AWAL
AWAL
LATAR BELAKANG.
1. VEILIGHEIDS REGLEMENT 1910 (VR 1910, Stbl No. 406) sudah tidak sesuai lagi
4. Sifat refresif dan polisional pada VR. 1910 sudah tidak sesuai lagi
DASAR HUKUM:
Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 : Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan
Pasal 3 : Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi
kemanusiaan
Pasal 9 : Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan,
kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat
manusia dan moral agama
Pasal 10 : Pemerintah membina norma perlindunggan tenaga kerja yang meliputi norma
keselamatan kerja, norma kesehatan kerja, norma kerja, pemberian ganti kerugian,
perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja.
TUJUAN
1. Kampanye
2. Pemasyarakatan
BAB I - ISTILAH
Pasal 1
(1)Tempat kerja :
Ruangan/ lapangan.
Tertutup/ terbuka
Bergerak/ tetap
Pengurus
Sumber bahaya
usaha
(3)Pengusaha
(4)Direktur
(5)Pegawai pengawas
Pasal 2
Udara
Lingkungan kerja
Sifat pekerjaan
Cara kerja
Proses produksi
Syarat-syarat K3
Pasal 3
Pasal 4
(3) Kecuali ayat (1) dan (2) bila terjadi perkembangan IPTEK dapat ditetapkan lebih
lanjut
Pasal 5
Pasal 7 Retribusi
Pasal 8
Pasal 9 - Pembinaan
Pasal 11 - Kecelakaan
2. Memakai APD
Barangsiapa akan memasuki suatu tempat kerja diwajibkan mentaati K3 dan APD
Pasal 16
Kewajiban pengusaha memenuhi ketentuan undang-undang ini paling lama setahun (12
Januari 1970)
Pasal 17
Aturan peralihan untuk memenuhi keselamatan kerja ® VR 1910 tetap berlaku selama
tidak bertentangan
Pasal 18
Menetapkan UU No. 1/ 1970 sebagai undang-undang keselamatan kerja dalam LNRI No. :
1918 mulai tanggal 12 Januari 1970
PERATURAN PELAKSANAAN UU No. 1 Tahun 1970 - 1
•Secara sektoral
PP No. 19/1973
•Pembidangan Teknis
•Pembidangan Teknis
•Pendekatan SDM
Per.Menaker No. 01/1979 - Syarat dan Kwalifikasi Operator Angkat dan Angkut
1 Pasal 3
1 Pasal 27 ayat 2
4 PP No. 11 / 1979 K3 pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi
4 Keppres No. 83/1998 Pengesahan Konvensi ILO No. 87 mengenai Kebebasan Beserikat
dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi
6 Permenaker No. 05/1978 Syarat-syarat K3 pada pemakaian lift listrik untuk orang dan
barang..
23 Permenaker No. 04/1987 Tata cara Pembentukan P2K3 dan Penunjukan Ahli K3
30 Permenaker No. 02/1992 Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli K3
34 Permen PU No. 67/1993 Panitia Tata Pengaturan Air Propinsi Daerah Tingkat I
38 Permenaker No. 03/1999 Syarat-syarat K3 Lift untuk Pengangkutan Orang dan Barang
14 Keputusan Bersama Menaker dan Men PU No Kep/ 174/ MEN/1986 Keselamatan Kerja
pada Kegiatan Konstruksi.
1 SE Menaker No 01/1978 Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan dan iklim kerja
3 SE Menaker No 01/1979 Penyediaan Ruangan untuk Makan dan Kantin bagi Tenaga
Kerja
1 Kep Dirjen Binawas No. Kep-407BW/1999 Persyaratan, Penunjukan, Hak dan Kewajiban
Teknisi Lift
1 SMK3
2 OHSAS 18001:1999
British Standard, 1999 Occupational Health and Safety Assessement Series 18001:1999
4 Guidelines on OSHMS
ILO, June 2001 The Guidelines on Occupational Safety and Health Management System.
ILO-OSH 2001
5 COHSMS
Japan Construction Safety and Health Association (JCSHA), 2002 The Construction
Occupational Health and Safety Management System (COHSMS) Guidelines & COHSMS
External System Evaluation By Japan Construction Safety and Health Association (JCSHA),
6 ISRS-7 ; Det Norske Veritas (DNV) International Safety Rating System (ISRS)-7
Keputusan Kepala Bapedal No. 205 Tahun 1996 Tentang : Pedoman Teknis
Pengendalian Pencemaran
Kep. Meneg. LH No: 86/2002, Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Permeneg. LH No. 11/2006, Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi
Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
Peraturan Menaker No. PER 03/MEN/ 1985 tentang keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pemakaian Asbes dan Surat Edaran Menaker No SE-01/MEN/1997 tentang Nilai Ambang
Batas faktor Kimia Udara di Lingkungan Kerja.
PERATURAN
Menimbang :
1. bahwa bekerja pada ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan adalah
kegiatan kerja yang mempunyai risiko sangat tinggi;
3. bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 3 ayat (1) huruf e ,f dan r, Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, perlu diatur mengenai
syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja dalam bekerja pada ketinggian guna
menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dan keselamatan umum;
Mengingat :
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Kabinet
Bersatu II periode 2009 – 2014.
MEMUTUSKAN :
Pasal 1
Pengertian
1. Bekerja pada ketinggian adalah bekerja pada suatu tempat yang memiliki potensi
pekerja terjatuh karena perbedaan ketinggian yang dapat menyebabkan cidera atau
kematian. Tempat tersebut dapat berada di atas atau di bawah suatu level dasar atau
pekerja untuk naik mau pun turun mendapatkan jalan-masuk-ke (access to) atau jalan-
keluar-dari (egress from) suatu tempat ketika bekerja, dengan tidak menggunakan tangga-
jalan (staircase) yang ada pada bangunan permanen.
4. Lantai kerja (working platform) adalah semua permukaan yang digunakan sebagai
tempat untuk bekerja atau sebagai jalan-masuk-ke atau jalan-keluar-dari suatu tempat
kerja. Termasuk di dalamnnya adalah perancah, gondola/perancah-tergantung (suspended
scaffold), kredel (cradle), lantai kerja bergerak yang dapat ditinggikan (mobile elevating
working platform (mewp)), penopang (trestle), jalan-kecil-penghubung (gangway, atau
tangga-berundak (stairway).
5. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
6. Pengusaha adalah:
orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan bukan miliknya;
7. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri mau pun untuk masyarakat.
8. Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan
suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya, termasuk semua
ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian atau berhubungan
dengan tempat kerja.
10. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga teknis berkeahlian khusus dari
luar Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang ditunjuk oleh Menteri.
12. Direktur adalah direktur yang mengawasi norma keselamatan dan kesehatan kerja.
Pasal 2
Peraturan ini tidak berlaku bagi kegiatan terkait dengan kegiatan penangkapan ikan,
kegiatan penyelamatan darurat dan kegiatan militer.
Pasal 3
(1) Pengusaha wajib memastikan bahwa semua kegiatan bekerja pada ketinggian yang
menjadi tanggungjawabnya telah direncanakan dengan tepat, diawasi secara memadai dan
dilakukan dengan cara yang aman.
(2) Perencanaan sebagaimana dimaksud ayat (1) termasuk pemilihan peralatan kerja
sesuai dengan standar yang berlaku, perencanaan tanggap darurat dan pertolongan korban.
(3) Pengusaha wajib memastikan bahwa bekerja pada ketinggian hanya dilakukan jika
kondisi cuaca tidak akan mengorbankan keselamatan dan kesehatan orang yang terlibat
pada pekerjaan.
Pasal 4
(1) Semua pihak yang terlibat dalam setiap aktifitas, termasuk dalam mengorganisasi,
merencanakan atau mengawasi pekerjaan pada ketinggian atau peralatan kerja yang akan
digunakan pada ketinggian, adalah orang yang kompeten untuk melakukan hal tersebut.
(2) Direktur menetapkan tingkat kompetensi berdasarkan tingkat risiko dan kompleksitas
kerja pada ketinggian.
Pasal 5
(1) Pengusaha wajib mempunyai prosedur standard untuk melakukan pekerjaan pada
ketinggian;
b. cara dan metode melakukan pengawasan kerja pada ketinggian yang paling efektif;
Pasal 6
(1) Pengusaha wajib mempunyai rencana tanggap darurat yang dibuat secara tertulis
(2) Pengusaha wajib memastikan bahwa rencana kerja dimaksud diketahui dan dimengerti
oleh:
a. pekerja,
b. Peralatan yang wajib disediakan untuk menangani kondisi darurat yang paling mungkin
terjadi;
c. Peralatan Kotak dan peralatan P3K persediaan obat-obatan dan alat kesehatan, tandu
model skop dan papan spinal, alat penopang leher;
d. Kontak detil pihak-pihak yang akan terkait dengan penanganan tanggap darurat akibat
kecelakaan jatuh dari ketinggian;
e. Denah lokasi dan rute evakuasi korban menuju rumah sakit untuk penanganan lanjut.
Pasal 7
(1) Pengusaha wajib memperhatikan penilaian risiko yang diatur dalam Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
(2) Pengusaha wajib memastikan bahwa pekerjaan tidak dilakukan pada ketinggian jika
pekerjaan dimaksud dapat dilakukan tidak pada ketinggian.
(3) Jika pekerjaan hanya dapat dilakukan pada ketinggian, maka Pengusaha wajib
melakukan langkah yang tepat dan memadai untuk mencegah kecelakaan kerja, termasuk:
a. Memastikan bahwa pekerjaan yang dilakukan dapat dilakukan dengan aman dan kondisi
ergonomi yang memadai pada pada tempat yang sudah ada atau jika terkait untuk jalan-
masuk-ke (access) atau jalan-keluar-dari (egress), menggunakan jalan yang sudah ada
sebagaimana di atur pada Lampiran-1;
b. Jika tidak dapat dilakukan pada tempat atau jalan yang sudah ada seperti diatur pada
poin (a) diatas, wajib memberikan peralatan kerja untuk mencegah pekerja jatuh.
(4) Jika langkah yang dilakukan pada poin (3) diatas tidak dapat menghilangkan risiko
jatuhnya pekerja, setiap Pengusaha wajib:
ii. jika tidak dapat minimalkan jarak jatuh, mengurangi konsekuensi dari jatuhnya pekerja,
dan
b. Memberikan pelatihan dan instruksi tambahan atau melakukan hal lainnya secara cocok
dan memadai untuk mencegah jatuhnya pekerja dari ketinggian yang dapat membuatnya
cedera, cacat atau meninggal.
Pasal 8
(1) Setiap Pengusaha dalam melakukan pemilihan peralatan peralatan untuk bekerja pada
ketinggian wajib:
i. Kondisi kerja di ketinggian dan risiko pada keselamatan pekerja ketika peralatan
digunakan,
iv. Jangka waktu dan kekerapan penggunaan perlatan untuk bekerja di ketinggian;
vi. Risiko tambahan yang mungkin ada dari pemasangan, penggunaan atau pelepasan
peralatan kerja atau ketika digunakan pada keadaan darurat atau menolong korban.
(2) Setiap Pengusaha wajib memilih peralatan kerja pada ketinggian yang memenuhi
standar internasional serta mempunyai karakteristik termasuk dimensi yang memadai
dengan sifat dan beban dari pekerjaan serta memungkinkan digunakan tanpa ada risiko
tambahan.
Pasal 9
a. Pegangan pencegah jatuh (guard-rail), pengaman lantai pencegah benda jatuh (toe-
board), pembatas atau pengaman kolektif lainnya sesuai dengan Lampiran 2;
c. Jaring atau perlidungan keselamatan kolektif lain untuk penahan jatuh yang bukan
bagian dari sistem perlindungan jatuh personal sesuai dengan Lampiran 3 Bagian 2;
d. Sistem perlindungan jatuh personal yang sesuai dengan Lampiran 5 Bagian 1 dan
(1) Setiap Pengusaha wajib memastikan bahwa tidak ada pekerja yang melewati,
mendekati, melakukan kerja pada atau dekat dengan permukaan yang rapuh jika pekerjaan
dapat dilakukan dengan aman dan dengan kondisi yang ergonomis di tempat lain.
(2) Jika pekerjaan tidak dapat dilakukan secara aman dan ergonomis tanpa melewati,
mendekati, dikerjakan pada atau dekat dengan permukaan rapuh, maka Pengusaha wajib:
b. Jika risiko pekerja jatuh tetap ada walaupun telah dilakukan persyaratan pada ayat (2)a
di atas, melakukan langkah untuk mengurangi jarak jatuh dan konsekuensi akibat pekerja
terjatuh dengan menggunakan metode atau teknik yang ada.
(3) Jika pekerja melewati, mendekati, bekerja pada atau dekat dengan permukaan rapuh,
Pengusaha wajib memastikan bahwa:
a. Telah diberikan tanda/ rambu yang jelas dekat dengan permukaan rapuh, atau
b. Jika pemberian tanda/rambu tidak dapat dilakukan, pekerja wajib diberitahu dengan
cara lain.
(4) Ayat (3) tidak berlaku bagi polisi, petugas pemadam kebakaran, petugas ambulan atau
petugas lain yang sedang melakukan kegiatan kedaruratan/ emergensi.
(1) Setiap pengusaha wajib melakukan langkah-langkah yang memadai dalam mencegah
benda jatuh yang dapat membuat luka atau cidera pada tenaga kerja atau orang lain.
(2) Jika pencegahan pada ayat (1) di atas tidak dapat dilakukan, pengusaha wajib
melakukan langkah-langkah mencegah orang tertimpa barang atau benda jatuh .
(3) Pengusaha wajib memastikan bahwa tidak ada barang atau benda yang dilempar atau
tumpah dari ketinggian yang dapat menyebabkan luka badan.
(4) Pengusaha wajib memastikan bawah barang atau benda disimpan sedemikian rupa
sehingga mencegah risiko kepada setiap orang karena runtuh, terbalik, atau bergeraknya
barang atau benda tersebut.
(1) Setiap pengusaha wajib memastikan jika tempat kerja terdapat daerah yang, karena
sifat pekerjaannya, mempunyai risiko pekerja jatuh karena perbedaan ketinggian atau
tertimpa barang atau benda jatuh yang dapat menyebabkan cidera atau luka, tempat kerja
tersebut wajib diberikan perangkat pembatasan daerah kerja untuk mencegah orang yang
tidak berkepentingan memasukinya, dan;
(2) Pembatasan daerah kerja sebagaimana di maksud ayat (1) dibagi sekurang-kurangnya
menjadi 3 kategori wilayah berdasarkan tingkat bahaya dan dampaknya terhadap
keselamatan umum dan pekerja yaitu :
a. Wilayah bahaya : meliputi wilayah pergerakan pekerja dan barang : naik, turun,
horizontal, titik penambatan. Wilayah ini hanya boleh dimasuki oleh teknisi yang sedang
bertugas. Hanya pekerja dan pengawas yang dibolehkan memasuki wilayah bahaya.
b. Wilayah waspada : adalah wilayah penyangga antara wilayah bahaya dan wilayah aman.
Luas wilayah waspada diperhitungkan sedemikian rupa agar benda yang terjatuh tidak
masuk ke wilayah aman. Hanya pekerja dan pengawas yang boleh memasuki wilayah
waspada.
c. Wilayah aman : adalah wilayah yang terhindar dari kemungkinan kejatuhan benda dan
tidak mengganggu aktifitas pekerja.
(3) Batas wilayah bahaya, wilayah waspada dan wilayah aman harus diberi tanda yang
mudah terlihat dan dipahami oleh setiap orang yang melintas atau berada disekitar lokasi
kerja.
(4) Denah horizontal dan vertikal pembagian wilayah tersebut harus dibuat dan selalu
tersedia di lokasi kerja untuk acuan pekerja, penanggungjawab lokasi dan pengawas
ketenagakerjaan .
(1) Aturan ini hanya diterapkan pada peralatan kerja yang sesuai dengan Pasal 8 dan
Lampiranl 2 sampai 6.
(2) Setiap pengusaha wajib memastikan bahwa jika keselamatan dari peralatan kerja
terkait dengan peralatan tersebut dirakit atau dipasang, peralatan tidak akan digunakan
sebelum perakitan atau pemasangan dalam berbagai posisi telah diperiksa pada posisi
yang diinginkan oleh teknisi yang bertanggungjawab terhadap peralatan tersebut.
(3) Setiap pengusaha wajib memastikan bahwa peralatan kerja yang terpapar kondisi yang
dapat menurunkan kemampuan peralatan tersebut yang dapat berakibat pada situasi yang
membahayakan telah diperiksa:
b. setiap saat jika terdapat kejadian yang dapat mengganggu keselamatan peralatan kerja
tersebut bekerja dengan sebagaimana mestinya.
(4) Dengan tetap mengacu pada ayat (2), setiap pengusaha wajib memastikan bahwa lantai
kerja (working platform)
tidak akan digunakan pada suatu posisi apapun kecuali telah diperiksa untuk posisi
tersebut atau, jika lantai kerja bergerak (mobile working platform), diperiksa pada lokasi
yang akan digunakan, dalam jangka waktu 7 hari sebelumnya.
(5) Setiap pengusaha wajib memastikan bahwa hasil pemeriksaan sesuai Peraturan ini
dicatat dan disimpan dengan baik hingga dilakukan pemeriksaan berikutnya.
(6) Pihak yang melakukan pemeriksaan peralatan kerja seperti disebutkan pada ayat 4
pasal ini, wajib
a. sebelum akhir dari periode kerja dimana pemeriksaan diselesaikan, menyiapkan laporan
yang berisi hal-hal sesuai dengan Lampiran 7; dan
b. dalam waktu 24 jam setelah pemeriksaan selesai dilakukan, menyerahkan asli atau copy
dari laporan pemeriksaan kepada pihak yang meminta dilakukan pemeriksaan.
(7) Pengusaha yang telah menerima asli atau copy laporan pemeriksaan sesuai ayat .. wajib
menyimpan asli atau copy laporan tersebut:
a. pemeriksaan visual oleh orang yang kompeten untuk tujuan keselamatan kerja
b. termasuk pengujian yang diperlukan oleh pemeriksaan tersebut
Pengusaha wajib memastikan bahwa permukaan kerja, sandaran, pegangan permanen dan
lain-lain yang digunakan untuk mencegah jatuh di setiap tempat kerja pada ketinggian
diperiksa setiap kali akan digunakan.
(1) Ketentuan ini mengatur Pengusaha atau pekerja mandiri pada pekerjaan pemberian
instruksi atau memimpin satu orang atau lebih berhubungan dengan kegiatan penelusuran
gua atau panjat tebing sebagai kegiatan olahraga, petualangan, rekreasi, pembentukan
kelompok (team building) atau kegiatan sejenisnya.
(2) Ketika aturan ini diterapkan, Pengusaha atau pekerja mandiri wajib untuk
melaksanakan persyaratan yang berlaku dalam kegiatan penelusuran gua atau panjat
tebing atau dapat pula mendapat pendampingan atau supervisi dari organisasi atau
instansi atau orang yang kompeten di bidang keselamatan yang yang disyaratkan oleh
aturan tersebut.
a. penelusuran gua termasuk ekplorasi bagian dari daerah pertambangan yang tidak
digunakan lagi.
b. panjat tebing termasuk memanjat naik atau turun, memanjat menyamping, turun tebing
menggunakan tali dan descender pada tebing batu atau tebing buatan.
c. Persyaratan penelusuran gua dan panjat tebing mengikuti aturan pada Pasal 9(d)(ii)
yang berhubungan dengan Lampiran 5 Bagian 3 paragrap 1.
(1) Setiap pekerja wajib melaporkan kepada atasannya setiap kejadian atau kerusakan
yang menurut pengetahuannya dapat mengganggu keselamatan dirinya dan pekerja
lainnya.
(2) Setiap pekerja wajib menggunakan peralatan kerja atau peralatan keselamatan yang
diberikan kepadanya oleh Perusahaan atau atasannya yang sesuai dengan :
Pengawasan Pasal 17
Pasal 18
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal :
Draft ke 3 Lampiran 1
Persyaratan untuk tempat kerja yang sudah ada, jalan-masuk-ke (access) atau jalan-
keluar-dari (egress) pada ketinggian.
Setiap tempat kerja yang sudah ada, jalan-masuk-ke (access) atau jalan-keluar-dari (egress)
pada ketinggian wajib:
(a). Stabil serta mempunyai kekuatasan dan kekokohan yang memadai untuk digunakan
sesuai peruntukannya.
(d). Mempunyai perangkat yang cukup dan memadai untuk mencegah jatuh
b. Yang dapat membuat barang atau benda terjatuh lalu menyebabkan membuat luka
badan
c. Yang dapat menimbulkan risiko lain terhadap pekerja kecuali dilakukan langkah
pencegahan terhadap risiko tersebut.
(f). Dibuat dan digunakan sedemikian, dan dijaga tetap dalam kondisi yang sama, untuk
mencegah:
(g). Jika mempunyai bagian yang dapat bergerak, telah dilakukan pencegahan dengan
peralatan yang memadai agar tidak terjadi pergerakan tidak diinginkan selama bekerja
pada ketinggian.
Lampiran 2
Persyaratan untuk pegangan pencegah jatuh, pengaman lantai pencegah benda jatuh,
pembatas dan perlindungan kolektif lainnya yang sejenis.
Ditempatkan sedemikian sehingga mencegah orang, barang atau benda jatuh dari
tempat kerja.
Pengaman lantai pencegah benda jatuh cukup dan memadai untuk mencegah pekerja,
barang atau benda jatuh
Jarak antara pegangan pencegah jatuh tidak lebih dari 470 mm.
3. Struktur atau bagiannya yang menopang pegangan pencegah jatuh atau sejenis
mempunyai kekuatan yang cukup dan memadai sesuai standar yang berlaku (1200 kg
searah beban jatuh) untuk menopang atau ditempelkan.
4. (1) Dengan tetap memperhatikan poin 1) dari Lampiran ini, tidak boleh ada pegangan-
terputus untuk tujuan menghemat perlindungan pada bagian untuk mencapai tangga atau
tangga-berundak jika bukaan diperlukan.
(2) Pelindung boleh dibuka hanya pada waktu tertentu dan untuk jalan-keluar-ke atau
jalan-masuk-dari atau untuk melakukan kegiatan tertentu dan harus dipasang kembali
sesegera mungkin atas seijin dan dibawah pengawasan Penyelia (Supervisor) bekerja di
ketinggian.
(3) Kegiatan tidak boleh dilakukan ketika pelindung sedang dilepas kecuali telah diberikan
pengaman lain untuk menggantikan pelindung yang dilepas seijin dan dibawah
pengawasan Penyelia (Supervisor) bekerja di ketinggian
Interpretasi
1. Dalam Lampiran ini “struktur pendukung” diartikan sebagai semua struktur yang
ditujukan untuk mendukung suatu lantai kerja dan termasuk setiap alat yang digunakan
untuk itu.
Kondisi permukaan
2. Tiap permukaan dimana terdapat struktur pendukung berada, harus stabil, memiliki
tekstur permukaan yang tidak licin, mempunyai kekuatan yang cukup dan komposisi yang
memadai untuk secara aman menahan struktur pendukung, lantai kerja, dan beban yang
akan ada di atas lantai kerja.
Kestabilian struktur pendukung
(a). mempunyai kekuatan dan ketahanan yang memadai untuk berfungsi sebagai struktur
pendukung
(b). jika struktur mempunyai roda, harus dicegah struktur dapat bergerak sendiri ketika
sedangkan dilakukan kerja pada ketinggian.
(c). Harus dicegah struktur tergelincir dengan mengamankan menggunakan alat atau
mengaitkannya ke struktur lainnya.
(e). Tetap stabil ketika diubah atau dimodifikasi seijin dan dibawah pengawasan Penyelia
(Supervisor) bekerja di ketinggian
(a). Sesuai dan mempunyai kekuatan dan kekokohan yang memadai untuk digunakan
sesuai peruntukannya.
(b). Dipasang dan digunakan harus dipastikan bahwa tidak akan ada bagiannya yang dapat
terlepas yang dapat membahayakan manusia.
(c). Dapat diubah atau dimodifikasi namun harus menjaga kestabilannya seijin dan
dibawah pengawasan Penyelia (Supervisor) bekerja di ketinggian.
(d). Harus dilepas sedemikian rupa untuk mencegah berpindah tanpa diinginkan seijin dan
dibawah pengawasan Penyelia (Supervisor) bekerja di ketinggian.
(a). Mempunyai ukuran yang memadai untuk dilalui orang melakukan kerja di atasnya dan
meletakkan peralatan atau barang yang akan digunakan dan menyediakan daerah kerja
yang aman dengan melihat jenis pekerjaan yang akan dilakukan diatasnya.
b. Yang dapat membuat barang atau benda terjatuh lalu menyebabkan membuat luka
badan
c. Yang dapat menimbulkan risiko lain terhadap pekerja kecuali dilakukan langkah
pencegahan terhadap risiko tersebut.
(c). Dipasang, digunakan serta dirawat tetap dalam kondisi yang sama, untuk mencegah:
Pembebanan
6. Suatu lantai kerja dan struktur pendukungnya tidak boleh dibebani dengan beban yang
dapat menimbulkan risiko runtuh atau terjadi perubahan bentuk dari lantai kerja atau
struktur pendukungnya yang dapat mempengaruhi penggunaan secara aman.
telah ada suatu catatan perhitungan yang mencakup juga pengaturan struktur untuk
perancah dimaksud, atau
9. Salinan dari rancangan termasuk manual instruksi wajib dipegang oleh orang yang
bertanggungjawab pada pemasangan, penggunaan, dan pelepasan perancah hingga
perancah setelah dilepas.
10. Ukuran, bentuk dan tataletak lantai (deck) perancah harus sesuai dengan sifat dari
pekerjaan yang akan dilakukan, mampu menahan beban, serta dapat dilalui dan dilakukan
kerja secara aman.
11. Ketika perancah sedang tidak dapat digunakan, termasuk ketika sedang dipasang,
dilepas, atau diubah maka perancah harus diberi tanda yang jelas dan dengan tanda yang
mudah dimengerti untuk mencegah orang masuk ke daerah bahaya.
12. Perancah hanya dapat dipasang, dilepas, atau diubah secara signifikan dibawah
pengawasan orang yang kompeten dan oleh orang-orang yang telah mendapatkan
pelatihan khusus yang memadai dengan pemasangan, pelepasan atau perubahan perancah
termasuk risiko yang ada dan pencegahannya yang harus dilakukan dalam semua kegiatan
tersebut, lebih khusus dalam hal:
(b). Faktor keselamatan yang harus diperhatikan selama pemasangan, pelepasan atau
perubahan perancah.
(c). Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencegah risiko orang, barang atau
benda jatuh
(d). Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi perubahan kondisi cuaca yang
dapat mempengaruhi faktor keselamatan dari perancah.
(f). Risiko lainnya yang mungkin ada selama pemasangan, pelepasan, dan perubahan
perancah.
1. Setiap kata mengenai perlindungan dalam Lampiran ini mempunyai arti perlindungan
jatuh kolektif.
c. Pekerja telah diberi pelatihan yang memadai khusus untuk perlindungan dimaksud,
termasuk prosedur pertolongan.
3. Kekuatan suatu perlindungan harus mencukupi dan memadai untuk menahan secara
aman jatuhnya pekerja yang jatuh.
4. Suatu perlindungan wajib:
a. Dalam hal perlindungan dirancang melekat, telah dilekatkan secara aman ke semua
angkor yang diperlukan, sedangkan angkor dan titik penempelan mempunyai kestabilan
dan kekuatan yang memadai untuk secara aman dibebani dalam menahan jatuh dan juga
ketika kegiatan pertolongan dilakukan.
b. Jika berbentuk kantong-udara, matras atau perlindungan sejenisnya, harus stabil; dan
c. Jika perlindungan mengalami perubahan ketika menahan jatuh, terdapat jarak ruang
yang cukup.
5. Dilakukan langkah-langkah yang mencukupi dan memadai untuk memastikan bahwa jika
seseorang jatuh ke perlindungan tidak mengalami luka badan karena material atau
konstruksi dari perlindungan itu sendiri.
Bagian 1
i. Penilaian risiko telah menunjukkan bahwa kegiatan kerja hanya dapat dilakukan
menggunakan sistem perlindungan tersebut; dan
ii. Penggunaan sistem perlindungan lain yang lebih aman tidak dapat digunakan; dan
(b). Pengguna dan beberapa orang telah diberi pelatihan yang memadai khusus untuk
menggunakan sistem perlindungan perorangan dimaksud, termasuk prosedur pertolongan.
a. Mempunyai kekuatan yang memadai untuk beban dan sesuai standar internasional
untuk melakukan kerja yang akan dilakukan.
c. Digunakan sesuai petunjuk penggunaan yang dikeluarkan oleh pembuat dengan benar
d. Dirancang sesuai standar internasional yang berlaku untuk meminimalkan pengguna
mengalami luka badan, cacat, atau kematian jika pengguna jatuh dan juga dicegah
pengguna jatuh atau tergelincir dari sistem perlindungan; dan
e. Dirancang sesuai standar internasional yang berlaku , dipasang, dan digunakan sesuai
petunjuk penggunaan yang dikeluarkan oleh pembuat untuk mencegah gerakan yang tidak
terduga atau tidak terkontrol oleh pengguna.
3. Sistem perlindungan perorangan yang dirancang digunakan dengan angkor harus secara
aman dilekatkan pada minimal satu angkor, dan tiap angkor serta yang melekat pada
angkor harus mempunyai kekuatan yang mencukupi dan memadai dan stabil untuk
menahan beban yang diperkirakan sesuai petunjuk penggunaan yang dikeluarkan oleh
pembuat .
4. Telah dilakukan langkah yang mencukupi dan memadai untuk mencegah orang jatuh
atau terpeleset dari sistem perlindungan perorangan yang dilakukan oleh Penyelia
(Supervisor) bekerja di ketinggian .
Bagian 2
(a). Sistem pemosisi kerja harus mempunyai sistem cadangan (backup) untuk mencegah
atau menahan jatuh, dan
(b). Jika sistem pemosisi kerja menggunakan tali atau pita webbing (line) sebagai sistem
cadangan (backup) pengguna harus terhubung dengan tali atau pita webbing tersebut, atau
(c). Jika aturan pada huruf (a) tidak dapat dipenuhi, harus dipastikan bahwa sistem
pemosisi kerja tidak akan mengalami kegagalan.
Bagian 3
Akses tali (rope access) adalah: metode pekerja yang dikategorikan berdasarkan besar
kecilnya peranan tali sebagai alat keselamatan dan alat bekerja dibandingkan dengan
peranan kaki sebagai tumpuan untuk berdiri dan atau mempertahankan posisi kerja.
Metode/ teknik bekerja dimana peranan tali sebagai alat keselamatan dan alat bekerja
sangat dominan serta hal yang utama dibandingkan dengan peranan kaki sebagai tumpuan
untuk berdiri dan atau mempertahankan posisi kerja
a. Dengan tetap mengacu pada bagian 1, sistem mempunyai minimall mempunyai dua tali
(line) terpisah yang diangkor, tali pertama digunakan untuk jalan-masuk-ke, jalan-keluar-
dari dan pendukung biasa dikenall sebagai tali kerja sedangkan tali kedua adalah tali
keselamatan.
b. Pengguna diberikan pengikat tubuh (harness) yang sesuai dan dihubungkan dengan tali-
kerja dan tali-keselamatan.
c. Tali-kerja dilengkapi dengan alat untuk naik dan turun serta mempunyai mekanisme
terkunci-sendiri yang akan mencegah pengguna jatuh jika pengguna kehilangan kontrol
atas pergerakannya; dan
2. Dengan melihat hasil penilaian risiko serta tergantung durasi kerja yang akan dilakukan
dan batasan ergonomis, harus diperhatikan posisi duduk pengguna dengan memberikan
aksesoris untuk itu yang mencukupi.
a. Penilaian risiko menunjukkan bahwa penggunaan tali kedua akan meningkatkan risiko
kepada pengguna; dan
4. Metode Akses tali meliputi seluruh pekerjaan yang memiliki seluruh ciri-ciri sebagai
berikut:
a. pekerjaan berada pada ketinggian lebih dari 2 meter dan terdapat potensi jatuh
b. Menggunakan tali kerja dan tali keselamatan yang terpisah penambatnya setiap kali
bekerja.
c. Titik penambatan harus mampu menahan beban sebanyak beban pada tali kerja dan atau
tali keselamatan dan tidak kurang dari 1200 Kg pada titik jatuh and sekurang-kurangnya
berada 2 (dua)meter dari tepi bangunan.
d. Kemampuan titik penambatan menahan beban harus diiuji oleh pengawas sebelum
digunakan, didokumentasikan.
e. Titik penampatan harus dirawat sedemikian rupa agar terhindar dari korosi atau faktor
lain yang dapat menghilangkan atau mengurangi kekuatannya.
b. Pengelasan instalasi penambat permanen harus dilakukan oleh juru las yang
tersertifikasi.
a. Riksa uji dilakukan oleh PJK3 riksa uji yang memiliki tenaga ahli bekerja di ketinggian.
9. Untuk bekerja pada ketinggian dengan menggunakan akses tali setiap tenaga kerja wajib
memiliki lisensi yang diterbitkan oleh direktur.
a. Untuk mendapatkan lisensi tenaga kerja wajib mendapat rekomendasi dari Asosiasi
a. Bekerja pada ketinggian dengan akses tali harus dilaksanakan oleh teknisi akses tali.
memasang penambatan dibawah pengawasan teknisi akses tali tingkat dua atau tiga.
d. Kewenangan teknisi akses tali tingkat 2 meliputi seluruh kewenangan teknisi akses tali
tingkat 1 ditambah dengan :
e. Kewenangan teknisi akses tali tingkat 3 adalah seluruh kewenangan yang diuraikan pada
kewenangan teknisi akses tali tingkat dua ditambah dengan:
Mengawasi dan membimbing kegiatan Teknisi akses tali tingkat 2 dan atau Teknisi
akses tali tingkat 1.
g. Setiap teknisi dan instruktur wajib mengikuti pelatihan dan memiliki buku kerja.
1. Sistem penahan jatuh harus memiliki perangkat untuk menyerap energi dan membatasi
gaya yang akan diterima oleh tubuh pengguna
b. Jika penggunaannya membutuhkan daerah aman (clear zone), tidak tersedia daerah
aman.
(a). Dirancang untuk mencegah pengguna memasuki derah yang dapat membuatnya jatuh;
dan
1. Pengusaha wajib memastikan bahwa tangga digunakan untuk kerja pada ketinggian
hanya jika hasil penilaian risiko sesuai dengan SMK3 poin 3.3 menunjukkan bahwa
penggunaan peralatan lain yang lebih sesuai tidak dapat dibenarkan karena risikonya
rendah, dan
2. Permukaan dimana tangga akan berdiri harus stabil, kokoh dan mempunyai kekuatan
yang memadai dan komposisi yang sesuai untuk menopang beban yang akan diletakkan
diatasnya dan tangga dimana anak-tangga tetap horisontal
3. Tangga harus diposisikan sedemikian rupa sehingga tetap stabil ketika digunakan
4. Tangga-gantung (suspended ladder) harus dikaitkan secara aman sehingga tidak dapat
berpindah dan berayun, kecuali untuk tangga fleksibel.
6. Tangga untuk jalan-masuk-ke (access) harus mempunyai panjang yang cukup untuk
melebih tempat mendarat sehingga terbentuk jalan-masuk-ke, kecuali telah dilakukan hal-
hal untuk memastikan tangga ditahan dengan kokoh.
7. Tangga-tambahan tidak dapat digunakan kecuali telah dipastikan bahwa bagian-bagian
tanggal tidak akan bergerak relatif terhadap masing-masing ketika digunakan.
9. Jika tangga mempunyai ketinggian vertikal 9 meter atau lebih dari dasar, harus
disediakan tempat mendarat atau istirahat yang memadai dan mencukupi.
b. Pengguna tetap dapat berpegangan dengan aman ketika membawa beban kecuali
menjaga pegangan tidak dapat dilakukan, dan hasil penilaian risiko menunjukkan bahwa
penggunaan tangga dibenarkan karena:
5. Rincian hal-hal yang diidentifikasi dapat menimbulkan risiko pada keselamatan dan
kesehatan kerja
6. Uraian tentang tindakan yang telah dilakukan terkait dengan huruf 5 di atas.