KIMIA FISIKA
1.2 Tujuan
a. Mengamati angka kental relatif suatu zat cair dengan cara menggunakan air sebagai
pembanding.
b. Menentukan tenaga pengaktifan zat cair.
c. Membandingkan angka kental zat cair dengan kedua metode.
F A dv (1)
dy
F adalah gaya gesek yang bersifat melawan aliran. Tanda negatif menunjukkan bahwa arah
gaya gesek berlawanan dengan arah kecepatan nisbi dv (Tim Kimia Fisik, 2014:7).
Viskositas secara umum dapat ditentukan dengan dua metode, yakni:
1. Viskometer Oswald (cara Oswald)
Viskositas dari cairan newton bisa ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan
bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika ia mengalir karena gravitasi melalui
viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang
dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2
tanda tersebut (Anonim, 2014).
Cara Oswald ini berdasarkan hukum Haegen Poiseuille:
pr 4 t
; p gh
8VL
(2)
pr 4 tgh
8VL
Dimana :
p = tekanan hidrostatis
r = jejari kapiler
t = waktu alir zat cair sebanyak volume V dengan beda tinggi h
L = panjang kapiler
Untuk air :
pr 4 t a a gh
a (3)
8VL
Secara umum berlaku :
pr 4 t x x gh
x (4)
8VL
Jika air digunakan sebagai pembanding, maka :
x tx x
(5)
a ta a
(Tim Kimia Fisik, 2014:7-8).
2. Viskometer bola jatuh (cara Hoppler)
Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi keseimbangan
sehingga gaya gesek=gaya berat-gaya archimides. Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan
bola (yang terbuat dari kaca) melalui tabung gelas yang hampir tidak berisi zat cair yang
diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga resiprok sampel (Anonim,
2014).
Pada viskositas ini yang di ukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah bola logam
untuk melewati cairan setinggi tertentu. Suatu benda karena adanya gravitasi akan jatuh
melalui medium yang berviskositas (seperti cairan misalnya) dengan kecepatan yang semakin
besar sampai mencapai kecepatan maksimum. Kecepatan maksimum akan tercapai bila
gravitasi sama dengan frictional resistance medium. Besarnya frictional resistance untuk
benda berbentuk bola dapat dihitung dengan menggunakan hukum stokes
f 6 r (6)
Di mana:
𝑓 = frictional resistance
r = jari-jari
η = viskositas
v = kecepatan
(Sears dan Zemansky, 1982: 327).
1.3.2 Material Safety Data Sheet
a. MSDS Air
Air merupakan zat yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada keadaan
standart, memiliki nama IUPAC Dihydrogen monoxide, Oxidane dan memiliki rumus
molekul H2O. Sifat fisik dan sifat kimia air diantaranya adalah massa molar 18.01528(33) g
mol-1, densitas 1000 kg m-3, liquid (4 °C), 917 kg m-3, titik leleh 0 °C, 32 °F (273.15 K), titik
didih 100 °C, 212 °F (373.15 K), bentuk molekul hexagonal, viskositas 0.001 Pa saat 20 °C,
momen dipol 1.85 D, dan kelarutan dalam air larut dalam berbagai perbandingan (Anonim,
2014).
b. MSDS Aseton
Aseton atau nama sistematisnya propanon memiliki rumus molekul CH3COCH3. Sifat
fisik dan sifat kimia aseton diantaranya adalah massa molar 58,08 g/mol, berat molekul 60.1
g/mol, densitas 0,79 g/cm³, titik leleh −95,35 °C (177,65 K), titik didih 56,2 °C (329,2 K),
viskositas 0,32 cP pada 20 °C, bentuk molekul trigonal planar pada C=O, momen dipol 2,91
D, penampilan cairan tidak berwarna, dan kelarutan dalam air larut dalam berbagai
perbandingan (Anonim, 2014).
Aseton berbahaya jika terjadi kontak dengan kulit, mata, maupun organ yang lain.
Pertolongan pertama yang diberika jika terkena mata adalah harus dibilas dengan air dan
kelopak mata harus tetap terbuka bisa menggunakan air dingin selam 15 menit, jika perlu
mendapatkan saran medis. Jika terjadi kontak dengan kulit, maka bilas segera dengan air dan
tutup kulit yang terkena aseton dengan barang yang lunak (Anonim, 2014).
c. MSDS alkohol
Alkohol berupa liquid memiliki bau harum menyerupai bau dari campuran aseton dan
etanol. Alkohol memiliki sifat fisik dan sifat kimia diantaranya pH 1% dalam air, titik didih
82.5°C(180.5°F), titik leleh -88.5°C (-127.3°F), suhu kritis 235°C (455°F), tekanan uap 4.4
kPa (@ 20°C), kepadatan uap 2,07 (udara = 1), dan kelarutannya mudah larut didalam air,
metanol dietil eter, noctanol, aseton, larut dalam larutan garam, dan larut dalam benzena
(Anonim, 2014).
Alkohol jika terkena mata akan menyebabkan iritasi mungkin meneyebabkan
konjungtivitas dan ganguan pada kornea. Penanganannya adalah dengan membilas dengan air
bersih sebanyak-banyaknya selama kurang lebih 15 menit. Jika terkena kulit memungkinkan
terjadinya iritasi tingkat menegah. Penanganannya dengan membilas kulit yang terkena
alkohol hingga bersih selama kurang lebih 15 menit. Jika tertelan, alkohol dengan konsentrasi
tinggi memungkinkan terjadinya sakit kepala, pusing, atau bahkan koma. Tindakan
penanganan adalah dengan memberiakn susu atau air putih, namun jangan berikan makanan
dan segera rujuk ke tempat medis. Jika terhirup berpeluang menimbulkan efek mutagenik.
Jika terhirup maka segera dibawa ke udar terbuka. Jika terdapat gangguan nafas, maka
berikan bantuan pernafasan atau oksigen (Anonim, 2014).
BAB 2. METODE PERCOBAAN
3.1.2 Bahan
- Air
- Aseton
- Alkohol
- Zat X
Hasil
BAB 3. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA
3.1 Hasil
Massa P (g) Suhu Massa P+Z (g) Waktu alir (det)
No. Zat
I II III (°C) I II III I II III
3. Aseton 26,2 26,2 26,2 33 33,53 33,53 33,53 13,42 13,37 13,16
4. Zat X 26,2 26,2 26,2 33 34,67 34,67 34,67 20,68 21,11 20,89
Percobaan kekentalan dan tenaga pengaktifan ini bertujuan untuk mengamati angka
kental relatif suatu zat cair dengan menggunakan air sebagai pembanding dan menentukan
tenaga pengaktifan aliran. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan
hambatan untuk mengalir. Kekentalan suatu zat cair disebabkan adanya gesekan antara
molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut. Gesekan-gesekan inilah
yang menghambat aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat cair dinyatakan dengan suatu
bilangan yang menentukan kekentalan suatu zat cair.
Ukuran kekentalan suatu cairan dinyatakan dengan viskositas. Beberapa cairan ada
yang dapat mengalir cepat, sedangkan lainnya mengalir secara lambat. Cairan yang mengalir
secara cepat mempunyai viskositas yang kecil, sedangkan cairan yang mengalir secara lambat
mempunyai viskositas yang besar. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi viskositas
suatu cairan yaitu suhu, konsentrasi larutan, ukuran dan berat molekul zat terlarut, tekanan,
kehadiran zat lain, dan kekuatan antar molekul.
a. Suhu
Besarnya viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Kenaikan suhu menyebabkan
besarnya viskositas akan turun. Hal ini disebabkan karena jika suhu naik partikel-partikel
bergerak secara acak sehingga kekentalan akan mengalami penurunan. Sedangkan
penurunan suhu menyebabkan besarnya viskositas akan naik. Hal ini disebabkan partikel-
partikel penyususn senyawa tersebut tidak mengalami gerakan sehingga gaya gesek yang
bekerja juga semakin besar dan viskositas pun akan semakin besar.
b. Konsentrasi larutan
Besarnya viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan
konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan
menyatakan banyaknya partikel zat terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak partikel
yang terlarut, gesekan antar partikel akan semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi
pula.
c. Ukuran dan bentuk partikel zat
Ukuran dan bentuk partikel zat cairan berpengaruh pada besarnya viskositas. Cairan yang
bentuk partikelnya besar dan tidak teratur akan lebih tinggi viskositasnya. Sedangkan
cairan yang bentuk partikelnya lebih kecil dan teratur akan lebih rendah viskositasnya.
d. Tekanan
Viskositas berbanding lurus dengan tekanan, karena semakin besar tekanannya, cairan akan
semakin sulit mengalir akibat dari beban yang dikenakannya. Viskositas akan bernilai tetap
pada tekanan 0-100 atm.
e. Berat molekul zat terlarut
Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute, karena dengan adanya solute
yang berat akan menghambat atau memberi beban yang berat pada cairan sehingga akan
menaikkan viskositasnya.
Penentuan besarnya kekentalan dalam percobaan kali ini dilakukan dengan
menggunakan metode ostwald dengan menggunakan alat viskometer ostwald. Dalam metode
ostwald, viskositas cairan ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan
tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika ia mengalir karena gravitasi melalui viskometer
Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi
suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui untuk lewat 2 tanda tersebut. Zat yang
digunakan sebagai pembanding dalam penentuan viskositas adalah air. Air digunakan sebagai
pembanding karena viskositas air telah ada standar satuannya. Prinsip dari viskometer ostwald
dapat dipahami dari gambar viskometer ostwald berikut ini.
Berdasarkan persamaan tersebut, viskositas suatu cairan dapat diukur dengan merujuk pada
Percobaan kali ini dimulai dengan megukur massa jenis air dan masing-masing zat,
yaitu alkohol, aseton dan zat X. Massa jenis air yang didapatkan berdasarkan percobaan pada
suhu 31oC adalah 0,83 g/mL. Massa jenis air yang didapat ini tidak sesuai dengan massa jenis
air teoritis yaitu 1g/mL, namun perbedaan yang didapat kecil. Hal ini kemungkinan terjadi
karena kurangnya ketilitian praktikan saat mengisi air dalam viknometer sehingga volumenya
tidak tepat 10 mL (volume dalam piknometer) atau kurangnya ketelitian praktikan saat
menimbang. Massa jenis alkohol untuk suhu 30 oC , 33 oC dan 36oC adalah sama yaitu 0,77
gram/mL. Massa jenis aseton untuk suhu 30 oC , 33 oC dan 36oC juga menunjukkan hasil
yang sama yaitu 0,73 gram/mL dan untuk zat X massa jenis pada suhu 30 oC, 33 oC dan 36oC
menunjukkan hasil yang sama yaitu 0,75 gram/mL. Hasil yang diperoleh dari ketiga zat cair
ini berbeda dengan kecenderungan penurunan massa jenis akibat peningkatan suhu. Hal
terjadi karena adanya kesalahan saat melakukan percobaan yaitu saat mengisikan zat cair
kedalam piknometer kurang tepat sehingga mempengaruhi volume dan berubahnya suhu saat
Masing-masing zat cair yang telah diukur massa jenisnya tersebut kemudian diukur
kekentalannya menggunakan viskometer ostwald. Dari viskometer ostwald ini akan diperoleh
data waktu yang diperlukan untuk mengalir turun untuk masing-masing zat yang selanjutnya
data ini diolah menghitung besarnya kekentalan masing-masing zat cair . Berdasarkan hasil
percobaan, rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk air pada suhu 31°C adalah 34,94 detik.
Sedangkan untuk alkohol, rata-rata waktu yang diperoleh pada suhu 30°C, 33°C dan 36°C
berturut-turut adalah 34,12 detik, 33,82 detik dan 34,26 detik. Untuk aseton rata-rata waktu
yang diperoleh pada suhu 30°C, 33°C dan 36°C berturut-turut adalah 13,13 detik, 13,32 detik
dan 13,2 detik dan untuk zat X rata-rata waktu yang diperoleh pada suhu 30°C, 33°C dan
36°C berturut-turut adalah 20,73 detik, 20,89 detik dan 20,62 detik. Berdasarkan teori yang
ada, semakin tinggi suhu maka semakin kecil kekentalannya sehingga waktu yang dibutuhkan
untuk turun akan semakin cepat. Namun berdasarkan data waktu yang diperoleh tersebut
terlihat bahwa untuk alkohol dan zat X tidak sesuai dengan teori, dan hanya aseton yang
sesuai dengan teori yang ada. Hal ini disebabkan adanya kesalahan saat melakukan percobaan
diantaranya sulitnya mendapatkan suhu zat cair secara tepat sesuai yang diinginkan dan
kesalahan yang terjadi kemungkinan karena kurang telitinya praktikan saat mengamati zat cair
saat melewati tanda paling atas pada viskometer atau pada saat melewati tanda paling bawah
Rata-rata waktu yang diperoleh ini kemudian diolah untuk menghitung besarnya
kekentalan masing-masing zat dengan cara membandingkannya dengan kekentalan air yang
telah diketahui. Berdasarkan hasil perhitungan, kekentalan alkohol pada suhu 30°C, 33°C dan
36°C berturut-turut adalah 0,71 poise, 0,70 poise dan 0, 71 poise. Sedangkan untuk aseton,
kekentalan pada suhu 30°C, 33°C dan 36°C berturut-turut adalah 0,27 poise, 0,26 poise dan
0,26 poise dan untu zat X, kekentalan pada suhu 30°C, 33°C dan 36°C berturut-turut adalah
sama, yaitu 0,42 poise. Hasil percobaan ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
semakin tinggi suhu semakin kecil nilai kekentalannya. Kesalahan yang diperoleh ini
berhubungan dengan kesalahan saat mengukur waktu alir masing-masing zat cair dalam
viskometer.
Kekentalan suatu zat juga dapat digunakan untuk mengetahui besar energi pengaktifan aliran.
Energi pengaktifan aliran adalah energi yang dibutuhkan untuk mengaktifkan gerakan-
gerakan partikel zat cair secara kontinu sehingga menghasilkan sebuah aliran. Semakin kental
suatu zat cair maka energi pengaktivan semakin kecil sehingga akan memperlambat aliran.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat kekentalan maka waktu yang dibutuhkan oleh suatu zat
cair untuk bergerak mengalir akan semakin cepat. Energi pengaktifan dapat diperoleh dengan
memplotkan ln 𝜂 pada sumbu y dan 1⁄𝑡 pada sumbu x. Dari grafik tersebut akan diketahui
nilai slop atau kemiringan (m). Persamaan unutk menghitung energi pengaktifan adalah 𝐸 =
𝑚 × 𝑅. R merupakan ketetapan gas ideal yaitu 8,134 JK-1mol-1. Dari persamaan tersebut
dapat diketahui besarnya energi pengaktifan dari masing-masing zat cair yang digunakan.
Berikut grafik hubungan ln 𝜂 dengan 1⁄𝑇 untuk masing-masing zat.
a. Alkohol
-0.35
Series1
-0.355 Linear (Series1)
-0.36
-0.365
1/T
Besarnya energi pengaktifan yang diperoleh berdasarkan grafik tersebut adalah sebesar
4,37 Joule/K.mol
b. Aseton
-1.33 Series1
Linear (Series1)
-1.34
-1.35
-1.36
1/T
Besarnya energi pengaktifan yang diperoleh berdasarkan grafik tersebut adalah sebesar
70,01 Joule/K.mol.
c. Zat X
-0.866 Series1
-0.868 Linear (Series1)
-0.87
-0.872
-0.874
1/T
Besarnya energi pengaktifan unutuk zat X berdasarkan grafik tersebut adalah sebesar 4,37 Joule/K.mol
Grafik ln melawan 1/T harusnya membentuk garis yang linear, namun dalam percobaan ini grafik
yang terbentuk dari masing-masing zat cair fluktuatif. Hal ini disebabkan oleh kesalahan yang terjadi
saat melakukan percobaan yaitu ketidaktepatan dalam mengukur waktu pada viskosimeter,
ketidaktepatan dalam mengukur massa jenis dengan piknometer, perubahan suhu yang tidak
disadari oleh praktikan. Kesalahan-kesalahan tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan
dengan literatur mengenai pengaruh suhu terhadap dan kekentalan sehingga grafik yang
terbentuk tidak linear. Zat X dalam percobaan ini tidak bisa diketahui karena massa jenis yang
dihasilkan dari percobaan kurang tepat, sehingga tidak dapat mencocokkan dengan literatur.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pembahasan yang ada adalah:
- Angka kekentalan untuk alkohol pada suhu 30, 33 dan 36oC berturut-turut adalah 0,71;
0,70 dan 0,71 poise. Kekentalan aseton pada 30, 33 dan 36oC berturut-turut adalah 0,27;
0,26 dan 0,26 poise. Sedangkan pada zat x nilai kekentalannya pada suhu 30, 33 dan 36oC
berturut-turut adalah sama yaitu 0,42 poise.
- Nilai kekentalan semakin rendah pada saat suhu semakin tinggi, hal tersebut terjadi karena
kerapatan komponen penyusun zat cair semakin renggang sehingga nilai kekentalannya
semakin kecil.
- Energi pengaktifan adalah suatu energi yang diperlukan zat cair untuk dapat masuk ke
dalam kekosongan suatu aliran. Semakin tinggi nilai kekentalan suatu zat cair maka nilai
energi pengaktifan semakin kecil.
- Energi pengaktifan aliran untuk alkohol adalah 4,37 JK-1mol-1. Energi pengaktifan aseton
adalah 70,01 JK-1mol-1. Sedangkan energi pengaktifan zat x adalah 4,37 JK-1mol-1.
5.2 Saran
- Praktikan seharusnya lebih teliti saat mengamati gerak zat cair agar waktu dapat tercatat
secara tepat.
- Seharusnya praktikan harus memahami betul prosedur kerja yang akan dilakukan agar
dalam proses pengerjaannya tidak mengalami kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Material Safety Data Sheet. 2014. Akuades. [serial online].
http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld= 9923420. Diakses 5 April 2014 pukul
08.30 WIB.
Material Safety Data Sheet. 2014. Alkohol. [serial online].
http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld= 9923420. Diakses 5 April 2014 pukul
08.45 WIB.
Material Safety Data Sheet. 2014. Aseton. [serial online].
http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld= 9923420. Diakses 5 April 2014 pukul
08.40 WIB.
Sears, F. W., & Zemansky, M. W.1982.Fisika untuk Universitas. Bandung: Bina Cipta.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisik. Yogyakarta : Rineka Cipta.
Tim Kimia Fisik. 2014. Penuntun Praktikum Termodinamika Kimia. Jember : FMIPA
Universitas Jember.
Yazid, E. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi Offset.
LAMPIRAN
me air me me air me
air air
v v
33,91g 26,2 g 33,53g 26,2 g
10mL 10mL
0,77 g/mL 0,73 g/mL
- Suhu 36°C
me air me
air
v
33,87 g 26,2 g
10mL
0,77 g/mL
d. Zat X
- Suhu 30°C - Suhu 36° C
me air me me air me
air air
v v
34,67 g 26,2 g 34,67 g 26,2 g
10mL 10mL
0,75 g/mL 0,75 g/mL
- Suhu 33°C
me air me
air
v
34,67 g 26,2 g
10mL
0,75 g/mL
4. Perhitungan rata-rata waktu
a. Air
- Suhu 31°C
34,12 det 35,76 det
t ratarata 34,94 det
2
b. Alkohol
- Suhu 30°C
34,14 det 34,07 det 34,15 det
t ratarata 34,13 det
3
- Suhu 33°C
33,74 det 33,66 det 34,06 det
t ratarata 33,82
3
- Suhu 36°C
35,80 det 34,01det 32,96 det
t ratarata 34,26 det
3
c. Aseton
- Suhu 30°C
13,13 det 15,00 det 13,21det
t ratarata 13,78 det
3
- Suhu 33°C
13,42 det 13,37 det 13,16 det
t ratarata 13,32
3
- Suhu 36°C
13,49 det 13,09 det 13,02 det
t ratarata 13,2 det
3
d. Zat X
- - Suhu 30°C
20,94 det 20,81det 20,43 det
t ratarata 20,73 det
3
- Suhu 33°C
20,68 det 21,11det 20,89 det
t ratarata 20,89 det
3
- Suhu 36°C
21,04 det 20,61det 20,23 det
t ratarata 20,62 det
3
a. Alkohol
- Suhu 30°C
- Suhu 33°C
- Suhu 36°C
- Suhu 30°C
- Suhu 30°C
- Suhu 33°C
- Suhu 36°C
ln ln 0,71
-0,34
b. Aseton
- Suhu 30°C
ln ln 0,27
-1,31
- Suhu 33°C
ln ln 0,26
-1,35
- Suhu 36°C
ln ln 0,26
-1,35
c. Zat X
- Suhu 36°C
ln ln 0,42
-0,87
- Suhu 36°C
ln ln 0,42
-0,87
- Suhu 36°C
ln ln 0,42
-0,87
7. Grafik ln lawan 1/T dan besarnya energi pengaktifan
a. Alkohol
-0.35
Series1
-0.355 Linear (Series1)
-0.36
-0.365
1/T
-1.33 Series1
Linear (Series1)
-1.34
-1.35
-1.36
1/T
c. Zat X
-0.866 Series1
-0.868 Linear (Series1)
-0.87
-0.872
-0.874
1/T