Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang


progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari
jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang
meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid.
Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan
intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat
mengalirnya liquor.
Beberapa type hydrocephalus berhubungan dengan kenaikan tekanan
intrakranial. 3 (Tiga) bentuk umum hydrocephalus :

a. Hidrocephalus Non – komunikasi (nonkommunicating hydrocephalus)


Biasanya diakibatkan obstruksi dalam system ventrikuler yang mencegah
bersikulasinya CSF. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut
usia yang berhubungan dengan malformasi congenital pada system saraf
pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas
luka.Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi
pada system ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka
didalam system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis
sutura yag berfungsi atau pada anak – anak dibawah usia 12 – 18 bulan
dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda – tanda dan
gejala – gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak – anak yang garis
suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan
pembesaran kepala.
b. Hidrosefalus Komunikasi (Kommunicating hidrocepalus)
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid
untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau
malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya

1
disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah
terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda
dan gejala – gejala peningkatan ICP)
c. Hidrosefalus Bertekan Normal (Normal Pressure Hidrocephalus)
Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi
jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial
biasanya normal, gejala – gejala dan tanda – tanda lainnya meliputi ;
dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan
dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagamiana definisi hidrosefalus?


2. Apa saja penyebab hidrosefalus?
3. Macam-macam hidrosefalus?
4. Bagaimana patofisiologi dan patogenesis hidrosefalus?
5. Bagaimana tanda dan gejala hidrosefalus?
6. Bagaimana epidemologinya?
7. Bagimana etiologi hidrosefalus?
8. Apa saja klasifikasi hidrosefalus?
9. Bagaimana pemeriksaan diagnostik?
10. Bagaimana pengkajian?
11. Bagimana diagnosa keperawatan, imtervensi dan rasional?
12. Asuhan keperawatan pada pasien hedrosefalus?

1.3 Tujuan

1. Dapat memahami dan mengerti definisi hidrosefalus


2. Dapat memahami dan mengerti penyebab hidrosefalus
3. Dapat memahami dan mengerti macam-macam hidrosefalus
4. Dapat memahami dan mengerti patofisiologi hidrosefalus
5. Dapat memahami dan mengerti tanda dan gejala hidrosefalus

2
6. Dapat memahami dan mengerti epidemologi hidrosefalus
7. Dapat memahami dan mengerti etilogi dari hidrosefalus
8. Dapat memahami dan mengerti penggolongan klasifikasinya
9. Dapat memahami dan mengerti pemeriksaan diagnostik yang akan
dilakukan pada pasien hidrosefalus
10. Dapat memahami dan mengerti pengkajian hidrosefalus
11. Dapat memahami dan mengerti diagnosa keperawatan, intervensi dan
rasional
12. Dapat memahami dan mengerti Asuhan keperawatan pada pasien
hidrosefalus

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani:


"hydro" yang berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi
ini sering dikenal dengan "kepala air") adalah penyakit yang terjadi akibat
gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS).
Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang
selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat
saraf yang vital.

Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang


mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh
produksi yang berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah
disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran
ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis (Darto Suharso,2009)

Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan


bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan
intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel (Darsono,
2005:209). Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara
produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat
sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainan-
kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran
sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et al, 2007:328).

Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang


mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah
dengan tekanan intra kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran
ruangan tempat mengalirnya CSS (Ngastiyah,2005).

4
Hidrocepalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam
ventrikel cerebral, ruang subarachnoid, atau ruang subdural (Suriadi,2006)

Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh


produksi yang tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal
(CSS) di dalam sistem Ventricular. Ketika produksi CSS lebih besar dari
penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem Ventricular
(nining,2008).

Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh


produksi yang tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal
(CSF) di dalam sistem Ventricular. Ketika produksi CSF lebih besar dari
penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem Ventricular

2.2 Penyebab hidrosifalus


2.2.1 Kelaianan bawahan( Konginetal )

2.2.2 Infeksi

2.2.3 Neoplasma

2.2.4 Perdarahan

2.3 Macam-macam hidrosefalus

2.3.1 Hidrosefalus Non Komunikan ( Tipe tak berhubungan ):


Terjadinya obstruksi pada aliran cairan serebro spinal.
Biasanya diakibatkan obstruksi dalam system ventrikuler yang
mencegah bersikulasinya CSF. Kondisi tersebut sering dijumpai pada
orang lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi congenital
pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping
lesion) ataupun bekas luka.Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai
akibat dari obstruksi lesi pada system ventricular atau bentukan
jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system

5
ventricular. Pada klien dengan garis sutura yag berfungsi atau pada
anak – anak dibawah usia 12 – 18 bulan dengan tekanan intraranialnya
tinggi mencapai ekstrim, tanda – tanda dan gejala – gejala kenaikan
ICP dapat dikenali. Pada anak – anak yang garis suturanya tidak
bergabung terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran
kepala.
2.3.2 Hidrosefalus Komunikan( Tipe berhubungan ) :
Kegagalan absobsi cairan serebro spinal.
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus
arachnoid untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang
sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang
dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid
dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien
memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP)
2.3.3 Hidrosefalus Bertekan Normal (Normal Pressure Hidrocephalus)
Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan
kompresi jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan
intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan tanda – tanda lainnya
meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini
berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau
thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70
tahun) ada kemingkinan ditemukan hubungan tersebut.

2.4 Patofisiologi dan patogenesis

Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan


subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan
ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater
dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis.
Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga
walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak
mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba –

6
tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan.
Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura
kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa
cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan
terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga /
keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel
laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu
penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow).
Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di
luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior
menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klein dengan
type hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara
simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi
ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP
sebelum ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam
absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi
kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan absorbsi total
akan menyebabkan kematian.

Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma


normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika
route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka
akan terjadi keadaan kompensasi.

Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara teoritis


terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu:

2.4.1 Produksi likuor yang berlebihan

2.4.2 Peningkatan resistensi aliran likuor

2.4.3 Peningkatan tekanan sinus venosa

7
Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan
intrakranial(TIK) sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan
absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan
berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan hidrosefalus.
Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari :

a) Kompresi sistem serebrovaskuler.


b) Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler
c) Perubahan mekanis dari otak.
d) Efek tekanan denyut likuor serebrospinalis
e) Hilangnya jaringan otak.
f) Pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial.

Produksi likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid.


Gangguan aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus.
Peningkatan resistensi yang disebabkan gangguan aliran akan meningkatkan
tekanan likuor secara proporsional dalam upaya mempertahankan resorbsi
yang seimbang.

Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu


peningkatan tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler
intrakranial bertambah dan peningkatan tekanan intrakranial sampai batas
yang dibutuhkan untuk mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan sinus
vena yang relatif tinggi. Konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini
tergantung dari komplians tengkorak.

2.5 Tanda dan gejala

Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol,


lama kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang
karakteristik oleh peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior –
posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi.
Puncak orbital tertekan kebawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar

8
dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya.
Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta
rapuh.
Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang
Teripsah-pisah dan pelebaran vontanela. Ventirkulogram menunjukkan
pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim
ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan
Occuptional.
Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe
communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan
menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan
kematian, jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.

2.6 Epidemiologi

Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi


hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-
43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan
bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras.
Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih
sering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah
akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid
dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior

2.7 Etiologi

Cairan Serebrospinal merupakan cairan jernih yang diproduksi dalam


ventrikulus otak oleh pleksus koroideus, Cairan ini mengalir dalam ruang
subaraknoid yang membungkus otak dan medula spinalis untuk memberikan
perlindungan serta nutrisi(Cristine Brooker:The Nurse’s Pocket Dictionary).
CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali
ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang
meliputi seluruh susunan saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis

9
terdapat dalam suatu sistem, yakni sistem internal dan sistem eksternal. Pada
orang dewasa normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-140
ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan
yang tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml (Darsono, 2005).

Aliran CSS normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen


monroe ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit
akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen Luschka dan
Magendie ke dalam ruang subarakhnoid melalui sisterna magna. Penutupan
sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan resorbsi CSS oleh sistem
kapiler. (DeVito EE et al, 2007:32)

Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan


serebrospinal (CSS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS
dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subaraknoid. Akibat
penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya (Allan H. Ropper,
2005). Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan
absorbsi yang abnormal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun
dalam klinik sangat jarang terjadi. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang
sering terdapat pada bayi dan anak ialah :

2.7.1 Kelainan Bawaan (Kongenital)

Stenosis akuaduktus Sylvii merupakan penyebab terbayank pada


hidrosefalus bayi dan anak ( 60-90%). Aqueduktus dapat merupakan
saluran yang buntu sama sekali atau abnormal, yaitu lebih sempit dari
biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahit atau progresif
dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran.

2.7.2 Spina bifida dan kranium bifida

Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan


dengan sindrom Arnould-Jhiari akibat tertariknya medulla spinalis
dengan medulla oblongata dan cerebellum letaknya lebih rendah dan

10
menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian
atau total.

2.8 Klasifikasi

Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya,


berdasarkan :

2.8.1 Gambaran klinis, dikenal hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus)


dan hidrosefalus tersembunyi (occult hydrocephalus).

2.8.2 Waktu pembentukan, dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus


akuisita.

2.8.3 Proses terbentuknya, dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.

2.8.4 Sirkulasi CSS, dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non


komunikans.

Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel,


hidrosefalus eksternal menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid
di atas permukaan korteks. Hidrosefalus obstruktif menjabarkan kasus yang
mengalami obstruksi pada aliran likuor. Berdasarkan gejala, dibagi menjadi
hidrosefalus simptomatik dan asimptomatik. Hidrosefalus arrested
menunjukan keadaan dimana faktor-faktor yang menyebabkan dilatasi
ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi. Hidrosefalus ex-vacuo
adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang diakibatkan atrofi otak
primer, yang biasanya terdapat pada orang tua.

2.9 Pemeriksaan diagnostik

2.9.1 Rontgen foto kepala

Dengan prosedur ini dapat diketahui:

Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala,


adanya pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial

11
kronik berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis
posterior.

Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah


menutup maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran
kenaikan tekanan intrakranial.

2.9.2 Transimulasi

Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka,


pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah
pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter
yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo
dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.

2.9.3 Lingkaran kepala

Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika


penambahan lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi
pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4
minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini
disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan
secara fungsional.

Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan


kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.

2.9.4 Ventrikulografi

Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau


kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanela
anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk
langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel
yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup
untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada
kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat

12
sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah
memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.

2.9.5 Ultrasonografi

Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka.


Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang
melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita
hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan
keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak
dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti
halnya pada pemeriksaan CT Scan.

2.9.6 CT Scan kepala

Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan


adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat
terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang
besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan
densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.

Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan


dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang
saubarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.

2.9.7 MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis


dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk
membuat bayangan struktur tubuh.

2.10 Pengkajian

2.10.1 Anamnesa.
1) Insiden : kelaliran denga hidrosefalus terjadi pada 5,8 bayi
dai 10.000 kelahiran hidup

13
Hidrosefalus dengan spinabifida terdapat kira-kira 3-4 bayi dari
1000 kelahiran hidup
Type hidrosefalus obstruksi terdapat 99 % kasus pada anak-anak.
2) Riwayat kesehatan masa lalu:
Terutama adanya riwayat luka / trauma dikepala atau infeksi di
sebral
3) Riwayat kahamilan dan persalinan :
Kelahiran yang prematur
Neonatal meningitis
Perdarahan subaracnoid
Infeksi intra uterin
Perdarahan perinatal,trauma/cidera persalinan
2.10.2 Pemeriksaan Fisik
Biasanya adanya myelomeningocele, penguran lingkar kepala
(Occipitifrontal)
Pada hidrosefalus didapatkan :
Tanda – tanda awal :
o Mata juling
o Sakit kepala
o Lekas marah
o Lesu
o Menangis jika digendong dan diam bila berbaring
o Mual dan muntah yang proyektil
o Melihat kembar
o Ataksia
o Perkembangan yang berlangsung lambat
o Pupil oedema
o Respon pupil terhadap cahaya lambat dan tidak sama
o Biasanya diikuti : perubahan tingkat kesadaran, opistotonus
dan spastik pada ekstremitas bawah
o Kesulitan dalam pemberian makanan dan menelan

14
o Gangguan cardio pulmoner
Tanda-tanda selanjutnya :
o Nyeri kepala kepala diikuti dengan muntah-muntah
o Pupil oedema
o Strabismus
o Peningkatan tekanan darah
o Heart lambat
o Gangguan respirasi
o Kejang
o Letargi
o Muntah
o Tanda-tanda ekstrapiramidal/ ataksia
o Lekas marah
o Lesu
o Apatis
o Kebingungan
o Sering kali inkoheren
o Kebutaaan
2.10.3 Pemeriksaan Penunjang
a) Skan temograsfi komputer ( CT-Scan) mempertegas adanya
dilatasi ventrikel dan membantui dalam memgidentifikasi
kemungkinan penyebabnya( Neoplasma, kista,malformasi
konginetal atau perdarahan intra kranial )
b) Fungsi ventrikel kadang digunakan untiuk menukur tekanan intra
kranial menghilangkan cairan serebrospinal untuk kultur (aturan
ditentukan untuk pengulangan pengaliran).
c) EEG : untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolik
d) Transluminasi : Untuk mengetahui apakah adanya kelainan dalam
kepala
e) MRI : ( Magnetik resonance imaging ) : memberi informasi
mengenai stuktur otak tanpa kena radiasi

15
2.11 Diagnosa keperawatan, Intervensi dan rasional

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan /kriteria hasil
1. Potensial Tidak terjadi  Kaji kulit  Untuk
2. terhadap gangguan kepala setiap 2 memantau
3. perubahan integritas kulit jam dan keadaan
integritas kulit dengan monitor integumen kulit
kepala b/d kriteria : terhadap area secara dini.
ketidakmampuan Kulit utuh, yang tertekan
 Untuk
bayi dalam bersih dan  Ubah posisi
meningkatkan
mengerakan kering. tiap 2 jam
sirkulasi kulit.
kepala akibata Keluarga dapat
peningkatan menerima dipertimbangka
 Linen dapat
ukuran dan berat keadaan n untuk
menyerap
kepala anaknya, mengubaha
keringat
Perubahan fungsi mampu kepala tiap jam.
sehingga kulit
keluargab/d menjelaskan  Hindari tidak
tetap kering
situasi krisis ( keadaan adanya linen
 Untuk
anak dalam catat penderita pada temap[t
mengurangi
fisik ) dengan tidur
tekanan yang
Resiko tinggi kriteria :  Baringkan
menyebabkan
terjadi cidera b/d – Keluarga kepala pada
stess mekanik.
peningkatan berpartisipa bantal karet
tekanan intra si dalam busa atau  Jaringan akan
kranial merawat menggunakan mudah nekrosis
anaknya tempat tidur air bila kalori dan
dan secra jika mungkin. protein kurang.
verbal  Berikan nutrisi
 Pengetahuan
keluarga sesuai
dapat

16
dapat kebutuhan. mempersiapkan
mengerti keluarga dalam
 Jelaskan secara
tentang merawat
rinci tentang
penyakit penderita.
kondisi
anaknya.
penderita,  Keluarga dapat
Tidak terjadi
prosedur, terapi menerima
peningkatan
dan seluruh
TIK dengan
prognosanya. informasi agar
kriteria :
 Ulangi tidak
– Tanda vital
penjelasan menimbulkan
norma, pola
tersebut bila salah persepsi
nafas efektif,
perlu dengan
reflek cahaya
 Untuk
contoh bila
positif,tidak
menghindari
keluarga belum
tejadi
salah persepsi
mengerti
gangguan
 Klarifikasi
kesadaran,  Keluarga dapat
kesalahan
tidak muntah mengemukakan
asumsi dan
dan tidak perasaannya.
misskonsepsi
kejang.
 Berikan  Untuk
kesempatan mengetahui
keluarga untuk secara dini
bertanya. peningkatan
 Observasi ketat TIK
tanda-tanda
 Penurunan
peningkatan
keasadaran
TIK
menandakakan
 Tentukan skala
adanya
coma
peningkatan

17
 Hindari TIK
pemasangan  Mencegah
infus dikepala terjadi infeksi
 Hindari sedasi sistemik

 Jangan sekali-  Karena tingkat


kali memijat kesadaran
atau memopa merupakan
shunt untuk indikator
memeriksa peningkatan
fungsinya TIK
 Dapat
 Ajari keluarga
mengakibatan
mengenai
sumbatan
tanda-tanda
sehingga terjdi
peningkatan
nyeri kepala
TIK
karena
peningkatan
CSS atau
obtruksi pada
ujung kateter
diperitonial
 Keluarga dapat
berpatisipasi
dalam
perawatan anak
dengan
hidrosefalus.

18
2.12 Asuhan Keperawatan

a) Pengkajian

Pasien datang diantar oleh orang tuanya ke RSUD Dr. Soetomo


Surabaya tanggal 9 April 2002 Jam 09.00 WIB dalam keadaan tidak
sadar ( apatis ) ,muntah tidak proyektil, suhu tubuh meningkat dari
normal ( 38 C ), keadaan umum lemah, paralisa.

Menurut pengakuan orang tua sejak 4 bulan yang lalu anaknya


pernah panas kemudian disertai mual dan kejang-kejang serta terlihat
kepala anaknya mulai membesar kemudian oleh keluarga anaknya
diantar ke wat di RSUD Madiun kemudian dirawat selama 7 hari dan
pulang paksa dalam keadaan tidak sadar.

b) Pemeriksaan fisik

Pada pengkajian sistem pernafasan tidak ditemukan adanya kelainan baik


saat inspirasi maupun ekspirsi.

Pada sistem persarafan terdapat :


1) Diagnosa keperawatan :
Resiko tinggi injuri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra
kranial
 Data obyektif : Tidak sadar, panas( 38 C), muntah tanpa proyektil,
strabismus. serta gelisah,paralisa.
 Data Subyektif : Orangnya mengatakan anaknya tidak sadar,
muntah tubuhnya panas.
2) Rencana tindakan.
Tujuan :
Tidak terjadi peningkatan tekanan intra kranial dengan kriteria :
Tidak menunjukkan adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intra
kranial ( mual, muntah, kejang, gelisah ).
3) Tindakan keperawatan :
Observasi ketat tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial.

19
Rasional :
Untuk mengetahui secara dini peningkatan TIK
Tentukan skala tingkat kesadaran
Rasional :
Menurunnya kesadaran menunjukkan adanya tanda-tanda adanya
peningkatan TIK.
Ajari keluarga mengenai tanda-tanda peningkatan tekanan intra
kranial
Rasional :
Keluarga dapat berpartisipasi dalam perawatan anaknya
Kolaborasi
Rasional :
Dapat mencegah atau mempercepat proses penyebuhan penyakit.
4) Evaluasi
S : Orang tua mengatakan anaknya belum sadar
O : kesadaran apatis, tidak ada mual dan muntah,tidak gelisah
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan sesuai rencana
Diagnosa keperawatan no.2
Resiko terhadap perubahan pertumbuhan dan perkembangan
berhubungan dengan kerusakan kemampuan untuk mencapai tugas
perkembangan
Data obyektif: Peningkatan ukuran lingkar kepala yang
abnormal,paralisa,bedres total.
Data subyektif : Orang tua mengatakan anaknya tidak dapat melakukan
aktivitas seperti anak normal lainnya.
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak.
Tindakan keperawatan :
Observasi tanda dan gejala gangguan perkembangan secara dini
Rasional :

20
Akan mengetahui secara dini kelainan atau penyimpangan darikeadaan
normal
Membantu mempercepatan proses penyembuhan.
Evaluasi :
S : Orang mengatakan anaknya tidak dapat beraktifitas seperti biasa
O : Anak dalam keadaan bedres total, kepala membesar.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan sesuai rencana( persiapan tindakan operasi )
Sistem Perkemihan
Tidak ditemukan adanya masalah atau kelainan,namun dalam
keadaan sekarang pasien dalam keadaan apatis sehingga kebiasaan BAK
dan BAB tidak dapat terkontrol.
Diagnosa keperawatan :
Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskular
Data obyektif : Pasien BAB dan BAK diatas tempat tidur, Paralisa
Data Subyektif: Orang mengatakan anaknya tidak dapat bangun dari tempat
tidurnya
Tujuan :
Perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Tindakan keperawatan :
Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan
sehari-hari
Rasional :
Membantu dalam mengantisipasi atau merencanakan pemenuhan kebutuhan
secara individual
Identifikasikasi kebiasaan BAB dan BAK sebelumnya
Rasional :
Mengkaji perkembangan program latihan.
Libatkan keluarga dalam perawatan
Rasional :

21
Keluarga memahami tentang pentingnya pemenuhan BAB dan Bak dalam
perawatan
Evaluasi :
S : Orang mengatakan anaknya BAK dan BAB selalu dibantu
O : Pasien dalam keadaan bedres total
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan sesuai rencana.
Sistem Pencernaan
Diagnosa keperawatan
Resiko terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan
muntah sekunder akibat peningkatan TIK
Data Obyektif : Pasien muntah, kesadaran apatis,terpasang infus RL 16
x/menit, bibir tampak kering
Data subyektif : Orang mengatakan anaknya tidak mau minum sejak 2hari
yang lalu
Tujuan :
Tidak terjadi kekurangan volume cairan dalam tubuh dengan kriteria :
Pasien tidak haus, mau minum, bibir tidak kering
Tindakan keperawatan:
Observasi ketat intake dan output
Rasional :
Menentukan data dasar dari pada cairan tubuh
Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium
Rasional :
Mengkaji hidrasi dan keefektifan / kebutuhan intervensi
Berikan cairan infus sesuai pesanan
Rasional :
Mempertahan volume sirkulasi cairan dalam tubuh
Evaluasi
S : Orang mengatakan anaknya muntah-muntah sejak jam 05.00 tanggal 9-
4-2002

22
O : Pasien terpasang infus RL 16 x/menit makro, panas ( 38 C), bibir tampak
kering
A : Masalah teratasi
P : Dilanjutkan sesuai rencana

23
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang


mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah
dengan tekanan intra kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran
ruangan tempat mengalirnya CSS.

Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang


progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari
jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang
meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya
cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan
terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor. Berdasarkan
letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam
dua bagian yaitu :

Hidrochepalus komunikan

Hidrochepalus non-komunikan

Hidrochepalus bertekanan normal

Insidens hidrosefalus pada anak-anak belum dapat ditentukan secara


pasti dan kemungkinan hai ini terpengaruh situasi penanganan kesehatan pada
masing-masing rumah sakit.

3.2 Saran

Tindakan alternatif selain operasi diterapkan khususnya bagi kasus-


kasus yang yang mengalami sumbatan didalam sistem ventrikel. Dalam hal
ini maka tindakan terapeutik semacan ini perlu.

24
DAFTAR PUSTAKA

Whaley and Wong ( 1995 ), Nursing Care of infants and children, St.Louis
: Mosby year Book

Doenges M.E, ( 1999), Rencana Asuhan keperawtan : pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta

Lynda Juall Carpenito, ( 2000) Buku Saku : Diagnosa Keperawatan, Ed.8,


EGC, Jakarta

Soetomenggolo,T.S . Imael .S , ( 1999 ), Neorologi anak, Ikatan Dokter


Indonesia, Jakarta

Halminto,MP, ( 1995 ), Dasar- dasar keperawatan maternitas, Ed. VI,


EGC, Jakarta

25

Anda mungkin juga menyukai