Makalah Autis
Makalah Autis
Puji Syukur kehadirat Tuhan yang Maha ESA atas segala besar rahmatnya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dalam memberikan materi maupun pikiran
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengelaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi .
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Peny
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tidak ada anak manusia yang diciptakan sama satu dengan lainnya. Mereka berbeda antara
sama lain, meski terkadang terdapat hubungan darah, namun tetap saja masih terdapat
perbedaan. Tidak ada satupun manusia yang tidak memiliki kekurangan. Semua manusia,
pastilah memiliki kekurangan baik fisik maupun intelektual. Tidak ada satu pun anak yang
ingin dilahirkan di dunia ini dengan menyandang kalainan maupun memliki kecacatan. Bila
boleh memilih, anak ingin dilahirkan berotak seperti Einstein, berakhlak sepeti nabi
Muhammad SAW, berwajah tampan seperti artis korea Lee Min Ho, berbadan bagus seperti
layaknya binaragawan. Tidak ada orang tua yang menghendaki kelahiran anaknya
menyandang kecacatan. Bila boleh memilih orang tua ingin anaknya lahir sempurna.
Kelahiran seorang anak berkbutuhan khusus tidak mengenal apakah mereka dari keluarga
kaya, kkeluarga berpendidikan, keluarga miskin, keluarga yang taat beragama atau tidak.
Semua manusia memiliki kemungkinan untuk memiliki keturunan yang tidak
sempurna.Seorang psikiatri anak mengatakan kelainan jiwa anak antara 5-10% dari
populasi anak. Data Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa penyandnag
autis yang mengikuti pendidikan layanan khusus di seluruh Indonesia termasuk lima besar
dari seluruh peserta sekolah khusus. Jumlah terbesar adalah penyandang tuna grahita
sebanyak 40.000 peserta, tunarungu sebanyak 19100 peserta,penyandang tunanetra 3200
peserta,tunadaksa 1920 peserta ,dan autis sebanyak 1750 peserta. (hariankompas.on-
line.com) Gangguan perkembangan dibagi menjadi dua yaitu spesifik dan
prevasif/menyeluruh. Autisme termasuk dalam kategori gangguan perkembangan
pervasive/menyeluruh. Dimana mereka mengalami gangguan baik fisik, mental maupun
intelektualnya. Anak autis membutuhkan sarana dan pelayanan edukasi yang khusus,
sehingga dibutuhkan sarana edukasi serta terapi khusus yang dapat memberikan pendidikan
serta penanganan yang tepat bagi anak-anak tersebut. Dalam hal ini, peran orang tua juga
sangat dibutuhkan untuk perkembangan anak, sehingga ia mampu berkembang lebih
mandiri layaknya anak normal lainnya dalam memenuhi kebutuhannya.
1.2 TUJUAN
1. Memahami pengertian autisme
2. Memahami penyebab dari gangguan autisme
3. Memahami tanda-tanda anak yang mengalami autisme di usia dini
4. Memahami bagaimana cara merawat anak yang mengalami autisme
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI AUTIS
a) Autisme merupakan suatu jenis gangguan perkembangan pada anak, mengalami
kesendirian, kecenderungan menyendiri. (Leo Kanker Handojo, 2003 )
b) Autisme adalah gangguan perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami
kondisi menutup diri. Dimana gangguan ini mengakibatkan anak mengalami
keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku (Sumber dari Pedoman
Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Austistik” (American PsychiaticAssociation 2000 ).
c) Autisme adalah adanya gangguan dalam bidang Interaksi sosial, komunikasi,
perilaku,emosi, dan pola bermain, gangguan sensoris dan perkembangan terlambat atau
tidak normal. Autisme mulai tampak sejak lahir atau saat masi bayi ( biasanya sebulum
usia 3 tahun ).“Sumber dari Pedoman Penggolongan Diagnotik Gangguan Jiwa”
(PPDGJ III).
d) Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat
masabalita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau
komunikasi yang normal. Hal ini mengakibatkan anak tersebut terisolasi dari anak yang
lain (Baron-Cohen, 1993). Jadi anak autisme merupakan anak yang mengalami
gangguan perkembangan yang sangat kompleks yang dapat
7) Sistem Limbik atau otak tengah (meneruskan informasi yang diterima kedalam
memori), yang posisinya sedikit lebih ke depan dan terdiri atas Talamus dan
Ganglia Basal atau otak tengah. Sistem Limbik penting bagi pembelajaran dan
ingatan jangka pendek tetapi juga menjaga homeostatis di dalam tubuh (tekanan
darah, suhu tubuh dan kadar gula darah). Terlibat dalam emosi ketahanan hidup
dari hasrat seksual atau perlindungan diri. Menurut ilmuwan Robert Ornstein
"suatu cara untuk mengingat fungsi sistem limbik adalah empat F, yang penting
untuk kelangsungan hidup : Feeding (memberi makan), Fighting (berkelahi),
Fleeing (melarikan diri), dan reproduksi sosial Sistem Limbik mengandung
Hipotalamus, yang sering dianggap sebagian bagian terpenting dari 'otak
mamalia'. Hipotalamus meskipun kecil (besarnya hanya sepatuh gula kotak) dan
beratnya hanya empat gram, hipotalamus mengatur hormon, hasrat seksual,
emosi, makan, minum, suhu tubuh, keseimbangan kimiawi, tidur dan bangun,
sekaligus mengatur kelenjar utama dari otak (kelenjar pituitari). Hipotalamus
adalah bagian otak yang memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan
mana yang tidak, misalnya kapan kita lapar. Selain itu system limbic
memberikan kontribusi yang mendasar untuk mengingat dan proses belajar.
1. Amygdala : merupakan salah satu bagian otak utama yang berkaitan dengan
perilaku kita, Karena ia mempengaruhi sebagian sekresi kelenjar endokrin (kelenjar
sekresi), terutama yang berkenaan dengan kecondongan-kecondongan seksual.
Amigdala adalah sekelompok saraf yang berbentuk kacang almond. Pada otak
vertebrata terletak pada bagian medial temporal lobe, secara anatomi amigdala
dianggap sebagai bagian dari basal ganglia. Amigdala dipercayai merupakan bagian
otak yang berperan dalam melakukan pengolahan dan ingatan terhadap reaksi emosi.
Oleh karenanya amigdala juga merupakan bagian dari sistem limbik yang dipelajari
pada ilmu neurosains kognitif.
Pada autis, gangguan pada amygdale akan mengakibatkan disfungsi terhadap sekresi
kelenjar, hasrat seksual, pengolahan informasi dan ingatan.
3. Cerebellum : mengendalika gerakan tubuh dalam ruang dan menyimpan ingatan untuk
respon-respon dasar yang dipelajari, mengatur koordinasi gerakan, pengaturan otot,
mengatur kegiatan mental dan berlaku sebagai pusat untuk kegiatan-kegiatan yang
disadari.
Fungsi otak kecil adalah untuk mengatur sikap atau posisi tubuh, keseimbangan, dan
koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar. Jika terjadi cedera pada otak kecil,
dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan
menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan
makanan ke dalam mulutnya.
3. Neuron purkinje :
masternya koordinasi motorik di cerebellar cortex yang merupakan penghubung
antara cerebulum dengan batang otak. Jika neuron purkinje tidak berkembang dengan
baik akan menyebabkan tidak dapat mengolah informasi/pengolahan informasi.
Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan
dalam bidang:
1. interaksi sosial, behubungan dengan otak amigdala
2. komunikasi (bahasa dan bicara),berhubungan dengan otak tengah,otak kiri dan otak
kanan.
3. pola bermain, berhubungan dengan otak kiri dan otak kanan
4. gangguan sensorik dan motorik : otak kecil, otak tengah (lobus optikus)
5. perkembangan terlambat atau tidak normal.
2.3 PATOFISIOLOGI AUTIS
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas :
Badan sel dan serabut untuk mengalirkan impuls listrik (akson) serta serabut untuk
menerima impuls listrik (dendrit). Sel saraf terdapat dilapisan luar otak yang berwarna
kelabu (korteks). Akson dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian otak
berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.Sel saraf terbentuk saat
usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada trimester ketiga, pembentukan sel saraf
berhenti dan dimulai pembentukan akson, dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai anak
berusia sekitar dua tahun. Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak
berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini
dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain growth
factors. Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan akson,
dendrit,dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan. Bagian otak yang
digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan sinaps. Sedangkan
bagian otak yang tak digunakan menunjukkan kematian sel, berkurangnya akson, dendrit,
dan sinaps. Kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pada proses – proses tersebut. Sehingga akan
menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf. Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang
baru lahir, diketahui pertumbuhan abnormal pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya
neurotropin dan neuropeptida otak (brain-derived neurotrophic factor, neurotrophin-4,
vasoactive intestinal peptide,calcitonin-related gene peptide) yang merupakan zat kimia
otak yang bertanggung jawab untuk mengatur penambahan sel saraf, migrasi, diferensiasi,
pertumbuhan, dan perkembangan jalinan sel saraf. Peningkatan neurokimia otak secara
abnormal menyebabkan pertumbuhan abnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan
autisme terjadi kondisi growth without guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan
mati secara tak beraturan. Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan
pertumbuhan sel saraf lain.
Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel saraf tempat keluar hasil
pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil pada autisme. Berkurangnya sel Purkinye
diduga merangsang pertumbuhan akson, glia (jaringan penunjang pada sistemsaraf pusat),
dan mielin sehingga terjadi pertumbuhan otak secara abnormal atau sebaliknya,
pertumbuhan akson secara abnormal mematikan sel Purkinye. Yang jelas,peningkatan
brain derived neurotrophic factor dan neurotrophin-4 menyebabkan kematian sel Purkinye.
Gangguan pada sel Purkinye terdiri atas 2 jenis, yaitu :
a) Degenerasi sel Purkinye primer, merupakan gangguan terjadi sejak awal masa kehamilan
karena ibu mengkomsumsi makanan yang mengandung logam berat.
b) Degenerasi sel purkinye sekunder, merupakan gangguan yang terjadi bila sel Purkinye
sudah berkembang, kemudian terjadi gangguan yang menyebabkan kerusakan sel
Purkinye. Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu minum alkohol berlebihan atau
obat seperti thalidomide.
Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal mengalami aktivasi selama
melakukan gerakan motorik, belajar sensori-motorik, atensi, proses mengingat,serta
kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil menyebabkan reaksi atensi lebih
lambat,kesulitan memproses persepsi atau membedakan target, overselektivitas, dan
kegagalanmengeksplorasi lingkungan.
Berdasarkan data yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), prevalensi autis di
Indonesia mengalami peningkatan luar biasa, dari 1 per 1000 penduduk menjadi 8 per 1000
penduduk dan melampaui rata- rata dunia yaitu 6 per 1000 penduduk. Pada tahun 2009
dilaporkan bahwa jumlah anak penderita autisme mencapai 150-200 ribu (Sari, 2009). Data
lain tahun 2015 di Indonesia memperkirakan lebih dari 12.800 anak menyandang autisme dan
134.000 menyandang spektrum Autisme (klinikautisme.com). Simpang siurnya data terkait
penyandang autisme di Indonesia memerlukan peran serta seluruh lembaga (baik swasta dan
pemerintah), keluarga dan masyarakat sehingga terdata dan diupayakan penanganan.
Autism merupakan bagian dari Autisme Spectrum Disorders (ASD), merupakan gangguan
perkembangan pada anak dan merupakan satu dari 5 (lima) jenis gangguan Pervasive
Development Disorder (PDD). Gangguan atau masalah yang dialami oleh anak dengan autism
biasanya mengalami keterlambatan di bidang kognitif, bahasa, perilaku dan dalam berinteraksi
sosial.
Kelainan ini diakibatkan oleh factor neurobiologis yang dapat di deteksi pada anak di bawah 3
tahun. Di Negara tercinta Indonesia, data BPS (2015) melaporkan bahwa pada tahun 2015
memiliki penduduk mencapai 254,9 juta jiwa. Ini menjadikan Indonesia sebagai Negara dengan
populasi penduduk ke-4 (empat) dunia. Apalagi proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) terhadap
penduduk Indonesia tahun 2010-2035 dari data sensus tahun 2010 mengalami peningkatan
yang sangat luar biasa (lihat gambar 1 dan gambar 2). Dari data populasi penduduk Indonesia,
tidak menutup kemungkinan anak dengan autis pun semakin banyak
2.8 PEMERIKSAAN FUNGSI AUTIS
a) Motorik kasar
Mampu duduk ,berdiri dan berjalan serta berlari
Pada saat duduk anak mempunyai kecendrungan untuk mencari sandaran
Anak tidak mampu menjaga keseimbangan selama 3 detik
Anak belum mampu melakukan gerakan meloncat dengan baik
b) Motorik Halus
Belum memiliki koodinasi gerakan halus yang baik sehingga anak nampak
memiliki kesulitan dalam menulis,menggambar,mewarnai
Anak memiliki kemampuan yang baik dalam hal meronce
Hasil tulisan acak-acakan karena spasi dan huruf yang belum konsisten
c) Pemeriksaan kekuatan otot
Adanya kelemahan pada otot –otot pada kelompok ekstesoren
Secara umum anak memiliki kekuatan otot oktremitas atas dan bawah dengan
nilai 5.tapi hasil ini relatif karena pasien sulit berkonsentrasi pada saat dilakukan
tes gerak dan inkonsisten
d) Pemeriksaan Tonus
Kesan hipotonus yang minimal pada otot-otot ekstermitas atas dan bawah
e) Pemeriksaan Keseimbangan
Anak kadang-kadang mempertahankan keseimbangan duduk dan berdiri namun
kadang acuh tanpa ada upaya untuk mempertahankan posisi
f) Pemeriksaan koordinasi
Anak kesulitan untuk memegang benda kecil terutama pulpen,belum mampu
menulis lingkaran,persegi 3
g) Pemeriksaaan ADL
sulit Dressing {+},Menulis( + ) Toiletting ( + )
h) Pemeriksaan sensoris
Anak hipersensitif jika disentuh pada bagian mulut
i) Pemeriksaan refleks
KPR dan APR bilateral normal dan BPR /TCR bilateral normal
j) Pemeriksaan refleks patologis
Negatif
2.9 SOAP
STATUS KLINIS
1. ANAMNESIS
Anamnesis umum
Nama : Rizaldi
Umur : 4 tahun
Alamat : Komplek Wasaka
JK : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Anamnesis Khusus :
Keluhan utama : Keterlambatan bicara dan kelainan perilaku dalam tidak seperti anak
Sebayanya,gangguan konsentrasi ,Hiperaktif.
Letak keluhan :
Kapan terjadi : gejala muncul sejak usia 3 tahun.
Riwayat penyakit : Usia ibu 28 tahun,periksa teratur,di bidan,ibu selama hamil tidak
pernahSakit-sakitan,tidak pernah minum obat-obatan.kecuali penambah darah Dan
vitamin.
Riwayat penyakit dahulu : partus lama mengakibatkan bayi kekurangan oksigen.
Riwayat penyakit penyerta : demam, kejang.
Anamnesis sistem
a) Musculosketal : adanya kelemahan otot tungkai
b) Kardioveskuler : normal
c) Respirasi : normal
d) Neuromuscular : delay deveploment
2. Pemeriksaan fisik
a. Vital sign
Tekanan darah
Denyut nadi
Pernapasan : Normal
Temperatur
b. Inspeksi
Statis
a. anak tidak menoleh ketika di panggil namanya
b. Anak tidak megeluarkan kata-kata atau bahasa yang dapat dimengerti
c. Anak tampak menangis tanpa alasan dan penyebab yang jelas kadang berteriak
d. Tampak anak mempunyai kesukaan aneh pada barang barang elektronik
e. Anak tidak meyukai kalau disentuh pada bagian mulutnya
Dinamis
a. Anak terlihat acuh tak acuh saat memasuki ruangan terapi
b. Anak tampak akan mengamuk jika pola atau kebiasaannya dirubah
c. tampak anak berjalan tanpa kesulitan dan alat bantu.
3. Pemeriksaan spesifik
a. MMT : 3 (bisa melawan gravitasi dgn full ROM tanpa tahanan) pada ektermitas
atas dan bawah
b. Tes tonus otot : hipotonus pada otot-otot ektermitas atas dan bawah
c. Tes keseimbangan : anak kadang-kadang mempertahankan keseimbangan duduk
dan berdiri namun kadang acuh tanpa ada upaya untuk mempertahankan posisi.
d. Pengukuran nyeri : tidak dilakukan karena tidak terdapat nyeri.
e. Tes koordinasi : anak kesulitan untuk memegang benda kecil terutama
pulpen,belum mampu menulis lingkaran dan persegitiga.
f. Tes apresiasi reaksi -
g. Tes sensorik : hipersensitif jika disntuh pada bagian mulut
h. Tes reflek : KPR dan APR bilateral normal .
i. Tes rasa posisi -
j. Tes transfer : mampu duduk,berdiri dan berjalan serta berlari. Pada saat duduk
anak kecendrungan mencari snadaran .
k. Tes ADL: sulit memakai baju,tidak bisa menulis,tidak bisa melakukan aktivitas
makan mandiri
l. Kognitif, intrapersonal, dan interpersonal
Kognitif : Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tidak berkembang (dan
tidak ada usaha untuk, mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa
bicara.Jika bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi.Sering
menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-diulang. Cara bermain kurang variatif,
kurang imajinatif dan kurang bisa meniru.
Intrapersonal : Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas
dan berlebih-lebihan,Terpaku pada suatu gerakan yang ritualistik yang tidak ada
gunanya, Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang, Seringkali sangat
terpukau pada bagian-bagian benda.
F. Intervensi Fisioterapi
Problematik Modalitas Dosis
Gangguan kelemahan Stregthening F: 3Xseminggu
otot I: 3X repitisi
Teknik : bermain
melempar dan menangkap
bola ,berenang
T: semampu anak
G. Prognosis
Quo ad vitam :
Quo ad sanam : dubia ad sanam
Quo ad fungsionam: bonam
Quo ad Cosmaticam : bonam
H. Evaluasi
1) Evaluasi sesaat
-terjadi peningkatan sedikit kekuatan otot
2) Evaluasi berkala
J. Home program
- gunakan kata-kata yang sederhana
- selalu menyebut nama anak saat menyebutnya bicara
- manfaat bahasa tubuh untuk memperjelas maksud anda
- latihan untuk memperlancar latihan makan,minum,menggambar dikertas
,memakai baju,bermain ayunan.
-