Anda di halaman 1dari 5

Bab I - Pendahuluan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Proyek

Kota Jakarta dan Bandung merupakan dua kota besar di Indonesia yang menjadi

pusat perokonomian saat ini. Dengan potensi ekonomi yang masih sangat tinggi

pemerintah masih merasa perlu menyelaraskan pembangunan infrastruktur

koridor Jakarta-Bandung dengan gerak perekonomian yang terjadi di sekitar

Jakarta-Bandung. Dengan kondisi tersebut kereta cepat menjadi pemilihan

pemerintah sebagai bentuk modernisasi transportasi di Indonesia dalam

membangun konektivitas antar kota, dan pembangunan kawasan serta

memaksimalkan potensi besar koridor Jakarta-Bandung. Dalam operasionalnya,

pendapatan dari pengadaan kereta cepat tidak hanya berasal dari penerimaan tiket

saja, tetapi juga dari perluasan bisnis pada kawasan stasiun dan sekitarnya yang

berbentuk Transit Oriented Development (TOD). Dalam hal ini, Walini akan

dikembangkan sebagai Kota Baru dan Transit Oriented Development yang

memiliki luas sekitar 1270 hektar dan dikelola oleh PT KCIC. Kereta cepat ini

akan terbentang dari Halim sampai dengan Tegal Luar sepanjang 142,3 km, dan

merupakan kereta cepat pertama di Asia Tenggara.

Menurut Presiden Indonesia Joko Widodo, koridor Jakarta-Bandung memiliki

potensi besar dalam pembangunan industri, perdagangan, dan pariwisata sehingga

dapat memunculkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6%. Kereta api cepat

ini direncanakan akan melewati 9 kabupaten/kota yaitu : Jakarta Timur (DKI

Jakarta), Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten

I-1
Bab I - Pendahuluan

Purwakarta, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kota Bandung, dan

Kabupaten Bandung.

Dalam pembangunannya pemerintah bekerja sama dengan PT Kereta Cepat

Indonesia China (KCIC) dengan tidak ada jaminan pemerintah dan pembiayaan

APBN dan juga tidak ada subsidi tarif. Kemenhub dan PT KCIC telah

menandatangani perjanjian konsesi, dimana PT KCIC diberi masa konsesi selama

50 (limapuluh tahun) terhitung sejak 31 Mei 2019, dan tidak dapat diperpanjang,

kecuali dalam keadaan tak terduga seperti ada bencana alam. Perjanjian konsesi

ini ditandatangani oleh Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dan Direktur utama

PT Kereta cepat Indonesia Cina, KCIC, Hanggoro Budi Wiryawan.

PT KCIC sendiri merupakan gabungan konsorsium Tiongkok (China Railway)

dan konsorsium BUMN Indonesia yaitu PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia

(PSBI) yang terdiri atas PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Jasa Marga, PT

Perkebunan Nusantara, dan PT Kereta Api Indonesia.

Dalam mendukung penyediaan tenaga kerja, disediakan pendidikan dan pelatihan

serta magang di bidang perkeretaapian untuk mendukung penyiapan tenaga kerja

Indonesia yang ahli dan terampil. Sekda Jabar, Iwa Karniwa, mengatakan

pihaknya telah meminta PT KCIC memberi ruang kepada tenaga kerja lokal asal

Jawa Barat khususnya di daerah-daerah yang dilalui proyek Kereta Cepat

Bandung-Jakarta.

I-2
Bab I - Pendahuluan

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan kerja praktik ini adalah sebagai berikut :

1. Mengarahkan mahasiswa ke kondisi real pelaksanaan pekerjaan di lapangan

berdasarkan atas gambar yang telah dibuat oleh Konsultan Perencana.

2. Menciptakan proses transfer pengetahuan praktis yang didapatkan pada saat

kerja praktik dilaksanakan di lapangan.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan kembali teknik dan metode pelaksanaan

pembangunan konstruksi bangunan-bangunan sipil.

4. Mahasiswa mampu menyajikan laporan teknik yang memberikan gambaran

keadaan di lapangan selama periode pelaksanaan pembangunan.

5. Mahasiswa dapat mengimplementasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh

selama kuliah dengan kenyataan yang ada di lapangan.

6. Mahasiswa dapat mempelajaari langsung keadaan sesungguhnya mengenai

segala hal yang terjadi dalam proyek sebagai pengalaman dalam menghadapi

dunia kerja.

1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

Ruang lingkup kerja praktik meliputi pengamatan dan pelaporan aspek-aspek

teknik dan manajerial pelaksanaan pada proyek. Aspek teknik yang diamati ialah :

1. Persiapan Pekerjaan Bored Pile.

2. Pelaksanaan Pekerjaan Bored Pile.

I-3
Bab I - Pendahuluan

1.4 Sistematika Penulisan

Secara garis besar, sistematika penulisan dapat dijelasskan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang proyek, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan

batasan masalah, dan sistematika Pembahasan.

BAB II : DATA PROYEK

Pada bab ini berisikan data umum, data teknis, fasilitas pelengkap dan lokasi

proyek HSRcc Jakarta - Bandung.

BAB III : SISTEM ORGANISASI & MANAJEMEN PROYEK

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pihak-pihak yang terkait dengan

proyek, hubungan kerja antar pemilik, perencana dan kontraktor, serta

uraian-uraian pendukungnya.

BAB IV : BAHAN BANGUNAN & ALAT – ALAT

Pada bab ini akan menjelaskan tentang bahan-bahan yang digunakan dalam

proyek. Selain itu berisikan pula peralatan yang digunakan dalam proses

pelaksanaan pekerjaan bored pile pada section 2 .

BAB V : PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pada bab ini akan membahas mengenai metode pelaksanaan pekerjaan.

Dalam hal ini metode pelaksanaan pekerjaan yang akan dibahas adalah

pekerjaan pondasi bored pile seperti pekerjaan persiapan, fasilitas

sementara, galian tanah area pekerjaan bored pile, pembesian, dan

pengecoran.

I-4
Bab I - Pendahuluan

BAB VI : LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN &

PENGENDALIAN PROYEK

Pada bab ini berisi tentang kemajuan proyek dari saat awal masuk kerja

praktek hingga di akhir kerja praktek dan tentang pengendalian mutu,

pengendalian waktu dan penjadwalan kerja dan pengendalian tenaga kerja.

BAB VII : PEMBAHASAN MASALAH

Pada bab ini berisi tinjauan khusus masalah yang diamati dalam kerja

praktik yang di konsultasikan dengan dosen pembimbing. Hal ini dapat

berupa aspek teknis, manajemen maupun waktu.

BAB VIII : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi tentang simpulan dan saran berdasarkan hasil

pengamatan selama masa kerja praktik pada Proyek HSRcc Jakarta -

Bandung.

I-5

Anda mungkin juga menyukai