Anda di halaman 1dari 26

KODE ETIK PROFESI LAINNYA

Tugas Mata Kuliah

Etika Bisnis dan Profesi

OLEH :

KELOMPOK 12 :

1. Rr. Tiara Amelia (170810301197)

2. Firda Imro’atuz Zuhro (170810301237)

3. Nuril Isnaini (170810301269)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS JEMBER

2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah etika bisnis dan profesi ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Kode Etik Profesi Lainnya
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jember, 4 November 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Daftar isi………………………………………………………………………………… ii

Bab 1 Pendahuluan……………………………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………... 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………. 1

1.3 Tujuan …………………………………………………………………………. 2

Bab 2 Pembahasan …………………………………………………………………... 3

2.1 Keberadaan Sebagai Profesi .....………………………………………….. 3

2.2 Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republic Indonesia (Bpk-Ri)…... 4

2.3 Kode Etik Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (Paii)…...................... 8

2.4 Kode Etik Psikologi Indonesia ……………………………………………… 11

2.5 Kode Etijprofesi Advokat………………………………………………..…... 14

2.6 Perbandingan Kode Etik ……………………………………………………. 19

2.7 Profesi Dan Hakikat Manusia Utuh …………………………………………. 20

Bab 3 Penutup………………………………………………………………………….. 22

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….. 22

Daftar Pustaka ………………………………………………………………………… iii

ii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etika profesi sangatlah dibutuhkan dalam berbagai bidang khususnya bidang
teknologi informasi.Kode etik sangat dibutuhkan dalam bidang TI (Teknologi
Informasi),karena kode etik tersebut dapat menentukan apa yang baik dan yang tidak
baik serta apakah suatu kegiatan yang dilakukan oleh IT-er itu dapat dikatakan
bertanggung jawab atau tidak.Kode etik profesi dalam bidang apapun merupakan bagian
dari etika profesi. Kode etik profesi merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih
umum yang telah dibahas dan dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini lebih
memperjelas,mempertegas dan merinci norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna
walaupun sebenarnya norma-norma terebut sudah tersirat dalam etika profesi.
Dewasa ini setelah era reformasi, makin banyak bermunculan organisasi profesi
dari kelompok profesi sejenis, contoh: IAI untuk para akuntan, IDI untuk para dokter,
dan PGRI untuk para guru, dan wadah organisasi untuk pejabat keuangan publik
(pemerintah/negara) adalah Departemen Keuangan RI. Setiap organisasi tersebut makin
menyadari perlunya membuat kode etik untuk menjadi pedoman perilaku bagi para
anggotanya, tujuan khususnya adalah untuk mengembangkan kompetensi secara
berkelanjutan sekaligus untuk melakukan pengendalian perilaku para anggotanya

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang diatas, Maka dapat merumuskan masalahnya
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Keberadaan Berbagai Profesi?
2. Apa Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia(BPK-RI)?
3. Apa Kode Etik Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII)?
4. Apa Kode Etik Psikologi Indonesia?
5. Apa Kode Etik Profesi Advokat?
6. Bagaimana Perbandingan Kode Etik antara BPK, PAII, Psikologi, dan
Advokat?
7. Apakah Profesi dan Hakikat Manusia Utuh?

1
1.3 Tujuan
Dalam penulisan ini terdapat tujuan dari topik pembahasan yaitu:
1. Memahami Keberadaan Berbagai Profesi
2. Mengetahui Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia(BPK-RI)?
3. Mengetahui Kode Etik Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII)?
4. Mengetahui Kode Etik Psikologi Indonesia?
5. Mengetahui Kode Etik Profesi Advokat?
6. Memahami Perbandingan Kode Etik antara BPK, PAII, Psikologi, dan
Advokat?
7. Memahami Profesi dan Hakikat Manusia Utuh?

2
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Keberadaan Berbagai Profesi


Dewasa ini makin banyak banyak bermunculan organisasi profesi dari kelompok
profesi sejenis dan setiap organisasi makin menyadari perlunya membuat kode etik
untuk menjadi pedoman perilaku bagi para anggotanya.
Tujuan khusus dari setiap organisasi profesi adalah untuk mengembangkan
kompetensi para anggota secara berkelanjutan sekaligus untuk melakukan
pengendalian perilaku para anggotanya dengan berpedoman pada kode etik yang
telah disepakati bersama. Kelompok-kelompok organisasi profesi seperti ini tidak
membeda-bedakan latar belakang status para anggota mereka, baik dari sektor swasta
atau sektor publik.
Setiap organisasi profesi mempunyai pedoman kode etik untuk menjadi
standar/acuan perilaku bagi para anggotanya. Karena banyaknya organisasi profesi
yang ada, maka pada kesempatan ini hanya akan dibahas beberapa contoh kode etik
dari beberapa organisasi profesi, yaitu profesi Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia (BPK-RI), Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII), Himpunan
Psikologi Indonesia, dan Advokat Indonesia.
Setelah mempelajari masing-masing kode etik profesi ini, dapat diketahui bahwa:
a. Tidak ada sistematika baku dalam penulisan kode etik;
b. terdapat banyak istilah dan konsep yang sama, tetapi pemaknaan atas istilah-
istilah atau konsep tersebut bias jadi berbeda; dan
c. banyak konsep dan istilah yang maknanya tumpang-tindih. Mengingat adanya
perbedaan dalam sistematika, substansi, konsep, dan istilah yang
dipergunakan, maka untuk lebih memudahkan pemahaman atas masing-
masing kode etik akan digunakan model penalaran kode etik berdasarkan
acuan pada unsur-unsur pokok suatu profesi sebagaimana terlihat pada
gambar berikut.

3
Model Penalaran Kode Etik Profesi

Kepentingan Tanggung
Umum Jawab

Kompetensi

Pengetahuan Keterampilan Sikap-Perilaku

(Knowledge) (Skill) (Attitude)

2.2 Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia(BPK-RI)


Kode Etik BPK dituangkan dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007, serta telah diumumkan dalam Lembaran
Berita Negara Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2007. Kode Etik ini berlaku untuk
Anggota dan Pemeriksa BPK.
Anggota BPK dan Pemeriksa BPK mempunyai pengertian yang berbeda menurut
pasal 1 ayat 2 dan 3 Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2007, yaitu :
a) Anggota BPK adalah pejabat Negara pada BPK yang dipilih oleh DPR dan
diresmikan berdasarkan Keputusan Presiden.
b) Pemeriksa BPK adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan
pengeloaan dan tanggung jawab keuangan Negara untuk dan atas nama
BPK.
Proses penalaran atas kode etik BPK-RI ini dengan mengacu pada cirri-ciri
utama suatu profesi. Pasal 2 kode etik BPK mengatur tentang nilai-nilai dasar yang
wajib dimiliki oleh anggota dan pemeriksa BPK. Nilai-nilai dasar ini terdiri atas:
a) Mematuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang
berlaku.
b) Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
c) Menjunjung tinggi indepedensi, integritas, dan profesionalitas.
d) Menjunnjung tinggi martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas BPK.

4
Tabel 2.1
Proses Penalaran Kode Etik BPK
CIRI PROFESI KODE ETIK BPK
1. Kepentingan Publik Mengutamakan kepentingan Negara di atas
kepentingan pribadi dan golongan (Pasal 2b)
2. Tanggung Jawab Mengembangkan standar kompetensi tinggi yang
menyangkut knowledge, skill, dan attitude
3. Kompetensi Dilihat dari tiga unsure kompetensi (knowledge,
skill, attitude):
a. Pengetahuan (knowledge) Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian tertentu (Pasal 1 ayat 8)
b. Keterampilan (skill) Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
merupakan patokan pemeriksaan yang
menyangkut standar umum, standar pelaksanaan
pekerjaan, dan standar pelatoran (Pasal 1 ayat 5)
c. Sikap perilaku (attitude) Menyangkut diri (pribadi) dan hubungan dengan
lembaga/pihak lain.
 Menyangkut diri Bagi setiap anggota dan pemeriksa wajib
(pribadi) mematuhi, memiliki, dan menjunjung nilai-nilai
dasar (Pasal 2):
 Taat pada peraturan (ayat 2)
 Mengutamakan kepentingan Negara (ayat b)
 Menjunjung tinggi indepedensi, integritas, dan
profesionalitas (ayat c)
 Menjujung tinggi martabat, kehormatan, citra,
dan kredibilitas BPK
 Hubungan rekan Menghormati dan memercayai serta saling
sejawat membantu di antara pemeriksa sehingga dapat
bekerja sama dengan baik dalam melaksanakan
tugas (Pasal 8 ayat 1g)
 Hubungan klien  Menghindari terjadinya benturan kepentingan
(Pasal 6 ayat 1b)
 Dilarang menerima pemberian dalam bentuk

5
apa pun baik langsung maupun tidak langsung
yang diduga atau patut diduga dapat
memengaruhi pelaksanaan tigas dan
wewenangnya (Pasal 4 ayat 2 dan Pasal 7
ayat 2a)
 Dilarang membocorkan informasi yang
diperolehnya dariauditee (Pasal 6 ayat 2d)
 Hubungan Lain  Dilarang merangkap jabatan pada badan,
lembaga, atau perusahaan lain untuk anggota
dan pemeriksa (Pasal 3 ayat 2a dan Pasal 6
ayat 2a)
 Dilarang menjadi anggota partai politik bagi
anggota BPK (Pasal 3 ayat 2b)
 Pengawasan Melalui Majelis Kehormatan Kode Etik (Bab III
Pasal 9-32)

Selanjutnya, penjelasan lebih lanjut atas nilai-nilai dasar indepedensi, integritas,


dan profesionalitas diberikan pada tabel berikut.

Tabel 2.2
Indepedensi, Integritas, dan Profesionalitas BPK
NILAI DASAR ANGGOTA BPK PEMERIKSA
Indepedensi  Memegang sumpah jabatan  Netral dan tidak berpihak
 Netral dan tidak berpihak  Menghindari benturan
 Menghindari banturan kepentingan
kepentingan  Menghindari hal-hal
 Menghindari hal-hal yang dapat yang dapat
memengaruhi objektivitas memengaruhi
objektivitas
 Mempertimbangkan
informasi, pandangan,
dan tanggapan pihak
Dilarang : lain diperiksa
 Merangkap jabatan  Bersikap tenang dan

6
 Menjadi anggota partai politik mampu mengendalikan
 Menunjukkan sikap dan perilaku diri
yang menyebabkan orang lain
meragukan indepedensinya Dilarang:
 Merangkap jabatan
 Menunjukkan sikap dan
perilaku yang
menyebabkan orang lain
meragukan
indepedensinya
 Tunduk pada
intimidasi/tekanan orang
lain
 Membocorkan informasi
auditee
 Dipengaruhi oleh
prasangka, interpretasi
atau kepentingan
tertentu baik untuk
kepentingan pribadi
pemeriksa maupun
pihak lain
Integritas  Bersikap tegas  Bersikap tegas
 Jujur  Jujur
 Memegang rahasia pihak yang  Memegang rahasia
diperiksa pihak yang diperiksa

Dilarang: menerima pemberian Dilarang:


dalam bentuk apa pun, baik  Menerima pemberian
langsung maupun tidak langsung dalam bentuk apa pun,
baik langsung maupun
tidak langsung
 Menyalahgunakan
wewenang

7
Profesionalitas  Prinsip kehati-hatian, ketelitian,  Prinsip kehati-hatian,
kecermatan ketelitian, kecermatan
 Menyimpan rahasia Negara dan  Menyimpan rahasia
jabatan Negara dan jabatan
 Tidak menyalahgunakan rahasia  Tidak menyalahgunakan
Negara untuk kepentingan pribadi rahasia Negara untuk
dan golongan/pihak lain kepentingan pribadi dan
 Menghindari perbuatan di luar golongan/pihak lain
tugas dan wewenangnya  Menghindari perbuatan
di luar tugas dan
wewenangnya
 Komitmen tinggi
 Meningkatkan
kemampuan
 Profesionalisme secara
berkelanjutkan
 Kerja sama saling
menghormati dan
memercayai antar rekan
sejawat
 Berkomunikasi dan
berdiskusi antar rekan
sejawat
 Menggunakan sumber
daya publik secara
efisien, efektif, dan
ekonomis.

2.3 Kode Etik Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII)


Ada dua kategori kode etik yang diterapkan oleh PAII, yaitu kode etik PAII dan
kode etik Qualified Internal Auditor (QIA). Kode etik PAII berlaku bagi organisasi
profesi dan semua anggota PAII yang bekerja pada departemen/bagian audit internal
suatu organisasi/perusahaan. Kode etik QIA adalah kode etik bagi anggota yang telah
memperoleh sertifikasi QIA melalui suatu pendidikan formal yang diterapkan oleh PAII.
Perlu dipahami bahwa saat ini yang berprofesi pada departemen/bagian audit internal

8
tidak seluruhnya mempunyai kualifikasi gelar atau sertifikat QIA. Kode etik QIA
ditetapkan oleh Dewan Sertifikasi QIA. Pasal-pasal dalam kode etik QIA adalah sama
dengan kode etik PAII, kecuali dalam kode etik QIA tidak memasukkan Pasal 1 dan 9
dari kode etik PAII.

Tabel 2.3
Ringkasan prosespenalaran kode etik PAII
Ciri profesi Kode etik PAII
1. Kepentingan Publik Untuk mempertahankan kepercayaan dari
pemberi tugas, para anggota harus
menunjukkan loyalitas kepada pemberi tugas (
manajemen ). Anggota dilarang untuk
mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan
yang menyimpang.
2. Tanggung Jawab Mengembangkan standar kompetensi tinggi
yang menyangkut pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku.

3. Kompetensi : Dilihat dari tiga unsur kompetensi


(pengetahuan, keterampilan, dan prilaku ).
a. Pengetahuan ( Knowledge ) Tidak secara eksplisit diungkapkan.
b. Keterampilan ( Skill ) Para anggota harus terus berusaha untuk
meningkatkan keahlian dan keefektifan dalam
melakukan pekerjaannya.
2. Dalam berpendapat, para anggota harus
menggunakan semua kemampuannya untuk
memperoleh bukti yang memadai yang dapat
mendukung pernyataannya.
c. Sikap prilaku ( attitude )
Menyangkut Diri 1. PAII berasaskan pancasila dan UUD 1945 (
pasal 2)
2. Para anggota diwajibkan bersikap jujur,
objektif, dan hati-hati dalam menjalankan
tugas maupun kewajibannya ( pasal 3 )

9
3. Para anggota harus menghindari untuk
terlibat kegiatan yang dapat menimbulkan
konflik dengan kepentingan pemberi tugas,
atau yang dapat menimbulkan prasangka
yang meragukan kemampuannya untuk
secara objektif menyelesaikan tugas dan
kewajibannya (pasal 5 )
4. Para anggota harus mematuhi peraturan dan
mendukung pencapaian tujuan PAII. Dalam
menjalankan profesinya, para anggota harus
sadar akan kewajibannya untuk memelihara
standar yang tinggi tentang kompetensi,
moralitas, dan kehormatan yang telah
ditetapkan oleh PAII dan para anggotanya (
pasal 10 )
Hubungan rekan sejawat Tidak diatur.
Hubungan klien 1. Para anggota dilarang untuk menerima
imbalan atau hadiah dari pemberi tugas,
klien, pelanggan, atau relasi bisnis pemberi
tugas, kecuali yang menjadi haknya ( pasal
6)
2. Para anggota harus bersikap bijaksana dan
hati-hati dalam menggunakan informasi
yang diperoleh dalam melaksanakan
tugasnya. Para anggota dilarang untuk
menggunakan informasi rahasia untuk
kepentingan pribadi, atau merugikan
kepentingan pemberi tugas ( pasal 7 )
Hubungan lain Tidak diatur.
Pengawasan Tidak diatur.

Kode etik PAII terlihat sangat singkat dan sederhana. Karena terlalu singkat
dan sederhana, ada beberapa hal yang pengaturannya tidak jelas dan/atau tidak
lengkap, yaitu:

10
1. Kompetensi yang menyangkut persyaratan pengetahuan minimal yang diperlukan
melalui pendidikan formal tidak diatur secara eksplisit.
2. Tanggung jawab profesi auditor internal hanya disebutkan kepada pemberi tugas,
tidak ada pernyataan yang menyebutkan hubunganya dengan atau dampaknya
bagi kepentingan umum yang lebih luas.
3. Tidak ada pasal yang mengatur hubungan dengan rekan sejawat dan hubungan
lainnya.
4. Tidak ada pasal yang mengatur tentang pengawasan dalam hal timbulnya
penyimpangan terhadap kode etik yang dilakukan oleh anggotanya.

Hal yang patut dicatat adalah dalam kode etik PAII dicantumkan asas Panasila
dan Undang-Undang Dasar 1945, sesuatu yang jarang dijumpai kode etik profesi
lainnya.

2.4 Kode Etik Psikologi Indonesia


Kode etik yang berlaku bagi Ilmuwan psikologi dan psikolog dibedakan
berdasarkan latar belakang pendidikan mereka, di mana latar belakang pendidikan ini
menetukan boleh atau tidaknya seseorang melakukan prakyik psikologi. Para Ilmuwan
psikologi dalam batas-batas tertentu dapat memberika jasa psikologi, tetapi tidak boleh
menjalankan praktik psikologi. Prakti psikologi hanya boleh dilakukan ileh para psikolig.
Dengan menggunakan model penalaran pada gambar 2.1 esensi dari kode etik
psikolgi dapat dirangkum seperti terlihat pada Tabel 2.4 berikut ini:

Tabel 2.4
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Psikolog
Ciri Profesi Kode Etik Psikologi
1. Kepentingan publik  Mengabdikan pengetahuan tentang perilaku
manusia bagi kesejahteraan manusia
(pembukaan)
 Mengutamakan kepentingan umum daripada
pribadi atau golongan ( Pasal 14a)
2. Tanggung Jawab Pentingnya setiap Ilmuwan psikologi mempunyai
rasa tanggung jawab menyangkut kompetensi,
objektivitas, kejujuran, integritas, bersikap bijak,
dan hati-hati.

11
3. Kompetensi
3.1 Pengetahuan(Knowladge)  Ilmuwan Psikologi adalah para lulusan
perguruan tinggi dan universitas di dalam
maupun luar negeri, yaitu mereka yang telah
mengikuti pendidikan dengan kurikulum
nasional (SK Mendikbud Nomor 18/D/0/1993
untuk pendidikan program akademik (Sarjana
Psikologi); lulusan pendidikan tinggi strata 2
(S2) dan strata 3 (S3) dalam bidang psikologi,
yang pendidikan strata (S1) diperoleh bukan
dari fakultas psikologi. Ilmuwan Psikologi yang
tergolong kriteria tersebut dinyatakan dapat
memberika jasa psikologi, tetapi tidak berhak
dan tidak berwenang untuk melakukan praktik
psikologi di Indonesia.

3.2 Keterampilan (skill) Psikolog adalah Sarjana Psikologi yang telah


mengikuti pendidikan tinggi psikologi strata 1 (S1)
dengan kurikulum lama (Sistem Paket Murni)
Perguruan Tinggi Negeri (PTN); atau sistem
Kredit Semester (SKS) PTN; atau pendidikan
program akademik (Sarjana Psikologi) dan
program pendidikan profesi (Psikologi); atau
kurikulum lama Perguruan Tinggi Swasta (PTS)
yang sudah mengikuti ujian negara sarjana
psikologi; atau pendidikan tinggi psikologi di luar
negeri yang sudah mendapat akreditasi dan
disetarakan dengan psikologi Indonesia oleh
Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Departemen
Pendidikan Nasional (Depdiknas RI). Sarjana
Psikologi dengan kriteria tersebut dinyatakan
berhak dan berwenang untuk melakukan praktik
psikologi di wilayah hukum Negara Republik
Indonesi. Sarjana Psikolog menurut kriteria ini
juga dikenal dan disebut sebagai psikolog. Untuk

12
melakukan praktik psikologi , Sarjana Psikolog
yang tergolong kriteria ini diwajibkan memiliki izin
praktik psikolog sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
3.3 Sikap perilaku (attitude)
a. Menyangkut diri (Pribadi)  Kesadaran diri tentang Pancasila dan UUD
1945
 Mengindahkan etika dan nilai-nilai moral yang
berlaku di masyarakat (Pasal 4a)
 Menjaga citra profesi (Pasal 4b)
 Memiliki objektivitas, kejujuran, integritas,
bersikap bijak, dan hati-hati (Pasal 2)
b. Hubungan rekan sejawat  Saling menghormati dan menjaga hak-hak
serta nama baik rekan sejawat (Pasal 5a)
 Saling memberi umpan balik (Pasal 5b)
 Saling mengingatkan untuk mencegah
pelanggaran kode etik (Pasal 5c)
 Menghargai karya cipta rekan sejawat/pihak
lain (Pasal 15)
c. Hubungan klien  Melindungi klien dari akibat yang merugikan
sebagai dampak pemberian jasa/praktik yang
dilakukan (Pasal 8c)
 Melindungli kerahasiaan data klien, kecuali ada
persetujuan dari klien, atau ada hubungannya
dengan pihak berwenang (Pasal 12)
 Mengutamakan ketidakberpihakan dalam
kepentingan pemakai jasa, atau klien dan
pihak-pihak terkait (Pasal 8d)
 Hubungan lain  Menghargai kompetensi profesi lain (Pasal 6a)
 Mencegah pemberian jasa dari pihak yang
tidak berkompeten (Pasal 6b)
 Pengawasan Melalui Majelis Psikologi (Pasal 18)

13
2.5 Kode Etik Profesi Advokat
Advokat merupakan salah satu subprofesi di bidang hukum. Sebagaimana
dikatakan oleh Abdulkadir Muhammad (2006), peraturan hukum mengatur dan
menjelaskan bagaimana seharusnya:
a) Legislator menciptakan hokum
b) Pejabat melaksanakan administrasi Negara
c) Notaris merumuskan kontrak-kontrak harta kekayaan
d) Polisi dan jaksa menegakkan ketertiban hokum
e) Pengacara membela kliennya dalam menginterpretasikan hokum
f) Hakim menerapkan hukum dan menetapkan keputusannya
g) Pengusaha menjalankan kegiatan bisnisnya
h) Konsultan hukum memberikan nasihat hukum kepada kliennya
i) Pendidik hukum menghasilkan ahli hukum
Selanjutnya dikatakan bahwa pekerjaan yang ditangani oleh para profesional
hukum tersebut merupakan bidang-bidang profesi hukum, yang jika dirinci adalah
sebagai berikut:

a. Profesi legislator
b. Profesi administrator hukum
c. Profesi notaris
d. Profesi polisi
e. Profesi jaksa
f. Profesi advokat (pengacara)
g. Profesi hakim
h. Profesi hukum bisnis
i. Profesi konsultan hukum
j. Profesi dosen hokum

Menurut Notohamidjojo (dalam Abdulkadir Muhammad, 2006), seorang


profesional di bidang hukum perlu memiliki :
a) Sikap manusiawi, artinya tidak hanya menghadapi hukum secara formal,
melainkan kebenaran yang sesuai dengan hati nurani.
b) Sikap adil, artinya mencari kelayakan yang dengan perasaan masyarakat.
c) Sikap patut, artinya mencari pertimbangan untuk menentukan keadilan dalam
suatu perkara konkret.

14
d) Sikap jujur, artinya menyatakan suatu hal benar menurut apa adanya, serta
menjauhi yang tidak benar dan tidak patut.

Seperti telah disebutkan sebelumnya subcabang profesi di bidang hukum cukup


banyak. Pada kesempatan ini hanya dibahas kode etik profesi advokat (pengacara)
sebagai salah satu subcabang profesi di bidang hukum. Kode etik profesi advokat
(pengacara) secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8 di bagian akhir buku ini.
Di Indonesia terdapat lebih dari satu organisasi profesi advokat. Kode Etik
Profesi Advokat berlaku sejak tanggal ditetapkan pada tanggal 23 Mei 2002 dan
disepakati berlaku bersama untuk organisasi profesi advokat yang tergabung dalam
Komite Kerja Sama Advokat Indonesia (KKAI), yang terdiri atas tujuh organisasi, yaitu:
Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN), Asosiasi Advokat Indonesia (AAI), Ikatan
Penasihat Hukum Indonesia (IPHI), Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI),
Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM), Serikat Pengacara Indonesia
(SPI), dan Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia (HAPI). Kode etik advokat
Indonesia secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 8 di bagian akhir buku ini.
Dengan menggunakan model penalaran pada Gambar 2.1, esensi kode etik
profesi advokat dapat dirangkum sebagaimana terlihat pada Tabel 2.5 berikut ini.

Tabel 9.5
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Profesi Advokat Indonesia
Ciri Profesi Kode Etik Advokat
1. Kepentingan publik  Tidak bertujuan semata-mata untuk memperoleh
imbalan materi, tetapi lebih mengutamakan tegaknya
hukum, kebenaran, dan keadilan (Pasal 3b)
 Wajib memberikan bantuan hukum cuma-cuma bagi
orang yang tidak mampu (Pasal 7h)
2. Tanggung jawab Menjaga citra dan martabat kehormatan profesi,
menjunjung tinggi kode etik dan sumpah jabatan
(pembukaan), dan memelihara kompetensi
3. Kompetensi : Mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
a. Pengetahuan Berpraktik memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di
(knowledge) luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan
undang-undang yang berlaku (Pasal 1a)

15
b.Keterampilan (skill) Sama dengan Pasal 1a.
c.Sikap perilaku
(attitude) :
 Menyangkut diri  Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap
(kepribadian) satria, jujur, serta menjunjung tinggi hukum dan Undang
Undang Dasar (Pasal 2)
 Bersedia memberi nasehat dan bantuan hukum tanpa
membedakan agama, suku, keturunan, kedudukan
sosial, keyakinan politik (Pasal 3a)

 Bekerja dengan bebas dan mandiri serta tidak


dipengaruhi oleh siapa pun dan wajib menjunjung tinggi
hak asasi manusia dalam negara hukum Indonesia
(Pasal 3c)
 Tidak dibenarkan melakukan pekeraan lain yang dapat
merugikan kebebasan, derajat, dan martabat advokat
(Pasal 3f)
 Bersikap sopan terhadap semua pihak (Pasal 3h)
 Hubungan rekan  Memegang teguh rasa solidaritas sesama advokat dan
sejawat wajib membela secara cuma -cuma teman sejawat
yang diajukan sebagai tersangka dalam perkara pidana
(Pasal 3d dan 3e)
 Hubungan antara teman sejawat advokat berdasarkan
sikap saling menghormati, menghargai, dan
memercayai (Pasal 5a)
 Tidak menggunakan kata-kata tidak sopan atau yang
menyakitkan hati (Pasal 5b)
 Keberatan terhadap tindakan teman sejawat harus
diadukan kepada Dewan Kehormatan (Pasal 5c)
 Tidak diperkenankan menarik klien teman sejawat
(Pasal 5d)
 Advokat baru hanya dapat menerima perkara setelah
menerima bukti pencabutan pemberian kuasa kepada
advokat terdahulu (Pasal 5e)

16
 Advokat lama wajib memberikan kepada avokat yang
baru semua surat dan keterangan penting untuk
mengurus perkara itu (Pasal 5f)

 Hubungan klien  Mengutamakan penyelesaian damai dalam perkara


perdata (Pasal 4a)
 Tidak memberikan keterangan yang dapat
menyesatkan klien (Pasal 4b)
 Tidak dibenarkan menjamin kepada klien bahwa
perkaranya akan menang (Pasal 4c)
 Penetapan honor berdasarkan kemampuan klien (Pasal
4d)
 Tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya
yang tidak perlu (Pasal 4e)
 Perhatian yang sama diberikan terhadap perkara yang
diurus secara cuma-cuma (Pasal 4f)
 Harus menolak mengurus perkara yang tidak ada dasar
hukumnya (Pasal 4g)
 Wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang
menyangkut klien(Pasal 4h)
 Dilarang melepaskan tugas yang dibebankan
kepadanya pada saat yangtidak menguntungkan klien
atau akan merugikan klien yang tidak dapat diperbaiki
lagi (Pasal 4i)
 Mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan
kepentingan bersama dua pihak atau lebih apabila
kemudian timbul pertentangan kepentingan diantara
pihak-pihak yang bersangkutan (Pasal 4j)
 Mempunyai hak retensi terhadap klien tetapi tidak dapat
digunakan apabila dengan retensi itu kepentingan klien
akan dirugikan yang tidak dapat diperbaiki lagi (Pasal
4k)

17
 Hubungan lain  Sebagai profesi mulia, advokat dalam menjalankan
profesinya di bawah perlindungan hukum, undang-
undang, dan kode etik (Pasal 8a)
 Tidak diperkenankan memasang iklan, termasuk
pemasangan papan nama dengan ukuran yang
berlebihan (Pasal 8b)
 Tidak mengadakan kantor cabang di tempat yang
merugikan kedudukan advokat, misalnya di rumah atau
di kantor seorang yang bukan advokat (Pasal 8c)
 Tidak mengizinkan pencantuman namanya di papan
nama, iklan, atau cara lain oleh orang bukan advokat,
tetapi memperkenalkan diri sebagai wakil advokat
(Pasal 8d)
 Tidak mengizinkan karyawan yang tidak berkualitas
untuk mengurus sendiri perkara, memberi nasihat
kepada klien secara lisan atau tertulis (Pasal 8e)
 Tidak memublikasikan diri melalui media massa untuk
menarik perhatian masyarakat mengenai perkara yang
sedang ditanganinya, kecuali untuk menegakkan prinsip
hukum yang wajib diperjuangkan oleh semua
advokat(Pasal 8f)
 Advokat dapat mengundurkan diri dari per yang
diurusnya bila dicapai kesepakatan dengan kliennya
(Pasal 8g)
 Tidak mengizinkan advokat mantan hakim/panitera
menangani perkara di pengadilan yang bersangkutan
selama tiga tahun sejak ia berhenti dari pengadilan
tersebut (Pasal h)
 Pengawasan Pengawasan atas pelaksanaan kode etik ini dilakukan
oleh Dewan Kehormatan (Pasal 9)

18
2.6 Perbandingan Kode Etik
Dengan membandingkan keempat contoh kode etik profesi ( profesi BPK, auditor
internal, psikologi, dan advokat),tidaklah mudah untuk mencoba memahami apakah
ada nilai-nilai, prinsip, atau norma-norma dasar yang berlaku universal untuk semua
profesi. Hal ini mengingat adanya keragaman menggunakan penulisan, isi, dan
konsep-konsep yang digunakan. Meskipun agak sulit, dengan pendekatan model
Gambar 9.1. dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Semua profesi berdampak atau bermanfaat bagi kepentingan umum, meskipun
arti umum mempunyai tingkat keluasan yang berbeda.Contoh pengertian umum
untuk :
a) BPK adalah kepentingan negara.
b) Auditor Internal adalah manajemen suatu entitas (suatu bisnis).
c) Psikologi adalah klien (individu, kelompok, institusi).
d) Advokat adalah klien dan demi penegakan hukum dan keadilan.
2. Untuk menjaga kepercayaan publik dalam setiap kode etik profesi pada
umumnya ditekankan pentingnya memelihara kompetensi tinggi secara
berkelanjutan.
3. Kompetensi mencakup pengetahuan melalui pendidikan formal sesuai dengan
latar belakang profesinya, keterampilan teknis, dan sikap perilaku. Meskipun
kompetensi yang menyangkut pengetahuan ada yang secara eksplisit diatur
dalam kode etik (misalnya, kode etik psikologi, ada juga yang tidak diatur dalam
kode etik karena sudah diatur dalam peraturan/perundangan (misalnya, kode
etik advokat dan BPK), atau tidak diatur dalam kode etik tetapi diserahkan pada
kebijakan/peraturan perusahaan (misalnya, kode etik auditor internal).
4. Aturan mengenai sikap perilaku umumnya menyangkut tanggung jawab dan
kesadaran diri sebagai pribadi, hubungan dengan rekan sejawat, hubungan
dengan klien, dan hubungan lainnya.
5. Tanggung jawab dan kesadaran diri berkaitan dengan karakter utama, prinsip-
prinsip, atau nilai-nilai dasar yang harus dimiliki seorang profesional untuk
menunjang citra dan martabat rofesinya yang luhur. Semua kode etik
menjelaskan karakter utama, prinsip-prinsip, atau nilai dasar ini, walaupun tidak
ada keseragaman mengenai jumlah, konsep, atau istilah yang digunakan.
Berikut adalah contoh karakter, prinsip, atau nilai-nilai dasar dari beberapa
profesi.
Tabel 2.6

19
Perbandingan Kode Etik
Institusi/Profesi Penekanan Kode Etik
BPK Independensi, integritas, dan profesionalitas
PAII Bersikap jujur,objektif, hati-hati, dan menghindari konflik
kepentingan
Psikologi Menjaga kompetensi, objektivitas, kejujuran, integritas,
bersikap bijak, dan hati-hati
Advokat Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap satria,
jujur, tidak membeda-bedakan agama, suku, keturunan,
kedudukan sosial, keyakinan politik, mandiri, serta tidak
dipengaruhi oleh siapa pun dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia

2.7 Profesi dan Hakikat Manusia Utuh


Apabila seorang profesional benar-benar menghayati profesinya dan betul-betul
mau mematuhi kode etik yang ditetapkan atas dasar kesadaran diri dalam
melaksanakan profesinya, maka sebenarnya ia telah menjalani kehidupan sesuai
dengan hakikat manusia seutuhnya. Hakikat manusia utuh adalah hidup dengan
menyeimbangkan pemenuhan EQ, IQ, SQ, dan PQ. Kesadaran untuk terus-menerus
memelihara unsur kompetensi ilmu pengtahuan dan keterampilan teknis
mencerminkan upaya untuk meningkatkan IQ. Kesadaran untuk menumbuhkan sikap
perilaku yang baik dalam menjalankan profesi sebenarnya sekaligus untuk memupuk
EQ, dan SQ. Membangun karakter, prinsip-prinsip, dan nilai-nilai dasar seperti
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menanamkan integritas, kejujuran,
independensi, objektivitas, dan sejenisnya merupakan fondasi untuk membangun SQ.
Melayani klien dengan kompentesi tinggi, menjaga hubungan harmonis dengan rekan
sejawat atas dasar saling menghormati, mengahargai, dan mempercayai, berbicara
sopan dengan siapa pun, merupakan dasar bagi pembangunan EQ.
Dengan demikian, walaupun tidak dijelaskan secara eksplisit di dalam setiap
kode etik, seorang profesional yang benar0benar telah mematuhi dan mengikuti kode
etik profesi dalam menjalankan profesinya, sebenarnya disadari atau tidak, ia telah
mejalani kehidupan sebagai manusia seutuhnya.

20
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa kode etik profesi
merupakan pedoman mutu moral profesi di dalam masyarakat yang di atur sesuai
dengan profesi masing-masing. Setelah mempelajari masing-masing kode etik profesi
ini, dapat diketahui bahwa :
a. Tidak ada sistematika baku dalam penulisan kode etik;
b. terdapat banyak istilah dan konsep yang sama, tetapi pemaknaan atas istilah-
istilah atau konsep tersebut bias jadi berbeda; dan
c. banyak konsep dan istilah yang maknanya tumpang-tindih. Mengingat adanya
perbedaan dalam sistematika, substansi, konsep, dan istilah yang
dipergunakan, maka untuk lebih memudahkan pemahaman atas masing-
masing kode etik akan digunakan model penalaran kode etik berdasarkan
acuan pada unsur-unsur pokok suatu profesi.

Salah satu kode etik PAII terlihat sangat singkat dan sederhana. Karena terlalu
singkat dan sederhana, ada beberapa hal yang pengaturannya tidak jelas dan/atau
tidak lengkap, yaitu:
1. Kompetensi yang menyangkut persyaratan pengetahuan minimal yang diperlukan
melalui pendidikan formal tidak diatur secara eksplisit.
2. Tanggung jawab profesi auditor internal hanya disebutkan kepada pemberi tugas,
tidak ada pernyataan yang menyebutkan hubunganya dengan atau dampaknya
bagi kepentingan umum yang lebih luas.
3. Tidak ada pasal yang mengatur hubungan dengan rekan sejawat dan hubungan
lainnya.
4. Tidak ada pasal yang mengatur tentang pengawasan dalam hal timbulnya
penyimpangan terhadap kode etik yang dilakukan oleh anggotanya.

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Ketaatan tenaga profesional


terhadap kode etik merupakan ketaatan naluriah yang telah bersatu dengan
pikiran, jiwa dan perilaku tenaga profesional. Jadi ketaatan itu terbentuk dari masing-
masing orang bukan karena paksaan. Dengan demikian tenaga profesional merasa
bila dia melanggar kode etiknya sendiri maka profesinya akan rusak dan yang rugi
adalah dia sendiri.

21
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno & I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya. Jakarta: Salemba Empat.

iii

Anda mungkin juga menyukai