seperti tanda-tanda TB paru

8. Keluarga mengatakan akan merawat bapak M dengan


masalah TB paru dengan mau mendengarkan informasi dari √
mahasiswa
9. Keluarga mengatakan cara mencegah masalah TB paru,
yaitu menutup hidung dan mulut saat batuk dan bersin atau
menggunakan masker, makan makanan bergizi, tidak

meludah atau membuang dahak sembarangan, dan buka
jendela setiap pagi agar sinar matahari masuk dengan bebas
10. Keluarga mengatakan cara perawatan anggota keluarga
dengan TB paru, yaitu pengobatan TB paru sampai tuntas

minimal 6 bulan
11. Keluarga menyebutkan cara memodifikasi lingkungan yang
sesuai untuk penderita TB paru, yaitu menjemur kasur

seminggu sekali, mengurangi gantungan baju, membuka
pintu setiap pagi agar udara bisa bersirkulasi dengan baik,

Fakulty of Nursing Universitas Indonesia


LAPORAN AKHIR KELUARGA BINAAN UTAMA
KEPERAWATAN KELUARGA

Diantika Prameswara
0806333783

dan tidak berganti-ganti alat makan dengan anggota keluarga


yang lain serta memisahkan alat makan tersendiri untuk
anggota keluarga dengan TB paru
12. Keluarga mengatakan manfaat tersedianya fasilitas
kesehatan agar mendapatkan perawatan secara langsung,
memperoleh informasi tentang cara perawatan di rumah, dan

mendapatkan terapi pengobatan. Keluarga mengatakan
fasilitas kesehatan yang berada di sekitar tempat tinggal,
yaitu puskesmas, rumah sakit Tugu Ibu, dan klinik dokter

Diagnosa 2 : Kesiapan meningkatkan nutrisi pada Bapak M


No RESPON KELUARGA HASIL
Ya Tidak
1. Keluarga mangatakan pengertian gizi, pentingnya

meningkatkan gizi, tanda dan gejala gizi kurang
2. Keluarga mengatakan akibat bila tidak meningkatkan nutrisi √
3. Keluarga mengatakan pengertian triguna makanan, cara
meningkatkan nutrisi, cara memilih makanan, cara mengolah √
makanan
4. Keluarga mampu mere-demonstrasikan cara mengolah

makanan

Fakulty of Nursing Universitas Indonesia


Tingkat Kemandirian Keluarga Bapak M

NO KRITERIA YA TIDAK PEMBENARAN


1 Keluarga menerima √ Keluarga menerima kehadiran
petugas kesehatan mahasiswa dengan baik dan dapat
menajalin hubungan denga baik
2 Keluarga menerima √ Pelayanan kesehatan yang diberikan
pelayanan kesehatan mahasiswa sesuaikan dengan rencana
sesuai rencana
3 Keluarga menyatakan √ Pada saat pengkajian dan
masalah kesehatan secara menderngarkan keluhan, keluarga dapat
benar mengungkapkan apa yang dirasa oleh
keluarga saat itu.
4 Keluarga memanfaatkan √ Keluarga sudah mengetahui manfaat
fasilitas kesehatan sesuai untuk memanfaatkan pelayanan
anjuran kesehatan, keluarga mau memanfaatkan
pelayanan yang ada
5 Keluarga melaksanakan √ Keluarga melakukan berbagai perawatan
perawatan sederhana sederhana: makanan bergizi, penyuluhan
sesuai anjuran mengenai TB dan gizi, senam
pernapasan
6 Keluarga melaksanakan √ Keluarga melakukan pencegahan secara
tindakan pencegahan aktif
secara aktif
7 Keluarga melaksanakan √ Keluarga tidak melakukan usaha yang
tindakan promotif secara besifat promotif untuk mencegah TB
aktif

Kesimpulan:
Keluarga Bapak M berada pada tahap kemandirian tingkat III

Anda mungkin juga menyukai