BAB IV
HASIL PEKERJAAN
dilakukan. Untuk lebih jelasnya lagi, disini penulis akan sedikit membahas secara
disekeliling lokasi proyek, maka penggunaan pondasi yang tepat untuk menopang
bangunan diatasnya adalah pondasi bore pile. Pondasi bore pile ini didesain
tersebut. Denah pekerjaan pondasi bore pile sebelum di revisi disajikan pada
Gambar 4.1. Denah bored pile setelah ditambah titik-titik bor baru dan perubahan
Laporan PKL 41
Bab IV Pekerjaan
Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang
a. Pekerjaan Persiapan
sumber daya proyek (alat, material dan tenaga kerja), setting alat kerja, dan lain-
dan lain-lain. Segala macam instalasi baik untuk listrik maupun air harus
b. Setting out
pekerjaan dimulai. Alat yang digunakan dalam pengukuran elevasi titik-titik bor
ini adalah theodolite. Biasanya ditancapkan sebuah patok kayu untuk memberi
tanda pada titik-titik yang akan di bor. Pelaksanaan pengukuran elevasi ini
Gambar 4.2 (a) Titik Bor yang Ditinjau (b) Penembakan Titik Bor
Laporan PKL 42
Bab IV Pekerjaan
Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang
dipasang ke lubang bor sebelum lubang bor longsor. Baja tulangan yang
digunakan untuk pekerjaan struktur pondasi ini adalah baja tulangan ulir (deform).
untuk tulangan utama dan sengkang dan menggunakan tahu beton sebagai selimut
d. Pengeboran
Perlu diperhatikan juga tanah hasil pemboran perlu dicheck dengan data
hasil penyelidikan terdahulu. Ini perlu karena sampel tanah sebelumnya umumnya
diambil dari satu atau dua tempat saja yang dianggap mewakili. Dengan proses
pengeboran ini secara otomatis dapat dilakukan prediksi kondisi tanah secara tepat
Pada waktu pengeboran harus dicatat mengenai elevasi dan jenis lapisan-
lapisan tanah yang dijumpai. Selanjutnya harus diambil contoh tanah dari setiap
elevasi dan disimpan untuk dipergunakan analisis lebih lanjut oleh tim konsultan
perencana.
Alat yang digunakan dalam pengeboran ini adalah mesin bor, auger
(Gambar 4.3) dan cleaning bucket. Pada awal mulanya proses pengeboran
dilakukan dengan memakai mata bor auger. Penggunaan mata bor auger
Laporan PKL 43
Bab IV Pekerjaan
Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang
penggunaan mata bor auger ini hanya dipakai sampai kedalaman mencapai muka
air tanah.
Ukuran casing baja yang digunakan memiliki diameter yang sama dengan pondasi
bantuan crane.
Laporan PKL 44
Bab IV Pekerjaan
Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang
Setelah casing baja terpasang, dilakukan penggantian mata bor dari auger
e. Pemasangan Tulangan
selanjutnya adalah memasang tulangan pada lubang tiang bor. Dalam pemasangan
tulangan ini perlu diperhatikan selimut beton yang telah direncanakan. Tebal
selimut beton yang disyaratkan pada pelaksanaan pekerjaan pondasi tiang bor ini
adalah 7 cm. Perlu kerhati-hatian juga pada saat memasukan tulangan ini ke dalam
lubang bor sehingga tidak banyak terjadi singgungan dengan dinding tanah yang
pembersihan ulang.
Adanya air pada lubang bor membutuhkan alat bantu khusus yaiut pipa
Laporan PKL 45
Bab IV Pekerjaan
Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang
cm. Posisi pipa tremie harus diatur sedemikian rupa sehingga dasar dari pipa
tersebut paling tidak 1,5 m dibawah permukaan beton pada setiap tahap
pengecoran. Pada bagian ujung atas pipa tremie terdapat corong cor (receving
bor) dengan kapasitas setidaknya sama dengan kapasitas yang disuplay beton
Pipa Corong
Tremi
pondasi tiang bor ini. Pada tahap pengecoran pertama kali, beton ready mix bisa
sangat menentukan karena dalam pelaksanaan pengecoran ini kondisi beton yang
sudah tertuang ke dasar pondasi tidak terlihat. jika beton yang di cor sudah
semakin ke atas (volumenya semakin banyak), maka pipa tremie harus mulai
Laporan PKL 46
Bab IV Pekerjaan
Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang
Karena BJ beton lebih besar dari BJ lumpur, maka beton semakin lama semakin
kuat mendesak lumpur naik ke atas. Pada proses pengecoran ini memerlukan
supply beton yang terus menerus, tidak boleh ada keterlambatan pada saat
mutu dilihat dari aspek kualitas pekerjaan yang menyangkut bahan atau integritas
Laporan PKL 47
Bab IV Pekerjaan
Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang
bangunan yang sangat peka terhadap kondisi lingkungan, seperti semen dan baja
tulangan yang peka terhadap pengaruh air dan udara sekitar. Pengaturan dan
bagian logistik dan gudang. Penggunaan bahan dan alat yang harus sesuai dengan
khusus, terutama dalam hal pengawasan baik terhadap mutu dan kualitas standar
material karena hal ini dapat mempengaruhi mutu dan kualitas konstruksi.
bagian logistik. Bagian logistik bertugas untuk mengontrol mutu barang dan
tempat yang sudah disediakan. Material yang berukuran kecil seperti semen (berat
juga digunakan sebagai tempat menyimpan peralatan kecil dan lokasi gudang
a. Baja Tulangan
Pada umumnya jenis baja tulangan yang digunakan adalah tulangan ulir
atau deform dengan mutu baja tulangan fy = 400 Mpa. Baja tulangan beton ini
memiliki bentuk khusus, yaitu permukaannya memiliki sirip melintang dan rusuk
memanjang untuk meningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan membujur
dari batang secara relatif terhadap beton. Jenis tulangan ini disingkat BJTD dan
ukuran dilambangkan dengan “D”. Pada proyek ini baja tulangan yang telah
Laporan PKL 48
Bab IV Pekerjaan
Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang
terlindung dari matahari, air hujan dan udara. Pada bagian bawah diganjal dengan
potongan kayu. Persyaratan baja tulangan yang dapat digunakan untuk konstruksi
1) Baja tulangan harus bersih, bebas dari karat, material lepas, gemuk, cat, serta
diletakkan di atas lantai beton atau balok kayu untuk menghindari kontak
dengan tanah, air dan zat–zat lain yang bersifat merusak besi. Penimbunan
baja tulangan di udara terbuka untuk waktu yang lama tidak diperbolehkan.
dengan optimal. Agar tujuan tersebut tercapai maka harus digunakan kawat
Laporan PKL 49
Bab IV Pekerjaan
Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang
b. Beton
(Ruang Kuliah) Udinus Semarang ini menggunakan beton ready mix dengan
berbagai mutu dari hasil produksi PT. bcamix dan PT. pionir beton.
a) Portland Cement
butiran dalam suatu adukan seperti adukan beton maupun plesteran. Pada
disimpan terlalu lama maka harus dilakukan pengaturan penyimpanan yang baik
agar semen tetap layak digunakan tanpa mengurangi mutu konstruksi sehingga
b) Agregat
semen, kadar agregat dalam campuran berkisar antara 60-80 % dari volume total
beton. Kualitas agregat sangat berpengaruh terhadap kualitas beton sehingga pada
saat pencampuran kualitas agregat harus bersih dan memenuhi standar yang telah
memberi kekerasan yang dapat menahan beban, goresan, cuaca dan mengontrol
workability. Agregat beton dapat berasal dari bahan alami dan buatan (batu pecah)
maupun bahan sisa produk tertentu. Selain persyaratan teknis yang harus
dipenuhi, hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis agregat adalah
Laporan PKL 50
Bab IV Pekerjaan
Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang
berdasarkan fraksinya yaitu Fraksi Filler dengan ukuran butiran kurang dari 0,063
mm, Fine Agregate (FA) dengan ukuran butiran antara 0,075 - 5 mm, dan Coarse
Agregate (CA) dengan ukuran butiran 5-20 mm. Agregat dibagi menjadi dua jenis
bentuknya mendekati bulat. Agregat halus terdiri dari Fine Agregate dimana
ukuran butirannya sebagian besar terletak antara 0,075-5 mm dan terdiri dari
Filler yang ukurannya lebih kecil dari 0,063 mm. Kadar filler tidak lebih dari 5%
(Departemen Pekerjaan Umum, 1982). Agregat halus beton dapat berupa pasir
alami sebagai disintegrasi alami atau berupa pasir buatan yang dihasilkan dari
alat-alat pemecah batu. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk
Agregat kasar adalah butiran mineral keras yang sebagian besar butirannya
tergantung pada maksud dan pemakaian. Agregat kasar yang akan dicampurkan
Dalam pengendalian mutu beton, dilakukan tes kuat tekan beton dan
pengujian nilai slump. Pengujian slump dilakukan oleh produsen ready mix yaitu
PT. bcamix dan PT. pionir beton. Menurut standar nilai slump yang memenuhi
Laporan PKL 51
Bab IV Pekerjaan
Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang
bertulang
terdiri dari corong baja berbentuk conus berlubang pada kedua ujungnya bagian
adukan makin mudah pengerjaannya dan nilai slump semakin besar. Pengujian ini
berfungsi untuk mengetahui sifat kekentalan beton segar . Sifat ini merupakan
ukuran dari tingkat kemudahan pengerjaan. Cara pengukuran tinggi slump dapat
a) Masukkan adukan beton segar ke dalam kerucut Abrams dalam tiga lapis.
b) Setiap lapis ditusuk sebanyak 25 kali. Setelah itu tunggu 30 detik dan kerucut
ditarik ke atas.
c) Nilai slump adalah selisih tinggi antara kerucut Abrams dengan permukaan
Laporan PKL 52
Bab IV Pekerjaan
Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang
Pengujian yang kedua adalah tes kuat tekan beton. Test kuat tekan beton
ini dilakukan oleh pihak kontraktor. Pengujian dilakukan berdasar standart ASTM
C 143-94, C 31-94, dan C 39-94. Tiap pengiriman pesanan ready mix maka akan
dibuat tiga benda uji berbentuk tabung silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi
30 cm. Kuat tekan beton adalah besaran, Beban per satuan luas yang
menyebabkan benda uji hancur apabila dibebani gaya Konstan (antara 2 – 4 kg/cm
2
per detik) yang dihasilkan oleh mesin tekan (SK SNI M-14-1898-F).
Dalam proyek ini dilakukan pengujian benda secara periodik dalam 7 hari,
14 hari dan 28 hari oleh PT. Pioner, PT. BCAmix dan lembaga independent yaitu
Universitas Diponegoro.
Uji pembebanan dibagi menjadi dua yaitu uji beban statis dan uji beban
dinamis. Uji beban statis adalah uji standar dengan pembebanan langsung tiang
pondasi atau loading test. Uji beban dinamis dengan perambatan gelombang
melalui tumbukan drop hammer. Kedua uji beban tersebut bertujuan untuk
beban statis secara bertahap pada tiang dengan mempergunakan satu atau lebih
dongkrak hidrolik yang diletakan secara sentral di atas kepala tiang uji. Dongkrak
Laporan PKL 53
Bab IV Pekerjaan
Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang
diatas platform yang terdiri dari main beam dan secondary beam. Selain
pemberian beban pada pengujian ini juga disertai pengukuran pergerakan yang
yang terjadi dipergunakan satu set dial gauge yang dipasang pada tiang uji denga
jarum pengukur diletakkan pada reference beam. Hasil pengujian ini kemudian
dan waktu serta penuruan dan waktu. Axial loading test disajikan pada Gambar
4.7.
dan concrete block. Pembacaan beban yang sedang diangkat dapat diketahui dari
Laporan PKL 54
Bab IV Pekerjaan
Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang
(a) (b)
1) Prosedur pembebanan
tiang bor. Pembebanan untuk loading test ini dilakukan hingga 200% dari
“Slow Maintained Load Test” dengan cyclic loading berdasarkan ASTM D 1143-
Laporan PKL 55
Bab IV Pekerjaan
Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang
c) Untuk C: sama seperti diatas, tetapi setelah 1 jam pertama dengan interval
Laporan PKL 56
Bab IV Pekerjaan
Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang
jacking system yang terdiri dari ram hydraulic, coupling, pompa hidrolis dan
dikontrol dalam batas 5% daripada beban total. Kapasitas dial gauge yang
harus mempunyai pengatur otomatis untuk menjaga tetapnya besar beban pada
pengukur berupa dial gauge. Dua buah reference beam, masing-masing pada
setiap sisi tiang percobaan harus ditempatkan sedemikian rupa hingga searah
dengan test beam. Hendaknya ditempatkan atau dipasang 4 buah dial gauge (dial
ada 2 dial gauge (dial X dan Y) sebagai tambahan untuk mengukur gerakan
Sampai saat ini pengujian dengan PDA sudah banyak dilakukan untuk
pondasi tiang pancang seperti precast piles, steel piles dan spun piles, dengan
menggunakan palu dari alat pancangnya sendiri sehingga sangat praktis dan
ekonomis.
Laporan PKL 57
Bab IV Pekerjaan
Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang
Pengujian PDA untuk tiang bor berdiameter besar dan daya dukung besar
pengujian hanya berlangsung 1 sampai dengan 3 jam. Hal ini berbeda dengan
pengujian dengan sitem kentledge atau sistem anchor, yang perlu waktu lama dan
biaya besar sesuai dengan besarnya daya dukung tiang. Terbatasnya berat palu
yang dipakai untuk pengujian tiang bor dengan PDA menyebabkan pengujian
palu berbobot sangat besar yaitu 10 ton (Gambar 4.10) (tersedia pula dengan
bobot 25 ton) untuk berbagai proyek menyebabkan analisa hasil pengujian lebih
akurat .
akibat tumbukan palu dapat di analisa lebih jauh dengan menggunakan sofware
Case Pile Wave Equation Analysis Program disingkat CAPWAP, sebagai satu
Laporan PKL 58
Bab IV Pekerjaan
Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang
Seperti yang dibahas dalam aspek kualitas bahan, masalah pada pondasi
dalam, tidak hanya masalah daya dukung, tetapi juga terkait dengan faktor
keberadaan tiang dalam tanah yang tidak dapat diamati langsung oleh mata. Untuk
tiang jenis tiang beton pracetak, tiang baja, spun piles masalah integritas tiang
Untuk tiang bor, maka masalah kontrol integritas pada tiang sangat
penting, karena hasil atau kualitas tiang bor sangat tergantung dari kerjasama tim
di lapangan. Masalah integritas tiang bor yang sering dijumpai adalah panjang
tiang yang lebih pendek dari diisyaratkan, necking, pembersihan lubang bor,
volume cor beton teoritis dan yang dilaksanakan. Tentu saja cara manual ini, tidak
dapat menjamin tingkat integritas tiang. Cara terbaik yang saat ini banyak dipakai
menguji integritas tiang adalah dengan menggunakan alat Pile Integrity Test
akan ditest, seperti pemasangan tabung ataupun pekerjaan lainnya. PIT dapat
langsung dikerjakan pada setiap tiang pondasi yang sudah tertanam didalam tanah,
Laporan PKL 59
Bab IV Pekerjaan
Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang
Berbeda dengan PDA pada uji PIT tidak diperlukan pukulan yang besar,
tapi cukup menggunakan palu tangan, sehingga PIT disebut pula “low strain
mengecil) atau mencapai ujung tiang, maka akan terjadi pantulan gelombang.
Laporan PKL 60