Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA

KEKENTALAN DAN TENAGA PENGAKTIFAN ALIRAN

Nama Praktikan : Handariatul Masruroh


NIM : 121810301003
Kelas/Kelompok : A/VI
Fak/Jurusan : MIPA/KIMIA
Nama asisten :

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2014
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap zat cair mempunyai sifat kental dan koefisien kekentalan yang berbeda-beda.
Suatu zat cair memiliki kemampuan tertentu sehingga suatu padatan yang dimasukan
kedalamnya mendapat gaya tahanan yang diakibatkan peristiwa gesekan antara permukaan
padatan tersebut dengan zat cair misalnya, apabila kita memasukkan sebuah bola kecil
kedalam zat cair, terlihatlah batu tersebut mula-mula turun dengan cepat kemudian melambat
hingga akhirnya sampai didasar zat cair. Hambatan-hambatan itulah yang kita namakan
sebagai kekentalan (viskositas). Akibat viskositas zat cair itulah yang menyebabkan terjadinya
perubahan terhadap kecepatan batu.
Kekentalan adalah sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir.
Cairan yang mengalir cepat seperti air mempunyai angka viskositas yang kecil. Sedangkan
cairan yang mengalir lambat seperti oli, mempunyai angka kekentalan atau viskositas yang
besar. Besar kecilnya viskositas suatu larutan menetukan kecepatan alir suatu larutan dalam
medium tertentu. Kekentalan suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya gesekan antara
molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut. Gesekan-gesekan inilah
yang menghambat aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat cair (viskositas) dinyatakan dengan
suatu bilangan yang menentukan kekentalan suatu zat cair.
Praktikum kali ini mengamati akibat perubahan kecepatan zat cair dengan menggunakan
dua metode yaitu metode Ostwald dan metode Hoppler, dari perubahan inilah dapat
ditentukan angka kental relatif suatu zat cair, dan tenaga pengaktifan zat cait tarsebut.

1.2 Tujuan
a. Mengamati angka kental relatif suatu zat cair dengan cara menggunakan air sebagai
pembanding.
b. Menentukan tenaga pengaktifan zat cair.
c. Membandingkan angka kental zat cair dengan kedua metode.

1.3 Tinjauan Pustaka


1.3.1 Dasar Teori
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida.
Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir.
Beberapa cairan ada yang dapat mengalir cepat, sedangkan lainnya mengalir secara lambat.
Cairan yang mengalir cepat seperti air, alkohol dan bensin mempunyai viskositas kecil.
Sedangkan cairan yang mengalir lambat seperti gliserin, minyak castor dan madu mempunyai
viskositas besar (Yazid, 2005:101).
Viskositas merupakan sifat yang dimiliki oleh cairan dan gas. Viskositas menentukan
kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya gesekan antar lapisan material. Viskositas
menunjukkan tingkat ketahanan suatu cairan untuk mengalir. Semakin besar viskositas maka
aliran akan semakin lambat. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
temperatur, gaya tarik antar molekul, ukuran serta jumlah molekul terlarut (Sukardjo,
1997:108).
Cairan mempunyai gaya gesek yang lebih besar untuk mengalir daripada gas, hingga
cairan memiliki koefisien viskositas yang lebih besar daripada gas. Viskositas gas bertambah
dengan naiknya temperatur, sedangkan viskositas cairan turun dengan naiknya temperatur.
Koefisien voskositas gas pada tekanan tidak terlalu besar, tidak tergantung tekanan, tapi untuk
cairan akan naik dengan adanya kenaikan tekanan (Sukardjo, 1997 : 108).
Kekentalan adalah suatu sifat sistem yang erat hubungannya dengan proses aliran. Dua
lapisan zat alir (zalir) masing-masing mempunyai luas A, jarak kedua lapisan dy bergerak
dengan arah yang sama dan mempunyai selisih kecepatan dv, kekentalan η didefinisikan
sebagai berikut :

F   A dv (1)
dy
F adalah gaya gesek yang bersifat melawan aliran. Tanda negatif menunjukkan bahwa arah
gaya gesek berlawanan dengan arah kecepatan nisbi dv (Tim Kimia Fisik, 2014:7).
Viskositas secara umum dapat ditentukan dengan dua metode, yakni:
1. Viskometer Oswald (cara Oswald)
Viskositas dari cairan newton bisa ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan
bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika ia mengalir karena gravitasi melalui
viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang
dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2
tanda tersebut (Anonim, 2014).
Cara Oswald ini berdasarkan hukum Haegen Poiseuille:
pr 4 t
 ; p  gh
8VL
(2)
pr 4 tgh

8VL
Dimana :
p = tekanan hidrostatis
r = jejari kapiler
t = waktu alir zat cair sebanyak volume V dengan beda tinggi h
L = panjang kapiler
Untuk air :
pr 4 t a  a gh
a  (3)
8VL
Secara umum berlaku :
pr 4 t x  x gh
x  (4)
8VL
Jika air digunakan sebagai pembanding, maka :
x tx x
 (5)
a ta a
(Tim Kimia Fisik, 2014:7-8).
2. Viskometer bola jatuh (cara Hoppler)
Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi keseimbangan
sehingga gaya gesek=gaya berat-gaya archimides. Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan
bola (yang terbuat dari kaca) melalui tabung gelas yang hampir tidak berisi zat cair yang
diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga resiprok sampel (Anonim,
2014).
Pada viskositas ini yang di ukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah bola logam
untuk melewati cairan setinggi tertentu. Suatu benda karena adanya gravitasi akan jatuh
melalui medium yang berviskositas (seperti cairan misalnya) dengan kecepatan yang semakin
besar sampai mencapai kecepatan maksimum. Kecepatan maksimum akan tercapai bila
gravitasi sama dengan frictional resistance medium. Besarnya frictional resistance untuk
benda berbentuk bola dapat dihitung dengan menggunakan hukum stokes
f  6 r (6)
Di mana:
𝑓 = frictional resistance
r = jari-jari
η = viskositas
v = kecepatan
(Sears dan Zemansky, 1982: 327).
1.3.2 Material Safety Data Sheet
a. MSDS Air
Air merupakan zat yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada keadaan
standart, memiliki nama IUPAC Dihydrogen monoxide, Oxidane dan memiliki rumus
molekul H2O. Sifat fisik dan sifat kimia air diantaranya adalah massa molar 18.01528(33) g
mol-1, densitas 1000 kg m-3, liquid (4 °C), 917 kg m-3, titik leleh 0 °C, 32 °F (273.15 K), titik
didih 100 °C, 212 °F (373.15 K), bentuk molekul hexagonal, viskositas 0.001 Pa saat 20 °C,
momen dipol 1.85 D, dan kelarutan dalam air larut dalam berbagai perbandingan (Anonim,
2014).
b. MSDS Aseton
Aseton atau nama sistematisnya propanon memiliki rumus molekul CH3COCH3. Sifat
fisik dan sifat kimia aseton diantaranya adalah massa molar 58,08 g/mol, berat molekul 60.1
g/mol, densitas 0,79 g/cm³, titik leleh −95,35 °C (177,65 K), titik didih 56,2 °C (329,2 K),
viskositas 0,32 cP pada 20 °C, bentuk molekul trigonal planar pada C=O, momen dipol 2,91
D, penampilan cairan tidak berwarna, dan kelarutan dalam air larut dalam berbagai
perbandingan (Anonim, 2014).
Aseton berbahaya jika terjadi kontak dengan kulit, mata, maupun organ yang lain.
Pertolongan pertama yang diberika jika terkena mata adalah harus dibilas dengan air dan
kelopak mata harus tetap terbuka bisa menggunakan air dingin selam 15 menit, jika perlu
mendapatkan saran medis. Jika terjadi kontak dengan kulit, maka bilas segera dengan air dan
tutup kulit yang terkena aseton dengan barang yang lunak (Anonim, 2014).
c. MSDS alkohol
Alkohol berupa liquid memiliki bau harum menyerupai bau dari campuran aseton dan
etanol. Alkohol memiliki sifat fisik dan sifat kimia diantaranya pH 1% dalam air, titik didih
82.5°C(180.5°F), titik leleh -88.5°C (-127.3°F), suhu kritis 235°C (455°F), tekanan uap 4.4
kPa (@ 20°C), kepadatan uap 2,07 (udara = 1), dan kelarutannya mudah larut didalam air,
metanol dietil eter, noctanol, aseton, larut dalam larutan garam, dan larut dalam benzena
(Anonim, 2014).
Alkohol jika terkena mata akan menyebabkan iritasi mungkin meneyebabkan
konjungtivitas dan ganguan pada kornea. Penanganannya adalah dengan membilas dengan air
bersih sebanyak-banyaknya selama kurang lebih 15 menit. Jika terkena kulit memungkinkan
terjadinya iritasi tingkat menegah. Penanganannya dengan membilas kulit yang terkena
alkohol hingga bersih selama kurang lebih 15 menit. Jika tertelan, alkohol dengan konsentrasi
tinggi memungkinkan terjadinya sakit kepala, pusing, atau bahkan koma. Tindakan
penanganan adalah dengan memberiakn susu atau air putih, namun jangan berikan makanan
dan segera rujuk ke tempat medis. Jika terhirup berpeluang menimbulkan efek mutagenik.
Jika terhirup maka segera dibawa ke udar terbuka. Jika terdapat gangguan nafas, maka
berikan bantuan pernafasan atau oksigen (Anonim, 2014).
BAB 2. METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Viskometer Oswald
- Piknometer bertermometer
- Corong gelas
- Gelas
- Bol pipet
- Penangas air
- Labu ukur
- Neraca digital
- Corong gelas
- Termometer

3.1.2 Bahan
- Air
- Aseton
- Alkohol
- Zat X

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Cara Oswald
Zat cair
- ditentukan rapat jenisnya dengan piknometer yang telah dibersihkan sebelumnya
dengan asam pencuci dan dikeringkan dengan pompa.
- diulangi 3 kali untuk masing-masing alkohol, aseton dan zat X
- diisi dengan air secukupnya pada viskometer oswald, air dinaikkan lebih tinggi
dari tanda paling atas dan stopwatch dihidupkan, begitu pula setelah tanda paling
bawah stopwatch dimatikan sehingga waktu alir dapat ditentukan.
- diulangi 3 kali untuk masing-masing zat lain yaitu alkohol, aseton dan zat X

Hasil
BAB 3. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Hasil
Massa P (g) Suhu Massa P+Z (g) Waktu alir (det)
No. Zat
I II III (°C) I II III I II III

1. Air 31 34,5 34,5 34,5 34,12 35,76 -

30 33,91 33,91 33,91 34,14 34,07 34,15


26,2 26,2 26,2
2. Alkohol 33 33,90 33,90 33,90 33,74 33,66 34,06

36 33,87 33,87 33,87 35,80 34,01 32,96

30 33,54 33,54 33,54 13,13 15,00 13,21

3. Aseton 26,2 26,2 26,2 33 33,53 33,53 33,53 13,42 13,37 13,16

36 33,53 33,53 33,53 13,44 13,09 13,02

30 34,67 34,67 34,67 20,94 20,81 20,73

4. Zat X 26,2 26,2 26,2 33 34,67 34,67 34,67 20,68 21,11 20,89

36 34,67 34,67 34,67 21,04 20,61 20,63

3.2 Pengolahan Data


Massa Massa  rata-
 zat
No. Zat Suhu rata-rata P rata-rata rata ln  1
(poise)
T
(g) P+Z (g) (g/ml)
1. Air 31°C 26,2 34,5 0,83 0,784 -
2. Alkohol 30°C 33,91 0,77 0,71 -0,34 0,033

33°C 26,2 33,90 0,77 0,70 -0,36 0,030

36°C 33,87 0,77 0,71 -0,34 0,028


3. Aseton 30°C 33,54 0,73 0,27 -1,31 0,033

33°C 26,2 33,53 0,73 0,26 -1,35 0,030

36°C 33,53 0,73 0,26 -1,35 0,028


4. Zat X 30°C 34,67 0,75 0,420 -0,868 0,033

33°C 26,2 34,67 0,75 0,423 -0,860 0,030

36°C 34,67 0,75 0,418 -0,872 0,028

Keterangan : 1.Massa P = Massa Piknometer, 2. Massa P+Z = Massa Piknometer + Zat


BAB 4. PEMBAHASAN

Percobaan kekentalan dan tenaga pengaktifan ini bertujuan untuk mengamati angka
kental relatif suatu zat cair dengan menggunakan air sebagai pembanding dan menentukan
tenaga pengaktifan aliran. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan
hambatan untuk mengalir. Kekentalan suatu zat cair disebabkan adanya gesekan antara
molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut. Gesekan-gesekan inilah
yang menghambat aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat cair dinyatakan dengan suatu
bilangan yang menentukan kekentalan suatu zat cair.
Ukuran kekentalan suatu cairan dinyatakan dengan viskositas. Beberapa cairan ada
yang dapat mengalir cepat, sedangkan lainnya mengalir secara lambat. Cairan yang mengalir
secara cepat mempunyai viskositas yang kecil, sedangkan cairan yang mengalir secara lambat
mempunyai viskositas yang besar. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi viskositas
suatu cairan yaitu suhu, konsentrasi larutan, ukuran dan berat molekul zat terlarut, tekanan,
kehadiran zat lain, dan kekuatan antar molekul.
a. Suhu
Besarnya viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Kenaikan suhu menyebabkan
besarnya viskositas akan turun. Hal ini disebabkan karena jika suhu naik partikel-partikel
bergerak secara acak sehingga kekentalan akan mengalami penurunan. Sedangkan
penurunan suhu menyebabkan besarnya viskositas akan naik. Hal ini disebabkan partikel-
partikel penyususn senyawa tersebut tidak mengalami gerakan sehingga gaya gesek yang
bekerja juga semakin besar dan viskositas pun akan semakin besar.
b. Konsentrasi larutan
Besarnya viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan
konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan
menyatakan banyaknya partikel zat terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak partikel
yang terlarut, gesekan antar partikel akan semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi
pula.
c. Ukuran dan bentuk partikel zat
Ukuran dan bentuk partikel zat cairan berpengaruh pada besarnya viskositas. Cairan yang
bentuk partikelnya besar dan tidak teratur akan lebih tinggi viskositasnya. Sedangkan
cairan yang bentuk partikelnya lebih kecil dan teratur akan lebih rendah viskositasnya.
d. Tekanan
Viskositas berbanding lurus dengan tekanan, karena semakin besar tekanannya, cairan akan
semakin sulit mengalir akibat dari beban yang dikenakannya. Viskositas akan bernilai tetap
pada tekanan 0-100 atm.
e. Berat molekul zat terlarut
Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute, karena dengan adanya solute
yang berat akan menghambat atau memberi beban yang berat pada cairan sehingga akan
menaikkan viskositasnya.
Penentuan besarnya kekentalan dalam percobaan kali ini dilakukan dengan
menggunakan metode ostwald dengan menggunakan alat viskometer ostwald. Dalam metode
ostwald, viskositas cairan ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan
tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika ia mengalir karena gravitasi melalui viskometer
Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi
suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui untuk lewat 2 tanda tersebut. Zat yang
digunakan sebagai pembanding dalam penentuan viskositas adalah air. Air digunakan sebagai
pembanding karena viskositas air telah ada standar satuannya. Prinsip dari viskometer ostwald
dapat dipahami dari gambar viskometer ostwald berikut ini.

Gambar 4.1. viskometer Ostwald


Sejumlah tertentu cairan dimasukkan ke dalam A, kemudian dengan cara menghisap
atau meniup, cairan dibawa ke B, sampai melewati garis m. Selanjutnya cairan dibiarkan
mengalir secara bebas dan waktu yang diperlukan untuk mengalir bebas dan waktu yang
diperlukan untuk mengalir dari garis ke n diukur. Pada proses pengaliran melalui kapiler C,
tekanan penggerak tidak tetap dan pada setiap saat sama dengan h.g.ρ, dengan h adalah beda
tinggi permukaan cairan pada kedua reservoir alat, g adalah percepatan gravitasi dan ρ adalah
rapat massa cairan. Karena pada metode ini selalu diperhatikan aliran cairan dari m ke n dan
menggunakan viskometer yang sama, maka viskositas suatu cairan dapat ditentukan dengan
membandingkan hasil pengukuran waktu t, rapat massa ρ cairan tersebut terhadap waktu to
dan rapat massa ρo cairan pembanding yang telah diketahui viskositasnya pada suhu
pengukuran. Perbandingan viskositas kedua cairan dapat dinyatakan sebagai:
 t

0 t0  0 (4.1)

Berdasarkan persamaan tersebut, viskositas suatu cairan dapat diukur dengan merujuk pada

viskositas cairan pembanding.

Percobaan kali ini dimulai dengan megukur massa jenis air dan masing-masing zat,

yaitu alkohol, aseton dan zat X. Massa jenis air yang didapatkan berdasarkan percobaan pada

suhu 31oC adalah 0,83 g/mL. Massa jenis air yang didapat ini tidak sesuai dengan massa jenis

air teoritis yaitu 1g/mL, namun perbedaan yang didapat kecil. Hal ini kemungkinan terjadi

karena kurangnya ketilitian praktikan saat mengisi air dalam viknometer sehingga volumenya

tidak tepat 10 mL (volume dalam piknometer) atau kurangnya ketelitian praktikan saat

menimbang. Massa jenis alkohol untuk suhu 30 oC , 33 oC dan 36oC adalah sama yaitu 0,77

gram/mL. Massa jenis aseton untuk suhu 30 oC , 33 oC dan 36oC juga menunjukkan hasil

yang sama yaitu 0,73 gram/mL dan untuk zat X massa jenis pada suhu 30 oC, 33 oC dan 36oC

menunjukkan hasil yang sama yaitu 0,75 gram/mL. Hasil yang diperoleh dari ketiga zat cair

ini berbeda dengan kecenderungan penurunan massa jenis akibat peningkatan suhu. Hal

terjadi karena adanya kesalahan saat melakukan percobaan yaitu saat mengisikan zat cair

kedalam piknometer kurang tepat sehingga mempengaruhi volume dan berubahnya suhu saat

penimbangan akibat pengaruh dari tangan praktukan.

Masing-masing zat cair yang telah diukur massa jenisnya tersebut kemudian diukur

kekentalannya menggunakan viskometer ostwald. Dari viskometer ostwald ini akan diperoleh

data waktu yang diperlukan untuk mengalir turun untuk masing-masing zat yang selanjutnya

data ini diolah menghitung besarnya kekentalan masing-masing zat cair . Berdasarkan hasil

percobaan, rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk air pada suhu 31°C adalah 34,94 detik.

Sedangkan untuk alkohol, rata-rata waktu yang diperoleh pada suhu 30°C, 33°C dan 36°C

berturut-turut adalah 34,12 detik, 33,82 detik dan 34,26 detik. Untuk aseton rata-rata waktu

yang diperoleh pada suhu 30°C, 33°C dan 36°C berturut-turut adalah 13,13 detik, 13,32 detik

dan 13,2 detik dan untuk zat X rata-rata waktu yang diperoleh pada suhu 30°C, 33°C dan
36°C berturut-turut adalah 20,73 detik, 20,89 detik dan 20,62 detik. Berdasarkan teori yang

ada, semakin tinggi suhu maka semakin kecil kekentalannya sehingga waktu yang dibutuhkan

untuk turun akan semakin cepat. Namun berdasarkan data waktu yang diperoleh tersebut

terlihat bahwa untuk alkohol dan zat X tidak sesuai dengan teori, dan hanya aseton yang

sesuai dengan teori yang ada. Hal ini disebabkan adanya kesalahan saat melakukan percobaan

diantaranya sulitnya mendapatkan suhu zat cair secara tepat sesuai yang diinginkan dan

kesalahan yang terjadi kemungkinan karena kurang telitinya praktikan saat mengamati zat cair

saat melewati tanda paling atas pada viskometer atau pada saat melewati tanda paling bawah

viskometer sehingga menyebabkan kurang tepatnya praktikan saat menghidupkan dan

mematikan stopwatch yang berakibat tidak sesuainya waktu yang diperoleh.

Rata-rata waktu yang diperoleh ini kemudian diolah untuk menghitung besarnya

kekentalan masing-masing zat dengan cara membandingkannya dengan kekentalan air yang

telah diketahui. Berdasarkan hasil perhitungan, kekentalan alkohol pada suhu 30°C, 33°C dan

36°C berturut-turut adalah 0,71 poise, 0,70 poise dan 0, 71 poise. Sedangkan untuk aseton,

kekentalan pada suhu 30°C, 33°C dan 36°C berturut-turut adalah 0,27 poise, 0,26 poise dan

0,26 poise dan untu zat X, kekentalan pada suhu 30°C, 33°C dan 36°C berturut-turut adalah

sama, yaitu 0,42 poise. Hasil percobaan ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa

semakin tinggi suhu semakin kecil nilai kekentalannya. Kesalahan yang diperoleh ini

berhubungan dengan kesalahan saat mengukur waktu alir masing-masing zat cair dalam

viskometer.
Kekentalan suatu zat juga dapat digunakan untuk mengetahui besar energi pengaktifan aliran.
Energi pengaktifan aliran adalah energi yang dibutuhkan untuk mengaktifkan gerakan-
gerakan partikel zat cair secara kontinu sehingga menghasilkan sebuah aliran. Semakin kental
suatu zat cair maka energi pengaktivan semakin kecil sehingga akan memperlambat aliran.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat kekentalan maka waktu yang dibutuhkan oleh suatu zat
cair untuk bergerak mengalir akan semakin cepat. Energi pengaktifan dapat diperoleh dengan
memplotkan ln 𝜂 pada sumbu y dan 1⁄𝑡 pada sumbu x. Dari grafik tersebut akan diketahui
nilai slop atau kemiringan (m). Persamaan unutk menghitung energi pengaktifan adalah 𝐸 =
𝑚 × 𝑅. R merupakan ketetapan gas ideal yaitu 8,134 JK-1mol-1. Dari persamaan tersebut
dapat diketahui besarnya energi pengaktifan dari masing-masing zat cair yang digunakan.
Berikut grafik hubungan ln 𝜂 dengan 1⁄𝑇 untuk masing-masing zat.
a. Alkohol

Grafik ln  dengan 1/T


-0.335
0.026 0.028 0.03 0.032 0.034 y = 0.5263x - 0.3626
-0.34
R² = 0.0132
-0.345
ln 

-0.35
Series1
-0.355 Linear (Series1)

-0.36

-0.365
1/T

Besarnya energi pengaktifan yang diperoleh berdasarkan grafik tersebut adalah sebesar
4,37 Joule/K.mol
b. Aseton

Grafik ln  dengan 1/T


-1.3
0.026 0.028 0.03 0.032 0.034
-1.31
y = 8.4211x - 1.5921
-1.32 R² = 0.8421
ln 

-1.33 Series1
Linear (Series1)
-1.34

-1.35

-1.36
1/T

Besarnya energi pengaktifan yang diperoleh berdasarkan grafik tersebut adalah sebesar
70,01 Joule/K.mol.
c. Zat X

Grafik ln  dengan 1/T


-0.858
0.026 0.028 0.03 0.032 0.034
-0.86
-0.862 y = 0.5263x - 0.8826
-0.864 R² = 0.047
ln 

-0.866 Series1
-0.868 Linear (Series1)

-0.87
-0.872
-0.874
1/T

Besarnya energi pengaktifan unutuk zat X berdasarkan grafik tersebut adalah sebesar 4,37 Joule/K.mol

Grafik ln  melawan 1/T harusnya membentuk garis yang linear, namun dalam percobaan ini grafik

yang terbentuk dari masing-masing zat cair fluktuatif. Hal ini disebabkan oleh kesalahan yang terjadi

saat melakukan percobaan yaitu ketidaktepatan dalam mengukur waktu pada viskosimeter,
ketidaktepatan dalam mengukur massa jenis dengan piknometer, perubahan suhu yang tidak
disadari oleh praktikan. Kesalahan-kesalahan tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan
dengan literatur mengenai pengaruh suhu terhadap dan kekentalan sehingga grafik yang
terbentuk tidak linear. Zat X dalam percobaan ini tidak bisa diketahui karena massa jenis yang
dihasilkan dari percobaan kurang tepat, sehingga tidak dapat mencocokkan dengan literatur.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pembahasan yang ada adalah:
- Angka kekentalan untuk alkohol pada suhu 30, 33 dan 36oC berturut-turut adalah 0,71;
0,70 dan 0,71 poise. Kekentalan aseton pada 30, 33 dan 36oC berturut-turut adalah 0,27;
0,26 dan 0,26 poise. Sedangkan pada zat x nilai kekentalannya pada suhu 30, 33 dan 36oC
berturut-turut adalah sama yaitu 0,42 poise.
- Nilai kekentalan semakin rendah pada saat suhu semakin tinggi, hal tersebut terjadi karena
kerapatan komponen penyusun zat cair semakin renggang sehingga nilai kekentalannya
semakin kecil.
- Energi pengaktifan adalah suatu energi yang diperlukan zat cair untuk dapat masuk ke
dalam kekosongan suatu aliran. Semakin tinggi nilai kekentalan suatu zat cair maka nilai
energi pengaktifan semakin kecil.
- Energi pengaktifan aliran untuk alkohol adalah 4,37 JK-1mol-1. Energi pengaktifan aseton
adalah 70,01 JK-1mol-1. Sedangkan energi pengaktifan zat x adalah 4,37 JK-1mol-1.

5.2 Saran
- Praktikan seharusnya lebih teliti saat mengamati gerak zat cair agar waktu dapat tercatat
secara tepat.
- Seharusnya praktikan harus memahami betul prosedur kerja yang akan dilakukan agar
dalam proses pengerjaannya tidak mengalami kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA
Material Safety Data Sheet. 2014. Akuades. [serial online].
http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld= 9923420. Diakses 5 April 2014 pukul
08.30 WIB.
Material Safety Data Sheet. 2014. Alkohol. [serial online].
http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld= 9923420. Diakses 5 April 2014 pukul
08.45 WIB.
Material Safety Data Sheet. 2014. Aseton. [serial online].
http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld= 9923420. Diakses 5 April 2014 pukul
08.40 WIB.
Sears, F. W., & Zemansky, M. W.1982.Fisika untuk Universitas. Bandung: Bina Cipta.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisik. Yogyakarta : Rineka Cipta.
Tim Kimia Fisik. 2014. Penuntun Praktikum Termodinamika Kimia. Jember : FMIPA
Universitas Jember.
Yazid, E. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi Offset.
LAMPIRAN

1. Berat rata-rata piknometer kosong:


26,2 g  26,2 g  26,2 g
m  26,2 g
3
2. Berat rata-rata piknometer + zat
a. Air (suhu 31°C)
34,5 g  34,5 g  34,5 g
mrata rata   34,5 g
3
b. Alkohol
- Suhu 30°C
33,91g  33,91g  33,91g
mrata rata   33,91g
3
- Suhu 33°C
33,90 g  33,90 g  33,90 g
mrata rata   33,90 g
3
- Suhu 36°C
33,87 g  33,87 g  33,87 g
mrata rata   33,87 g
3
c. Aseton
- Suhu 30°C
33,54 g  33,54 g  33,54 g
mrata rata   33,54 g
3
- Suhu 33°C
33,54 g  33,54 g  33,54 g
mrata rata   33,87 g
3
- Suhu 36°C
33,57 g  33,87 g  33,87 g
mrata rata   33,87 g
3
d. Zat X
- Suhu 30°C
34,67 g  34,67 g  34,67 g
mrata rata   34,67 g
3
- Suhu 33°C
34,67 g  34,67 g  34,67 g
mrata rata   34,67 g
3
- Suhu 36°C
34,67 g  34,67 g  34,67 g
mrata rata   34,67 g
3
3. Perhitungan massa jenis masing-masing zat
a. Air c. Aseton
- Suhu 31°C - Suhu 30°C

me air  me me  air  me


 air   air 
v v
34,5 g  26,2 g 33,54 g  26,2 g
 
10mL 10mL
 0,83 g/mL  0,73 g/mL
b. Alkohol
- Suhu 30°C - Suhu 33°C

me  air  me me  air  me
 air   air 
v v
33,91g  26,2 g 33,53g  26,2 g
 
10mL 10mL
 0,77 g/mL  0,73 g/mL

- Suhu 33°C - Suhu 36°C


me  air  me me  air  me
 air   air 
v v
33,90 g  26,2 g 33,53g  26,2 g
 
10mL 10mL
 0,77 g/mL  0,73 g/mL

- Suhu 36°C
me  air  me
 air 
v
33,87 g  26,2 g

10mL
 0,77 g/mL
d. Zat X
- Suhu 30°C - Suhu 36° C

me  air  me me  air  me
 air   air 
v v
34,67 g  26,2 g 34,67 g  26,2 g
 
10mL 10mL
 0,75 g/mL  0,75 g/mL

- Suhu 33°C

me  air  me
 air 
v
34,67 g  26,2 g

10mL
 0,75 g/mL
4. Perhitungan rata-rata waktu
a. Air
- Suhu 31°C
34,12 det  35,76 det
t ratarata   34,94 det
2
b. Alkohol
- Suhu 30°C
34,14 det  34,07 det  34,15 det
t ratarata   34,13 det
3
- Suhu 33°C
33,74 det  33,66 det  34,06 det
t ratarata   33,82
3
- Suhu 36°C
35,80 det  34,01det  32,96 det
t ratarata   34,26 det
3
c. Aseton
- Suhu 30°C
13,13 det  15,00 det  13,21det
t ratarata   13,78 det
3
- Suhu 33°C
13,42 det  13,37 det  13,16 det
t ratarata   13,32
3
- Suhu 36°C
13,49 det  13,09 det  13,02 det
t ratarata   13,2 det
3
d. Zat X
- - Suhu 30°C
20,94 det  20,81det  20,43 det
t ratarata   20,73 det
3
- Suhu 33°C
20,68 det  21,11det  20,89 det
t ratarata   20,89 det
3
- Suhu 36°C
21,04 det  20,61det  20,23 det
t ratarata   20,62 det
3

5. Perhitungan kekentalan Zat


-  air pada suhu 31°C= 0,784 poise

a. Alkohol
- Suhu 30°C

t alkohol   alkohol   air


 alkohol 
t air   air
34,12 det 0,77 g / mL  0,784 poise

34,94 det 0,83g / mL
 0,71 poise

- Suhu 33°C

t alkohol   alkohol   air


 alkohol 
t air   air
33,82 det 0,77 g / mL  0,784 poise

34,94 det 0,83g / mL
 0,70 poise

- Suhu 36°C

t alkohol   alkohol   air


 alkohol 
t air   air
34,26 det 0,77 g / mL  0,784 poise

34,94 det 0,83g / mL
 0,71 poise
b. Aseton
- Suhu 30°C

t alkohol   alkohol   air


 alkohol 
t air   air
13,78 det 0,73g / mL  0,784 poise

34,94 det 0,83g / mL
 0,27poise

- Suhu 30°C

t alkohol   alkohol   air


 alkohol 
t air   air
13,32 det 0,73g / mL  0,784 poise

34,94 det 0,83g / mL
 0,26poise

- Suhu 30°C

t alkohol   alkohol   air


 alkohol 
t air   air
13,2 det 0,73g / mL  0,784 poise

34,94 det 0,83g / mL
 0,26poise
c. Zat X
- Suhu 30°C

t alkohol   alkohol   air


 alkohol 
t air   air
20,73 det 0,75 g / mL  0,784 poise

34,94 det 0,83g / mL
 0,420 poise

- Suhu 33°C

t alkohol   alkohol   air


 alkohol 
t air   air
20,89 det 0,75 g / mL  0,784 poise

34,94 det 0,83g / mL
 0,423 poise
- Suhu 36°C

talkohol  alkohol air


alkohol 
tair   air
20,63 det 0,75 g / mL  0,784 poise

34,94 det 0,83g / mL
 0,418 poise
6. Perhitungan ln dan 1/T
- ln - 1/T
a. Alkohol a. Suhu 30°C, 1/T =0,033

- Suhu 30°C b. Suhu 33°C, 1/T=0,030


ln   ln 0,71
c. Suhu 36°C, 1/T=0,028
 -0,34
- Suhu 33°C
ln   ln 0,70
 -0,36

- Suhu 36°C
ln   ln 0,71
 -0,34
b. Aseton
- Suhu 30°C
ln   ln 0,27
 -1,31

- Suhu 33°C
ln   ln 0,26
 -1,35

- Suhu 36°C
ln   ln 0,26
 -1,35
c. Zat X
- Suhu 36°C
ln   ln 0,42
 -0,87
- Suhu 36°C
ln   ln 0,42
 -0,87

- Suhu 36°C
ln   ln 0,42
 -0,87
7. Grafik ln  lawan 1/T dan besarnya energi pengaktifan
a. Alkohol

Grafik ln  dengan 1/T


-0.335
0.026 0.028 0.03 0.032 0.034 y = 0.5263x - 0.3626
-0.34
R² = 0.0132
-0.345
ln 

-0.35
Series1
-0.355 Linear (Series1)

-0.36

-0.365
1/T

Besarnya energi pengaktifan aliran:


E  m  R  0,526  8,314  4,37 Joule/K.mol
b. Aseton

Grafik ln  dengan 1/T


-1.3
0.026 0.028 0.03 0.032 0.034
-1.31
y = 8.4211x - 1.5921
-1.32 R² = 0.8421
ln 

-1.33 Series1
Linear (Series1)
-1.34

-1.35

-1.36
1/T
c. Zat X

Grafik ln  dengan 1/T


-0.858
0.026 0.028 0.03 0.032 0.034
-0.86
-0.862 y = 0.5263x - 0.8826
-0.864 R² = 0.047
ln 

-0.866 Series1
-0.868 Linear (Series1)

-0.87
-0.872
-0.874
1/T

Besarnya energi pengaktifan aliran :


E  m  R  0,526  8,314  4,37 Joule/Kmol

Anda mungkin juga menyukai