OLEH :
KELOMPOK 12 :
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS JEMBER
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah etika bisnis dan profesi ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Kode Etik Profesi Lainnya
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Daftar isi………………………………………………………………………………… ii
Bab 1 Pendahuluan……………………………………………………………………. 1
Bab 3 Penutup………………………………………………………………………….. 22
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….. 22
ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Dalam penulisan ini terdapat tujuan dari topik pembahasan yaitu:
1. Memahami Keberadaan Berbagai Profesi
2. Mengetahui Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia(BPK-RI)?
3. Mengetahui Kode Etik Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII)?
4. Mengetahui Kode Etik Psikologi Indonesia?
5. Mengetahui Kode Etik Profesi Advokat?
6. Memahami Perbandingan Kode Etik antara BPK, PAII, Psikologi, dan
Advokat?
7. Memahami Profesi dan Hakikat Manusia Utuh?
2
BAB 2. PEMBAHASAN
3
Model Penalaran Kode Etik Profesi
Kepentingan Tanggung
Umum Jawab
Kompetensi
4
Tabel 2.1
Proses Penalaran Kode Etik BPK
CIRI PROFESI KODE ETIK BPK
1. Kepentingan Publik Mengutamakan kepentingan Negara di atas
kepentingan pribadi dan golongan (Pasal 2b)
2. Tanggung Jawab Mengembangkan standar kompetensi tinggi yang
menyangkut knowledge, skill, dan attitude
3. Kompetensi Dilihat dari tiga unsure kompetensi (knowledge,
skill, attitude):
a. Pengetahuan (knowledge) Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi
pendidikan keahlian tertentu (Pasal 1 ayat 8)
b. Keterampilan (skill) Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
merupakan patokan pemeriksaan yang
menyangkut standar umum, standar pelaksanaan
pekerjaan, dan standar pelatoran (Pasal 1 ayat 5)
c. Sikap perilaku (attitude) Menyangkut diri (pribadi) dan hubungan dengan
lembaga/pihak lain.
Menyangkut diri Bagi setiap anggota dan pemeriksa wajib
(pribadi) mematuhi, memiliki, dan menjunjung nilai-nilai
dasar (Pasal 2):
Taat pada peraturan (ayat 2)
Mengutamakan kepentingan Negara (ayat b)
Menjunjung tinggi indepedensi, integritas, dan
profesionalitas (ayat c)
Menjujung tinggi martabat, kehormatan, citra,
dan kredibilitas BPK
Hubungan rekan Menghormati dan memercayai serta saling
sejawat membantu di antara pemeriksa sehingga dapat
bekerja sama dengan baik dalam melaksanakan
tugas (Pasal 8 ayat 1g)
Hubungan klien Menghindari terjadinya benturan kepentingan
(Pasal 6 ayat 1b)
Dilarang menerima pemberian dalam bentuk
5
apa pun baik langsung maupun tidak langsung
yang diduga atau patut diduga dapat
memengaruhi pelaksanaan tigas dan
wewenangnya (Pasal 4 ayat 2 dan Pasal 7
ayat 2a)
Dilarang membocorkan informasi yang
diperolehnya dariauditee (Pasal 6 ayat 2d)
Hubungan Lain Dilarang merangkap jabatan pada badan,
lembaga, atau perusahaan lain untuk anggota
dan pemeriksa (Pasal 3 ayat 2a dan Pasal 6
ayat 2a)
Dilarang menjadi anggota partai politik bagi
anggota BPK (Pasal 3 ayat 2b)
Pengawasan Melalui Majelis Kehormatan Kode Etik (Bab III
Pasal 9-32)
Tabel 2.2
Indepedensi, Integritas, dan Profesionalitas BPK
NILAI DASAR ANGGOTA BPK PEMERIKSA
Indepedensi Memegang sumpah jabatan Netral dan tidak berpihak
Netral dan tidak berpihak Menghindari benturan
Menghindari banturan kepentingan
kepentingan Menghindari hal-hal
Menghindari hal-hal yang dapat yang dapat
memengaruhi objektivitas memengaruhi
objektivitas
Mempertimbangkan
informasi, pandangan,
dan tanggapan pihak
Dilarang : lain diperiksa
Merangkap jabatan Bersikap tenang dan
6
Menjadi anggota partai politik mampu mengendalikan
Menunjukkan sikap dan perilaku diri
yang menyebabkan orang lain
meragukan indepedensinya Dilarang:
Merangkap jabatan
Menunjukkan sikap dan
perilaku yang
menyebabkan orang lain
meragukan
indepedensinya
Tunduk pada
intimidasi/tekanan orang
lain
Membocorkan informasi
auditee
Dipengaruhi oleh
prasangka, interpretasi
atau kepentingan
tertentu baik untuk
kepentingan pribadi
pemeriksa maupun
pihak lain
Integritas Bersikap tegas Bersikap tegas
Jujur Jujur
Memegang rahasia pihak yang Memegang rahasia
diperiksa pihak yang diperiksa
7
Profesionalitas Prinsip kehati-hatian, ketelitian, Prinsip kehati-hatian,
kecermatan ketelitian, kecermatan
Menyimpan rahasia Negara dan Menyimpan rahasia
jabatan Negara dan jabatan
Tidak menyalahgunakan rahasia Tidak menyalahgunakan
Negara untuk kepentingan pribadi rahasia Negara untuk
dan golongan/pihak lain kepentingan pribadi dan
Menghindari perbuatan di luar golongan/pihak lain
tugas dan wewenangnya Menghindari perbuatan
di luar tugas dan
wewenangnya
Komitmen tinggi
Meningkatkan
kemampuan
Profesionalisme secara
berkelanjutkan
Kerja sama saling
menghormati dan
memercayai antar rekan
sejawat
Berkomunikasi dan
berdiskusi antar rekan
sejawat
Menggunakan sumber
daya publik secara
efisien, efektif, dan
ekonomis.
8
tidak seluruhnya mempunyai kualifikasi gelar atau sertifikat QIA. Kode etik QIA
ditetapkan oleh Dewan Sertifikasi QIA. Pasal-pasal dalam kode etik QIA adalah sama
dengan kode etik PAII, kecuali dalam kode etik QIA tidak memasukkan Pasal 1 dan 9
dari kode etik PAII.
Tabel 2.3
Ringkasan prosespenalaran kode etik PAII
Ciri profesi Kode etik PAII
1. Kepentingan Publik Untuk mempertahankan kepercayaan dari
pemberi tugas, para anggota harus
menunjukkan loyalitas kepada pemberi tugas (
manajemen ). Anggota dilarang untuk
mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan
yang menyimpang.
2. Tanggung Jawab Mengembangkan standar kompetensi tinggi
yang menyangkut pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku.
9
3. Para anggota harus menghindari untuk
terlibat kegiatan yang dapat menimbulkan
konflik dengan kepentingan pemberi tugas,
atau yang dapat menimbulkan prasangka
yang meragukan kemampuannya untuk
secara objektif menyelesaikan tugas dan
kewajibannya (pasal 5 )
4. Para anggota harus mematuhi peraturan dan
mendukung pencapaian tujuan PAII. Dalam
menjalankan profesinya, para anggota harus
sadar akan kewajibannya untuk memelihara
standar yang tinggi tentang kompetensi,
moralitas, dan kehormatan yang telah
ditetapkan oleh PAII dan para anggotanya (
pasal 10 )
Hubungan rekan sejawat Tidak diatur.
Hubungan klien 1. Para anggota dilarang untuk menerima
imbalan atau hadiah dari pemberi tugas,
klien, pelanggan, atau relasi bisnis pemberi
tugas, kecuali yang menjadi haknya ( pasal
6)
2. Para anggota harus bersikap bijaksana dan
hati-hati dalam menggunakan informasi
yang diperoleh dalam melaksanakan
tugasnya. Para anggota dilarang untuk
menggunakan informasi rahasia untuk
kepentingan pribadi, atau merugikan
kepentingan pemberi tugas ( pasal 7 )
Hubungan lain Tidak diatur.
Pengawasan Tidak diatur.
Kode etik PAII terlihat sangat singkat dan sederhana. Karena terlalu singkat
dan sederhana, ada beberapa hal yang pengaturannya tidak jelas dan/atau tidak
lengkap, yaitu:
10
1. Kompetensi yang menyangkut persyaratan pengetahuan minimal yang diperlukan
melalui pendidikan formal tidak diatur secara eksplisit.
2. Tanggung jawab profesi auditor internal hanya disebutkan kepada pemberi tugas,
tidak ada pernyataan yang menyebutkan hubunganya dengan atau dampaknya
bagi kepentingan umum yang lebih luas.
3. Tidak ada pasal yang mengatur hubungan dengan rekan sejawat dan hubungan
lainnya.
4. Tidak ada pasal yang mengatur tentang pengawasan dalam hal timbulnya
penyimpangan terhadap kode etik yang dilakukan oleh anggotanya.
Hal yang patut dicatat adalah dalam kode etik PAII dicantumkan asas Panasila
dan Undang-Undang Dasar 1945, sesuatu yang jarang dijumpai kode etik profesi
lainnya.
Tabel 2.4
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Psikolog
Ciri Profesi Kode Etik Psikologi
1. Kepentingan publik Mengabdikan pengetahuan tentang perilaku
manusia bagi kesejahteraan manusia
(pembukaan)
Mengutamakan kepentingan umum daripada
pribadi atau golongan ( Pasal 14a)
2. Tanggung Jawab Pentingnya setiap Ilmuwan psikologi mempunyai
rasa tanggung jawab menyangkut kompetensi,
objektivitas, kejujuran, integritas, bersikap bijak,
dan hati-hati.
11
3. Kompetensi
3.1 Pengetahuan(Knowladge) Ilmuwan Psikologi adalah para lulusan
perguruan tinggi dan universitas di dalam
maupun luar negeri, yaitu mereka yang telah
mengikuti pendidikan dengan kurikulum
nasional (SK Mendikbud Nomor 18/D/0/1993
untuk pendidikan program akademik (Sarjana
Psikologi); lulusan pendidikan tinggi strata 2
(S2) dan strata 3 (S3) dalam bidang psikologi,
yang pendidikan strata (S1) diperoleh bukan
dari fakultas psikologi. Ilmuwan Psikologi yang
tergolong kriteria tersebut dinyatakan dapat
memberika jasa psikologi, tetapi tidak berhak
dan tidak berwenang untuk melakukan praktik
psikologi di Indonesia.
12
melakukan praktik psikologi , Sarjana Psikolog
yang tergolong kriteria ini diwajibkan memiliki izin
praktik psikolog sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
3.3 Sikap perilaku (attitude)
a. Menyangkut diri (Pribadi) Kesadaran diri tentang Pancasila dan UUD
1945
Mengindahkan etika dan nilai-nilai moral yang
berlaku di masyarakat (Pasal 4a)
Menjaga citra profesi (Pasal 4b)
Memiliki objektivitas, kejujuran, integritas,
bersikap bijak, dan hati-hati (Pasal 2)
b. Hubungan rekan sejawat Saling menghormati dan menjaga hak-hak
serta nama baik rekan sejawat (Pasal 5a)
Saling memberi umpan balik (Pasal 5b)
Saling mengingatkan untuk mencegah
pelanggaran kode etik (Pasal 5c)
Menghargai karya cipta rekan sejawat/pihak
lain (Pasal 15)
c. Hubungan klien Melindungi klien dari akibat yang merugikan
sebagai dampak pemberian jasa/praktik yang
dilakukan (Pasal 8c)
Melindungli kerahasiaan data klien, kecuali ada
persetujuan dari klien, atau ada hubungannya
dengan pihak berwenang (Pasal 12)
Mengutamakan ketidakberpihakan dalam
kepentingan pemakai jasa, atau klien dan
pihak-pihak terkait (Pasal 8d)
Hubungan lain Menghargai kompetensi profesi lain (Pasal 6a)
Mencegah pemberian jasa dari pihak yang
tidak berkompeten (Pasal 6b)
Pengawasan Melalui Majelis Psikologi (Pasal 18)
13
2.5 Kode Etik Profesi Advokat
Advokat merupakan salah satu subprofesi di bidang hukum. Sebagaimana
dikatakan oleh Abdulkadir Muhammad (2006), peraturan hukum mengatur dan
menjelaskan bagaimana seharusnya:
a) Legislator menciptakan hokum
b) Pejabat melaksanakan administrasi Negara
c) Notaris merumuskan kontrak-kontrak harta kekayaan
d) Polisi dan jaksa menegakkan ketertiban hokum
e) Pengacara membela kliennya dalam menginterpretasikan hokum
f) Hakim menerapkan hukum dan menetapkan keputusannya
g) Pengusaha menjalankan kegiatan bisnisnya
h) Konsultan hukum memberikan nasihat hukum kepada kliennya
i) Pendidik hukum menghasilkan ahli hukum
Selanjutnya dikatakan bahwa pekerjaan yang ditangani oleh para profesional
hukum tersebut merupakan bidang-bidang profesi hukum, yang jika dirinci adalah
sebagai berikut:
a. Profesi legislator
b. Profesi administrator hukum
c. Profesi notaris
d. Profesi polisi
e. Profesi jaksa
f. Profesi advokat (pengacara)
g. Profesi hakim
h. Profesi hukum bisnis
i. Profesi konsultan hukum
j. Profesi dosen hokum
14
d) Sikap jujur, artinya menyatakan suatu hal benar menurut apa adanya, serta
menjauhi yang tidak benar dan tidak patut.
Tabel 9.5
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Profesi Advokat Indonesia
Ciri Profesi Kode Etik Advokat
1. Kepentingan publik Tidak bertujuan semata-mata untuk memperoleh
imbalan materi, tetapi lebih mengutamakan tegaknya
hukum, kebenaran, dan keadilan (Pasal 3b)
Wajib memberikan bantuan hukum cuma-cuma bagi
orang yang tidak mampu (Pasal 7h)
2. Tanggung jawab Menjaga citra dan martabat kehormatan profesi,
menjunjung tinggi kode etik dan sumpah jabatan
(pembukaan), dan memelihara kompetensi
3. Kompetensi : Mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
a. Pengetahuan Berpraktik memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di
(knowledge) luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan
undang-undang yang berlaku (Pasal 1a)
15
b.Keterampilan (skill) Sama dengan Pasal 1a.
c.Sikap perilaku
(attitude) :
Menyangkut diri Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap
(kepribadian) satria, jujur, serta menjunjung tinggi hukum dan Undang
Undang Dasar (Pasal 2)
Bersedia memberi nasehat dan bantuan hukum tanpa
membedakan agama, suku, keturunan, kedudukan
sosial, keyakinan politik (Pasal 3a)
16
Advokat lama wajib memberikan kepada avokat yang
baru semua surat dan keterangan penting untuk
mengurus perkara itu (Pasal 5f)
17
Hubungan lain Sebagai profesi mulia, advokat dalam menjalankan
profesinya di bawah perlindungan hukum, undang-
undang, dan kode etik (Pasal 8a)
Tidak diperkenankan memasang iklan, termasuk
pemasangan papan nama dengan ukuran yang
berlebihan (Pasal 8b)
Tidak mengadakan kantor cabang di tempat yang
merugikan kedudukan advokat, misalnya di rumah atau
di kantor seorang yang bukan advokat (Pasal 8c)
Tidak mengizinkan pencantuman namanya di papan
nama, iklan, atau cara lain oleh orang bukan advokat,
tetapi memperkenalkan diri sebagai wakil advokat
(Pasal 8d)
Tidak mengizinkan karyawan yang tidak berkualitas
untuk mengurus sendiri perkara, memberi nasihat
kepada klien secara lisan atau tertulis (Pasal 8e)
Tidak memublikasikan diri melalui media massa untuk
menarik perhatian masyarakat mengenai perkara yang
sedang ditanganinya, kecuali untuk menegakkan prinsip
hukum yang wajib diperjuangkan oleh semua
advokat(Pasal 8f)
Advokat dapat mengundurkan diri dari per yang
diurusnya bila dicapai kesepakatan dengan kliennya
(Pasal 8g)
Tidak mengizinkan advokat mantan hakim/panitera
menangani perkara di pengadilan yang bersangkutan
selama tiga tahun sejak ia berhenti dari pengadilan
tersebut (Pasal h)
Pengawasan Pengawasan atas pelaksanaan kode etik ini dilakukan
oleh Dewan Kehormatan (Pasal 9)
18
2.6 Perbandingan Kode Etik
Dengan membandingkan keempat contoh kode etik profesi ( profesi BPK, auditor
internal, psikologi, dan advokat),tidaklah mudah untuk mencoba memahami apakah
ada nilai-nilai, prinsip, atau norma-norma dasar yang berlaku universal untuk semua
profesi. Hal ini mengingat adanya keragaman menggunakan penulisan, isi, dan
konsep-konsep yang digunakan. Meskipun agak sulit, dengan pendekatan model
Gambar 9.1. dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Semua profesi berdampak atau bermanfaat bagi kepentingan umum, meskipun
arti umum mempunyai tingkat keluasan yang berbeda.Contoh pengertian umum
untuk :
a) BPK adalah kepentingan negara.
b) Auditor Internal adalah manajemen suatu entitas (suatu bisnis).
c) Psikologi adalah klien (individu, kelompok, institusi).
d) Advokat adalah klien dan demi penegakan hukum dan keadilan.
2. Untuk menjaga kepercayaan publik dalam setiap kode etik profesi pada
umumnya ditekankan pentingnya memelihara kompetensi tinggi secara
berkelanjutan.
3. Kompetensi mencakup pengetahuan melalui pendidikan formal sesuai dengan
latar belakang profesinya, keterampilan teknis, dan sikap perilaku. Meskipun
kompetensi yang menyangkut pengetahuan ada yang secara eksplisit diatur
dalam kode etik (misalnya, kode etik psikologi, ada juga yang tidak diatur dalam
kode etik karena sudah diatur dalam peraturan/perundangan (misalnya, kode
etik advokat dan BPK), atau tidak diatur dalam kode etik tetapi diserahkan pada
kebijakan/peraturan perusahaan (misalnya, kode etik auditor internal).
4. Aturan mengenai sikap perilaku umumnya menyangkut tanggung jawab dan
kesadaran diri sebagai pribadi, hubungan dengan rekan sejawat, hubungan
dengan klien, dan hubungan lainnya.
5. Tanggung jawab dan kesadaran diri berkaitan dengan karakter utama, prinsip-
prinsip, atau nilai-nilai dasar yang harus dimiliki seorang profesional untuk
menunjang citra dan martabat rofesinya yang luhur. Semua kode etik
menjelaskan karakter utama, prinsip-prinsip, atau nilai dasar ini, walaupun tidak
ada keseragaman mengenai jumlah, konsep, atau istilah yang digunakan.
Berikut adalah contoh karakter, prinsip, atau nilai-nilai dasar dari beberapa
profesi.
Tabel 2.6
19
Perbandingan Kode Etik
Institusi/Profesi Penekanan Kode Etik
BPK Independensi, integritas, dan profesionalitas
PAII Bersikap jujur,objektif, hati-hati, dan menghindari konflik
kepentingan
Psikologi Menjaga kompetensi, objektivitas, kejujuran, integritas,
bersikap bijak, dan hati-hati
Advokat Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap satria,
jujur, tidak membeda-bedakan agama, suku, keturunan,
kedudukan sosial, keyakinan politik, mandiri, serta tidak
dipengaruhi oleh siapa pun dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia
20
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa kode etik profesi
merupakan pedoman mutu moral profesi di dalam masyarakat yang di atur sesuai
dengan profesi masing-masing. Setelah mempelajari masing-masing kode etik profesi
ini, dapat diketahui bahwa :
a. Tidak ada sistematika baku dalam penulisan kode etik;
b. terdapat banyak istilah dan konsep yang sama, tetapi pemaknaan atas istilah-
istilah atau konsep tersebut bias jadi berbeda; dan
c. banyak konsep dan istilah yang maknanya tumpang-tindih. Mengingat adanya
perbedaan dalam sistematika, substansi, konsep, dan istilah yang
dipergunakan, maka untuk lebih memudahkan pemahaman atas masing-
masing kode etik akan digunakan model penalaran kode etik berdasarkan
acuan pada unsur-unsur pokok suatu profesi.
Salah satu kode etik PAII terlihat sangat singkat dan sederhana. Karena terlalu
singkat dan sederhana, ada beberapa hal yang pengaturannya tidak jelas dan/atau
tidak lengkap, yaitu:
1. Kompetensi yang menyangkut persyaratan pengetahuan minimal yang diperlukan
melalui pendidikan formal tidak diatur secara eksplisit.
2. Tanggung jawab profesi auditor internal hanya disebutkan kepada pemberi tugas,
tidak ada pernyataan yang menyebutkan hubunganya dengan atau dampaknya
bagi kepentingan umum yang lebih luas.
3. Tidak ada pasal yang mengatur hubungan dengan rekan sejawat dan hubungan
lainnya.
4. Tidak ada pasal yang mengatur tentang pengawasan dalam hal timbulnya
penyimpangan terhadap kode etik yang dilakukan oleh anggotanya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno & I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan
Membangun Manusia Seutuhnya. Jakarta: Salemba Empat.
iii