Anda di halaman 1dari 10

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454

Vol. 4, No. 2, pp. 262-271, May 2015

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERORIENTASI


GUIDED DISCOVERY UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN
BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI ASAM BASA
KELAS XI SMA

DEVELOPMENT OF STUDENT ACTIVITY SHEET ORIENTED GUIDED


DISCOVERY TO PRACTICE STUDENT CRITICAL THINKING SKILL
ON ACID BASE MATERIAL FOR SENIOR HIGH SCHOOL
GRADE XI

Alifia Ismi Firdani dan Sri Poedjiastoeti


Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Surabaya
Hp 085648556687, e-mail : alifiaismi_1993@yahoo.co.id

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan kelayakan LKS ditinjau dari
kriteria isi, penyajian, kebahasaan dan kegrafikan, (2) melatihkan keterampilan
berpikir kritis siswa, serta (3) mendeskripsikan respon siswa ditinjau dari kriteria isi,
penyajian, kebahasaan dan kegrafikan. Jenis penelitian merupakan penelitian
pengembangan (R&D). Rancangan pengembangan LKS menggunakan model
ASSURE menurut Heinich, Molenda, dan Russel (1996). Sasaran penelitian adalah
LKS yang dikembangkan. Instrumen yang digunakan lembar telaah, validasi, angket
respon siswa, soal pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis. Sumber data
adalah dosen kimia, guru kimia, 30 siswa kelas XI SMA. Data dianalisis secara
deskriptif. Hasil penelitian berdasarkan data hasil validasi, masing-masing kriteria
kelayakan pada seluruh LKS memperoleh persentase antara 66,66% – 100%,
sehingga LKS yang dikembangkan dikategorikan layak. Keterampilan berpikir kritis
interpretasi, analisis, inferensi, dan penjelasan dikategorikan berturut-turut sangat
baik (87,60% – 100%), sangat baik (92,50% – 94,33%) baik (71,33% – 72,33%) dan
sangat baik (90,00% – 93,33%). Berdasarkan data hasil angket respon siswa masing-
masing kriteria memperoleh persentase antara 76,66% – 100%, sehingga LKS yang
dikembangkan dikategorikan layak.
Kata kunci: LKS, guided discovery, keterampilan berpikir kritis

Abstract
The aim of this research is (1) to describe the feasibility of student activity sheet
which determine by criteria of content, presentation, language, and graphical;(2) to
practice student critical thinking skill; and (3) to describe the student response
which determine by criteria of content, presentation, language, and graphical. The
type of this research is R&D, design of student activity sheet using ASSURE model
by Heinich, Molenda, and Russel. The target of this research is the student activity
sheet that had been developed. The instruments which used in this research were
analysis sheet, validation sheet, student response questioner, question of
comprehension concept and student critical thinking skill. Source of data were
obtained by chemistry lecturer, chemistry teacher, as well as 30 students class XI
Senior High School. The analyzed of data was done descriptively. The results of the
validation data, each of the feasibility criteria on student activity sheet has the
percentage 66.66% - 100%, so student activity sheet that have been developed
categorized as feasible. Critical thinking skills of interpretation, analysis, inference,
and explanations are categorized in respectively by very good (87.60% - 100%),
very good (92.50% - 94.33%) good (71.33% - 72.33 %) and very good (90.00% -
93.33%). Based on data from student questionnaire responses of each criterion has

262
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 4, No. 2, pp. 262-271, May 2015

percentage between 76.66% - 100%, so the student activity sheet that have been
developed categorized as feasible.
Keywords: student activity sheet, guided discovery, critical thinking skill

PENDAHULUAN berpikir kritis, yang mendorong siswa


Pendidikan merupakan usaha mempertanyakan apa yang mereka dengar
menyiapkan siswa menghadapi dan mengkaji pikiran mereka sendiri untuk
lingkungan hidup yang mengalami memastikan tidak terjadi logika yang tidak
perubahan yang semakin [1]. Perubahan konsisten atau keliru [6]. Hubungan antara
yang semakin pesat merupakan dampak strategi pembelajaran guided discovery
dari globalisasi, hal ini menuntut dunia dan keterampilan berpikir kritis yakni
pendidikan untuk selalu mengubah konsep dengan menggunakan strategi
berpikir siswa. Masa depan yang kian pembelajaran guided discovery guru dapat
tidak menentu dengan berbagai tantangan melatihkan keterampilan berpikir kritis
yang akan dihadapi oleh umat manusia siswa, karena ketika siswa melakukan
pada abad ke-21 memiliki implikasi luas proses penemuan (discovery) siswa akan
dan mendalam terhadap berbagai macam menggunakan sistem berpikir mereka
rancangan pengajaran dan teknik yakni menggunakan pengetahuan awal
pembelajaran [2]. yang kemudian dihubungkan dengan teori
Hasil wawancara kepada guru dapat dan hasil dari proses penemuan mereka
dinyatakan bahwa guru belum pernah sampai mereka dapat menyelesaikan suatu
menggunakan strategi guided discovery permasalahan.
dalam mengajar materi kimia berbasis Hasil studi lapangan, siswa pernah
eksperimen maupun non eksperimen. dilatih keterampilan berpikir kritis namun
Discovery merupakan suatu rangkaian siswa belum dapat mengasah keterampilan
kegiatan pembelajaran yang melibatkan berpikir kritisnya, ketika diberikan soal-
secara maksimal seluruh kemampuan soal berpikir kritis siswa belum mampu
peserta didik untuk mencari dan menjawab soal dengan baik dan benar.
menyelidiki secara sistematis, kritis dan Sebanyak 91,7% siswa belum dapat
logis, sehingga mereka dapat menemukan mengajukan rumusan masalah yang tepat
sendiri pengetahuan, sikap dan sesuai dengan fenomena. 75% siswa
keterampilan mereka [3]. belum dapat merumuskan hipotesis.
Salah satu kelebihan strategi Di SMA, di samping buku-buku teks,
discovery yakni strategi ini dapat juga dikenalkan adanya lembar-lembar
diterapkan untuk materi kimia berbasis pembelajaran yang termasuk dalam bahan
eksperimen maupun non eksperimen. ajar, salah satunya adalah LKS. LKS
Melalui metode discovery, siswa didorong adalah lembaran-lembaran berisi tugas
oleh rasa ingin tahu untuk mengeksplorasi yang harus dikerjakan oleh siswa [7].
dan belajar mandiri. Pemahaman suatu Berdasarkan hasil studi lapangan,
konsep didapat siswa melalui proses [4]. dalam proses pembelajaran kimia telah
Keterampilan berpikir kritis dan menggunakan LKS sebagai sumber
pemecahan masalah merupakan dasar belajar, namun LKS yang digunakan
pembelajaran abad ke-21 [5]. Menurut bukan buatan dari guru ataupun sekolahan
Norris bahwa pengajaran berpikir kritis yang bersangkutan melainkan dari
adalah menciptakan suatu semangat penerbit sehingga LKS bersifat umum dan

263
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 4, No. 2, pp. 262-271, May 2015

belum disesuaikan dengan karakteristik Discovery untuk Melatihkan Keterampilan


dari siswa pada sekolahan tersebut. Hal ini Berpikir Kritis Siswa pada Materi Asam-
kurang memotivasi siswa untuk dapat Basa Kelas XI SMA”.
bebas melakukan proses penemuan
mengenai konsep materi kimia dan belum METODE PENELITIAN
dapat melatihkan keterampilan berpikir Jenis penelitian ini merupakan
kritis. Bahan ajar yang dikembangkan penelitian pengembangan (R&D) [9].
sendiri dapat disesuaikan dengan Sasaran penelitian adalah LKS yang
karakteristik sasaran [7]. dikembangkan. Sumber data diperoleh
Kelebihan LKS yang dikembangkan dari dosen kimia, guru kimia SMA dan 30
adalah (1) Melatihkan keterampilan siswa kelas XI MIPA SMA Nahdlatul
berpikir kritis siswa, (2) LKS berorientasi Ulama 1 Gresik. Rencana pengembangan
guided discovery, (3) LKS menggunakan media menggunakan model ASSURE
software PhET Skala pH. PhET (Physics [10]. Penelitian hanya dilakukan pada
Education Technology) ialah sebuah situs tahap studi pendahuluan dan
yang dibuat oleh University of Colorado pengembangan saja, sedangkan tahap
dengan sponsor utama The William and evaluasi tidak dilakukan.
Flora Hewlett Foundation da National Instrumen penelitian terdiri atas
Science Foundation [8]. lembar telaah, lembar validasi, lembar
Situs ini menyediakan simulasi untuk angket respon siswa, dan soal pemahaman
pembelajaran fisika, kimia, dan biologi. konsep dan keterampilan berpikir kritis.
Simulasi PhET untuk pembelajaran kimia Teknik pengumpulan data yang digunakan
terdiri dari kimia dasar dan kimia adalah angket dan tes. Angket digunakan
kuantum. Simulasi PhET dalam kimia untuk memperoleh data telaah, validasi
dasar antara lain larutan asam basa, skala dan respon siswa dan tes. Data dianalisis
pH, interaksi atom, persamaan secara deskriptif.
kesetimbangan kimia, konsentrasi, wujud Persentase skor data hasil validasi
zat, bentuk molekul, dan sebagainya. LKS diperoleh berdasarkan Skala Likert dengan
yang dikembangkan menggunakan PhET nilai skala 0 (buruk sekali) sampai 4
Skala pH. (sangat baik) [11]. Setelah itu nilai hasil
Pada penelitian ini materi yang validasi dimasukkan ke dalam rumus:
digunakan adalah asam-basa. Aplikasi
materi ini ada dalam kehidupan sehari-
hari, sehingga materi ini cocok untuk Kemudian diinterpretasikan ke dalam
diajarkan dengan menggunakan LKS kriteria sesuai dengan tabel 1 berikut:
berorientasi guided discovery agar siswa
Tabel 1 Kriteria Interpretasi Skor
lebih termotivasi untuk belajar materi
Persentase (%) Kriteria
asam-basa. 0 – 20 Sangat Kurang
Mengatasi permasalahan di atas, 21 - 40 Kurang
maka perlu dilakukan penelitian dengan 41 - 60 Cukup
61 - 80 Layak
judul “Pengembangan Lembar Kegiatan
81 – 100 Sangat Layak
Siswa (LKS) Berorientasi Guided
[11]

264
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 4, No. 2, pp. 262-271, May 2015

Lanjutan Tabel 2
Berdasarkan kriteria interpretasi skor No. Rentang Nilai Predikat
tersebut, LKS yang dikembangkan 5. 2,51 – 2,84 B-
6. 2,18 – 2,50 C+
dikatakan layak apabila memenuhi kriteria
7. 1,85 – 2,17 C
isi, penyajian, kebahasaan dan kegrafikan 8. 1,51 – 1,84 C-
dengan persentase yang diperoleh 9. 1,18 – 1,50 D+
mencapai ≥ 61%, sehingga dikatakan 10 1,00 – 1,17 D
layak [11]. [12]
Persentase dari data hasil angket Siswa dikatakan memahami konsep
siswa diperoleh berdasarkan perhitungan apabila memperoleh nilai hasil tes akhir 
skor skala Guttman [11]. Siswa akan 2,67 dengan predikat (B-) [12].
menjawab “ya” apabila aspek di dalam Analisis data keterampilan berpikir
angket sesuai dengan kriteria, dan kritis siswa dilakukan terhadap 12 soal
menjawab “tidak” apabila aspek di dalam keterampilan berpikir kritis yang memuat
angket tidak sesuai dengan kriteria. empat indikator keterampilan berpikir
Setelah itu skor dimasukkan ke dalam kritis interpretasi (nomor 1,2,3); analisis
rumus untuk memperoleh persentase (4,5,6); inferensi (7,8,9); penjelasan
kelayakan. Hasil perhitungan persentase (10,11,12). Masing-masing soal akan
dari angket respon siswa diinterpretasikan dihitung rata-ratanya. Melalui rata-rata
ke dalam kriteria seperti pada tabel 1. tersebut akan didapatkan persentase sesuai
Berdasarkan kriteria tersebut LKS yang tabel 1.
dikembangkan dikatakan layak apabila Apabila persentase yang didapatkan
mencapai persentase ≥ 61% [11]. pada masing-masing soal mencapai  61%
Tes akhir digunakan untuk maka keterampilan berpikir kritis siswa
mengetahui serta menilai pemahaman pada indikator tersebut dikategorikan baik.
konsep dan keterampilan berpikir kritis LKS dapat dikatakan dapat melatihkan
siswa. Siswa megerjakan 12 soal uraian. keterampilan berpikir kritis apabila
Tes akhir dinilai menggunakan skala 1-4 keempat indikator keterampilan berpikir
(kelipatan 0,33) yang selanjutnya kritis dikategorikan baik.
dikonversi ke dalam predikat A sampai D.
cara ke dalam predikat A-D, maka nilai HASIL DAN PEMBAHASAN
siswa perlu dikonversi ke dalam bentuk Validasi LKS
nilai dengan menggunakan rumus: Validasi LKS yang dikembangkan
berdasarkan kriteria isi menunjukkan
kriteria layak dan sangat layak di berbagai
Selanjutnya nilai tersebut dikonversi ke aspek. Kesesuaian dengan kriteria
dalam huruf A-D sesuai dengan tabel 2 keterampilan berpikir kritis, meliputi:
interpretasi, analisis, inferensi dan
Tabel 2 Konversi Nilai ke dalam Predikat penjelasan, yang dikategorikan layak pada
No. Rentang Nilai Predikat seluruh LKS yang dikembangkan. Hal ini
1. 3,85 – 4,00 A dikarenakan keseluruhan LKS yang
2. 3,51 – 3,84 A-
dikembangkan memuat soal-soal yang
3. 3,18 – 3,50 B+
4. 2,85 – 3,17 B dapat melatihkan empat keterampilan

265
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 4, No. 2, pp. 262-271, May 2015

berpikir kritis yakni interpretasi, analisis, melalui percobaan, pengamatan, dan


inferensi dan penjelasan secara berurutan penelusuran literatur.
dan bertahap. Ausubel membahas perbedaan antara
Aspek pada kriteria penyajian yang belajar hafalan dan belajar bermakna.
tergolong kriteria sangat layak dengan Belajar bermakna merupakan jenis belajar
persentase 100% yakni aspek cover yang menghubungkan informasi atau
mempresentasikan isi LKS. Hal ini konsep yang telah dimiliki siswa. Pada
dikarenakan seluruh cover pada LKS yang LKS II, siswa diajak untuk
dikembangkan memuat gambar yang mengaplikasikan software PhET dalam
berhubungan dengan proses discovery proses penemuan konsep [14].
yang akan dilakukan siswa selama belajar Materi pada LKS ini diajarkan dalam
dengan menggunakan LKS dan memuat bentuk verbal dan visual. Verbal melalui
gambar yang berhubungan dengan materi bimbingan siswa dalam mengaplikasikan
yang akan dipelajari. Cover LKS I software PhET dan dari guru menerangkan
memuat gambar indikator alami yang materi. Sedangkan siswa memahami,
dapat digunakan untuk menentukan sifat mendengar penjelasan guru dengan cara
keasaman larutan. LKS II memuat gambar melihat dan mengaplikasikan software
software PhET Skala pH yang akan PhET pada laptopnya masing-masing
digunakan saat proses discovery. LKS III, merupakan visual. Melalui kedua cara
memuat gambar ahli kimia pengusung tersebut siswa dengan mudah memahami
teori asam basa yakni Arrhenius, konsep pH larutan.
Bronsted-Lowry dan Lewis. Terdapat faktor-faktor yang
Pada kriteria kebahasaan, seluruh memperkuat memori jangka panjang,
LKS yang dikembangakan dikategorikan salah satunya adalah teori kode ganda.
layak pada aspek penulisan LKS Sebuah konsep yang berkaitan dengan
menggunakan Bahasa Indonesia yang baik teori tingkat pemrosesan adalah teori
dan benar. Hal ini dikarenakan seluruh memori kode ganda atau dual code theory
komponen di dalam LKS penulisannya of memory, yang menghipotesis bahwa
menggunakan Bahasa Indonesia yang baik informasi tersimpan di dalam memori
dan benar, jelas, singkat dan mudah jangka panjang dalam dua bentuk: visual
dipahami oleh siswa. dan verbal (masing-masing sesuai dengan
Kriteria kegrafikan pada LKS yang memori episodik dan semantik) [14].
dikembangakan dikategorikan layak pada
beberapa aspek. Seperti halnya bahan ajar Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
yang menggunakan media cetak, desain Menurut Facione, berpikir kritis yaitu
LKS pada dasarnya tidak mengenal kemampuan yang melibatkan interpretasi,
pembatasan. Batas yang ada hanyalah analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi,
imajinasi kita sebagai pendidik [13]. dan regulasi diri [15].
Melalui LKS yang dikembangkan materi Indikator keterampilan berpikir kritis
atau informasi yang didapat menjadi interpretasi pada soal nomor 1. Soal
bermakna, karena proses penemuan diadopsi dari [16] dan [17] yang kemudian
konsep tidak dari proses hafalan namun dimodifikasi. Soal nomor 1 merupakan

266
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 4, No. 2, pp. 262-271, May 2015

soal interpretasi karena siswa dapat kritis interpretasi pada nomor 2 sangat
memahami data pada kolom reaksi baik. Hasil tersebut diperkuat dengan
penguraian, kemudian siswa persentase yang didapatkan sebesar
menghubungkan antara reaksi penguaraian 87,60%. Melalui hasil jawaban soal nomor
tersebut dengan teori asam basa menurut 1 sampai 3, ternyata siswa dapat
Bronsted-Lowry yang mana asam sebagai menjawab soal keterampilan berpikir kritis
donor proton dan basa sebagai akseptor interpretasi pada nomor 1 sampai 3 dengan
proton. sangat baik (87,60%-100%).
Setelah siswa mengasosiasikan soal Indikator keterampilan berpikir kritis
dengan materi yang telah diajarakan, siswa analisis diwakili oleh soal nomor 4 sampai
dapat menginterpretasikan data reaksi 6. Ketiga soal tersebut mengharuskan
penguraian dan dihasilkan kesimpulan siswa untuk menggunakan keterampilan
atau jawaban yang diisikan ke dalam menganalisisnya. Pada umur 16-18 tahun
kolom pasangan asam atau basa konjugat. dikatakan bahwa anak memasuki tahap
Menurut Waston dan Glaser, interpretasi operasional formal dalam tahap
merupakan kecakapan menimbang fakta perkembangan kognitif Piaget. Remaja
dan menghasilkan penggeneralisasian atau pada tahap operasional formal (11 tahun –
kesimpulan berdasarkan pada data yang dewasa) telah memiliki kemampuan untuk
diberikan [15]. melakukan penalaran secara realistis [19].
Terdapat 22 siswa dapat menjawab Jadi siswa SMA sudah dapat dilatihkan
soal nomor 1 dengan benar sedangkan dan diberikan soal keterampilan berpikir
sisanya yakni 8 dapat menjawab soal analisis.
namun jawabannya kurang benar, Soal nomor 4 yakni disajikan suatu
sehingga dapat dikatakan siswa dapat konsep bahwa kunyit termasuk indikator
menjawab soal keterampilan berpikir kritis alami. Berdasarkan persentase yang
interpretasi pada nomor 1 dengan sangat didapatkan sebesar 94,33% maka
baik. keterampilan berpikir ktitis analisis siswa
Soal nomor 2 indikator keterampilan dikategorikan sangat baik. Hal ini
berpikir kritis interpretasi, terdapat 23 dikarenakan soal nomor 4 memuat materi
siswa dapat menjawab soal nomor 2 indikator asam basa yang telah dilatihkan
dengan benar. saat pembelajaran dengan menggunakan
Soal nomor 2 diadopsi dari [18], pada LKS I. Penemuan konsep pada LKS I
soal ini siswa menginterpretasi data nama dilakukan melalui percobaan
asam kemudian memaknai kolom hasil menggunakan indikator alami untuk
ionisasi sebagai reaksi ionisasi dari asam menentukan sifat asam basa, siswa sangat
tersebut dan kolom jenis asam dapat diisi antusias dalam kegiatan percobaan, karena
dengan monoprotik, diprotik atau tripotik. guru memberikan kebebasan siswa untuk
Siswa telah memahami konsep reaksi melakukan percobaan.
ionisasi, sehingga dengan mudah siswa Selanjutnya pada soal nomor 5, soal
dapat menginterpretasikan data nama asam juga memuat data hasil percobaan
dan menghasilkan jawaban hasil reaksi mengenai perubahan warna indikator
dan jenis asam. Jadi keterampilan berpikir buatan (metil jingga, metil merah, dan

267
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 4, No. 2, pp. 262-271, May 2015

bromtimol biru) ketika ditetesi dengan air ini dikarenakan siswa tidak dapat
hujan, rentang pH dari setiap indicator menghitung pH setelah pengenceran,
buatan. Menurut Facione, analisis meliputi membuat kesimpulan mengenai sifat
pengujian data, pendeteksian argumen, larutan dan perubahan pH sebelum dan
dan analisis argument [15]. Soal nomor 5 sesudah pengenceran. Selanjutnya untuk
bersumber dari [17]. Persentase yang soal nomor 9 juga merupakan soal
didapatkan sebesar 76,89% sehingga inferensi.
keterampilan berpikir kritis analisis pada Melalui hasil jawaban soal nomor 7
nomor 5 dkategorikan baik. Melalui hasil sampai 9, ternyata siswa dapat menjawab
jawaban soal nomor 4 sampai 6, ternyata soal keterampilan berpikir kritis analisis
siswa dapat menjawab soal keterampilan dengan baik (71,33%-72,33%). Terdapat
berpikir kritis analisis dengan sangat baik satu soal yakni soal nomor 7 mendapat
(92,50%-94,33%). persentase 22,59%, namun terdapat dua
Soal nomor 7 merupakan soal soal yakni soal nomor 8 dan 9 mendapat
inferensi karena di dalam soal terdapat persentase 71,33% dan 72,33%, hal ini
pertanyaan “menurut teori Lewis, apakah menandakan bahwa keterampilan berpikir
reaksi ini merupakan reaksi asam basa? kritis inferensi siswa sudah baik
Jelaskan dengan menggunakan gambar Indikator berpikir kritis penjelasan
struktur Lewis dan kemudian buatlah terdapat pada nomor 10. Soal diadopsi
kesimpulannya!”, hal ini menunjukkan dari [16]. Berdasarkan kesimpulan siswa
bahwa siswa harus mengkonstruksi harus menjelaskan alasannya. Menurut
gambar struktur Lewis dari molekul Al2Cl6 Facione, eksplanasi atau penjelasan berarti
dengan teori asam basa menurut Lewis, mampu menyatakan hasil-hasil dari
apabila dari gambar struktur tersebut penalaran seseorang, mempresentasikan
terdapat serah terima elektron maka dapat penalaran seseorang dalam bentuk
disimpulkan bahwa Al2Cl6 merupakan argument-argumen yang kuat [15].
reaksi asam basa menurut teori Lewis. Terdapat 28 siswa dapat menjawab soal
Hampir seluruh siswa tidak dapat keterampilan berpikir kritis penjelasan
menjawab soal dengaan benar yakni dengan baik.
mendapatkan skor 2 dan 0. Berdasarkan Soal nomor 11 diadopsi dari soal
hasil persentase yang didapatkan maka berpikir kritis pada buku [16]. Soal ini
keterampilan berpikir kritis inferensi pada mengenai teori asam basa menurut
nomor 7 dikategorikan buruk. Hal ini Brosted-Lowry. Terdapat 2 siswa
dikarenakan pemahaman konsep siswa mendapat nilai 0, sedangkan 28 siswa
mengenai materi struktur Lewis masih menjawab soal dengan kurang benar. Hal
kurang, hal ini dibuktikan dengan jawaban ini dikarenakan siswa belum dapat
siswa, yang mana siswa tidak mampu menghubungkan antara teori asam basa
menggambar struktur Lewis dengan baik. menurut Arrhenius dengan Brosted-
Soal nomor 8, terdapat 16 siswa Lowry. Sehingga keterampilan berpikir
dapat menjawab soal dengan benar kritis penjelasan di nomor 11 sedang.
mendapatkan skor maksimum 10. Soal nomor 12, siswa harus mampu
Terdapat 2 siswa mendapatkan skor 0. Hal menjelaskan hasil percobaan tersebut

268
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 4, No. 2, pp. 262-271, May 2015

dengan cara menelusuri literatur mengenai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
sifat dari asam sulfat. Melalui hasil sesuai dengan indikator.
jawaban soal nomor 10 sampai 12, Kriteria kebahasaan mencakup
ternyata siswa dapat menjawab soal keterbacaan, kejelasan informasi,
keterampilan berpikir kritis penjelasan kesesuaian dengan kaidah Bahasa
dengan sangat baik (90,00%-93,33%). Indonesia yang baik dan benar dan
Berdasarkan data skor tes akhir (post pemanfaatan bahasa secara efektif dan
test) keterampilan berpikir siswa, dapat efisien (jelas dan singkat) [7]. Hasil angket
disimpulkan bahwa keterampilan berpikir respon siswa untuk indikator penulisan
kritis siswa berbeda-beda namun LKS menggunakan istilah yang mudah
keterampilan berpikir kritis siswa sudah dipahami siswa memperoleh kriteria
baik setelah dilatihkan menggunakan LKS sangat layak.
yang dikembangkan. Siswa telah mampu Hal ini dapat menunjukkan bahwa
mengerjakan soal tes akhir dengan baik. informasi, materi, soal pada LKS yang
dikembangkan dapat dibaca dan jelas,
Respon Siswa karena menggunakan Bahasa Indonesia
Pertama, kriteria isi, aspek indikator yang baik dan benar. Dapat dibuktikan
soal yang ada di LKS sesuai dengan dengan hasil validasi untuk dua aspek
materi yang diajarkan memperoleh penulisan LKS menggunakan Bahasa
persentase maksimum. Hasil tersebut Indonesia yang baik dan benar serta aspek
menunjukkan bahwa soal-soal di LKS menggunakan kalimat yang sederhana
masih dalam lingkup materi asam basa memperoleh kriteria layak dan sangat
yang sedang diajarkan pada siswa pada layak.
waktu itu. Kriteria yang terakhir adalah
Kedua, kriteria penyajian, enam kegrafikan. Kedua indikator dalam kriteria
indikator memperoleh sangat layak dan kegrafikan mendapatkan persentase
satu indikator memperoleh kriteria layak maksimum yakni 100% yakni ilustrasi dan
dengan persentase sebesar 76,66%, gambar dalam LKS mendukung dan jenis
indikator tersebut adalah penyajian LKS huruf dan ukuran tulisan membuat siswa
menarik. Hal ini menunjukkan, terdapat nyaman membaca LKS.
siswa yang menginginkan LKS yang Hal ini menunjukkan bahwa siswa
digunakan dalam proses pembelajaran nyaman ketika belajar dengan
lebih menarik dalam hal penyajiannya. menggunakan LKS, karena LKS telah
Komponen penyajian mencakup didesain dengan menggunakan jenis huruf
kejelasan tujuan yang ingin dicapai, urutan serta ukuran tulisan yang tidak
sajian, pemberian motivasi serta daya mengurangi keterbacaan tulisan bagi
tarik, interaksi, dan kelengkapan informasi pembaca dan kualitas cetak LKS juga
[7]. Dilihat dari komponen penyajian baik. Sesempurna apapun materi yang kita
mencakup kejelasan tujuan yang ingin siapkan, tetapi jika peserta didik tidak
dicapai, di dalam LKS yang mampu membacanya dengan jelas, maka
dikembangkan sudah dijelaskan mengenai LKS tidak akan memberi hasil yang
maksimal [13].

269
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 4, No. 2, pp. 262-271, May 2015

Jadi berdasarkan hasil angket respon masing-masing kriteria antara 76,66%


siswa, LKS yang dikembangkan – 100%, sehingga dikategorikan layak
dikategorikan layak, karena keseluruhan digunakan sebagai sumber belajar.
indikator yang terdapat di dalam masing-
masing aspek mendapatkan persentase > Saran
61%. Melalui LKS yang dikembangkan Saran yang dapat diberikan untuk
siswa lebih mudah memahami konsep peneliti selanjutnya dan guru yang akan
materi yang diajarkan, sehingga siswa menggunakan LKS yang dikembangkan
memberikan respon positif terhadap LKS dalam proses pembelajaran adalah sebagai
yang dikembangkan. Hal ini dikarenakan berikut.
di dalam LKS yang dikembangkan siswa 1. Penelitian hanya sampai tahap uji coba,
dilatihkan secara berulang keterampilan sehingga perlu dilakukan penelitian
berpikir kritis mulai dari kegiatan pra- lebih lanjut agar LKS yang
laboratorium, laboratorium, dan post- dikembangkan lebih baik lagi.
laboratorium. Melalui latihan dan proses 2. Apabila menerapkan LKS yang
discovery siswa akan mudah mengingat dikembangkan perlu diperhatikan
konsep yang dipelajari. masalah waktu, karena di dalam LKS
terdapat tiga kegiatan laboratorium
PENUTUP (pra-laboratorium, laboratorium dan
Simpulan post-laboratorium) sehingga guru harus
Berdasarkan kesesuaian antara hasil dapat membagi waktu agar ketiga
analisis data penelitian dengan rumusan kegiatan laboratorium pada LKS dapat
masalah, dapat disimpulkan bahwa: dilakukan. Kegiatan post-laboratorium
1. Kelayakan LKS yang dikembangkan dapat dikerjakan di rumah atau sebagai
ditinjau dari kriteria isi, penyajian, tugas rumah.
kebahasaan, dan kegrafikan
dikategorikan layak digunakan sebagai DAFTAR PUSTAKA
sumber belajar dengan persentase 1. Hidayat, Sholeh. 2013.
masing-masing kriteria antara 66,66% Pengembangan Kurikulum Baru.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
– 100%.
2. Keterampilan berpikir kritis 2. Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar
interpretasi, analisis, inferensi, dan dan Pembelajaran. Cetakan Pertama.
penjelasan dikategorikan berturut-turut Bandung: PT Remaja Rosdakarya
sangat baik (87,60% – 100%), sangat 3. Hanafiah dan Suhana, Cucu. 2012.
baik (92,50% – 94,33%) baik (71,33% Konsep Strategi Pembelajaran.
– 72,33%) dan sangat baik (90,00% – Cetakan Ketiga. Bandung: PT Refika
Aditama
93,33%).
3. Respon siswa terhadap LKS yang 4. Suyanti, Retno Dwi. 2010. Strategi
dikembangkan ditinjau dari kriteria isi, Pembelajaran Kimia. Yogyakarta:
penyajian, kebahasaan, dan kegrafikan Graha Ilmu
menunjukkan respon positif yang mana
persentase yang didapatkan untuk

270
UNESA Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454
Vol. 4, No. 2, pp. 262-271, May 2015

5. Trilling, Bernie dan Fadel, Charles. 12. Permendikbud. 2014. Peraturan


2009. 21st Century Skills. California: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Jossey-Bass Republik Indonesia Nomor 104
Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil
6. Nur, Mohamad dan Wikandari, Prima Belajar oleh Pendidik pada
Retno. 2008. Pengajaran Berpusat Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Kepada Siswa dan Pendekatan Menengah. Jakarta: Menteri
Konstruktivis dalam Pengajaran. Pendidikan dan Kebudayaan RI
Edisi Kelima. Surabaya : Universitas
Negeri Surabaya 13. Prastowo, Andi. 2012. Panduan
Kreatif Membuat Bahan Ajar
7. Departemen Pendidikan Nasional. Inovatif. Cetakan IV. Yogjakarta:
2008. Panduan Pengembangan DIVA Press (Anggota IKAPI)
Bahan Ajar. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat 14. Nur, Mohamad, Prima Retno
Jenderal Manajemen Pendidikan Wikandari, dan Bambang Sugiarto.
Dasar dan Menengah Direktorat 2004. Teori-Teori Pembelajaran
Pembinaan Sekolah Menengah Atas Kognitif. Edisi 2. Surabaya: FMIPA
Unesa
8. Taufiq, Mohammad, Tukiran dan
Ibrahim, Muslimin. 2012. 15. Filsaime, Dennis K. 2008.Menguak
Pengembangan Lembar Kegiatan Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif.
Siswa Pendukung Pembelajaran Jakarta: Prestasi Pustakakarya
Menggunakan Media Simulasi PhET
dan Implementasinya. Prosiding 16. Buthelezi, Thandi, Dingrando,
Seminar Nasional Kimia Unesa, hal Laurel, et. 2008. Glencoe Science
208 – 214 Chemistry Matter and Change. New
York: Mc Graw Hill
9. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. 17. Rahardjo, Sentot Budi. 2008. Kimia
Bandung: CV Alfabeta Berbasis Eksperimen 2 untuk Kelas
XI SMA dan MA. Solo: PT Tiga
10. Heinich, Molenda dan Russel, et. Serangkai Pustaka Mandiri
1996. Instructional Media and
Technologies for Learning. Sixth 18. Sujana, Atep. 2006. Sains Kimia 2
Edition. Columbus: Prentice Hall, Inc untuk SMA/MA Kelas XI IPA. Bekasi:
PT Galaxy Puspa Mega
11. Riduwan. 2013. Skala Pengukuran
Variabel-Variabel Penelitian. 19. Nursalim, Mochamad, dkk. 2007.
Cetakan Kesepuluh. Bandung : Psikologi Pendidikan. Surabaya:
ALFA BETA Unesa University Press

271

Anda mungkin juga menyukai