Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Assalamualikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji Syukur kehadirat Tuhan yang Maha ESA atas segala besar rahmatnya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dalam memberikan materi maupun pikiran

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengelaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi .

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamuaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Banjamasin, 28 Maret 2018

Peny
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Tidak ada anak manusia yang diciptakan sama satu dengan lainnya. Mereka berbeda antara
sama lain, meski terkadang terdapat hubungan darah, namun tetap saja masih terdapat
perbedaan. Tidak ada satupun manusia yang tidak memiliki kekurangan. Semua manusia,
pastilah memiliki kekurangan baik fisik maupun intelektual. Tidak ada satu pun anak yang
ingin dilahirkan di dunia ini dengan menyandang kalainan maupun memliki kecacatan. Bila
boleh memilih, anak ingin dilahirkan berotak seperti Einstein, berakhlak sepeti nabi
Muhammad SAW, berwajah tampan seperti artis korea Lee Min Ho, berbadan bagus seperti
layaknya binaragawan. Tidak ada orang tua yang menghendaki kelahiran anaknya
menyandang kecacatan. Bila boleh memilih orang tua ingin anaknya lahir sempurna.
Kelahiran seorang anak berkbutuhan khusus tidak mengenal apakah mereka dari keluarga
kaya, kkeluarga berpendidikan, keluarga miskin, keluarga yang taat beragama atau tidak.
Semua manusia memiliki kemungkinan untuk memiliki keturunan yang tidak
sempurna.Seorang psikiatri anak mengatakan kelainan jiwa anak antara 5-10% dari
populasi anak. Data Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa penyandnag
autis yang mengikuti pendidikan layanan khusus di seluruh Indonesia termasuk lima besar
dari seluruh peserta sekolah khusus. Jumlah terbesar adalah penyandang tuna grahita
sebanyak 40.000 peserta, tunarungu sebanyak 19100 peserta,penyandang tunanetra 3200
peserta,tunadaksa 1920 peserta ,dan autis sebanyak 1750 peserta. (hariankompas.on-
line.com) Gangguan perkembangan dibagi menjadi dua yaitu spesifik dan
prevasif/menyeluruh. Autisme termasuk dalam kategori gangguan perkembangan
pervasive/menyeluruh. Dimana mereka mengalami gangguan baik fisik, mental maupun
intelektualnya. Anak autis membutuhkan sarana dan pelayanan edukasi yang khusus,
sehingga dibutuhkan sarana edukasi serta terapi khusus yang dapat memberikan pendidikan
serta penanganan yang tepat bagi anak-anak tersebut. Dalam hal ini, peran orang tua juga
sangat dibutuhkan untuk perkembangan anak, sehingga ia mampu berkembang lebih
mandiri layaknya anak normal lainnya dalam memenuhi kebutuhannya.

1.2 TUJUAN
1. Memahami pengertian autisme
2. Memahami penyebab dari gangguan autisme
3. Memahami tanda-tanda anak yang mengalami autisme di usia dini
4. Memahami bagaimana cara merawat anak yang mengalami autisme
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI AUTIS
a) Autisme merupakan suatu jenis gangguan perkembangan pada anak, mengalami
kesendirian, kecenderungan menyendiri. (Leo Kanker Handojo, 2003 )
b) Autisme adalah gangguan perkembangan yang terjadi pada anak yang mengalami
kondisi menutup diri. Dimana gangguan ini mengakibatkan anak mengalami
keterbatasan dari segi komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku (Sumber dari Pedoman
Pelayanan Pendidikan Bagi Anak Austistik” (American PsychiaticAssociation 2000 ).
c) Autisme adalah adanya gangguan dalam bidang Interaksi sosial, komunikasi,
perilaku,emosi, dan pola bermain, gangguan sensoris dan perkembangan terlambat atau
tidak normal. Autisme mulai tampak sejak lahir atau saat masi bayi ( biasanya sebulum
usia 3 tahun ).“Sumber dari Pedoman Penggolongan Diagnotik Gangguan Jiwa”
(PPDGJ III).
d) Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat
masabalita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau
komunikasi yang normal. Hal ini mengakibatkan anak tersebut terisolasi dari anak yang
lain (Baron-Cohen, 1993). Jadi anak autisme merupakan anak yang mengalami
gangguan perkembangan yang sangat kompleks yang dapat

2.2 ANATOMI FISIOLOGI AUTIS


1. FUNGSI MASING-MASING OTAK
Penemuan penting di dalam sejarah otak adalah kesadaran kita bahwa berbagai bagian
otak mengendalikan fungsi yang berbeda-beda. Bagian-bagian otak adalah:
1) Batang Otak, mengendalikan fungsi-fungsi penyangga kehidupan dasar
misalnya pernapasan dan laju denyut jantung. Mengontrol tingkat kesiagaan.
Menyiagakan anda terhadap informasi sensorik yang masuk. Mengendalikan
suhu.Mengendalikan proses pencernaan. Menyampaikan informasi dari
serebelum.
2) Serebelum atau otak kecil atau otak belakang, mengendalikan gerakan tubuh
dalam ruang dan menyimpan ingatan untuk respon-respon dasar yang dipelajari,
mengatur kegiatan mental dan berlaku sebagai pusat untuk kegiatan-kegiatan
yang disadari.
3) 3. Ganglia dasar
Fungsi:
• Kontrol Kecerdasan
• Koordinasi Gerakan
• Gerakan Voluntary
4) Diensefalon berfungsi menghubungkan otak tengah dengan otak kiri dan otak
kanan
5) Thalamus berfungsi untuk menyalurkan dan mengolah informasi sensoris yang
berasal dari panca indra kecuali indra penciuman menuju serebrum. Thalamus
memilah milah rangsangan yang masuk dan menyalurkan pada otak yang
terkait.
6) Hipotalamus berfungsi sebagai pusat tertinggi dari susunan syaraf otonom.
Hipotalamus mengatur suhu tubuh, keseimbangan cairan tubuh, masa tidur
jaga, dan memberikan respot terhadap emosi. Ia juga mengendalikan nafsu
makan, rasa haus dan hasrat seksual.

7) Sistem Limbik atau otak tengah (meneruskan informasi yang diterima kedalam
memori), yang posisinya sedikit lebih ke depan dan terdiri atas Talamus dan
Ganglia Basal atau otak tengah. Sistem Limbik penting bagi pembelajaran dan
ingatan jangka pendek tetapi juga menjaga homeostatis di dalam tubuh (tekanan
darah, suhu tubuh dan kadar gula darah). Terlibat dalam emosi ketahanan hidup
dari hasrat seksual atau perlindungan diri. Menurut ilmuwan Robert Ornstein
"suatu cara untuk mengingat fungsi sistem limbik adalah empat F, yang penting
untuk kelangsungan hidup : Feeding (memberi makan), Fighting (berkelahi),
Fleeing (melarikan diri), dan reproduksi sosial Sistem Limbik mengandung
Hipotalamus, yang sering dianggap sebagian bagian terpenting dari 'otak
mamalia'. Hipotalamus meskipun kecil (besarnya hanya sepatuh gula kotak) dan
beratnya hanya empat gram, hipotalamus mengatur hormon, hasrat seksual,
emosi, makan, minum, suhu tubuh, keseimbangan kimiawi, tidur dan bangun,
sekaligus mengatur kelenjar utama dari otak (kelenjar pituitari). Hipotalamus
adalah bagian otak yang memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan
mana yang tidak, misalnya kapan kita lapar. Selain itu system limbic
memberikan kontribusi yang mendasar untuk mengingat dan proses belajar.

8) Serebum atau korteks serebral (fungsi; mengendalikan gerakan yang


disadari), membungkus seluruh otak dan posisinya berada di depan. Serebum
adalah karya besar evolusi alam dan bertanggung jawab atas berbagai
keterampilan termasuk ingatan, komunikasi, pembuatan keputusan dan
kreativitas. Fungsi : pengaturan, ingatan, pemahaman, komunikasi, kreativitas,
pembuatan keputusan, mind mapping, bicara, musik. Serebum dibungkus oleh
suatu lapisan berkerut-kerut berupa sel-sel saraf setebal seperdelapan inci yang
amat sangat menakjubkan, yang dikenal sebagai korteks serebral. Sifat
kortekslah yang merumuskan kita sebagai manusia.Area terpenting otak yang
perlu dipahami dalam mengenali kekuatan otak adalah serebrum atau yang
sering disebut 'otak kiri dan kanan.Serebum membagi tugas ke dalam dua
kategori utama yaitu tugas otak kanan dan otak kiri.tugas otak kanan antara
lain irama, kesadaran ruang, imajinasi, melamun, warna, dimensi dan tugas
tugas yang membutuhkan kesadaran holistik atau gambaran keseluruhan.
Tugas otak kiri antara lain kata-kata, logika, angka, urutan, daftar dan analisis.
2. HUBUNGAN ANATOMI OTAK DENGAN AUTIS
Hingga kini, belum terdeteksi faktor tunggal yang menjadi penyebab timbulnya
gangguan autisme Namun demikian, terdapat menurut teori biologis yakni Neuro
anatomi, yaitu gangguan atau disfungsi pada sel-sel otak selama dalam kandungan
yang mungkin disebabkan terjadinya gangguan oksigenasi, perdarahan atau infeksi.
Disfingsi pada otak dapat menyebabkan autis. pernyataan bahawasanya autis
merupakan cacat otak yakni tidak berkembang dengan baik atau sempurna bagian
otak seperti amygdale, cerebellum, neuron purkinje,scanspect. Berikut ini merupakan
bagian otak yang tidak berkembang dengan baik dan pengaruhnya terhadap fungsi
dari otak itu sendiri adapun masing-masing fungsi tersebut:

1. Amygdala : merupakan salah satu bagian otak utama yang berkaitan dengan
perilaku kita, Karena ia mempengaruhi sebagian sekresi kelenjar endokrin (kelenjar
sekresi), terutama yang berkenaan dengan kecondongan-kecondongan seksual.

Amigdala adalah sekelompok saraf yang berbentuk kacang almond. Pada otak
vertebrata terletak pada bagian medial temporal lobe, secara anatomi amigdala
dianggap sebagai bagian dari basal ganglia. Amigdala dipercayai merupakan bagian
otak yang berperan dalam melakukan pengolahan dan ingatan terhadap reaksi emosi.
Oleh karenanya amigdala juga merupakan bagian dari sistem limbik yang dipelajari
pada ilmu neurosains kognitif.
Pada autis, gangguan pada amygdale akan mengakibatkan disfungsi terhadap sekresi
kelenjar, hasrat seksual, pengolahan informasi dan ingatan.

3. Cerebellum : mengendalika gerakan tubuh dalam ruang dan menyimpan ingatan untuk
respon-respon dasar yang dipelajari, mengatur koordinasi gerakan, pengaturan otot,
mengatur kegiatan mental dan berlaku sebagai pusat untuk kegiatan-kegiatan yang
disadari.
Fungsi otak kecil adalah untuk mengatur sikap atau posisi tubuh, keseimbangan, dan
koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar. Jika terjadi cedera pada otak kecil,
dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan
menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan
makanan ke dalam mulutnya.

3. Neuron purkinje :
masternya koordinasi motorik di cerebellar cortex yang merupakan penghubung
antara cerebulum dengan batang otak. Jika neuron purkinje tidak berkembang dengan
baik akan menyebabkan tidak dapat mengolah informasi/pengolahan informasi.

Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan
dalam bidang:
1. interaksi sosial, behubungan dengan otak amigdala
2. komunikasi (bahasa dan bicara),berhubungan dengan otak tengah,otak kiri dan otak
kanan.
3. pola bermain, berhubungan dengan otak kiri dan otak kanan
4. gangguan sensorik dan motorik : otak kecil, otak tengah (lobus optikus)
5. perkembangan terlambat atau tidak normal.
2.3 PATOFISIOLOGI AUTIS
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas :

 Badan sel dan serabut untuk mengalirkan impuls listrik (akson) serta serabut untuk
menerima impuls listrik (dendrit). Sel saraf terdapat dilapisan luar otak yang berwarna
kelabu (korteks). Akson dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian otak
berwarna putih. Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.Sel saraf terbentuk saat
usia kandungan tiga sampai tujuh bulan. Pada trimester ketiga, pembentukan sel saraf
berhenti dan dimulai pembentukan akson, dendrit, dan sinaps yang berlanjut sampai anak
berusia sekitar dua tahun. Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak
berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini
dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain growth
factors. Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan akson,
dendrit,dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan. Bagian otak yang
digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan sinaps. Sedangkan
bagian otak yang tak digunakan menunjukkan kematian sel, berkurangnya akson, dendrit,
dan sinaps. Kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pada proses – proses tersebut. Sehingga akan
menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf. Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang
baru lahir, diketahui pertumbuhan abnormal pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya
neurotropin dan neuropeptida otak (brain-derived neurotrophic factor, neurotrophin-4,
vasoactive intestinal peptide,calcitonin-related gene peptide) yang merupakan zat kimia
otak yang bertanggung jawab untuk mengatur penambahan sel saraf, migrasi, diferensiasi,
pertumbuhan, dan perkembangan jalinan sel saraf. Peningkatan neurokimia otak secara
abnormal menyebabkan pertumbuhan abnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan
autisme terjadi kondisi growth without guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan
mati secara tak beraturan. Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan
pertumbuhan sel saraf lain.
 Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel saraf tempat keluar hasil
pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil pada autisme. Berkurangnya sel Purkinye
diduga merangsang pertumbuhan akson, glia (jaringan penunjang pada sistemsaraf pusat),
dan mielin sehingga terjadi pertumbuhan otak secara abnormal atau sebaliknya,
pertumbuhan akson secara abnormal mematikan sel Purkinye. Yang jelas,peningkatan
brain derived neurotrophic factor dan neurotrophin-4 menyebabkan kematian sel Purkinye.
Gangguan pada sel Purkinye terdiri atas 2 jenis, yaitu :
a) Degenerasi sel Purkinye primer, merupakan gangguan terjadi sejak awal masa kehamilan
karena ibu mengkomsumsi makanan yang mengandung logam berat.
b) Degenerasi sel purkinye sekunder, merupakan gangguan yang terjadi bila sel Purkinye
sudah berkembang, kemudian terjadi gangguan yang menyebabkan kerusakan sel
Purkinye. Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu minum alkohol berlebihan atau
obat seperti thalidomide.

Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal mengalami aktivasi selama
melakukan gerakan motorik, belajar sensori-motorik, atensi, proses mengingat,serta
kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil menyebabkan reaksi atensi lebih
lambat,kesulitan memproses persepsi atau membedakan target, overselektivitas, dan
kegagalanmengeksplorasi lingkungan.

2.4 ETIOLOGI AUTIS


Penyebab autisme menurut banyak pakar yang telah disepakati bahwa pada anak
autisme dijumpai suatu kelainan pada otaknya. Penyebab timbulnya kelainan tersebut memang
belum dapat dipastikan. Diyakini bahwa ganguan tersebut terjadi pada fase pempentukan organ
(organogenesis) yaitu pada usia kehamilan antara 0 ± 4 bulan. Organ otak sendiri baru
terbentuk pada usia kehamilan setelah 15 minggu. Banyak teori yang diajukan oleh para pakar,
mengenai penyebab terjadinya autis, diantaranya:
1) Faktor psikososial
Dahulu diperkirakan bahwa penyebab autism adalah faktor psikogenik, yaitu
pengasuhan yang kaku dan obsesif dalam suasana emosional yang dingin. Pendapat lain adalah
sikap ibu yang kurang memerhatikan anak atau tidak menghendaki/menolak kehadiran anak
tersebut sehingga menyebabkan penarikan diri dari anak tersebut. Namun, dewasa ini teori
tersebut disanggah karena tidak terdapat perbedaan situasi keluarga antara anak yang autism
dan anak yang normal.
2) Faktor prenatal, perinatal, dan pascanatal
Komplikasi prenatal, perinatal, dan pascanatal sering ditemukan pada anak autisme, seperti
pendarahan setelah kehamilan trimester pertama serta mekonium pada cairan amnion sebagai
tanda adanya fetal distress dan preklamsia. Komplikasi lainnya antara lain pengguanaan obat-
obatan tertentu pada ibu dengan infeksi rubella, inkompatibilitas rhesus, gangguan pernafasan
pada neonates, anemia pada janin, kejang neonatus.
3) Teori imunologi
Ditemukan antibody ibu terhadap antigen tertentu yang menyebabkan penyumbatan sementara
aliran darah otak janin. Selain itu, antigen tersebut juga ditemukan pada sel otak janin, sehingga
antibody ibu dapat merusak jaringan otak janin. Dikatakan bahwa autism ditemukan 8,8 kali
lebih banyak pada anak yang ibunya menderita penyakit autoimu
4) Teori infeksi
Peningkatan angka kejadian autism terjadi pada anak-anak yang lahir dengan rubella
congenital, ensefalitis herpes simplek, infeksi sitomegalovirus yang menginfeksi otak anak.
5) Faktor genetic
Terdapat bukti yang kuat bahwa faktor genetic berperan pada autisme. Dikatakan pula bahwa
autisme adalah salah satu dari kemungkinan yang timbul pada anak yang secara genetis pada
keluarganya terdapat gangguan belajar dan komunikasi. Komponen genetic autism cenderung
heterogen, melibatkan sekitar 100 gen. kelainan genetis pada autisem ditemukan pada hampir
semua mitokondria dan semua kromosom kecuali kromosom 14 dan 20. Diketahui pula bahwa
terjadinya autisme ditemukan terjadinya interaksi antara gen majemuk dengan lingkungan
sekitar. Kromosom yang terkait dengan autisme adalah kromosom 7q, 2q, 15q11-13.
6) Faktor neuroanatomi
Dengan majunya ilmu pengetahuan dan penelitian dalam bidang neurobiologist dan genetika
telah ditemukan adanya kerusakan yang khas di dalam system limbic (pengatur emosi) yaitu
pada bagian otak yang disebut hipokampuss dan amigdala. Peneliti menemukan bahwa bahwa
pada anak autisme, neuron dalam hipokampus dan amigdala sangat padat dan kecil-kecil.
Adapun fungsi amigdala adalah mengendalikan fungsi emosi dan agresi. Amigdala juga peka
terhadap rangsangan sensoris seperti suara, pengelihatan, penciuman, dan emosi yang
berhubungan dengan rasa takut. Pada anak autis ditemukan gangguan padaa hal-hal tersebut.
Sedangkan, struktur Hipokampus berfungsi dalam belajar dan daya ingat. Kerusakan pada
hipokampus akan menyebabkan kesulitan menyerap dan mengingat informasi dan juga
menimbulkan perilaku yang stereotipik, dan hiperkativitas. Selain itu, dengan pemeriksaan
diagnostic menggunakan MRI, didapatkan lesi pada lobus temporalis, parietalis, frontalis, dan
sereberum pada anak autistic. Kelainan pada serebelum ditemukan pada 30-50% anak, berupa
hipoplasia atau hyperplasia pada lobus VI dan VII. Ditemukan jumlah sel-sel Purkinye di
serebelum sangat sedikit dan mempunyai kandungan serotonin yang tinggi. Sementara itu,
kerusakan pada lobus frontalis mengakibatkan terbatasnya perhatian terhadap lingkungan.
7) Faktor neurokimiawi/ neurotransmitter
Teori ini mengacu pada ditemukannya peningkatan kadar serotonin pada sepertiga anak autis.
Neurotransmiter yang diduga meimbulkan gangguan autism adalah :
a) Serotonin
b) Dopamin
c) Opiat endogen
2.4 KLASIFIKASI AUTIS
Klasifikasi Autisme dapat dibagi berdasarkan berbagai pengelompokan kondisi
1. Klasifikasi berdasarkan saat munculnya kelainan
a. Autisme infantil; istilah ini digunakan untuk menyebut anak autis yang kelainannya
sudah nampak sejak lahir
b. Autisme fiksasi; adalah anak autis yang pada waktu lahir kondisinya normal, tanda-
tanda autisnya muncul kemudian setelah berumur dua atau tiga tahun
2. Klasifikasi berdasarkan intelektual
a. Autis dengan keterbelakangan mental sedang dan berat (IQ dibawah 50).Prevalensi
60% dari anak autistik
b. Autis dengan keterbelakangan mental ringan (IQ50-70) Prevalensi 20% dari anak autis
c. Autis yang tidak mengalami keterbelakangan mental (Intelegensi diatas 70) Prevalensi
20% dari anak autis
3. Klasifikasi berdasarkan interaksi sosial:
a. Kelompok yang menyendiri; banyak terlihat pada anak yang menarik diri, acuh tak
acuh dan kesal bila diadakan pendekatan sosial serta menunjukkan perilaku dan
perhatian yang tidak hangat
b. Kelompok yang pasif, dapat menerima pendekatan sosial dan bermain dengan anak
lain jika pola permainannya disesuaikan dengan dirinya
c. Kelompok yang aktif tapi aneh : secara spontan akan mendekati anak yang lain, namun
interaksinya tidak sesuai dan sering hanya sepihak.

4. Klasifikasi berdasarkan prediksi kemandirian:


a. Prognosis buruk, tidak dapat mandiri (2/3 dari penyandang autis)
b. Prognosis sedang, terdapat kemajuan dibidang sosial dan pendidikan walaupun
problem perilaku tetap ada (1/4 dari penyandang autis)
c. Prognosis baik; mempunyai kehidupan sosialyang normal atau hampir normal dan
berfungsidengan baik di sekolah ataupun ditempat kerja.

2.6 KOMPLIKASI AUTIS


Beberapa anak autis tumbuh dengan menjalani kehiduypan normal atau mendekati normal.
Anak anak dengan kemunduran kemampuan bahasa di awal kehidupan, biasanya sebelum usia
3 tahun, mempunyai resiko epilepsi atau aktivitas kejang otak. Selama masa remaja, beberapa
anak dengan autisme dapat menjadi depresi atau mengalami masalah perilaku. Beberapa
komplikasi y ang dapat muncul pada penderita autis antara lain.
a. Masalah sensorik
Pasien dengan autis dapat sangat sensitif terhadap input sensorik. Sensasi biasa dapat
menimbulkan ketidaknyamanan emosi. Kadang-kadang, pasien autis tidak berespon terhadap
beberapa sensai yang ekstrim, antara lain panas, dingin, atau nyeri.
b. Kejang
Kejang merupakan komponen yang sangat umum dari autisme. Kejang sering dimulaipada
anak-anak autis muda atau remaja
c. Masalah kesehatan Mental
Menurut National Autistic Society, orang dengan ASD rentan terhadap depresi, kecemasan,
perilaku impulsif, dan perubahan suasana hati.
d. Tuberous sclerosis
Gangguan langka ini menyebabkan tumor jinak tumbuh di organ, termasuk otak.
Hubungan antara sclerosis tuberous dan autisme tidak jelas. Namun, tingkat autisme jauh lebih
tinggi di antara anak-anak dengan tuberous sclerosis dibandingkan mereka yangtanpa kondisi
tersebut

2.7 Prevalensi Autis

Berdasarkan data yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), prevalensi autis di
Indonesia mengalami peningkatan luar biasa, dari 1 per 1000 penduduk menjadi 8 per 1000
penduduk dan melampaui rata- rata dunia yaitu 6 per 1000 penduduk. Pada tahun 2009
dilaporkan bahwa jumlah anak penderita autisme mencapai 150-200 ribu (Sari, 2009). Data
lain tahun 2015 di Indonesia memperkirakan lebih dari 12.800 anak menyandang autisme dan
134.000 menyandang spektrum Autisme (klinikautisme.com). Simpang siurnya data terkait
penyandang autisme di Indonesia memerlukan peran serta seluruh lembaga (baik swasta dan
pemerintah), keluarga dan masyarakat sehingga terdata dan diupayakan penanganan.

Autism merupakan bagian dari Autisme Spectrum Disorders (ASD), merupakan gangguan
perkembangan pada anak dan merupakan satu dari 5 (lima) jenis gangguan Pervasive
Development Disorder (PDD). Gangguan atau masalah yang dialami oleh anak dengan autism
biasanya mengalami keterlambatan di bidang kognitif, bahasa, perilaku dan dalam berinteraksi
sosial.

Kelainan ini diakibatkan oleh factor neurobiologis yang dapat di deteksi pada anak di bawah 3
tahun. Di Negara tercinta Indonesia, data BPS (2015) melaporkan bahwa pada tahun 2015
memiliki penduduk mencapai 254,9 juta jiwa. Ini menjadikan Indonesia sebagai Negara dengan
populasi penduduk ke-4 (empat) dunia. Apalagi proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) terhadap
penduduk Indonesia tahun 2010-2035 dari data sensus tahun 2010 mengalami peningkatan
yang sangat luar biasa (lihat gambar 1 dan gambar 2). Dari data populasi penduduk Indonesia,
tidak menutup kemungkinan anak dengan autis pun semakin banyak
2.8 PEMERIKSAAN FUNGSI AUTIS

a) Motorik kasar
 Mampu duduk ,berdiri dan berjalan serta berlari
 Pada saat duduk anak mempunyai kecendrungan untuk mencari sandaran
 Anak tidak mampu menjaga keseimbangan selama 3 detik
 Anak belum mampu melakukan gerakan meloncat dengan baik
b) Motorik Halus
 Belum memiliki koodinasi gerakan halus yang baik sehingga anak nampak
memiliki kesulitan dalam menulis,menggambar,mewarnai
 Anak memiliki kemampuan yang baik dalam hal meronce
 Hasil tulisan acak-acakan karena spasi dan huruf yang belum konsisten
c) Pemeriksaan kekuatan otot
 Adanya kelemahan pada otot –otot pada kelompok ekstesoren
 Secara umum anak memiliki kekuatan otot oktremitas atas dan bawah dengan
nilai 5.tapi hasil ini relatif karena pasien sulit berkonsentrasi pada saat dilakukan
tes gerak dan inkonsisten
d) Pemeriksaan Tonus
 Kesan hipotonus yang minimal pada otot-otot ekstermitas atas dan bawah
e) Pemeriksaan Keseimbangan
 Anak kadang-kadang mempertahankan keseimbangan duduk dan berdiri namun
kadang acuh tanpa ada upaya untuk mempertahankan posisi
f) Pemeriksaan koordinasi
 Anak kesulitan untuk memegang benda kecil terutama pulpen,belum mampu
menulis lingkaran,persegi 3
g) Pemeriksaaan ADL
 sulit Dressing {+},Menulis( + ) Toiletting ( + )
h) Pemeriksaan sensoris
 Anak hipersensitif jika disentuh pada bagian mulut
i) Pemeriksaan refleks
 KPR dan APR bilateral normal dan BPR /TCR bilateral normal
j) Pemeriksaan refleks patologis
 Negatif
2.9 SOAP
STATUS KLINIS
1. ANAMNESIS
Anamnesis umum
Nama : Rizaldi
Umur : 4 tahun
Alamat : Komplek Wasaka
JK : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : -

Anamnesis Khusus :
Keluhan utama : Keterlambatan bicara dan kelainan perilaku dalam tidak seperti anak
Sebayanya,gangguan konsentrasi ,Hiperaktif.
Letak keluhan :
Kapan terjadi : gejala muncul sejak usia 3 tahun.
Riwayat penyakit : Usia ibu 28 tahun,periksa teratur,di bidan,ibu selama hamil tidak
pernahSakit-sakitan,tidak pernah minum obat-obatan.kecuali penambah darah Dan
vitamin.
Riwayat penyakit dahulu : partus lama mengakibatkan bayi kekurangan oksigen.
Riwayat penyakit penyerta : demam, kejang.

Anamnesis sistem
a) Musculosketal : adanya kelemahan otot tungkai
b) Kardioveskuler : normal
c) Respirasi : normal
d) Neuromuscular : delay deveploment

2. Pemeriksaan fisik
a. Vital sign
Tekanan darah
Denyut nadi
Pernapasan : Normal
Temperatur
b. Inspeksi
Statis
a. anak tidak menoleh ketika di panggil namanya
b. Anak tidak megeluarkan kata-kata atau bahasa yang dapat dimengerti
c. Anak tampak menangis tanpa alasan dan penyebab yang jelas kadang berteriak
d. Tampak anak mempunyai kesukaan aneh pada barang barang elektronik
e. Anak tidak meyukai kalau disentuh pada bagian mulutnya
Dinamis
a. Anak terlihat acuh tak acuh saat memasuki ruangan terapi
b. Anak tampak akan mengamuk jika pola atau kebiasaannya dirubah
c. tampak anak berjalan tanpa kesulitan dan alat bantu.

3. Pemeriksaan spesifik
a. MMT : 3 (bisa melawan gravitasi dgn full ROM tanpa tahanan) pada ektermitas
atas dan bawah
b. Tes tonus otot : hipotonus pada otot-otot ektermitas atas dan bawah
c. Tes keseimbangan : anak kadang-kadang mempertahankan keseimbangan duduk
dan berdiri namun kadang acuh tanpa ada upaya untuk mempertahankan posisi.
d. Pengukuran nyeri : tidak dilakukan karena tidak terdapat nyeri.
e. Tes koordinasi : anak kesulitan untuk memegang benda kecil terutama
pulpen,belum mampu menulis lingkaran dan persegitiga.
f. Tes apresiasi reaksi -
g. Tes sensorik : hipersensitif jika disntuh pada bagian mulut
h. Tes reflek : KPR dan APR bilateral normal .
i. Tes rasa posisi -
j. Tes transfer : mampu duduk,berdiri dan berjalan serta berlari. Pada saat duduk
anak kecendrungan mencari snadaran .
k. Tes ADL: sulit memakai baju,tidak bisa menulis,tidak bisa melakukan aktivitas
makan mandiri
l. Kognitif, intrapersonal, dan interpersonal

Kognitif : Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tidak berkembang (dan
tidak ada usaha untuk, mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa
bicara.Jika bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi.Sering
menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-diulang. Cara bermain kurang variatif,
kurang imajinatif dan kurang bisa meniru.

Intrapersonal : Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas
dan berlebih-lebihan,Terpaku pada suatu gerakan yang ritualistik yang tidak ada
gunanya, Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang, Seringkali sangat
terpukau pada bagian-bagian benda.

Interpersonal : Tidak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai;


kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik yang kurang
tertuju,Tidak bisa bermain dengan teman sebaya,Tidak dapat merasakan apa yang
dirasakan orang lain, Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.
C. Diagnosis Fisioterapi
Ganguan fungsional aktivitas e.c autis sejak usia 3 tahun.
D. Problematik FT
- adanya kelemahan otot
- gangguan fokus
-gangguan keiseimbangan
- gangguan koordinasi
- ADL terganggu
E. Program Rencana Tindakan Fisioterapi :
1. tujuan jangka panjang :
Memperbaiki ADL
2. Tujuan jangka pendek :
- menambah kekuatan otot
- memeperbaiki kefokusan
- memperbaiki keseimbangan

F. Intervensi Fisioterapi
Problematik Modalitas Dosis
Gangguan kelemahan Stregthening F: 3Xseminggu
otot I: 3X repitisi
Teknik : bermain
melempar dan menangkap
bola ,berenang
T: semampu anak

Gangguan koordinasi Bermain F: 3X seminggu


I : 3X repitisi
T : meletakkan benda
sesuai dgn
tempatnya,menggambar
dikertas
T : semampu anak
Gangguan fokus Bermain F: 3x seminggu
I: 3x repitisi
T: memfokuskan mata anak
dengan mainan
T : semampu anak
Gangguan keseimbangan Standing position F: 3x seminggu
I : 3 X repitisi
T: berdiri mandiri
T : sesuai kemampuan anak

ADL Terganggu Bermain F : 3X seminggu


I: 5X repitisi
T : Makan mandiri dan
memakai pakaian dan cuci
tangan .
T: sesuai kemampuan anak

G. Prognosis
Quo ad vitam :
Quo ad sanam : dubia ad sanam
Quo ad fungsionam: bonam
Quo ad Cosmaticam : bonam

H. Evaluasi
1) Evaluasi sesaat
-terjadi peningkatan sedikit kekuatan otot
2) Evaluasi berkala

I.Hasil terapi akhir

J. Home program
- gunakan kata-kata yang sederhana
- selalu menyebut nama anak saat menyebutnya bicara
- manfaat bahasa tubuh untuk memperjelas maksud anda
- latihan untuk memperlancar latihan makan,minum,menggambar dikertas
,memakai baju,bermain ayunan.
-

Anda mungkin juga menyukai