Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH KADAR AIR TERHADAP PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH

ORGANIK DENGAN METODE TAKAKURA


Dian Asri Puspa Ratna1, Ganjar Samudro2, Sri Sumiyati3
Departemen T eknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Email: 1dianasripuspa@gmail.com

Abstrak -- Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh
manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang.
Kegiatan perkuliahan yang memiliki tenaga pengajar, karyawan serta mahasiswa setiap hari
berkontribusi menghasilkan sampah. Sampah yang banyak dihasilkan berupa daun kering, cara
untuk mengurangi permasalahan sampah adalah melakukan proses pengomposan.Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kadar air terhadap pengomposan sampah daun
kering dan menentukan kadar air optimum untuk pengomposan sampah daun kering. Proses
pengomposan berlangsung selama 30 hari dengan metode keranjang takakura. Penelitian ini
menggunakan variasi kadar air (40%, 50%, dan 60%) dan perlakuan ukuran bahan dicacah menjadi
ukuran 1.5cm. Activator berupa mol tetes tebu terlebih dahulu dibuat dengan cara fermentasi. Bahan
baku kompos dan mol tetes tebu dilakukan uji pendahuluan untuk mengetahui karakteristik awal.
Kadar air, suhu dan pH diukur setiap hari. Uji toksisitas dilakukan setelah kompos matang, uji ini
digunakan untuk menentukan kadar bakteri pathogen dalam kompos, dalam penelitian ini kompos
dinyatakan bebas bakteri pathogen. Berdasarkan hasil analisis kadar air optimum untuk penelitian ini
adalah 60% dilihat dari Rasio C/N paling rendah yaitu 15.222% pada K1.5-60, kandungan N-Total
paling tinggi 1.924% Pada K1.5-60, KTotal pada K1.5-60 sebesar 1.425% dan nilai GI paling tinggi
113.82% pada K1.5-60..

Kata kunci: kompos, activator, kadar air, mol tetes Tebu, uji toksisitas
K1.5-40 1:4 (Mol 40
1. PENDAHULUAN K1.5-50 1.5 1.5 Tetes 50
K1.5-60 Tebu : Air) 60
Kompos adalah bahan organik yang dibusukkan
pada suatu tempat yang terlindung dari matahari Pengomposan dilakukan selama 30 hari secara
dan hujan, diatur kelembabannya dengan aerobik menggunakan keranjang
menyiram air bila terlalu kering (Roidah, 2013). Takakura. Bahan kompos dicacah menjadi
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan ukuran 1.5cm. Menurut Cahaya T.S., Andhika
pengomposan yaitu C/N bahan baku, jenis dan (2008) ukuran bahan yang dianjurkan pada
ukuran bahan baku, aerasi, kelembaban, suhu, pengomposan aerobik antara 1-7,5 cm. Hal ini
mikroorganisme dan activator. Ukuran bahan untuk mempercepat proses penguraian oleh
baku dan kadar air merupakan salah satu factor bakteri dan mempermudah pencampuran bahan.
keberhasilan proses pengomposan. Penentuan Selama pengomposan dilakukan pengukuran
kadar air dan ukuran bahan baku optimum suhu dan pH, serta kadar air. Kadar air
diperlukan untuk mengetahui kondisi optimum diusahakan sesuai dengan variasi yang
yang dapat mempercepat proses pengomposan. ditentukan yaitu 40%, 50%, dan 60%. Setelah 30
Penambahan activator juga dapat hari dan kompos sudah matang, dilakukan uji
mempengaruhi proses pengomposan. COrganik, N-Total, P-Total, K-Total, Rasio C/N,
Penambahan aktifator berupa mikroorganisme serta uji toksisitas kompos.
lokal (mol) tetes tebu diharapkan mampu
mempercepat proses pengomposan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Hasil Uji Pendahuluan

2.1 Tahap Persiapan Uji pendahuluan bahan kompos dilakukan


sebelum dilakukannya proses pengomposan. Uji
Sebelum dilakukan proses pengomposan, bahan pendahuluan bertujuan untuk mengetahui
baku sampah organic berupa daun kering dan karakteristik bahan kompos yang digunakan,
mol tetes tebu diidentifikasi karakteristiknya. yaitu sampah daun dan MOL tetes tebu.
Identifikasi karakteristik bahan kompos yang Parameter yang diuji adalah kandungan C-
akan digunakan meliputi kandungan C-Organik, organik, N-total, P-total, K-total, rasio C/N, pH,
NTotal, P-Total, K-Total, kadar air dan pH. dan kadar air.
Identifikasi karakteristik dilakukan melalui uji
pendahuluan di Laboratorium Teknik Lingkungan Tabel 2 Hasil Uji Pendahuluan Kualitas Bahan
Universitas Diponegoro. Berdasarkan hasil uji pendahuluan diketahui
bahwa kadar air dari sampah daun yaitu 6,09
2.2 Tahap Pelaksanaan %, menurut Jannah (2003) nilai kadar air
tersebut belum memenuhi, nilai kadar air yang
Sebelum dilakukan proses pengomposan, memenuhi adalah 40 – 60%. Hal tersebut
terlebih dahulu dilakukan pembuatan MOL tetes dikarenakan sampah daun yang berada di
tebu. Tahapan pembuatannya adalah sebagai TPST Universitas Diponegoro dalam keadaan
berikut: kering sehingga kandungan air di dalamnya
1) Mempersiapkan bahan berupa tetes rendah. Untuk nilai rasio C/N sampah
tebu (molase) 150 ml, bioaktivator EM4 150 berdasarkan hasil uji pendahuluan yaitu 53,316
ml, air kelapa 1500 ml, dan air tajin 3000 ml. %, nilai tersebut di atas standar rasio C/N yaitu
1) Mencampurkan bahan-bahan tersebut 25 – 40% (Ministry of Agriculture and Food,
kemudian diaduk hingga merata. 1998) [4]. Sedangkan rasio C/N dari MOL tetes
tebu sudah sesuai yaitu 34,059 %.
2) Memasukkan bahan yang telah
tercampur ke dalam botol kemudian ditutup
3.2 Hasil Uji Kompos
rapat dan difermentasi selama 7 hari. MOL
yang sudah matang ditandai dengan bau
alkohol yang tajam. Pembuatan tumpukan a) Analisis Kadar Air
kompos dilakukan dengan variasi sebagai
berikut:

Tabel 1. Variasi Perbandingan Bahan Kompos


Berat Ukuran
Kode Mol Tetes Kadar
Sampah Bahan
Variasi Tebu (ml) Air (%)
(Kg) (cm)
Pengukuran kadar air, temperature dan pH

Gambar 1. Grafik Hubungan Kadar Air, Temperatur dan pH Proses Pengomposan


Gambar 1 menunjukkan perubahan temperatur, asam untuk semua reaktor. Turunnya pH
pH dan kadar air selama 30 hari waktu disebabkan oleh pembentukan asam organik
pengomposan. Suhu termofilik tidak berlangsung seperti asam asetat, hidrogen dan
lama, rata-rata hanya berlangsung 2 hari. Waktu karbondioksida pada fase asidogenesis dan
termofilik yang singkat dapat diakibatkan karena asetogenesis. Meningkatnya pH pada kompos
kemungkinan tinggi tumpukkan yang rendah hingga akhir waktu pengomposan terjadi karena
mengakibatkan panas yang terbentuk tidak dapat aktivitas bakteri metanogen yang megonversi
tertahan lama di dalam tumpukkan dan langsung asam organik menjadi senyawa lain seperti
keluar (Indrasti dan Wimbanu, 2006). Pada awal metana, amoniak dan karbon dioksida. pH akhir
pengomposan pH semua kompos masih berada dari pengomposan dari masing-masing variasi
pada rentang yang relatif sama yaitu range 5.9- yaitu K1.5-40, K1.550, K1.5-60, secara berturut-
6.5. Awal pengomposan merupakan fase turut yaitu 7.4; 7.4; 7.3. Semua variasi kompos
terjadinya hidrolisis molekul kompleks menjadi telah memenuhi standar SNI 19-7030-2004.

molekul yang lebih sederhana. Setelah hari ke 1


pengomposan, terjadi penurunan pH menjadi

Table 3. Hasil Akhir Proses Pengomposan


C- NTot Rasio PTotal KTotal
Suhu
Kompos pH Organik al C/N (%) (%) GI (%) Warna
((̊C)
(%) (%) (%)
K1.5-40 50 7.5 20.977 1.125 18.646 0.105 1.012 98.1 Coklat

K1.5-50 47 7.5 28.142 1.604 17.545 0.113 1.169 86.34 Coklat


Kehitaman
K1.5-60 48 7.4 29.287 1.924 15.222 0.124 1.425 113.82 Kehitaman
Kompos dengan kadar tidak dipengaruhi oleh kompos tidak banyak kompos telah
air 40% mencapai kadar air namun berubah yaitu menjadi memenuhi standar SNI
suhu optimum tertinggi dipengaruhi oleh coklat, namun pada 197030-2004 dimana
yaitu 500̊ C, kadar air keberadaan nitrogen kadar air 50% dan 60% C-Organik kompos
50% mencapai suhu dan kondisi anaerobik. perubahan warna adalah 9,8-
optimum yaitu 470̊ C Hal ini diakibatkan oleh kompos terlihat 32.
dan kadar air 60% karena sejumlah jasad menjadi coklat Pada kadar air 40%,
mencapai suhu renik jenis tertentu kehitaman dan kadar C-Organik
optimumnya sebesar akan mengubah kehitaman. menurun menjadi
480̊ C. Kadar air yang sampah organik 20.977%. Pada kadar
berkurang dihari menjadi asam organik. b) Analisis Hasil air 50%, kadar C-
pertama pengomposan Proses selanjutnya Akhir Pengomposan Organik mengalami
diakibatkan kenaikan jasad renik jenis Menurut SNI 19-7030- penurunan menjadi
suhu yang lainnya akan memakan 2004, kompos matang 28.142%. Sedangkan
menandakan adanya asam organik tersebut ditentukan dari nilai untuk kadar air 60%,
aktivitas mikroba. sehingga rasio C/N yaitu 10 – kadar C-Organik
Namun karena menyebabkan tingkat 20, temperatur sesuai menurun menjadi
tumpukan terlalu pH naik kembali, dengan temperatur air 29.287%. Penurunan
rendah maka panas mendekati netral. tanah, berwarna C-Organik terendah
tidak dapat tertahan Selanjutnya mengalami kehitaman, tekstur terdapat pada kompos
oleh bahan kompos kenaikan hingga pH seperti tanah, serta dengan kadar air 40%.
tersebut, sehingga menjadi basa. berbau tanah. Hasil Menurut Lu et al
bakteri termofilik yang Kenaikkan pH akhir pengomposan (2009), kadar air dan
menyukai panas akan disebabkan karena dapat dilihat pada table karbon organik
berangsur mati. dekomposisi protein berikut: mempunyai hubungan
Penurunan kadar air yang menghasilkan berbanding terbalik,
sehingga amonium disertai Tabel 4 Hasil Akhir dimana kadar air
menyebabkan pelepasan ion OH- Pengomposan meningkat, maka
kelembaban dibawah yang dapat menaikkan C- NTotal kandungan karbon
40% aktivitas mikroba pH tumpukkan. Kompos Organik (%) organik menurun.
akan mengalami Kelebihan air akan (%) Analisis N-Total
penurunan dan bakteri menutupi rongga udara K1.5-40 20.977 1.125 dilakukan pada bahan
pengurai tidak dapat di dalam tumpukan, K1.5-50 28.142 1.604 kompos dan setelah
berfungsi. Menurut sehingga akan K1.5-60 29.287 1.924 pengomposan selesai.
Kusuma (2012), kadar membatasi kadar Berdasarkan hasil
air mempengaruhi laju oksigen dalam pengujian akhir, semua
dekomposisi kompos tumpukan tersebut. Berdasarkan tabel 4 variasi kompos telah
dan parameter suhu. Kekurangan udara ini dapat dilihat bahwa memenuhi standar SNI
Kadar air akan menyebabkan kadar COrganik 19-70302004 karena
mempengaruhi laju mikroorganisme mengalami penurunan, kadar N-Total seluruh
dekomposisi dan suhu aerobik mati sehingga karena karbon variasi berada di atas
karena akan mengurangi digunakan oleh 0,4%. Hal tersebut
mikroorganisme populasi mikroba sebagai menunjukkan bahwa
membutuhkan kadar mikroorganisme. sumber energi untuk terjadi peningkatan
air yang optimal untuk Dengan demikian, mendegradasi bahan kadar N-Total.
menguraikan material aktivitas organik. Selama Meningkatnya
organik. Pada mikroorganisme yang proses pengomposan, presentase N-Total
penelitian ini pengaruh hanya sedikit dan CO2 akan menguap pada masa
kadar air terhadap energi/panas yang sehingga kadar karbon pengomposan
suhu kompos tidak dihasilkan akan akan berkurang juga dikarenakan proses
begitu terlihat karena berkurang (Pandebesie, 2012). dekomposisi bahan
kadar air yang (Septianingrum, R. Dalam pengomposan kompos oleh
ditentukan masuk 2006). Apabila aerobik kurang lebih mikroorganisme
dalam skala kadar air mikroorganisme dua pertiga unsur mengubah ammonia
optimum untuk berkurang maka karbon (C) menguap menjadi nitrit. Nitrogen
pengomposan. proses dekomposisi menjadi CO2 dan merupakan sumber
akan berkurang sisanya satu pertiga energi bagi
air 40%, 50% dan sehingga tidak mampu bagian bereaksi mikroorganisme dalam
60% memiliki nilai pH mendekomposisi dengan nitrogen dalam tanah yang berperan
rata-rata yang hampir protein. Kondisi fisik sel hidup (Setyorini et penting dalam proses
sama. Menurut akhir pada kadar air al, 2006). Kadar C- pelapukan bahan
Kusuma (2012), pH 40% warna dari Organik dari seluruh organik. Nitrogen ini
diperlukan dalam pada kadar air 40% K-Total pada kadar air dapat diketahui bahwa
proses fotosintesis nilai rasio C/N adalah 40% yang paling tinggi seluruh variasi kompos
(Hajama, 2014). N- 18.646%. Berdasarkan adalah 1.012%. memiliki nilai GI di atas
Total pada kadar air hasil penelitian, rasio Sedangkan untuk 80% sehingga dapat
40% naik hingga C/N yang paling kadar air 50%, kadar dikatakan bahwa
mencapai kadar N- rendah dihasilkan pada K-Total tertinggi adalah fitotoksisitas kompos
Total sebesar 1.125%. kadar air 60%. Kadar 1.169 % dan untuk telah hilang dan
Sedangkan pada kadar N-Total yang tinggi kadar air 60% nilai kompos telah matang.
air 50%, N-Total yang menyebabkan rasio kadar KTotal paling Kompos dengan
dicapai yaitu sebesar C/N menjadi lebih tinggi adalah 1.425 %. variasi kadar air 60%
1.604%, dan untuk rendah dibandingkan Berdasarkan hasil memiliki nilai GI
kadar air 60% dengan dengan kadar air 40% tersebut, kadar K-Total tertinggi yaitu 113.82%.
ukuran bahan 1.5cm dan 50%. Analisa P- paling tinggi dihasilkan
kadar N-Total Total dilakukan dua kali oleh kompos dengan
tertingginya mencapai yaitu pada bahan perlakuan kadar air
1,924%. Berdasarkan kompos dan setelah 50%. Kenaikan kadar
hasil tersebut, kadar N- kompos jadi. Hasil K-Total disebabkan b) Uji Coliform
Total paling tinggi PTotal pada bahan oleh aktivitas Pengujian total koliform
adalah pada kompos kompos yaitu 0,013%. mikroorganisme yang dilakukan pada
1.5-60 (kadar air 60% Berdasarkan standar menguraikan bahan kompos bahan sampah
dan ukuran bahan SNI 19-7030-2004, organik. daun, sampah
1.5cm). Rata-rata dari secara keseluruhan sayuran, dan sampah.
nilai N-Total untuk kadar P-Total kompos 3.3 Uji Karakteristik Pada analisis
kadar air 40%, 50% sudah melebihi standar Kompos Matang keberadaan total
dan 60% tidak jauh minimalnya yaitu koliform pada kompos,
berbeda. Hal ini berarti >0,1%. Suswardany, et a) Analisa Toksisitas diketahui bahwa
kadar air tidak al. (2006) mengatakan Analisa toksisitas sampel uji
mempengaruhi kadar pada proses kompos dilakukan mengandung total
NTotal akhir dari pengomposan untuk mengetahui koliform sebesar 27
kompos. Hal tersebut sebagian fosfor dihisap apakah kompos MPN/gram dan berada
sesuai dengan oleh mikroorganisme beracun bagi tanaman di bawah baku mutu
pernyataan Kusuma untuk membentuk zat atau tidak. Analisa SNI 19-70302004 yaitu
(2012), bahwa kadar putih telur dalam toksisitas dilakukan 1000 MPN/gram.
N-Total lebih tubuhnya. Semakin menggunakan uji Proses pengomposan
dipengaruhi oleh banyak Germination Index (GI) memberikan pengaruh
kondisi bahan baku mikroorganisme akan atau indeks sangat nyata dalam
kompos. membuat kompos perkecambahan. Tabel menurunkan jumlah
Analisis rasio C/N cepat matang sehingga 5 berikut merupakan bakteri total dan bakteri
pada pengomposan ini mikroorganisme hasil dari uji toksisitas koliform. Hal ini terjadi
dilakukan pada bahan memiliki kesempatan kompos: karena adanya
kompos dan hasil akhir untuk menghisap fosfor peningkatan suhu yang
kompos. Berdasarkan pada kompos yang Table 5. Hasil terjadi selama proses
Tabel 2, apabila telah matang tersebut. Pengukuran GI pengomposan. Suhu
dibandingkan dengan Pada kadar air 40%, Setiap Kompos selama pengomposan
SNI 19-7030-2004, kadar P-Total kompos mencapai thermoofilic
seluruh variasi telah paling tinggi adalah Kompos K1.5-40 untuk semua reaktor.
memenuhi standar 0,105%. Sedangkan Peningkatan suhu
rasio C/N yaitu 10-20. pada kadar air 50%, GI (%) 98.1 selama pengomposan
Penurunan rasio C/N kadar P-Total tertinggi merupakan akibat dari
disebabkan oleh adalah 0,113% dan Nilai GI lebih dari 80% perombakan bahan
penurunan kandungan pada kadar air 60% P- menunjukkan organik pada limbah
C-Organik dan Total kompos tertinggi hilangnya senyawa pasar. Hal ini sejalan
kenaikan N-Total pada adalah 0,124%. fitotoksin pada kompos dengan pendapat
kompos. Rasio C/N Analisis K-Total (Zucconi dkk, 1981). Dalzell dkk (1987) [16]
pada kadar air 60% dilakukan pada bahan Nilai ini tidak hanya bahwa sejumlah energi
dengan ukuran bahan kompos dan setelah sebagai indikasi akan dilepaskan dalam
1.5cm memiliki nilai proses pengomposan hilangnya fitotoksisitas bentuk panas langsung
terendah yaitu selesai. Persyaratan pada kompos tetapi pada perombakan
15.222%. Pada kadar minimal kadar K-Total juga sebagai indikasi bahan organic, ini
air 50%, rasio C/N untuk kompos menurut kematangan kompos mengakibatkan
terendah adalah SNI 19-7030-2004 (Selim dkk, 2012). naiknya suhu dalam
17.545%. Sedangkan adalah >0,2%. Kadar Berdasarkan Tabel 5 tumpukan kompos.
Mikrobamikroba di [1]. Roidah, Ida Variasi Kadar Air Waste and
dalam kompos dengan Syamsu. 2013. Terhadap Laju Sewage Sludge
menggunakan oksigen Manfaat Dekomposisi Cocomposting.
akan menguraikan Penggunaan Kompos Sampah The National
bahan organik menjadi Pupuk Organik Organik di Kota Engineering
CO2, uap air, dan Untuk Kesuburan Depok. (Tesis). Research Center.
panas. Bakteri yang Tanah. Jurnal Depok: Fakultas Tongji
tidak tahan panas, Universitas Teknik Program University.
termasuk koliform, Tulungagung Studi Teknik [12]. Hajama,
akan mati sehingga BONOROWO. Vol. Lingkugan Nursyakia. 2014.
menghasilkan jumlah 1.No.1. Universitas Studi
bakteri total dan [2]. Cahaya T.S., Indonesia. Pemanfaatan
koliform yang rendah Andhika dan Nugroho, [7]. Septianingrum, Eceng Gondok
dalam kompos, A.D., Riskha, dan sebagai Bahan
aktivitas mikroba 2008. Pembuatan Purwanti, I.F. Pembuatan
selama pengomposan Kompos dengan 2006. Pengaruh Pupuk Kompos
memberikan pengaruh Mengunakan Limbah Penambahan dengan
yang sama dalam Padat Organik Kotoran Ayam Menggunakan
menurunkan jumlah (Sampah Sayuran dan dan Aktivator EM4
bakteri total dan bakteri Ampas Tebu). Mikroorganisme dan MOL serta
koliform. Semarang. M-16 Pada Prospek
Universitas Proses Pengembangann
4. KESIMPULAN Diponegoro. Pengomposan ya. Makassar :
[3]. Jannah, M. 2003. Sampah Kota Program Studi
Kompos sudah Evaluasi Kualitas Secara Aerobik. Teknik
memenuhi standard Kompos dari Surabaya: Lingkungan
kompos matang Berbagai Kota Jurusan Teknik Jurusan Sipil
menurut SNI 19-7030- sebagai Dasar Lingkungan ITS Fakultas Teknik
2004 dari rasio C/N, P- dalam Surabaya. Universitas
Total, dan K-Total. Pembuatan SOP [8]. Badan Hasanuddin.
Kadar air (Standard Standarisasi [13]. Suswandany,
mempengaruhi laju Operating Nasional. 2004. D.L., Ambarwati,
dekomposisi kompos Procedure) SNI 197030-2004 dan Y.
dan parameter suhu Pengomposan. tentang Kusumawati.
namun tidak (Skripsi). Bogor: Spesifikasi 2006. Peran
mempengaruhi pH. Institut Pertanian Kompos dari Effective
Berdasarkan penilitian Bogor. Sampah Organik Microorganism-4
ini kadar air optimum [4]. Ministry of Domestik. (EM-4) dalam
untuk pengomposan Agriculture and Jakarta: Badan Meningkatkan
pada perlakuan ukuran Food. 1998. Standar Nasional Kualitas Kimia
bahan 1.5cm dan Composting Indonesia. Kompos Ampas
kadar air 60% pada Factsheet - BC [9]. Pandebesie, E. Tahu. Surakarta:
perlakuan tersebut Agricultural S., Rayuanti, D. Universitas
memiliki rasio C/N Composting 2013. Muhammadiyah
yang paling rendah Handbook Pengaruh Surakarta.
sebesar 15.222%, (Second Edition Penambahan [14]. Zucconi, F ., A.
kandungan C-organik 2nd Printing). Sekam pada Pera, M. Forte
29.287%, kandungan Canada: BC Proses and M. de
N-Total paling besar Ministry of Pengomposan Bertoldi. 1981.
1.924%, kandungan P- Agriculture, Food Sampah Evaluating
Total 0.124% dan K- and Fisheries. Domestik.Jurnal Toxicity of
Total 1.425%, nilai GI [5]. Indrasti NS dan Lingkungan Immature
paling besar yaitu Wimbanu O. Tropis. Compost.
113.82%. Total coliform 2006. Campuran [10]. Setyorini, et al. Biocycle.
menunjukkan angka 27 Jerami dan 2006.Kompos. [15]. Selim, Sh. M.,
MPN/gram dan masih Ampas Batang Bogor : Balitbang Zayed, M. S.,
dibawah standard SNI Sagu dengan Sumber Daya Atta, H. M.,
19-7030-2004 yaitu Kotoran Sapi. J Lahan Pertanian. (2012),
1000 MPN/gram. Tek Ind Pert. 16 [11]. Lu, Y., Wu, X., and Evaluation of
(2): 51-90. Guo, J. 2009. Phytotoxicity of
DAFTAR PUSTAKA [6]. Kusuma, M. A. Characteristics of Compost During
2012. Pengaruh Municipali Solid Composting
Process. Nature
and Science
10(2).
[16]. Dalzell, H.W., K. Gray, J. Biddlestone, and K. Subtropical Environment. FAO Soils Bulletin
Thurairajan. 1987. Soil Management: No. 56.
Compost Production and Use In Tropical and

Anda mungkin juga menyukai