Anda di halaman 1dari 12

DAYA ANTIMIKROBA TANAMAN BERHASIAT OBAT KUNYIT

(Curcuma domestica Val.) TERHADAP BAKTERI DENGAN METODE


DIFUSI AGAR

LAPORAN PRAKTIKUM

Untuk memenuhi tugas matakuliah Mikrobiologi Lanjut yang dibimbing oleh


Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd

Oleh: Kelompok
3/Kelas C

1. Anilia Rustininingsih (150341806942)


2. Dwi Swastanti Ridianingsih (150341805916)
3. Firah Ishaq (150341805861)
4. Rahman Fadli (150341806585)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
OKTOBER 2015
A. TOPIK
Daya Antimikroba Tanaman Berhasiat Obat Terhadap Bakteri dengan
Metode Difusi Agar

B. TUJUAN
Untuk mengetahui daya antimikroba dari salah satu macam tanamana
berhasiat obat (ekstrak kunyit) dengan metode difusi agar

C. WAKTU PELAKSANAAN
Hari/tanggal : Rabu / 21 Oktober 2015
Waktu pelaksanaan : 15.30 s/d 16.30

D. DASAR TEORI
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan ternyata tidak mampu
begitu saja menghilangkan arti pengobatan tradisional. Apalagi keadaan
perekonomian Indonesia saat ini yang mengakibatkan harga obat-obatan
modern menjadi mahal. Oleh karena itu salah satu alternatif pengobatan yang
dilakukan adalah meningkatkan penggunaan tumbuhan berkhasiat obat di
kalangan masyarakat. Agar peranan obat tradisional dalam pelayanan
kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan, perlu dilakukan upaya pengenalan,
penelitian, pengujian dan pengembangan khasiat dan keamanan suatu
tumbuhan obat (Mulyani dkk, 2010).
Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan jenis temu-temuan yang
mengandung kurkuminoid, yang terdiri atas senyawa kurkumin dan
turunannya yang meliputi desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin
(Hartono dkk, 2005). Rimpang ini mengandung minyak atsiri dan juga
mengandung tepung serta zat wama yang mengandung alkaloid kurkumin.
Mempunyai peranan sebagai antioksidan, antitumor, antikanker,
antimikroba, antipikun, dan antiracun. Bau khas aromatik, rasa agak pahit,
sedikit pedas, dan tidak beracun. Rimpang ini sering dimanfaatkan untuk
membantu mengatasi tifus, disentri, keputihan, haid tidak teratur, morbili,
nyeri haid, membantu memperlancara air susu ibu (ASI), mempennudah
persalinan, anti radang, peluruh kentut, dan anti bakteri (Perkebunan, 2013).
Zat antimikroba adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan dan
metabolisme melalui mekanisme penghambatan pertumbuhan
mikroorganisme. Zat antibakteri adalah zat yang mengganggu pertumbuhan
dan metabolisme melalui penghambatan pertumbuhan bakteri. Bahan
antimikroba berfungsi untuk mematikan, merusak, menghambat pertumbuhan
dari mikroba (Pelczar, 1988).
Sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri. Pengujian daya
antimikroba tanaman berkhasiat obat terhadap bakteri menggunakan metode
difusi agar (disc diffusion method) (Sofyan, 2010). Dimana prinsip dari
metode ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme,
yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar cakram
kertas yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan
pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat
antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona
hambatan yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif (Benson, 2001).
Hal ini senada dengan penyataan Jawetz (2005), pada umumnya metode
yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri adalah metode Difusi Agar
yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme
oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar kertas cakram (paper disk)
yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan
inilah yang menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap bahan anti bakteri.

E. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
- Pelubang medium
- Inkubator
- Lampu spiritus
- Laminar Air Flow
- Gelas balsam
- Pisau
- Telenan
- Kain saring
- Penggaris
- Cutton bud
- Korek api

B. Bahan
- Biakan murni E. Coli dan S. aureus dalam medium NC umur 1x24
jam
- Rimpang kunyit
- Medium lempeng NA

F. PROSEDUR KERJA

Disiapkan 50 ml air perasan Rimpang kunyit

Dibuat larutan perasan Rimpang kunyit dengan konsentrasi 50%,


75%, dan 100% dan Kontrol dengan aquades. Masing-masing
larutan dituangkan kedalam gelas balsem yang steril

Bakteri biakan murni E. Coli dan S. aureus diinokulasikan dalam


permukaan medium lempeng NA yang berbeda dengan cara
menggunakan cotton bud steril yang dicelupkan dalam biakan
murni pada medium NC

Dibuat lubang sumur sejumlah 2 pada masing-masing medium


lempeng NA dengan bantuan pelubang medium. Lalu pada
masing-masing lubang diberi kode 50%, 75%, 100% dan Kontrol

Diteteskan larutan Rimpang kunyit dari masing-masing


konsentrasi kedalam lubang sumur sesuai dengan kode masing-
masing.

Medium perlakuan diinkubasi pada suhu 37C selama 1 x 24 jam

Setelah 1 x 24 jam diukur diameter zona hambat pertumbuhan


bakteri pada masing-masing konsentrasi dengan cara diameter
zona jernih – diameter lubang sumuran.
G. DATA
Tabel 1. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Ekstrak Kunyit dengan
Berbagai Konsentrasi terhadap Pertumbuhan Bakteri E. coli dan S. aureus

Diameter Zona Hambat


No Nama Bakteri
Kontrol (0%) 50% 75% 100%
1 E.coli 0 0,6 mm 0,65 mm 0,2 mm

2 S.aureus 0 1,4 mm 0,9 mm 0,85 mm

H. ANALISIS DATA
Kegiatan praktikum untuk pertemuan hari Rabu tanggal 21 Oktober
2015 yaitu pengujian daya antibakteri tanaman berkhasiat obat terhadap
bakteri dengan metode difusi agar. Tanaman yang digunakan adalah rimpang
kunyit (Curcuma domestica Val.). Ekstrak kunyit dibuat dengan berbagai
konsentrasi, yaitu 0% sebagai kontrol, 50%, 75%, dan 100%. Bakteri uji yang
digunakan adalah biakan Staphyllococcus aureus dan Escherechia coli yang
telah ditumbuhkan pada medium cair. Biakan bakteri Staphyllococcus aureus
dan Escherechia coli nanti akan diinokulasikan pada medium NA dengan
cara mengoleskan catton bud yang sudah dicelupkan pada biakan bakteri
pada medium cair ke medium lempeng NA secara merata. Proses tersebut
dilakukan secara aseptik. Kemudian inokulasi bakteri diinkubasi pada suhu
37C selama 1 x 24 jam. Keesokan harinya diamati dan diukur diameter zona
hambat pertumbuhan bakteri Staphyllococcus aureus dan Escherechia coli
dari masing-masing antiseptik yang digunakan.
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data beberapa diameter zona
hambat konsentrasi ekstrak kunyit terhadap bakteri Staphyllococcus aureus
dan Escherechia coli. Diameter zona hambat ekstrak yang diperoleh
merupakan hasil pengurangan diameter zona hambat dengan diameter
sumuran. Pengukuran diameter menggunakan jangka sorong.
Berdasarkan pengukuran zona hambat pertumbuhan bakteri
Staphyllococcus aureus dan Escherechia coli dari keempat konsentrasi yaitu
0%, 50%, 75%, dan 100%. Pengamatan dan pengukuran diameter zona
hambat yang pertama dilakukan pada bakteri Escherechia coli. Zona hambat
pertumbuhan bakteri pada konsentrasi 0% diperoleh sebesar 0 mm, konsntrasi
50% diperoleh sebesar 0,6 mm, konsentrasi 75% diperoleh sebesar 0,65 mm,
dan pada konsentrasi 100% diperoleh sebesar 0,2 mm. Berdasarkan hasil
tersebut diketahui bahwa zona hambat ekstrak kunyit pada konsentrasi 75%
memiliki diameter sebesar 0,65 mm. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
pertumbuhan bakteri Escherechia coli dapat terhambat oleh ekstrak kunyit
dengan konsentrasi 75%, sehingga dapat disimpulkan sementara bahwa
konsentrasi 75% ekstrak kunyit memiliki daya antibakteri terhadap bakteri
Escherechia coli lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi 0%, 50%, dan
100%.
Pengamatan dan pengukuran diameter zona hambat yang kedua
dilakukan pada pertumbuhan bakteri Staphyllococcus aureus dari keempat
konsentrasi yaitu 0%, 50%, 75%, dan 100%. Pengamatan dan pengukuran
diameter zona hambat yang pertama dilakukan pada bakteri Escherechia coli.
Zona hambat pertumbuhan bakteri pada konsentrasi 0% diperoleh sebesar 0
mm, konsntrasi 50% diperoleh sebesar 1,4 mm, konsentrasi 75% diperoleh
sebesar 0,9 mm, dan pada konsentrasi 100% diperoleh sebesar 0,85 mm.
Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa zona hambat ekstrak kunyit pada
konsentrasi 50% memiliki diameter sebesar 1,4 mm. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa pertumbuhan bakteri Staphyllococcus aureus dapat
terhambat oleh ekstrak kunyit dengan konsentrasi 50%, sehingga dapat
disimpulkan sementara bahwa konsentrasi 50% ekstrak kunyit memiliki daya
antibakteri terhadap bakteri Staphyllococcus aureus lebih tinggi dibandingkan
dengan konsentrasi 0%, 75%, dan 100%.
Berdasarkan hasil pengukuran diameter zona hambat ekstrak kunyit
dengan konsentrasi 50% dan 75% dapat menghambat pertumbuhan
pertumbuhan bakteri Staphyllococcus aureus dan Escherechia coli.
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa diameter zona hambat 50%
ekstrak kunyit terhadap pertumbuhan bakteri Staphyllococcus aureus lebih
tinggi dibandingkan pada pertumbuhan bakteri Escherechia coli. Diameter
zona hambat bakteri Staphyllococcus aureus dari konsentrasi 50% ekstrak
kunyit sebesar 1,4 mm, sedangkan pada bakteri Escherechia coli sebesar 0,65
mm dengan 75% konsentrasi ekstrak kunyit. Hal ini mengindikasikan bahwa
ekstrak kunyit dengan konsentrasi 75% memiliki daya antibakteri lebih tinggi
terhadap bakteri Staphyllococcus aureus dibandingkan Escherechia coli.

I. PEMBAHASAN
Kegiatan praktikum hari ini (Rabu dan Kamis, tanggal 21 dan 22
Oktober 2015) adalah pengujian daya antibakteri dari beberapa konsentrasi
ekstrak kunyit terhadap bakteri Staphyllococcus aureus dan Escherechia coli
dengan menggunakan metode difusi agar. Bakteri S. aureus ditetapkan
sebagai bakteri standar untuk pengujian daya antiseptik bahan antimikroba
dan juga efektivitas suatu bahan desinfektan. Sebab bakteri ini merupakan
bakteri yang mempunyai ketahuan lebih tinggi terhadap bahan kimia berupa
desinfektan atau bahan antimikroba lainnya jika dibanding antimikroba lain.
S. aureus tahan terhadap panas, dingin dan beberapa bahan kimia tertentu.
Bakteri E. coli juga merupakan bakteri yang sering digunakan untuk
pengujian. Bakteri ini tergolong bakteri gram negatif. Adanya bakteri ini
merupkan indikator terjadinya pencemaran lingkungan air. Seebagian besar
sifat-sifat yang dimiliki oleh bakteri ini hampir terdapat pada bakteri lainnya.
Oleh karena itu penggunaan E. coli dapat dianggap mewakili semua golongan
bakteri (Darkuni, 2012). Dengan menggunakan konsentrasi ekstrak rimpang
kunyit yang digunakan dalam praktikum uji daya antibakteri adalah 0%, 50%,
75%, dan 100%.
Metode yang digunakan dalam menguji aktivitas antibakteri yaitu
dengan menggunakan metode sumuran, karena relative mudah untuk
digunakan. Selain itu, ekstrak kunyit dapat berdifusi secara maksimal karena
bahan akan bertemu langsung dengan media pertumbuhan hingga ke dasar
melalui sumuran atau lubang yang dibuat pada media pertumbuhan bakteri
(Hermawan, 2013).
Kunyit merupakan tanaman herbal yang mengandung senyawa
aktif yaitu kurkumin yang berperan sebagai antitumor, antibakteri,
antioksidan (Joe, 2004). Kandungan kurkumin dan minyak atsiri pada kunyit
berkhasiat membunuh bakteri (bakterisida), Kandungan kurkuminoid terdiri
atas senyawa kurkumin dan keturunannya yang mempunyai aktivitas biologis
berspektrum luas diantaranya antibakteri, antioksidan dan antihepatotosi
(Rukmana, 1994). Kurkumin berwarna kuning alami dan termasuk kelompok
senyawa polifenol yang dapat menyebabkan denaturasi protein dan
merusak membran sel (Pandiangan, 2000).
Untuk mendapatkan suatu bahan yang baik untuk dapat digunakan
menghambat suatu bakteri yaitu dengan ekstraksi dengan menggunakan
pelarut yang sesuai dengan bahan yang digunakan dimana ekstraksi adalah
suatu cara untuk memisahkan campuran beberapa zat menjadi komponen-
komponen yang terpisah. Ada dua syarat agar pelarut dapat digunakan
didalam proses ekstraksi yaitu pelarut tersebut harus merupakan pelarut
terbaik untuk bahan yang akan diekstrak dan pelarut tersebut harus dapat
terpisah dengan cepat setelah pengocokan (Amiarsi, Dkk. 2006).
Dimana dilakukan dengan menggunakan beberapa pelarut dengan
tingkat kepolaran yang berbeda. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai
pelarut adalah: pelarut polar akan melarutkan senyawa polar, pelarut organik
akan cenderung melarutkan senyawa organik, dan pelarut aquadest cenderung
melarutkan senyawa anorganik dan garam dari asam ataupun basa (Annisa
Dian Nuraini. 2007).
Dilakukan ekstraksi bertingkat digunakan untuk memisahkan
komponen bioaktif dalam sampel yang sama berdasarkan tingkat
kepolarannya, tanpa harus komponen bioaktif tersebut terlarut pada pelarut
lain yang bukan merupakan pelarutnya. Dimana pelarut yang efektif yang
digunakan dalam pembuatan ekstrak dan sesuai dengan bahan rimpang kunyit
yaitu methanol, dimana metanol merupakan pelarut polar yang juga dapat
melarutkan komponen non polar dan semi polar di dalamnya.
Sedangkan dalam praktikum yang dilakukan kemarin pelarut yang
digunakan untuk melarutkan bahan perasan rimpang kunyit yaitu dengan
menggunakan aquades , dimana dengan menggunakan pelarut organic yang
digunakan yaitu aquades mempunyai kelarutan yang rendah dalam aquades
(<10%) dan dapat menguap sehingga memudahkan penghilangan pelarut
organik setelah dilakukan ekstraksi (Ibnu Gholib, 2007).
Bisa dilihat bahwa kenapa hasil yang didapatkan atau daya hambat
yang terlihat tidak terlalu terlihat maksimal karena mungkin disebabkan oleh
penggunaan pelarut yang digunakan dalam melarutkan bahan perasan
rimpang kunyit tersebut tidak sesuai dengan pelarut yang biasa digunakan
dalam pelarutan yang digunakan dalam pembuatan ekstrak rimpang kunyit.
Karena diketahui bahwa hasil yang didapatkan pada keempat cawan yang
digunakan sebagai media hambat bakteri yaitu dimana semua menghambat
pertumbuhan bakteri tetapi hasilnya tidak terlalu signifikan dalam
menhghambat pertumbuhan bakteri E.coli dan S.aureus. Dilihat dari hasilnya
bahwa yang paling efektif mernghambat pada konsentrasi 50% terlihat
efektif pada S.aureus dengan daya hambat 1,4% mm, sedangkan yang
konsentrasi 100% yaitu 0,85 mm pada bakteri S.aureus dan pada konsentrasi
75% yang menghambat efektif pada bakteri E.coli.

J. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan
beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Daya hambat rimpang kunyit pada konsentrasi bahan ekstrak 50% lebih
efektif terhadap S.aureus bila dibandingkan dengan E.coli
2. Daya hambat rimpang kunyit pada konsentrasi bahan ekstrak 75% lebih
efektif terhadapat E.coli bila dibandingkan dengan S.aureus
3. Daya hambat rimpang kunyit pada konsentrasi bahan ekstrak 100% lebih
efektif terhadap S.aureus bila dibandingkan dengan E.coli.

K. DISKUSI
1. Adakah zona hambat yang terbentuk di sekeliling lubang sumuran? Jika
ada mengapa, jelaskan!
Jawab:
Ada, karena disebabkan bahwa isolat mikroba mempunyai aktivitas
antimikroba yang di tandai adanya zona bening walaupun zona bening
hanya terlihat sedikit, zona bening terbentuk sedikit dikarenakan mungkin
penggunaan pelarut yang tidak sesuai dengan Rimpang Kunyit tersebut.
Sehingga kerja dari perasan Rimpang Kunyit tidak bekerja maksimal
menghambat bakteri tersebut.
2. Adakah perbedaan ukuran diameter zona hambat pada masing-masing
konsentrasi ekstrak perasan Rimpang Kunyit? Jelaskan!
Jawab:
Ada. Perbedaan ukuran diameter zona hambat pada masing-masing
konsentrasi karena, adanya perbedaan konsentrasi pada setiap medium
sehingga menyebabkan perbedaan ukuran diameter zona hambat. Tetapi
disini yang paling terlihat menghambat dan efektif pada bakteri S.aureus,
diketahui dari konsentrasi 50% efek perasan Rimpang Kunyit bekerja.
Sedangkan konsentrasi 50% dan 75% bekerja efektif membentuk zona
hambat pada E.coli, sehingga bisa dikatakan semakin besar diameternya
maka semakin terhambat pertumbuhannya, sehingga diperlukan standar
acuan untuk menentukan apakah bakteri itu resisten atau peka terhadap
suatu antibiotik.
3. Adakah perbedaan ukuran diameter zona hambat pertumbuhan bakteri
E.coli dan S.aureus antara masing konsentrasi perasan Rimpang Kunyit?
Bila ada berikan penjelasan!
Jawab:
Ada perbedaan ukuran karena dapat dilihat dari hasil bahwa yang efektif
menghambat pada bakteri S.aureus adalah pada konsentrasi 50% dan pada
bakteri E. coli pada konsentrasi 50% dan 75%.
4. Berapakah konsentrasi perasan Rimpang Kunyit yang paling efektif
menghambat pertumbuhan S. aureus dan E.coli secara in vitro?
Jawab:
Konsentrasi yang paling efektif menghambat pertumbuhan S. aureus dan
E.coli secara in vitro adalah 50% dan 75%
5. Mengapa bakteri yang diuji harus dibiakkan lebih dahulu dalam medium
cair selama 1 x 24 jam? Jelaskan!
Jawab:
Bakteri yang diuji harus dibiakan terlebih dahulu dalam medium cair
selama 1 x 24 jam agar pertumbuhan bakteri berada pada fase pembiakan
cepat (fase logaritma). Bakteri yang berada pada fase ini baik sekali
dijadikan inokulum.

L. DAFTAR RUJUKAN

Amiarsi, Dkk. 2006. Pengaruh Jenis Dan Perbandingan Pelarut Terhadap


Hasil Ekstraksi Minyak Atsiri Mawar. Jakarta : Pusat Penelitian
DanPengembangan Hortikultura.

Annisa Dian Nuraini. 2007. Ekstraksi Komponen Antibakteri Dan


Antioksidan Dari Biji Teratai (Nymphaea Pubescens Willd).
Skripsi Jurusan Ilmu Dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Pertanian Bogor

Benson. 2001. Benson: Microbiological Applications Lab Manual 8th edition.


Hartono, Nurwati, I., Ikasari, F., Wiryanto 2005. Pengaruh Ekstrak Rimpang
Kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap Peningkatan Kadar
SGOT dan SGPT Tikus Putih (Rattus norvegicus) akibat
Pemberian Asetaminofen. Biofarmasi 3(2): 57-60. Surakarta: UNS
Surakarta
Hastuti, U. S. 2015. Penuntun Praktikum Mikrobiologi untuk Program S-2
Biologi. Malang: UMM Press.
Hermawan, J. 2013. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kunyit Kuning
(Curcuma longa Linnaeus) terhadap Escherichia coli ATCC 1129
dan Staphylococcus aureus ATCC 6538 secara In Vitro. Skripsi
tidak Diterbitkan. Fakultas Kedokteran, Universitas
Muhammadiyah, Surakarta.
Ibnu Gholib Gandjar, DEA., Prof. Dr. Apt. 2007. Kimia Farmasi
Analisis.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Jawetz, E., Melnick, J. L., & Adelberg, E. A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran.


Alih Bahasa: Huriwati Hartono dkk. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Joe. 2004. Senyawa kimia yang terdapat pada rempah–rempah. Universitas


Indonesia Press. Jakarta.

Mulyani, S., Sofiatun, Retnaningtyas, E. 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak


Metanol dan Fraksi N-Heksan:Kloroform:Asam Asetat (7:2:2) dari
Daun Melastoma Candidum D.Don terhadap Pertumbuhan
Salmonella Typhi. UNS. Makalah disajikan pada Seminar Nasional
Pendidikan Biologi, Solo, 2010. (Online): www.uns.ac.id diakses
24 Oktober 2015.

Pelczar, M.J. & Chan, E.C.S. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2.


Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Perkebunan Litbang Pertanian. 2013. Khasiat Kunyit. (Online),
http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/ uploads/
2013/ 11/ Perkebunan_Khasiat Kunyit.pdf diakses tanggal 24
Oktober 2015.

Rahmat Rukmana. Ir.1994. Kunyit. Yogyakarta : Kanisius

Sofyan, M. 2010. Disk Agar Diffusin Test. (Online), (http://forum.upi.edu


index .phptopic15618.0), diakses tanggal 24 Oktober 2015.

Anda mungkin juga menyukai