PENDAHULUAN
pajak diwajibkan untuk ikut berpartisipasi agar laju pertumbuhan dan pelaksanaan
pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik demi kesejahteraan negara. Salah
satu sumber penerimaan negara yang paling besar adalah pajak, (Ida ,2016). Definisi
pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1 merupakan kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
ditargetkan dapat memberikan pemasukkan sebesar 1.360 triliun di tahun 2016 (Brian
dan Martani, 2014). Sehubungan dengan hal ini, pemerintah khususnya Direktorat
Negara selaku pemungut pajak dan perusahaan selaku wajib pajak memiliki
kepentingan yang berbeda. Perusahaan pun cenderung mencari cara untuk mengurangi
1
2
jumlah pajak yang harus dibayar, perusahaan dapat memperkecil nilai pajak dengan
tetap mengikuti peraturan pajak yang berlaku (penghindaran pajak) atau memperkecil
nilai pajak dengan melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan undang-undang
penggelapan pajak, (Brian dan Martani, 2014). Berikut tabel realisasi perpajakan tahun
2013-2017
Tabel 1.1
Realisasi Perpajakan 2013-2017
untuk setiap tahunnya belum maksimal dimana pada tahun 2013 realisasi penerimaan
pajak nasional sebesar 93,4%, pada tahun 2014 nilai realisasi menurun menjadi 91,8%,
sedangkan di tahun 2015 terus mengalami penurunan sebesar 81,5% , pada tahun 2014
kosntan sebesar 81,5 % dan terakhir di tahun 2017 nilai realisasi meningkat mencapai
91%. Penyebab DJP belum bisa mengoptimalkan pendapatan pajak, salah satunya
Pemungutan pajak bukan merupakan hal yang mudah untuk diterapkan. Pajak
dari sisi perusahaan merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan karena pajak
dianggap beban yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan (Masri dan
Martani, 2012). Wajib pajak juga tidak mendapat imbalan secara langsung dari hasil
pembayaran pajaknya, meskipun dana yang berasal dari pajak diperuntukkan untuk
kepentingan negara dan kemakmuran rakyat. Pajak dari sisi fiskus merupakan salah
satu sumber pendapatan yang secara potensial dapat mempengaruhi dan meningkatkan
penerimaan negara. Hal ini akan menyebabkan adanya perbedaan kepentingan antara
keagenan akan menimbulkan ketidakpatuhan yang dilakukan oleh wajib pajak atau
pihak manajemen perusahaan yang akan berdampak pada upaya perusahaan untuk
adalah usaha untuk mengurangi utang pajak yang bersifat legal (lawful) (Xynas, 2011).
Penerapan tax avoidance tersebut dilakukan bukanlah tanpa sengaja, bahkan banyak
penghindaran pajak (tax avoidance). Tax avoidance memiliki persoalan yang rumit dan
4
unik karena di satu sisi tax avoidance diperbolehkan, namun di sisi lain penghindaran
mengurangi PPh badan yang harus dibayar perusahaan. Laporan keuangan di BEI,
sebuah perusahaan consumer goods harus membayar royalti kepada holding company
di Belanda, dari 3,5 persen meningkat ke 5 sampai 8 persen mulai tahun 2013-2015.
27 triliun, dengan kenaikan royalti dari 3,5 persen menjadi 8 persen, berarti ada
kenaikan royalti sebesar 4,5 persen dikalikan Rp 27 triliun atau sekitar Rp 1,215 triliun.
Potensial loss PPh badan tahun 2015 adalah Rp 1,215 triliun dikalikan 25 persen atau
sebesar Rp 303 milyar. Hal ini menurut aturan adalah legal namun kurang adil jika
dilihat dari sisi pajak bagi negara sumber penghasilan, karena 8 persen harga produk
dibayar rakyat Indonesia lari ke royalti holding company. Kejadian ini sangatlah
mungkin terjadinya penghindaran pajak (tax avoidance) dan merupakan masalah yang
utama bagi pemerintah, karena pajak perusahaan merupakan kontribusi utama dan
PT. Kaltim Prima Coal pada tahun 2007 Melakukan praktik transfer pricing
dengan menjual batubara dengan harga miring, dibawah harga yang berlaku di pasar
dihargai separuh dari harga yang biasa dilakukan KPC menjual langsung kepada
dengan memakai harga jual KPC biasanya. Akibatnya, omset penjualan batubara KPC
jauh lebih rendah sehingga negara dirugikan sebesar Rp 1,7 triliun. (Agoeng Wijaya,
2010).
negara di dunia. Bahkan khusus di Uni Eropa sendiri penghindaran pajak diperkirakan
merugikan keuangan anggota Uni Eropa 1 triliun euro atau Rp 12.000 triliun di tahun
2012. Kasus franchisor kedai kopi asal Amerika Serikat (AS). Parlemen Inggris
menyoroti laporan keuangan franchisor yang menyatakan rugi sebesar 112 juta pounds
selama tahun 2008-2010 dan tidak membayar pajak PPh (pajak penghasilan) badan
pada 2011. Dalam laporan ke investor, franchisor menyatakan omzet selama 2008-
2010, senilai 1,2 milyar pounds (Rp 18 triliun). Modus franchisor ini dengan membuat
laporan keuangan seolah rugi dengan tiga cara yaitu: (1). Membayar royalti offshore
(2).Membayar bunga utang sangat tinggi, di mana utang tersebut justru digunakan
untuk ekspansi kedai kopi di negara lain, (3).Membeli bahan baku dari cabangnya di
6
Swiss. Walaupun pengiriman barang langsung dari negara produsen, dan tidak masuk
profitabilitas dan arus kas.l (Huseynov, 2012). Profitabilitas merupakan salah satu
periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. Return on
dalam menghasilkan laba yang terlepas dari pendanaan. Semakin tinggi rasio ini, maka
akan semakin bagus performa perusahaan tersebut (Akbar, 2015) . ROA dilihat dari
laba bersih perusahaan dan pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) untuk Wajib Pajak
memposisikan diri dalam tax planning yang mengurangi jumlah beban kewajiban
yang diukur dengan (ROA) tidak berpengaruh terhadap tax avoidance sedangkan
terhadap tax avoidance atau penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan, apabila
perusahaan juga akan meningkat dan nilai pajak juga meningkat oleh karena inilah
penghindaran pajak menurun hal ini disebabkan oleh perusahaan tidak melakukan
solvabilitas merupakan suatu ukuran seberapa besar asset yang dimiliki perusahaan
investasi (Brigham dan Houston, 2010). Debt to Asset Ratio (DAR) merupakan salah
satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan dimana
rasio ini digunakan untuk menilai utang dengan total asset (Kasmir, 2010). Penelitian
terkait dengan leverage yang dilakukan oleh Noor et al. (2010) yang menjelaskan
bahwa perusahaan dengan jumlah utang lebih banyak memiliki tarif pajak yang efektif
baik, hal ini berarti bahwa dengan jumlah utang yang banyak, perusahaan untuk
melakukan tax avoidance akan cenderung lebih kecil. Pernyataan ini mendukung hasil
penelitian Akbar Hadi (2015), Suyanto (2012), dan Purwanto (2016) menunjukkan
belakang dengan penelitian Dedy dan Rita (2016) yang menunjukkan bahwa leverage
melalui kebijakan yang diambil oleh pimpinan perusahaan bukanlah tanpa sengaja
(Budiman dan Setiono, 2012). Hal ini sesuai dengan Khurana dan Moser (2009) yang
8
menyatakan bahwa aktivitas tax avoidance yang dilakukan oleh manajemen suatu
dalam segala hal dengan pemegang saham pengendali, tidak memiliki hubungan
afiliasi dengan direksi atau dewan komisaris serta tidak menjabat sebagai direktur pada
suatu perusahaan yang terkait dengan perusahaan pemilik menurut peraturan yang
dikelurkan oleh BEI. Jumlah komisaris independen proporsional dengan jumlah saham
yang dimiliki oleh pemegang saham yang tidak berperan sebagai pengendali dengan
ketentuan jumlah komisaris independen sekurang - kurangnya tiga puluh persen (30%)
dari seluruh anggota komisaris, disamping undang dan peraturan tentang pasar modal
serta diusulkan oleh pemegang saham. Menurut Maharani dan Suardana (2014)
besar terhadap investasi yang dilakukan termasuk investasi saham. Sehingga biasanya
9
institusi menyerahkan tanggung jawab kepada divisi tertentu untuk mengelola investasi
tinggi sehingga potensi dapat ditekan. Menurut Deddy dan Rita (2016) menyatakan
Di dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada sektor
salah satu yang memiliki potensi penerimaan pajak yang besar sedangkan pemerintah
belum secara optimal dalam menggali potensi tersebut. Berdasarkan latar belakang di
atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan memilih penulisan Tesis
Penelitian ini dilakukan penulis dengan tujuan untuk memperoleh data dan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sehubungan dengan latar
belakang dan identifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai
berikut:
Avoidance
sumbangan pemikiran guna mendukung pengembangan teori yang sudah ada dan dapat
1.4.2 Praktis
dapat bermanfaat secara langsung maupun tidak langsung bagi berbagai pihak
dalam rangka memberikan gambaran pentingnya tata kelola yang baik. Bagi
pemerintah juga dapat memberikan masukan dalam merumuskan kebijakan agar dapat