Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN KMB I

DENGUE HAEMORHAGIC FEVER (DHF)

A. Konsep Teori

1. Pengertian

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan


oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie
Efendy,1995 ).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada


anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri
sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong
arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty (betina) (Seoparman, 1990). DHF adalah demam khusus yang dibawa
oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya
demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir, Patrick
manson, 2001).

2. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan
viremia. Hal tersebut menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi
komplek imun Antibodi – virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan
melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan
merangsang PGE2 di Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil
yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga
terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan
permeabilitas dinding pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran
palsma.Adanya komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan agregasi
trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, dan
koagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang
jika berlanjut terjadi syok dan jika syok tidak teratasi, maka akan terjadi
hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik
juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan
sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun dan jika tidak teratasi
dapat menimbulkan hipoxia jaringan.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.Virus hanya
dapat hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel
manusia terutama dalam kebutuhan protein.Persaingan tersebut sangat
tergantung pada daya tahan tubuh manusia. Sebagai reaksi terhadap infeksi
terjadi:
1) aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang
menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi
perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular,
2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan
menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi
mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan
3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi
faktor pembekuan.

Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan :

1) peningkatan permiabilitas kapiler


2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia;
dan kuagulopati
3. Etiologi
1. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus
dengue tipe 1,2,3 dan 4. Keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di
Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis.
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes alboptictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.
Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat
bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun
yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan
bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes
Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya
pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia
akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga
ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun
virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi
jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu
mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dan dapat
pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama
kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya
melalui plasenta.
4. Manifestasi Klinis
Masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang
virus dengue, Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan
gejala demam berdarah sebagai berikut :

1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).


2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura)
perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva),
Mimisan (Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa
lendir bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan
trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan
nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang
dan sakit kepala.
8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada
persendian.
10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh
darah

5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
 Trombositopenia ( Trombosit <100.000ul )
 Hematokrit meningkat >20%
 Hipoproteinemia, penurunan kadar fibrinogen, protrombin, factor VIII,
factor XII dan anti trombin III
 Asidosis metanolik dan kadar BUN ( Basal Urea Nitrogen ) meningkat
pada syok berat
 SGOT dan SGPT meningkat ringan
 Serum alanin-aminotransferase sedikit meningkoat

b. Pemeriksaan Penunjang
 Radiologis
a) Roentgen thorax PA terdapat gambaran efusi pleura terutama pada
hemitorak kanan
b) USG abdomen tampak ascites dan efusi pleura bagian kanan
 Serologis
Dikenal 6 jenis serologi yang dapat menentukan adanya virus
dengue, yaitu:
a) Uji hemaglutinasi inhibisi (HI test), paling sering dipakai dan
merupakan gold standard serologi untuk dengue. Uji Hi sensitive
tapi tidak spesifik. Untuk diagnosis positif terdapat kenaikan titer
4x lipat dari titer serum akut (>1280). Baik pada serum akut
maupun konvalesen.
b) IgM Elisa, kelebihan uji ini adalah hanya perlu satu serum akut
saja. Spesifitas sama uji HI, sensifitas sedikit dibawah uji HI. IgM
terdeteksi hari ke 5, meningkat sampali minngu III, menghilang
setelah 60-90 hari.
c) IgG Elisa, sedikit lebih spesifik disbanding Ig M Elisa. IgG pada
infeksi primer mulai terdeteksi pada hari 14, pada infeksi sekunder
mmulai hari 2.
d) Uji netralisasi, paling spesifik dan sensitive untuk virus dengue.
e) Uji komplemen fiksasi.
f) PCR (polymerase chain reaction), sangat spesifik dan sensitive.

6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA, 1994
adalah :
a. Belum atau tanpa renjatan (Grade I dan II) :
Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan
antipiretika dan “surface cooling”. Antipiretik yang dapat diberikan
ialah golongan asetaminofen, asetosal tidak boleh diberikan pada :
 Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kaji, 4 kali sehari.
 Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4 sehari.
 Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kali sehari
 Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari
Terapi cairan :
1) Infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak
dengan BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB <
10 10 kg bersama – sama di berikan minuman oralit, air bauh susu
secukupnya
2) Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum
sebanyak-banyaknya dan sesering mungkin.
3) Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan
infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita
dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
 100 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 kg.
 75 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26 – 30 kg.
 60 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31 – 40 kg.
 50 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41 – 50 kg.
 Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik
untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.

2. Dengan Renjatan (Grade III):


a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg
dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat)
lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi
stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan
kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah
masuk dibagi dengan sisa waktu (24 jam dikurangi waktu yang dipakai
untuk mengatasi renjatan). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm
diperhitungkan sebagai berikut :
- 100 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 kg.
- 75 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26 – 30 kg.
- 60 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31 – 40 kg.
- 50 ml/kgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41 – 50 kg.
b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam
keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah,
akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma
ekspander (dextran L atau yang lainnya) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam
dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.
Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan
cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa
waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1
jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg
dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus
memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya)
sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg
BB dalam kurun waktu 24 jam.
Bila pasien sudah masuh dalam tahap DSS (Dengue Syok Syndrom)
yaitu pada grade 3 atau 4 maka penatalaksanaan yang terpentingadalah
pengelolaan cairan diantaranya adalah :Resusitasi volume pada DSS 
Pilihan cairan colume intra verkuler dan kemampuan menyumpal
vaskuler. Cepat mempertahankan volume vaskuler, bertahan lama didalam
intra vaskuler sehingga cepat mengatasi syok.

7. Pemeriksaan Keperawatan
a. Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam
 Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
 Observasi intik output
 Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda
vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri
minum 1 ½ liter – 2 liter per hari, beri kompres
 Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan
Hb, Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil
dan cepat, tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri
infus.
 Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri
o2 pengawasan tanda– tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter,
obsrvasi productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
Resiko Perdarahan
 Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan
melena
 Catat banyak, warna dari perdarahan
 Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro
Intestinal
Peningkatan suhu tubuh
 Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodic
 Beri minum banyak
 Berikan kompres

8. Komplikasi akibat DBD


Kebanyakan orang yang menderita DBD pulih dalam waktu dua
minggu.Namun, untuk orang-orang tertentu dapat berlanjut untuk selama
beberapa minggu hinga berbulan-bulan.Gejala klinis yang semakin berat pada
penderita DBD dan dengue shock syndromes dapat berkembang menjadi
gangguan pembuluh darah dan gangguan hati.
a. Sindrom Syok Dengue (SSD)
Seluruh kriteria Demam Berdarah Dengue (DBD) disertai
kegagalan sirkulasi dengan manifestasi:
 Nadi yang cepat dan lemah
 Tekanan darah turun (≤ 20 mmHg)
 Hipotensi (dibandingkan standar sesuai umur)
 Kulit dingin dan lembab
 Gelisah
Sindrom syok dengue, pada penderita DBD yang disertai syok,
setelah demam berlangsung selama beberapa hari, keadaan umum
penderita tiba-tiba memburuk.Pada sebagian besar penderita
ditemukan tanda kegagalan peredaran darah yaitu kulit teraba lembab
dan dingin, sianosis sekitar mulut, nadi menjadi cepat dan lemah, kecil
sampai tidak dapat diraba.Tekanan darah menurun menjadi 20 mmHg
atau kurang, dan tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau
lebih rendah.Penderita kelihatan lesu, gelisah, dan secara cepat masuk
dalam fase kritis syok.Penderita seringkali mengeluh nyeri di daerah
perut sesaat sebelum syok timbul.Nyeri perut hebat seringkali
mendahului perdarahan gastrointestinal, dan nyeri di daerah
retrosternal tanpa sebab yang dapat dibuktikan memberikan petunjuk
terjadinya perdarahan gastrointestinal yang hebat.Syok yang terjadi
selama periode demam biasanya mempunyai prognosis buruk.
Tatalaksana sindrom syok dengue sama dengan terapi DBD,
yaitu pemberian cairan ganti secara adekuat. Pada sebagian besar
penderita, penggantian dini plasma secara efektif dengan memberikan
cairan yang mengandung elektrolit, ekspander plasma, atau plasma,
memberikan hasil yang baik.Nilai hematokrit dan trombosit harus
diperiksa setiap hari mulai hari ke-3 sakit sampai 1-2 hari setelah
demam menjadi normal.Pemeriksaan inilah yang menentukan perlu
tidaknya penderita dirawat dan atau mendapatkan pemberian cairan
intravena.

b. Ensefalopati Dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok
yang berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi
pada DBD yang tidak disertai syok.Gangguan metabolik seperti
hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab
terjadinya ensefalopati.Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara,
maka kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh
darah –otak, sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular
yang menyeluruh.Dilaporkan bahwa virus dengue dapat menembus
sawar darah-otak.Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati
berhubungan dengan kegagalan hati akut.
Pada ensefalopati cenderung terjadi udem otak danalkalosis,
maka bila syok telah teratasi cairan diganti dengan cairan yang tidak
mengandung HC03- danjumlah cairan harus segera dikurangi. Larutan
laktat ringer dektrosa segera ditukar dengan larutan NaCl (0,9%) :
glukosa (5%) = 1:3. Untuk mengurangi udem otak diberikan
dexametason 0,5 mg/kg BB/kali tiap 8 jam, tetapi bila terdapat
perdarahan saluran cerna sebaiknya kortikosteroid tidak diberikan.
Bila terdapat disfungsi hati, maka diberikan vitamin K intravena 3-10
mg selama 3 hari, kadar gula darah diusahakan > 80 mg. Mencegah
terjadinya peningkatan tekanan intrakranial dengan mengurangi
jumlah cairan (bila perlu diberikan diuretik), koreksi asidosis dan
elektrolit. Perawatan jalan nafas dengan pemberian oksigen yang
adekuat.Untuk mengurangi produksi amoniak dapat diberikan
neomisin dan laktulosa.Usahakan tidak memberikan obat-obat yang
tidak diperlukan (misalnya antasid, anti muntah) untuk mengurangi
beban detoksifikasi obat dalam hati. Transfusi darah segar atau
komponen dapat diberikan atas indikasi yang tepat. Bila perlu
dilakukan tranfusi tukar.Pada masa penyembuhan dapat diberikan
asam amino rantai pendek.

c. Kelainan ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal,
sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik.Dapat
dijumpai sindrom uremik hemolitik walaupun jarang.Untuk mencegah
gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan menggantikan volume
intravaskular, penting diperhatikan apakah benar syok telah teratasi
dengan baik.Diuresis merupakan parameter yang penting dan mudah
dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah teratasi.Diuresis
diusahakan > 1 ml / kg berat badan/jam.Oleh karena bila syok belum
teratasi dengan baik, sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat
terjadi syok berulang. Pada keadaan syok berat sering kali dijumpai
acute tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah urin dan
peningkatan kadar ureum dan kreatinin.

d. Udem paru
Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai
akibat pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari
sakit ketiga sampai kelima sesuai panduan yang diberikan, biasanya
tidak akan menyebabkan udem paru oleh karena perembesan plasma
masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang
ekstravaskuler, apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi
bila hanya melihat penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa
memperhatikan hari sakit), pasien akan mengalami distress pernafasan,
disertai sembab pada kelopak mata, dan ditunjang dengan gambaran
udem paru pada foto rontgen dada.

Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan


semakin beratnya bentuk demam berdarah yang dialami, pendarahan,
dan shock syndrome. Komplikasi paling serius walaupun jarang terjadi
adalah sebagai berikut:
 Dehidrasi
 Pendarahan
 Jumlah platelet yang rendah
 Hipotensi
 Bradikardi

e. Kerusakan hati
Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada
permulaan penyakit, bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba (just
palpable) sampai 2-4 cm di bawah lengkung iga kanan, derajat
pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Untuk
menemukan pembesaran hati ,harus dilakukan perabaan setiap hari.
Nyeri tekan di daerah hati sering kali ditemukan dan pada sebagian
kecil kasus dapat disertai ikterus. Nyeri tekan di daerah hati tampak
jelas pada anak besar dan ini berhubungan dengan adanya perdarahan.
Gangguan neurogik (kejang, ensephalopati)

B. Asuhan Keperawatan Pada Penderita Demam Berdarah


1. Pengkajian Data Klien
a. Identitas
Nama, Umur, Jenis kelamin, Alamat, Agama, Pendidikan, Pekerjaan,
No rekap medis, Status

b. Kaji Riwayat Kesehatan


Keluhan utama
Riwayat Penyakit sekarang, dahulu dan keluarga
a. Pemeriksaan Fisik
- Kesadaran :
- Tekanan Darah :
- Nadi :
- Suhu :
- Nafas :
- Keadaan Umum :
- Keadaan Gizi :
-
d. Pemeriksaan Head to Toe
PERUMUSAN NANDA, NOC, DAN NIC

No DIAGNOSA NOC NIC

1. Peningkatan suhu  Termoregulasi  Pengaturan Nafas


tubuh ( hipertensi ) - Suhu tubuh normal Intervensi yang dilakukan :
b.d peningkatan - Suhu badan 35,9 0C - Memonitor suhu sesuai
metabolik viremia . - Tidak ada sakit kepala / kebutuhan
pusing - Memonitor suhu dan
Data subjektif : - Tidak ada nyeri otot warna kulit
- Klien mengeluh - Tidak ada perubahan - Memonitor kebutuhan
suhu tubuhnya naik- warna kulit darah, nadi dan respirasi
turun -Nadi, respirasi dalam - Memonitor dan laporkan
- Klien mengatakan batas normal tanda dan gejala
nyeri di bagaian otot - Hidrasi adekuat hipertermi
dan persendian - Pasien menyatakan - Menganjurkan kepada
- Klien sering nyaman klien bagaimana
mengalami gelisah - Tidak mengigil mencegah panas yang
dan kulit terasa - Tidak kejang tinggi
dingin. - Menganjurkan intake
cairan dan nutrisi
Data objektif : adekuat
- TD : 120/70 mmHg
- Denyut nadai : 106  Pengobatan Panas
x/menit Intervensi yang dilakukan :
- RR : 20 x/menit - Memonitor suhu sesuai
- Suhu : 38 0 C kebutuhan
- Klien terlihat lemah - Memonitor tekanan
darah, nadi, dan respirasi
- Memonitor derajat
penurunan kesadaran
- Memonitor kemampuan
aktivitas
- Memonitor leukosit dan
hematokrit
- Memonitor intake dan
output
- Mendorong peningkatan
intake cairan
- Memberikan cairan
intravena
- Memberikan obat anti
piretik untuk mencegah
klien menggigil/kejang
- Memberikan obat
antibiotik untuk
mengobati penyebab
demam
- Mengompres dengan air
dingin di selangkangan
dan dahi
- Menganjurkan klien
memakai baju berbahan
dingin, tipis, dan
menyerap keringat

 Manajemen
lingkungan
Intervensi yang dilakukan :
- Memberikan ruangan
sendiri sesuai indikasi
- Memberikan tempat tidur
dan kain yang bersih dan
nyaman
- Membatasi pengunjung

 Mengontrol infeksi
Intervensi yang dilakukan :
- Menganjurkan klien
untuk mencuci tangan
sebelum makan
- Menggunakan sabun
untuk mencuci tangan
- Memberikan perawatan
kulit didaerah yang odem
- Melakukan pemasangan
infus dengan teknik
antiseptik
2. Syok hiporolemia b.d Setelah dilakukan Intervensi yang dilakukan :
kebocoran plasma tindakan selama ... jam - Mengkaji dan mencata
pendarahan dehidrasi. diharapkan klien status perfusi perifer
mempunyai perfusi yang - Memantau tekanan
Data subjektif : adekuat dengan kriteria darah, pada interval
- Klien mengeluh hasil : waspadai pada
pusing dan sakit - Amplitude nadi perifer pembacaan lebih dari 20
kepala meningkat mmHg dibawah rentang
- Klien mengatakan - Pengisian kapiler singkat normal atau indicator
panas kadang - Tekanan darah dalam lain dari hipotensi seperti
menurun kadang rentang normal pusing, perubahan
terasa sangat panas - Frekuensi jantung teratur mental, keluaran urine
Data Objektif : - Keluaran urin > atau = menurun. Bila hipotensi
- Pernapasan : 20 30 ml/ jam terjadi tempatkan klien
x/menit - Akral hangat pada posisi terlentang
- Nadi : 106 x/menit - Nadi teraba untuk meningkatkan
- TD : 120/70 mmHg - Membrane mukosa aliran balik vena
- Trombosit : lembab - Mengobservasi indicator
109.000/mm3 - Turgor kulit normal perfusi serebral
- Hb : 14,2 gr/dl - BB stabil - Memantau indikator
- Ht : 43 % - Kelopak mata tidak perfusi arteri koroner
- Leikosit : 2100 cekung - Memantau nilai elektrolit
/mm3 - Tidak demam terhadap bukti
- Tidak ada rasa haus keseimbangan
- Nafas tidak pendek - Memberikan cairan
sesuai program untuk
meningkatkan volume
vaskular
3. Keseimbangan nutrisi  Status Nutrisi  Gangguan
kurang dari Kriteria Hasil : Manajemen makanan
kebutuhan b.d mual, - Intake nutrisi Intervensi yang dilakukan :
muntah, dan - Intake makanan dan - Menetapkan jumlah berat
anoreksia cairan terpenuhi sesuai badan harian yang
kebutuhan tubuh diinginkan
Data subjektif : - Energy dalam batas - Mendiskusikan dengan
- Klien mengeluh normal ahli gizi untuk
mual dan muntah - Masa tubuh dalam batas menentukan asupan
ketika mantan normal kalori harian yang
- Klien mengeluh - Berat tubuh kembali diperlukan untuk
nafsu makan normal mencapai dan atau
menurun mempertahankan target
- Klien mengatakan  Pemasukan Nutrisi berat
tidak ada alergi - Pemasukan kalori - Mengajarkan dan
terhadap makanan - Pemasukan protein memperkuat konsep gizi
apa pun - Pemasukan lemak yang lebih baik dengan
- Pemasukan karbohidrat pasien
- Pemasukan vitamin - Mengembangkan
Data Objektif : - Pemasukan mineral hubungan yang
- Klien hanya - Pemasukan ion mendukung dengan
menghabiskan 4-5 - Pemasukan kalsium pasien
sendok dari porsi - Memonitor intake dan
makanannya  Kontrol berat badan output yang sesuai
- Berat badan - Menyeimbangkan intake - Memantau asupan kalori
sebelum dan kalori dengan latihan makanan sehari-hari
sesudah ada - Memilih nutrisi - Mendorong pasien untuk
keluhan 50 kg makanan memantau asupan
- Menggunakan suplemen makanan harian
nutrisi jika perlu - Membangun harapan
- Mempertahankan pola untuk perilaku makanan
makan yang dianjurkan yang tepat
- Mempertahankan  Manajemen Cairan
keseimbangan cairan Intervensi yang dilakukan :
- Menjaga asupan akurat
dan menekan output
- Memasukkan kateter
urine jika sesuai
- Memantau status
dehidrasi
- Memantau hasil
laboraturium yang
relevan dengan retensi
cairan

 Manajemen Nutrisi
- Menanyakan apakah
memiliki alergi makanan
- Memastikan pasien
prefensi pangan
- Menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi
yang akan dibutuhkan
untuk memenuhi
persyaratan gizi
- Mendorong asupan kalori
yang sesuai untuk tipe
tubuh dan gaya hidup
DAFTAR PUSTAKA

Christine, Effendy.1995.Perawatan Pasien DHF.EGC : Jakarta


Ginanjar, Genis.2008.Demam Berdarah for Begniers.B-First : Yogyakarta
Hidayat, Aziz Alimul A.2006.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Jilid 2.Salemba
Medika : Jakarta
Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta
Noer, Sjaifoellah dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
Suriadi & Yuliani, Rita. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan Keperawatan
pada Anak. Sagung Seto : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai