Anda di halaman 1dari 49

BAB II

PENGKAJIAN

A. PROFIL RUANGAN
Ruang Melati Timur merupakan salah satu ruang rawat inap di
RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen yang memberikan pelayanan untuk
perawtan pasien khusus penyakit dalam. Ruang Melati Timur terdiri dari
kelas III yang terdiri dari 6 ruangan dengan 4 tempat tidur. Ruang Melati
Timur merupakan salah satu ruang perawatan di RSUD DrSoehadi
Prijonegoro yang memberikan perawatan bagi pasien laki-laki dan
perempuan yang lebih dari 14 tahun. Ruang Melati Timur merupakan ruang
rawat inap dengan kasus dalam.
Terdapat beberapa ruangan yang terdapat di bangsal Melati Timur,
seperti: Nurse Station yang digunakan sebagai pusat pelayanan pasien, 1
ruang Kepala Ruang, 1 ruang dokter dan 1 ruang yang di gunakan untuk
penyimpanan obat dan alat.
Ruang Melati Timur terletak di lantai 4 gedung baru di sebelah
utara berbatasan dengan ruang Tunggu, sebelah timur berbatasan dengan
ruang Tulip. Batas Ruang Mawar disebelah Selatan berbatasan dengan jalan
keluar masuk pasien, sedangkan di sebelah Barat berbatasan dengan ruang
Melati Barat.

B. INPUT
1. Man
a. Tenaga Kesehatan
Dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang
dimaksud tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan, memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
memerlukan kewenangan dalam menjalankan pelayanan kesehatan.
Menurut undang-undang nomor 36 tahun 2014 tentang
tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam

1
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
keseahtan. Dalam undang-undang tersebut tenaga kesehatan salah
satunya adalah tenaga keperawatan yaitu perawat.
Berikut ini adalah tabel nama, jabatan, pendidikan, masa
kerja, dan pelatihan mengenai tenaga perawat dan tenaga
administrasi Ruang Melati Timur RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen.
Tabel 2.1 Ketenagaan Perawat dan administrasi Ruang Melati
Timur
No Nama Perawat Jabatan Pendidik Masa Kerja
an
Terakhir
G. Anik Susanti Kepala Ruang SkepNs
Rudi Atmono Kepala Tim 1 SkepNs
Wahyu Rini Kepala Ruang SkepNs
Ekawati 11
Tri Mugiyanti Perawat AMK
Pelaksana
Emi Novitasari Perawat SkepNs
Pelaksana
Joko Sunanto Perawat AMK
Pelaksana
Putri Rahayu Perawat AMK
Pelaksana
Woko Perawat Skep
Lestariyanto Pelaksana
Yeni Ferida Perawat AMK
Pelaksana
Arum Uswatun Perawat AMK
Pelaksana
Sri Widati Perawat SkepNs
Pelaksana

2
Vera Perawat AMK
Kusumawati Pelaksana
Riyanto Perawat AMK
Pelaksana
Dwi Retnowati Perawat SkepNs
Pelaksana
Suryadi Hadi Perawat AMK
Pelaksana
Dhiya Ulfa Perawat AMK
Pelaksana
Supadmadi Administrasi SE
Sumber: Daftar Dinas Ruang Melati Timur
Berdasarkan data atau tabel diatas jumlah ketenagaan
perawat sebanyak
Standar pendidikan untuk perawatan profesional adalah S-
1 Keperawatan dan harus Ners. Dalam hubunganya dengan
penerapan pelayanan keperawatan serta meningkatan pendidikan
formal setara S1 dan pelatihan- pelatihan yang sesuai dengan
kasus-kasus yang dirawat di Ruang Melati Timur Kualifikasi
tenaga perawat di Ruang Melati Timur menurut kualifikasi
pendidikan formal adalah sudah memenuhi pola ketenagaan yang
ditetapkan oleh rumah sakit yakni dengan pendidikan minimal DIII
Keperawatan.
Sedangkan untuk tenaga administrasi, berdasarkan data
diatas, pendidikan tenaga administrasi di Ruang Melati Timur
berjumlah 1 karyawan, yang berpendidikan. Petugas administrasi
bertugas bertanggungjawab mengatur, mengurus administrasi yang
berada di Ruang Melati Timur yaitu pasien masuk, pasien keluar,
billing system computer, bon kebutuhan ruangan dan segala
administrasi di Ruang Melati Timur.
b. Program pengembangan kinerja staf
Tenaga keperawatan yang berkualitas mempunyai sikap
profesional dan dapat menunjang pembangunan kesehatan, hal
3
tersebut memberi dampak langsung pada mutu pelayanan di rumah
sakit sehingga pelayanan yang diberikan akan berkualitas dan dapat
memberikan kepuasan pada pasien sebagai penerima pelayanan
maupun perawat sebagai pemberi pelayanan. Pemberdayaan
sumber daya manusia mulai dari proses rekruitmen, seleksi dan
penenpatan, pembinaan serta pengembangan karir harus dikelola
dengan baik, agar dapat memaksimalkan pendayagunaan tenaga
perawat dan memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
Untuk dapat mewujudkan tercapainya pelayanan yang
berkualitas diperlukan adanya tenaga keperawatan yang
profesional, memiliki kemampuan intelektual, tehnikal dan
interpersonal, bekerja berdasarkan standar praktek, memperhatikan
kaidah etik dan moral (Hamid, 2009). Pada kenyataannya saat ini
tenaga perawat yang ada dilapangan masih belum memenuhi
standar. Pelayanan keperawatan yang berkualitas sangat
dipengaruhi oleh faktor balas jasa yang adil dan layak, penempatan
yang tepat sesuai dengan keahliannya, berat ringannya pekerjaan
dan sifat pekerjaan yang monoton, suasana dan lingkungan
pekerjaan, peralatan yang menunjang, serta sikap pimpinan atau
supervisor dalam memberikan bimbingan dan pembinaan.
Pengembangan karir perawat merupakan suatu
perencanaan dan penerapan rencana karir dapat digunakan untuk
penempatan perawat pada jenjang yang sesuai dengan keahliannya,
serta menyediakan kesempatan yang lebih baik sesuai dengan
kemampuan dan potensi perawat. Hal ini akan meningkatkan
kualitas kerja perawat, ia akan berusaha mengontrol karirnya dan
memilih karir yang lebih baik sehingga ia terus berprestasi dan
memperoleh kepuasan kerja (Marquis & Huston, 2009).
Sehubungan dengan hal tersebut manajemen rumah sakit harus
berusaha mencitakan kepuasan kerja sebaik-baiknya supaya moral

4
kerja, dedikasi, kecintaan dan disiplin perawat meningkat serta
mendukung terwujudnya rumah sakit (Hasibuan, 2009).
Program pengembangan kinerja staf dilakukan di ruang
Melati Timur dilakukan dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan
baik yang dilakukan di RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen
maupun di tempat lain.

Tabel 2.2 Pelatihan Yang Diikuti Perawat Ruang Melati


Timur
No Nama Jabatan Pendidik Mas Pelatihan
Perawat an a
Terakhir Ker
ja
1. G. Anik Kepala SkepNs 1. Pelatihan
PPGD
Susanti Ruang
2.
2. Rudi Kepala SkepNs
Atmono Tim 1
Wahyu Kepala SkepNs
Rini Ruang 11
Ekawati
Tri Perawat AMK
Mugiyanti Pelaksana
Emi Perawat SkepNs
Novitasari Pelaksana
Joko Perawat AMK
Sunanto Pelaksana
Putri Perawat AMK
Rahayu Pelaksana
Woko Perawat Skep
Lestariya Pelaksana
nto
Yeni Perawat AMK
Ferida Pelaksana
Arum Perawat AMK
Uswatun Pelaksana
Sri Widati Perawat SkepNs
Pelaksana
Vera Perawat AMK

5
Kusumaw Pelaksana
ati
Riyanto Perawat AMK
Pelaksana
Dwi Perawat SkepNs 1.
Retnowati Pelaksana
Suryadi Perawat AMK
Hadi Pelaksana
Dhiya Perawat AMK
Ulfa Pelaksana
Supadma Administr SE
di asi
Sumber: Daftar Maping Perawat Ruang Melati Timur 2018
Berdasarkan Tabel 2.2 didapatkan Pelatihan dan workshop
yang diperuntukan untuk perawat di ruangan merupakan ujung
tombak pelayanan. Dengan harapan adanya peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan dalam pelatihan dan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia (tenaga kesehatan). Pelatihan yang
sudah diikuti oleh seluruh perawat di Ruang Melati Timur dengan
persentase 100% adalah
Sebagian besar pelatihan yang dapat diikuti oleh perawat
dibiayai oleh pihak rumah sakit. Sehingga diharapkan semua
perawat dapat lebih aktif dan banyak mengikuti pelatihan-pelatihan
guna meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien.
Pelatihan dan workshop yang diperuntukan untuk perawat di
ruangan merupakan ujung tombak pelayanan. Dengan harapan
adanya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dalam pelatihan
dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (tenaga
kesehatan).
c. Kasus yang sering ditemukan
Lima besar penyakit yang terdapat diruang Melati Timur
dalam 4 bulan terakhir ini yaitu dari bulan Januari 2018 – April
2018 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.3

6
Lima Besar Penyakit Di Ruang Melati Timur RSUD Dr. Soehadi
Prijonegoro Januari 2018 – April 2018
No Jenis Penyakit Jumlah Presenta
1. Chronic Kidney 42
Pasien se
2. Anemia 37
3. Diabetes Melitus 33
4. Malena 31
5. Gastritis 28
Jumlah 171
Sumber: Rekam Medik RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro
Analisa:
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari pengkajian
ditemukan bahwa selama Januari 2018 – April 2018 ada 5 kasus
terbanyak. Kasus-kasus penyakit yang menempati 5 besar penyakit
yang sering muncul di Ruang Melati Timur adalah CKD sebanyak
42 pasien, Anemia sebanyak 37 pasien, Diabetes Melitus sebanyak
33 pasien, Malena sebanyak 31 pasien, Gastritis sebanyak 28
pasien. Berdasarkan data lima besar penyakit yang terdapat di
Ruang Melati Timur, diketahui kasus penyakit terbanyak adalah
pasien dengan CKD sebanyak 42 pasien.
Berdasarkan data lima besar penyakit yang terdapat di
Ruang Melati Timur, diketahui kasus penyakit terbanyak adalah
pasien dengan Penentuan 5 besar kasus ini, seharusnya dibuatkan
rekapitulasi setiap tahunnya dan dapat digunakan sebagai dasar
dalam membuat Standar Asuhan Keperawatan dan acuan untuk
perencanaan peningkatan pengetahuan serta keterampilan perawat
yang spesifik serta pelatihan pemberian asuhan keperawatan yang
berkualitas.
Penentuan lima besar penyakit yang telah kami lakukan ini
tidak mutlak menjadi tolak ukur untuk membuat standar asuhan
keperawatan, karena data yang kami gunakan hanya dalam jangka
waktu perawatan 3 bulan terakhir.
Dengan adanya lima besar penyakit yang banyak terjadi di
Ruang Melati Timur yang kami analisa dari data rekam medik
selama 3 bulan terakhir, perawat perlu mengetahui dan memahami
7
konsep 5 besar penyakit melalui pembuatan Satuan Asuhan
Keperawatan (SAK) dari masing-masing penyakit tersebut. SAK
yang ada di ruang Melati Timur sudah lengkap dan baru saja
diterbitkan tahun 2016 yang lalu.
d. Jumlah pasien
Distribusi Jumlah Pasien Di Ruang Melati Timur RSUD DrSoehadi
Prijonegoro dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.4 Jumlah Pasien Di Ruang Melati Timur RSUD Dr.
Soehadi Prijonegoro
No Bulan Hid Mening Ruj Juml Juml Juml Has
up gal uk ah ah ah il
Pasie Lam TT BO
n a R
Januar 107 11 4 124 928 33
i
Febru 94 15 5 110 836 33
ari
Maret 96 15 4 115 806 33
April 98 13 7 113 870 33
Jumla 395 54 20 462 3440 132
h
Sumber: Rekam Medik RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro
Analisa:
Berdasarkan tabel 2.4 menunjukkan bahwa pasien di
Ruang Melati Timur, persentase BOR terbesar yaitu
e. Tingkat ketergantungan pasien
Tingkat ketergantungan pasien selama pengkajian yaitu:
Klasifikasi pasien
Waktu
Pagi Siang Malam
Klasifikasi
Minimal 60 x 0,17 60 x 0,14 60 x 0,10
Parsial 57 x 0,27 57 x 0,15 57 x 0,07
Total 9 x 0,36 9 x 0,30 9 x 0,20
Jumlah 28,83/3 = 19,65/3= 11,79/3 =
9,61 6,55 3,93
f. Kebutuhan perawat
8
Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan
perencanaan dalam hal menentukan berapa banyak tenaga yang
dibutuhkan dalam hal menentukan berapa banyak tenaga yang
dibutuhkan dalam suatu ruangan dan kriteria tenaga yang dipakai
untuk suatu ruangan tiap shiftnya.
Berikut ini adalah cara perhitungan tenaga perawat:
1) Menurut Douglas
Penghitungan jumlah tenaga keperawatan dihitung berdasarkan
tigkat ketergantungan untuk untuk setiap shift pasien dan hasil
keseluruhan ditambah sepertiga (1/3). Kebutuhan tenaga
perawat berdasarkan klasifikasi tingkat tergantung untuk tiap
shift jaga seperti pada tabel berikut:
Tabel 2.5 Klasifikasi Ketergantungan Pasien

KLASIFIKASI PASIEN

MINIMAL PARTIAL TOTAL


Pagi Sian Mala Pagi Sian Mala Pagi Sian Mala
g m g m g m
0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,38 0,30 0,20
0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
Perhitungan Kebutuhan menurut Douglas (1997) jumlah
tenaga perawat yang dibutuhkan di ruang Melati Timur adalah
seperti tergambar pada tabel berikut:
Apabila kapasitas bed terisi penuh (33 kamar)

Klasifikasi 15 Mei 2018 16 Mei 2018 17 Mei 2018

P S M P S M P S M

Minimal 0,17 x 0,14 x 0,07 x 0,17 x 0,14 x 0,07 x 0,17 x 0,14 x 0,07 x
32 32 32 32 32 19 32 32 32
Intermediet 0,27 x 0,15 x 0,10 x 0,27 x 0,15 x 0,10 x 0,27 x 0,15 x 0,10 x
10 10 10 10 10 10 10 10 10
Maksimal 0,36 x 0,30 x 0,20 x 0,36 x 0,30 x 0,20 x 0,36 x 0,30 x 0,20 x
0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 8,14 5,98 3,24 8,14 5,98 3,24 8,14 5,98 3,24

Menurut perhitungan Douglas, jumlah perawat yang


dibutuhkan adalah di Ruang Melati Timur adalah:

9
a) Tanggal 15 Mei 2018 = Pagi: 8,14=9, Siang: 6,4=7,
Malam: 3,24=4.
b) Tanggal 16 Mei 2018 = Pagi: 8,14=9, Siang: 6,4=7,
Malam: 3,24=4.
c) Tanggal 17 Mei 2018 = Pagi: 8,14=9, Siang: 6,4=7,
Malam: 3,24=4.
Jumlah rata perawat yang dibutuhkan = 9 + 7 + 4 = 20 orang/
perawat. Perawat yang libur atau cuti 1/3 x 20 = 6,6 = 7
perawat. Perhitungan ini belum termasuk kepala ruang. Bila
dihitung secara keseluruhan, maka jumlah perawat yang
dibutuhkan adalah 20+7+1=28 perawat.
2) Menurut Gillies

Jumlah ketenagakerjaan yang dibutuhkan (x) di ruang rawat


dapat dilihat dari aspek kapasitas ruangan, BOR, jumlah jam
efektif perawatan dan hari libur perawat dalam satu tahun
dengan rumus:

(X) = (BOR x TT) x jam efektif x hari dalam 1 tahun


(hari dalam 1 tahun – hari libur) x 7

Sedangkan untuk menentukan jam efektif perawatan secara


khusus dapat dikategorikan sebagai berikut:
a) Minimal care membutuhkan waktu 1-2 jam/24 jam.
b) Parsial care membutuhkan waktu 3-4 jam/ 24 jam.
c) Total care membutuhkan waktu 5-6 jam/ 24 jam.
Berikut ini adalah persentase BOR ruang Melati Timur RSUD
Dr. Soehadi Prijonegoro periode bulan Januari 2018 -April
2018
Menurut Gillis (2002) jumlah tenaga perawat yang
dibutuhkan di ruang Melati Timur sebagai berikut:
Tenaga perawat = A x B x 365
10
C x Jumlah Jam Kerja/hari
Keterangan:
Apabila BOR: 91,85 % tahun 2018 (3 bulan) Jam kerja efektif
= 6,5 jam
i. : Jam perawatan efektif per 24 jam = 3,5 jam.
ii. : BOR x jumlah tempat tidur (35) = 91,85 %x
42=38,57.
iii. : Jumlah hari kerja efektif 365-71 (jumlah libur
dalam 1 tahun) – 12 (Cuti dalam 1 tahun) = 282 hari.
Jadi jumlah tenaga perawat:
= A x B x 365
C x jumlah jam kerja/hari
= 3,5x35,87 x365
282x6,5 jam
= 45.823,9
1833
= 24,9
= 25 perawat.
3) Depkes

Menurut Depkes (2002), jumlah perawat yang dibutuhkan di


ruang Melati Timur adalah sebagai berikut: Jumlah tenaga
keperawatan yang diperlukan

Jumlah jam perawatan di ruangan / hari Jam kerja efektif perawat

Klasifikasi pasien:
a) Perawatan minimal : 60 x 2 = 120 jam
b) Perawatan intermediet: 57 x 3 = 171 jam
c) Perawatan agak berat : 9 x 4 = 36 jam
d) Perawatan berat :0x6 = 0 jam
= 327 jam.

11
Jumlah tenaga keperawatan yang bertugas:
= jumlah jam perawatan di ruangan perhari Jam kerja perawat
per shift
= 327: 7
= 46,7/3
= 15,56.

Jumlah tenaga keperawatan yang libur (loss day)


B = å hari minggu/tahun+hari cuti+å hari libur x A

å hari kerja efektif B = (52 + 12 +18) x 15,56)


365 - (52 + 12 +18)
B = 1275,9
283
B = 4,5.

Tugas non keperawatan


C = (A+B) x 25%
C = (15,56 + 4,5) x 25 %
C = 5,02
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan menurut
Depkes (2002) adalah
=A+B+C
= 15,56 + 4,5 + 5,02
= 25,08
= 26 perawat.
Dari perhitungan di atas jumlah tenaga keperawatan yang
dibutuhkan adalah 26 orang ditambah 1 kepala ruang, jadi
jumlah perawat yang dibutuhkan sebanyak 27 perawat.

4) Perhitungan Metode Thailand Dan Filipina.


12
Menurut Metode Thailand Filipina, jumlah perawat yang
dibutuhkan di Ruang Melati Timur adalah sebagai berikut:

(jumlah jam perawatan x 52 minggu x 7 hari x jumlah TT x BOR) + koreksi 25%


(41 jumlah minggu efektif x 40 jam)

(3,5 x 52 x 7 x 42 x 91,85) + koreksi 25%


(41 x 40)
Jadi jumlah tenaga perawat
= 29,8 (dibulatkan 30) + 8
= 38.

(4900262) + koreksi 25%


(1640)

Analisa:

Perhitungan tenaga perawat berdasarkan teori


mendapatkan hasil yang berbeda yaitu

Tabel 2.6
Hasil perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan di Ruang
Melati Timur RSUD DrSoehadi Prijonegoro
No Metode Hasil Jumlah Perawat Keterangan
1 Douglas 28 16 Kurang 12
2 Gillies 25 16 Kurang 9
3 Depkes 27 16 Kurang 11
4 Thailand dan Filipina 38 16 Kurang 22

13
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah tenaga
perawat di ruang Melati Timur masih kurang. Di RSUD Dr.
Soehadi Prijonegoro menggunakan metode Thailand dan
Fhilipina untuk perhitungan tenaga perawat.

2. Money / Sumber Dana


a. Sumber pemasukan.
Di ruang Melati Timur input pengelolan keuangan di kelola 1 pintu
yaitu keuangan RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro, sedangkan untuk
kebutuhan sarpras dengan sistem mengajukan bon / droping.
b. Pengeluaran
Menyesuaikan kebutuhan di ruangan.

c. Sistem evaluasi anggaran


Karena tidak ada pengelolaan keuangan di ruangan ,maka tidak ada
evaluasi Anggaran.
d. Kendala anggaran
Tidak ada
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) adalah unit kerja
atau SKPD pemerintah daerah yang paling banyak diubah statusnya
menjadi BLUD (Badan Layanan Umum Daerah). Karakter RSUD
memang sangat cocok dengan status BLUD, misalnya (1)
memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat; (2) menarik
bayaran atas jasa yang diberikannya; (3) memiliki “lingkungan
persaingan” yang berbeda dengan SKPD biasa; (4) pendapatan
yang diperoleh dari jasa yang diberikannya cukup signifikan; dan
(5) adanya “spesialisasi” dalam hal keahlian karyawannya.
Pengelolaan keuangan di ruang Melati Timur diatur oleh
petugas administrasi Ruangan Melati Timur, Tidak ada dana
tambahan atau dana sosial dari luar ruangan ataupun dalam
14
ruangan. Pengelolaan keuangan di Ruang Melati Timur diatur
sepenuhnya secara sentral oleh Bidang keuangan RSUD DrSoehadi
Prijonegoro.
3. Methods
a. Pelaksanaan timbang terima
Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara
untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima pasien harus
dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat,
jelas, dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang sudah dilakukan / belum dan perkembangan
pasien saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer
keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas
sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan (Nursalam, 2014).
Tabel 2.7
Tahapan Timbang Terima
TEMPA PELAKSAN
TAHAP KEGIATAN WAKTU
T A
Persiapan 1. Timbang terima 5 menit Ners PN dan AN

dilaksanakan setiap station

pergantian shift /

operan.

2. Prinsip timbang

terima, semua

pasien baru masuk

dan pasien yang

15
dilakukan timbang

terima khususnya

pasien yang

memiliki

permasalahan yang

belum/ dapat

teratasi serta yang

membutuhkan

observasi lebih

lanjut.

3. PP menyampaikan

timbang terima

pada PP

berikutnya, hal

yang perlu

disampaikan dalam

timbang terima:

a. Jumlah pasien

b. Identitas klien

dan diagnosa

medis
a. Data

(keluhan/
16
subjektif dan

objektif).

b. Masalah

keperawatan

yang masih

muncul.

c. Intervensi

keperawatan

yang sudah dan

belum

dilaksanakan

(secara umum).

d. Intervensi

kolaboratif dan

dependen.

e. Rencana

umum dan

persiapan yang

perlu dilakukan

dalam kegiatan

operatif,

pemeriksaan

17
laboratorium /

pemeriksaan.
TEMPA PELAK-
TAHAP KEGIATAN WAKTU
T SANA
Penunjang lainnya,

persiapan untuk

konsultasi atau untuk

prosedur yang tidak

rutin dilaksanakan.

Prosedur rutin yang

biasa dijalankan

tidak perlu

dilaporkan.
Pelaksanan 1. Kedua 20 Ners KARU, PP
menit dan PA
kelompok dinas station

sudah siap (shift

jaga).

2. Kelompok

yang akan

bertugas

menyiapkan buku

catatan.

3. Kepala ruang

18
membuka acara

timbang terima.

4. Perawat yang

melakukan

timbang terima

dapat melakukan

klarifikasi, tanya

jawab, dan

melakukan

validasi terhadap

hal-hal yang telah

ditimbang

terimakan dan

berhak

menanyakan

mengenai hal-hal

yang kurang jelas.

5. Kepala

ruangan / PP

menanyakan

kebutuhan dasar

pasien.

19
6. Penyampaian

yang jelas, singkat

dan padat.

7. Perawat yang

melaksanakan

timbang terima

mengkaji secara

penuh terhadap

masalah

keperawatan,

kebutuhan, dan

tindakan yang

telah atau belum

dilaksanakan serta

hal-hal penting

lainnya selama

masa perawatan.

8. Hal-hal yang

bersifat khusus

dan memerlukan.
TAHAP KEGIATAN WAKT TEMPA PELAKSA
U NA
T
1. Perincian

20
yang matang

sebaiknya dicatat

secara khusus

untuk kemudian

diserah terimakan

kepada petugas

berikutnya.

2. Lama

timbang terima

untuk tiap pasien

tidak lebih dari 5

menit kecuali

pada kondisi

khusus dan

memerlukan

keterangan yang

rumit.
Penutup 1 Diskusi. 5 menit Ners KARU, PP
dan PA
station
2 Pelaporan

untuk timbang

terima dituliskan

secara langsung

pada format
21
timbang terima

yang

ditandatangani

oleh PP yang jaga

saat itu dan PP

yang jaga

berikutnya

diketahui oleh

kepala ruang.

3 Ditutup oleh

kepala ruang.

BaganPASIEN
2.3
Alur Timbang Terima
DIAGNOSA MEDIS MASALAH KOLABORATIF DIAGNOSA KEPERAWATAN

RENCANA TINDAKAN

YANG TELAH DILAKUKAN YANG AKAN DILAKUKAN

PERKEMBANGAN KEADAAN PASIEN

22
MASALAH :
TERATASI
BELUM TERATASI
TERATASI SEBAGIAN
BARU
Gambar 2.4 Gambar Timbang Terima Pasien
Pelaksanaan timbang terima pasien di ruang Melati Timur
dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat dapat
mengetahui perkembangan pasien. Komunikasi antar perawat
berjalan dengan baik.
b. Metode penugasan
Metode pemberian asuhan keperawatan MAKP
merupakan penataan struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan
keperawatan. Agar implementasi MAKP memberikan dampak yang
lebih optimal, perlu disertai dengan implementasi substansi
keilmuan keperawatan. Pada MAKP diuji coba ilmu dan teknologi
keperawatan karena sudah ada sistem yang tepat untuk
menerapkannya. Di ruang Melati Timur dalam memberikan askep
dilakukan oleh team.
c. Alur penerimaan pasien
Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam
menerima kedatangan pasien baru pada suatu ruangan. Dalam
penerimaan pasien baru disampaikan beberapa hal mengenai
orientasi ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib ruangan.

23
Tujuan penerimaan pasien baru:
1) Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan
hangat dan terapeutik.
2) Meningkatkan komunikasi antara perawat dengan klien.
3) Mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umum.
4) Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat masuk Rumah
Sakit.
Pelaksaan alur penerimaan pasien di ruang Melati Timur yaitu:
1) Tahap pra penerimaan pasien baru.
a) Menyiapkan kelengkapan administrasi.
b) Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan.
c) Menyiapkan format penerimaan pasien baru.
d) Menyiapkan format pengkajian.
e) Menyiapkan informed consent sentralisasi /
pengelolaan obat.
f) Menyiapkan nursing kit.
g) Menyiapkan lembar tata tertib pasien dan
pengunjung ruangan.
h) Menyiapkan lembar hak dan kewajiban pasien.
24
i) Menyiapkan kartu penunggu.
2) Tahap pelaksanaan penerimaan pasien baru.
a) Pasien datang di ruangan diterima oleh kepala
ruangan/ KaTim / perawat yang diberi delegasi.
b) Perawat memperkenalkan diri kepada klien dan
keluarganya.
c) Perawat menunjukkan kamar/ tempat tidur klien dan
mengantar ke tempat yang telah ditetapkan.
d) Perawat bersama karyawan lain memindahkan
pasien ke tempat tidur (apabila pasien datang dengan
branchard/ kursi roda) dan berikan posisi yang nyaman.
e) Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien
sesuai dengan format.
f) Perkenalkan pasien baru dengan pasien baru
yang sekamar.
g) Setelah pasien tenang dan situasi sudah
memungkinkan perawat memberikan informasi kepada
klien dan keluarga tentang orientasi ruangan, perawatan
(termasuk perawat yang bertanggung jawab dan
sentralisasi obat), medis (dokter yang bertanggung jawab
dan jadwal visite), dan tata tertib ruangan.
h) Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan
informasi yang telah disampaikan.
i) Apabila pasien atau keluarga sudah jelas,
maka diminta untuk menandatangani informed concent
sentralisasi obat.
j) Perawat menyerahkan kepada pasien lembar
kuesioner tingkat kepuasan pasien.
Pelaksanaan orientasi alur pasien baru di ruang Melati Timur yaitu:
1) Pelaksanaan secara efektif dan efisien.

25
2) Dilakukan oleh kepala ruangan atau Katim atau perawat
assosiate yang telah diberi wewenang / delegasi.
3) Saat pelaksanaan tetap menjaga privasi klien.
4) Ajak pasien dan keluarga komunikasi yang baik dan
berikan sentuhan terapeutik.
Adapun peran perawat dalam penerimaan pasien baru di runag
Melati Timur yaitu:
1) Kepala ruangan
Menerima pasien baru.
2) Ketua Tim
a) Menyiapkan lembar penerimaan pasien baru.
b) Menandatangani lembar penerimaan pasien baru.
c) Melakukan pengkajian pada pasien baru.
d) Mengorientasikan klien pada ruangan.
e) Memberi penjelasan tentang perawat dan dokter
yang bertanggung jawab.
f) Memberikan penjelasan tentang sentralisasi obat
pada pasien.
g) Mendokumentasikan penerimaan pasien baru.
3) Perawat Pelaksana
Membantu KaTim dalam pelaksanaan penerimaan pasien baru.
d. Pendokumentasian asuhan keperawatan.
Di Indonesia, standar keperawatan disusun oleh Depkes yaitu:
1) Standar I pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan berisi tentang data anamnesis,
observasi yang paripurna dan lengkap serta dikumpulkan
secara terus, menerus tentang keadaan pasien untuk
menentukan asuhan keperawatan sehingga data keperawatan
harus bermanfaat bagi semua anggota tim. Data pengkajian

26
meliputi pengumpulan data, pengelompokan data, dan
perumusan masalah.
2) Standar II diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon pasien yang dirumuskan
berdasakan data status kesehatan pasien, dianalisis dan
dibandingkan dengan norma kehidupan pasien, dan
komponennya terdiri dari masalah penyebab dan gejala (PES)
bersifat aktual dan potensial dan dapat ditanggulangi perawat.
3) Standar III perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan
asuhan keperawatan dan rencana tindakan.
4) Standar IV Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang
ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan,
pencegahan dan pemulihan kesehatan dengan
mengikutsertakan keluarga.
5) Standar V Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodik, sistematis,
terencana untuk menilai perkembangan pasien.
6) Standar VI Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh
perawat selama pasien dirawat inap maupun rawat jalan yang
digunakan sebagai informasi, komunikasi dan laporan.
Dokumentasi dibuat setelah tindakan dilakukan. Sesuai dengan
pelaksanaan proses keperawatan setiap mencatat harus
mencantumkan inisial atau paraf atau nama perawat,
menggunakan formulir yang baku, dan disimpan sesuai
peraturan yang berlaku.

27
Standar keperawatan menurut Depkes RI meliputi :
a) Standar Pelayanan Keperawatan (SPK)
b) Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
Saat ini sedang dikembangkan persamaan penggunakan
bahasa standar dalam penentuan diagnosa keperawatan
berdasarkan NANDA (North American Nursing Diagnosa),
penetapan tujuan dengan NOC (Nursing Outcome
Clasification), dan rencana intervensi dengan NIC (Nursing
Intervention Clasification). Ruang perawatan mempunyai
prosedur tetap semua tindakan perawatan dan SAK (Standar
Asuhan Keperawatan) minimal 10 kasus terbanyak penyakit
yang ada di ruangan, diperlukan menentukan mutu,
kegiatan-kegiatan dan untuk menilai mutu, seberapa baik
kegiatan dikerjakan. Di ruang Melati Timur RSUD
DrSoehadi Prijonegoro pendokumentasian dilakukan di
status pasien,dan di lengkapi dengan buku bantu. Standar
Asuhan Keperawatan (SAK) di ruang rawat inap Melati
Timur RSUD DrSoehadi Prijonegoro.
Tabel 2.9 Standar Asuhan Keperawatan (SAK) 10 Besar
Penyakit Diruang Rawat Inap Melati Timur RSUD
Dr.Soehadi Prijonegoro Sragen.
No Standar Asuhan Keperawatan Juml
ah
1 Standar asuhan keperawatan CKD Stage 1
2 5Standar asuhan keperawatan Anemia 1
3 Standar asuhan keperawatan Diabetes 1
Melitus tidak tergantung insulin
4 Standar asuhan keperawatan Malena 1
5 Standar asuhan keperawatan Gastritis 1
6 Standar asuhan keperawatan Diabetes 1
Melitus dengan komplikasi
7 Standar asuhan keperawatan Dyspepsia 1
8 Standar asuhan keperawatan CRF 1
9 Standar asuhan keperawatan Demam / 1
Febris 28
10 Standar asuhan keperawatan Hipertensi 1
Analisa:
Di ruang rawat inap Melati Timur sudah memiliki SAK,
SAK yang telah dibuat telah menggunkan standar asuhan
keperawatan NANDA NIC-NOC yang lama sehingga perlu
adanya penambahan atau pembuatan SAK dengan
menggunakan standar asuhan keperawatan NANDA 2015
-2017 NIC-NOC. Dari 5 besar kasus, 5 besar yang muncul
selama 3 bulan terakhir ini terdapat SAK (Standar Asuhan
Keperawatan) sudah di miliki oleh ruang rawat inap Melati
Timur. Selain 5 penyakit terbanyak, ruang Melati Timur
juga dilengkapi SAK penyakit lainnya.
Berikut ini hasil dari penilaian pendokumentasian asuhan
keperawatan terhadap 10 rekam medis dari pasien di Ruang
Melati Timur. Hasil di dapatkan dari lembar observasi yang
berisikan 22 pertanyaan. Jawaban pada pertanyaan berupa
pilihan jawaban “ya” bernilai 1dan jawaban“tidak” bernilai
0. Pendokumentasian

Tabel 2.10 Hasil Penilaian Pendokumentasian Asuhan


Keperawatan Ruang Melati Timur RSUD Soehadi Prijonegoro
tanggal 2018
No D Y T
a
ft
1 Hasil pengkajian sesuai dengan pedoman 12 8
pengkajian
2 Data yang dicatat dikelompokkan 2 0
(bio-psiko-sosio- spiritual) 0
3 Pengkajian data mulai pasien masuk RS 10 10
sampai pulang
Presentase : 70
4 Diagnosa keperawatan berdasarkan
masalah yang telah dirumuskan
5 Diagnosa keperawatan bersifat aktual atau 1 6
6 potensial
Rumusan diagnosa keperawatan 14 4
7 mencerminkan
Rencana tindakan disusun berdasarkan 61
PE/PES 4
8 Diagnosa keperawatan disusun menurut 1 3
urutan prioritas 7
29
Presentase: 73
9 Rencana tindakan mengacu pada tujuan
dengan kalimat perintah, terinci dan jelas.
10 Penetapan rencana tindakan
menggambarkan keterlibatan pasien dan
11 Rencana tindakan menggambarkan kerja
sama dengan tim kesehatan lain
Presentase: 73,3
12 Semua tindakan keperawatan mengacu %
pada rencana perawatan
13 Respon pasien atas tindakan keperawatan
dicatat pada lembar evaluasi
14 Semua tindakan yang telah dilaksanakan
dicatat dengan ringkas dan jelas
Presentase: 53,3
15 Evaluasi tindakan mengacu pada tujuan 14 6
16 yang ditetapkan
Semua hasil evaluasi kepada pasien 12 8
Presentase : 65%
17 Catatan askep ditulis pada format yang 2 0
18 baku
Pencatatan ditulis dengan jelas dan 80 12
19 Perawat mencatat nama dan tanggal/jam 6 14
20 tindakan catatan keperawatan disimpan
Berkas
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Persentase 54/80x100= 67,
Presentase total: 70%+73%+73,3%+53,3%+65%+67,5%= 67,02
Kriteria:
Sangat Baik : 76 – 100%
Baik : 60 – 75 %
Cukup : 40 – 59 %
Kurang : < 40 %
Berdasarkan hasil dari penilaian di atas, didapatkan hasil
pada aspek pengkajian sebanyak 70% aspek. Hasil
pengkajian yang didapat bahwa pencatatan cukup lengkap
meskipun beberapa data yang belum lengkap seperti pada
pengkajian fisik dan memiliki banyk kekeurangna pada
rumasan masalah yang berdasarkan pada kesenjangan
antara kesehatan dan norma. Aspek Diagnosa keperawatan
memiliki sebanyak 73%. Hal observasi yang didapat bahwa
diagnosa yang tertulis sudah mencerminkan problem
etiologi, akan tetapi ada yang belum tersusun sesuai
30
prioritas dan perumusan diagnose keperawatan masih belum
sesuai dengan hasil masalah pengkajian pasien. Aspek
Intervensi, keperawatan memiliki hasil 73,33% hal ini
masuk kategori baik, karena pada perumusan perencanaan
perawat ditujukan untuk mengatasi masalah pasien dnegan
melibatkan kerja sama dengan tim kesehatan lain dan juga
pasien dan keluarga. Aspek implementasi keperawatan
memiliki sebanyak 53,3%, implementasi yang dilakukan
masih belum sesuai dengan rencana tindakan yang sudah
dibuat. Hasil observasi implementasi yang didapat adalah
perawat terkadang hanya menyamakan seperti catatan
sebelumnya, dan kurang mengacu pada rencana tindakan,
pelaksanaan komunikasi dengan pasien masih jarang
dilaksanakan dan TTV belum dilakukan secara terjadwal
setiap shift.
Pada aspek evaluasi keperawatan sebesar 65%.
dengan kategori baik. Pada aspek evaluasi keperawatan
perawat sudah mencatat evaluasi sesuai dengan SOAP tetapi
perawat terkadang tidak mencantumkan nama terang dan
hanya tanda tangan saja, pada aspek catatan keperawatan
perawat sebagian belum menuliskan catatan keperawatan
sesuai dengan yang sudah dilakukan dan setiap melakukan
tindakan/ kegiatan perawat terkadang belum ditulis dan
belum mencantumkan paraf/ nama jelas, serta tanggal dan
jam dilakukannya tindakan. Pada observasi diruangan,
pencatatan asuhan keperawatan menggunakan format baku
yang telah dibuat sesuai SPO RS. Penggunaan format askep
yang baku memang memudahkan pendokumentasian
kegiatan/ pencatatan perawat, akan tetapi hal ini memiliki
keterbatasan intervensi, sehingga adakalanya akan menjadi

31
tidak sesuai antara pencatatan dan tindakan yang
diharapkan.
e. Discharge planning
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis
dan sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang
dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan
kesehatan dan pelayanan social sebelum dan sesudah pulang.
Perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis agar tim
kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan
pasien melakukan perawatan mandiri di rumah. Perencanaan
pulang didapatkan dari proses interaksi ketika perawat professional,
pasien dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur
kontinuitas keperawatan. Perencanaan pulang diperlukan oleh
pasien dan harus berpusat pada masalh pasien, yaitu pencegahan,
terapeutik, rehabilitatif, serta perawatan rutin yang sebenarnya
(Nursalam, 2014).
Perencanaan pulang akan menghasilkan sebuah hubungan
yang terintegrasi yaitu antara perawatan yang diterima pada waktu
di rumah sakit dengan perawatan yang diberikan setelah pasien
pulang. Perawatan di rumah sakit akan bermakna jika dilanjutkan
dengan perawatan di rumah. Namun, sampai saat ini perencanaan
pulang bagi pasien yang dirawat belum optimal karena peran
perawat masih terbatas pada pelaksanaan kegiatan rutinitas saja,
yaitu hanya berupa informasi tentang jadwal kontrol ulang
(Nursalam, 2014).
Perencanaan pulang bertujuan :
1) Menyiapkan pasien dengan keluarga secara fisik, psikologis
dan social.
2) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
3) Meningkatkan perawtan yang berkelanjutan pada pasien.

32
4) Membantu rujukan pasien pada system pelayanan yang
lain.
5) Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan
keterampilan serta sikap dalam memperbaiki serta
mempertahankan status kesehatan pasien.
6) Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan
masyarakat.
Perencanaan pulang bertujuan membantu pasien dan
keluarga untuk dapat memahami permasalahan dan upaya
pencegahan yang harus ditempuh sehingga dapat mengurangi risiko
kambuh, serta menukar informasi antara pasien sebagai penerima
pelayanan dengan perawat dari pasien masuk sampai keluar rumah
sakit (Nursalam, 2014).
Prinsip-prinsip dalam perencanaan pulang antara lain:
1) Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang
sehingga nilai keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji
dan di evaluasi.
2) Kebutuhan dari pasien diidentifikasi lalu dikaitkan dengan
masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti,
sehingga kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat
segera diantisipasi.
3) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif karena
merupakan pelayanan multi disiplin dan setiap tim harus saling
bekerja sama.
4) Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang
disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga atau sumber daya
maupun fasilitas yang tersedia di masyarakat.
5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap system atau
tatanan pelayanan kesehatan.

33
Komponen perencanaan pulang terdiri atas:
1) Perawatan di rumah meliputi pemberian pengajaran atau
pendidikan kesehatan (health education) mengenai diet,
mobilisasi, waktu control dan tempat control pemberian
pelajaran disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan
keluaraga mengenai perawatan selama pasien di rumah nanti.
2) Obat-obat yang masih diminum dan jumlahnya, meliputi
dosis, cara pemberian dan waktu yang tepat minum obat.
3) Obat-obat yang dihentikan, karena meskipun ada obat-
obatan tersebut sudah tidak diminum lagi oleh pasien, obat-
obat tersebut tetap dibawah pulang pasien.
4) Hasil pemeriksaan, termasuk hasil pemeriksaan luar
sebelum MRS dan hasil pemeriksaan selama MRS, semua
diberikan ke pasien saat pulang.
5) Surat-surat seperti surat keterangan sakit, surat kontrol.
Faktor-faktor yang perlu dikaji dalam perencanaan pulang adalah:
1) Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit, terapi
dan perawatan yang diperlukan.
2) Kebutuhan psikologis dan hubungan interpersonal di dalam
keluarga.
3) Keinginan keluarga dan pasien menerima bantuan dan
kemampuan mereka memberikan asuhan.
4) Bantuan yang diperlukan pasien.
5) Pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari seperti
makan, minum, eliminasi, istirahat dan tidur, berpakaian,
kebersihan diri, keamanan dari bahaya, komunikasi,
keagamaan, rekreasi dan sekolah.
6) Sumber dan sistem pendukung yang ada di masyarakat.
7) Sumber finansial dan pekerjaan.

34
8) Fasilitas yang ada di rumah dan harapan pasien setelah
dirawat.
9) Kebutuhan perawatan dan supervisi di rumah.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien sebelum
pasien diperbolehkan pulang adalah sebagai berikut.
1) Pendidikan kesehatan:
Diharapkan bisa mengurangi angka kambuh atau komplikasi
dan meningkatkan pengetahuan pasien serta keluarga tentang
perawatan pasca rawat.
2) Program pulang bertahan:
Bertujuan untuk melatih pasien untuk kembali ke lingkungan
keluarga dan masyarakat. Program ini meliputi apa yang harus
dilakukan pasien di rumah sakit dan apa yang harus dilakukan
oleh keluarga.
3) Rujukan:
Integritas pelayan kesehatan harus mempunyai hubungan
langsung antara perawat komunitas atau praktik mandiri
perawat dengan rumah sakit sehingga dapat mengetahui
perkembangan pasien di rumah.
Pengetahuan tentang perawatan penyakitnya:
Jumlah pasien yang kurang pengetahuan x 100%
Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu
Perencanaan pasien pulang (discharge planning):
Jumlah pasien yang tidak dibuat pada periode tertentu x 100%
Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu
Berdasarkan hasil observasi di ruang Melati Timur
perawat menjelaskan tentang obat pasien dan menjelaskan surat
kontrol yang harus dibawah setiap kali periksa pada pasien yang
sudah dizinkan pulang, pada pasien yang pulang atas permintaan
sendiri tidak berikan obat dan surat kontrol. Sehingga pelaksanaan

35
discharge planning di ruang Melati Timur belum berjalan secara
optimal karena belum ada format khusus untuk discharge planning
untuk setiap diagnosa medis, yang tersedia discharge planning
secara umum yang dibawakan pasien pulang. Saat ini pasien hanya
diberi surat keterangan pulang dan surat kontrol saja.
f. Ronde keperawatan.
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh
perawat disamping melibatkan pasien untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh Primary Nurse dan atau Konselor, Kepala Ruangan,
Associate Nurse yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim
kesehatan.
Karakteristik:
1) Pasien dilibatkan secara langsung.
2) Pasien merupakan fokus kegiatan.
3) AN, PN, dan konselor melakukan diskusi bersama.
4) Konselor memfasilitasi kreativitas.
5) Konselor membantu mengembangkan kemampuan AN dan
PN dalam meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
Di ruang Melati Timur tidak dilakukan ronde keperawatan
karena masalah klasik saat ini keterbatasan tenaga perawat yang
ada di ruang Melati Timur dan saat ini belum ada kasus yang urgent
untuk dilakukan oleh perawat mengingat sampai saat ini tidak ada
masalah dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
g. Komunikasi efektif dan terapeutik
Perawat menjalankan peran yang membutuhkan interaksi
dengan berbagai anggota tim pelayanan kesehatan. Unsur yang
membentuk hubungan perawat klien juga dapat diterapkan dalam
hubungan sejawat, yang berfokus pada pembentukan lingkungan

36
kerja yang sehat dan mencapai tujuan tatanan klinis. Komunikasi
ini berfokus pada pembentukan tim, fasilitasi proses kelompok,
kolaborasi, konsultasi, delegasi, supervisi, kepemimpinan, dan
manajemen. Dibutuhkan banyak keterampilan komunikasi,
termasuk berbicara dalam presentasi, persuasi, pemecahan
masalah kelompok, pemberian tinjauan performa, dan penulisan
laporan. Didalam lingkungan kerja, perawat dan tim kesehatan
membutuhkan interaksi sosial dan terapeutik untuk membangun
kepercayaan dan meperkuat hubungan. Semua orang memilki
kebutuhan interpribadi akan penerimaan, keterlibatan, identitas,
privasi, kekuatan dan kontrol, serta perhatian. Perawat
membutuhkan persahabatan, dukungan, bimbingan, dan dorongan
dari pihak lain untuk mengatasi tekanan akibat stress pekerjaan
dan harus dapat menerapkan komunikasi yang baik dengan klien,
sejawat dan rekan kerja. (Potter & Perry, 2009).
1) Perawat dengan pasien
Perawat penting menggunakan komunikasi terapeutik
berguna dalam pelaksanaan keperawatan, sehingga dapat
mengetahui apa yang sedang dirasakan dan yang dibutuhkan
oleh pasien. Dan dengan komunikasi terapeutik yang
ditunjukkan dengan sikap yang hangat, tulus, dan penuh
perhatian dapat menimbulkan salingpercaya, saling
menghargai dan saling menghormati sehingga pasien dapat
menerima tingkat mutu pelayanan kesehatandengan penuh
pengertian dan kekecewaan pasien tidak timbul atau dapat
dihindarkan.
Hasil wawancara terhadap 20 orang pasien di ruang Melati
Timur RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro pada tanggal sampai
dengan 2018, 12 orang mengatakan komunikasi perawat baik,
5 orang mengatakan komunikasi perawat biasa saja dan 3
orang mengatakan komunikasi perawat kurang, hal ini dilihat

37
dari segi kualitasnya. Dan pasien mengatakan bahwa mereka
lebih tenang dan merasa lebih dekat pada perawat yang
menggunakan komunikasi baik, ramah. dan pasien
mengatakan masih adanya perawat yang judes, kurang ramah,
kurang perhatian, tidak cepat tanggap terhadap keluhan
pasien, tidak mengajak komunikasi saat tindakan (tidak
komunikatif), pasien mengharapkan agar perawat lebih
banyak berinteraksi dengan pasien, agar pasien lebih nyaman,
aman dan tenang.
1) Perawat dengan perawat
Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien
komunikasi antar tenaga kesehatan terutama sesama perawat
sangatlah penting. Kesinambungan informasi tentang klien
dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan
perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau
komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi
hubungan profesional, hubungan struktural dan hubungan
intrapersonal. Hubungan profesional antara perawat dengan
perawat merupakan hubungan yang terjadi karena adanya
hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam
memberikan pelayanan keperawatan.
Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi
berdasarkan jabatan atau struktur masing- masing perawat
dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan
tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Laporan perawat pelaksana tentang kondisi
klien kepada perawat primer, laporan perawat primer atau
ketua tim kepada kepala ruang tentang perkembangan kondisi
klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang kepada
perawat pelaksana merupakan contoh hubungan struktural.
38
Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan
hubungan yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya,
isi komunikasi dalam hubungan ini adalah hal- hal yang tidak
terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam
pelaksanaan tugas dan wewenangnya.
Hubungan komunikasi antara perawat dengan perawat di
ruang Melati Timur, yaitu telah adanya kesinambungan
informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah,
sedang dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikan
apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan
dengan baik.
2) Perawat dengan tenaga medis lainnya
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan
interaksi yang telah cukup lama dikenal ketika memberikan
bantuan kepada pasien. Perawat bekerja sama dangan dokter
dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di
lingkungan di mana kebanyakan asuhan keperawatan
bergantung pada instruksi medis. Perawat diruang perawatan
intensif dapat mengikuti standar prosedur yang telah
ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih
mandiri. Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi
dengan dokter.
Contoh. Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja
didiagnosa diabetes pulang kerumah, perawat dan dokter
bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga begaimana
perawatan diabetes di rumah.
Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat
terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu peran
perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV,
anamnesa, serta keluhan-keluhan dari pasien,dan data
penunjang seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat
mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien.

39
Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah
menggunakan istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut
untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi
kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat
berjalan dengan baik serta mencapai tujuan yang diinginkan.
Komuniaksi antara perawat dengan dokter dapat berjalan
dengan baik apabila dari kedua pihak dapat saling
berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas secara
individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga
medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan
bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan
keperawatan, dan perawat sendiri membutuhkan bantuan
dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta
memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua
itu dapat terwujud dengan baik berawal dari komunikasi yang
baik pula antara perawat dengan dokter.
Pelaksanaan komunikasi efektif diruang Melati Timur
terutama pelaksanaan SBAR pada saat laporan dengan
dengan dokter belum berjalan maksimal. Berdasarkan hasil
pengamatan beberapa perawat dalam mendokumentasikan
SBAR di catatan terintegrasi berbeda-beda antara perawat
satu dengan yang lain. Belum ada format bakunya.
h. Cara memperkenalkan ruangan kepada pelanggan
Cara memperkenalkan ruangan kepada pasien di ruang Melati
Timur sebagai berikut:
1) Pasien datang di ruangan diterima oleh kepala ruangan/
KaTim / perawat yang diberi delegasi.
2) Perawat memperkenalkan diri kepada klien dan
keluarganya.
3) Perawat menunjukkan kamar/ tempat tidur klien dan
mengantar ke tempat yang telah ditetapkan.

40
4) Perawat bersama karyawan lain memindahkan pasien ke
tempat tidur (apabila pasien datang dengan branchard / kursi
roda) dan berikan posisi yang nyaman.
5) Perawat melakukan pengkajian terhadap pasien sesuai
dengan format.
6) Perkenalkan pasien baru dengan pasien baru yang sekamar.
7) Setelah pasien tenang dan situasi sudah memungkinkan
perawat memberikan informasi kepada klien dan keluarga
tentang orientasi ruangan, perawatan (termasuk perawat yang
bertanggung jawab dan sentralisasi obat), medis (dokter yang
bertanggung jawab dan jadwal visite), dan tata tertib ruangan.
8) Perawat menanyakan kembali tentang kejelasan informasi
yang telah disampaikan.
9) Apabila pasien atau keluarga sudah jelas, maka diminta
untuk menandatangani informed concent sentralisasi obat.
10) Perawat menyerahkan kepada pasien lembar kuesioner
tingkat kepuasan pasien.
Hasil observasi di ruang Melati Timur pelaksanaan cara
memperkenalkan ruangan kepada pelanggan sudah berjalan dengan
baik.
i. Penjamin mutu.
Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu
terkait dengan struktur, proses, dan outcome sistem pelayanan RS
tersebut. Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari tingkat
pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan
dan tingkat efisiensi RS. Secara umum aspek penilaian meliputi
evaluasi, dokumen, instrumen, dan audit (EDIA) (Nursalam,
2014).
1) Aspek struktur (input)

41
Struktur adalah semua input untuk sistem pelayanan sebuah
RS yang meliputi M1 (tenaga), M2 (sarana prasarana), M3
(metode asuhan keperawatan), M4 (dana), M5 (pemasaran),
dan lainnya. Ada sebuah asumsi yang menyatakan bahwa jika
struktur sistem RS tertata dengan baik akan lebih menjamin
mutu pelayanan. Kualitas struktur RS diukur dari tingkat
kewajaran, kuantitas, biaya (efisiensi), dan mutu dari masing-
masing komponen struktur.
2) Proses
Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga
profesi lain yang mengadakan interaksi secara professional
dengan pasien. Interaksi ini diukur antara lain dalam bentuk
penilaian tentang penyakit pasien, penegakan diagnosis,
rencana tindakan pengobatan, indikasi tindakan, penanganan
penyakit, dan prosedur pengobatan.
3) Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan
tenaga profesi lain terhadap pasien yaitu :
a) Indikator-indikator mutu yang mengacu pada aspek
pelayanan meliputi :
(1) Angka infeksi nosocomial: 1-2%
(2) Angka kematian kasar: 3-4%
(3) Kematian pasca bedah: 1-2%
(4) Kematian ibu melahirkan: 1-2%
(5) Kematian bayi baru lahir: 20/1000
(6) NDR (Net Death Rate): 2,5%
(7) ADR (Anasthesia Death Rate) maksimal
1/5000
(8) PODR (Post Operation Death Rate): 1%
(9) POIR (Post Operative Infection Rate): 1%

42
b) Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat
efisiensi RS:
Biaya per unit untuk rawat jalan, Jumlah penderita yang
mengalami decubitus, Jumlah penderita yang mengalami
jatuh dari tempat tidur, BOR : 70-85%, BTO (Bed Turn
Over): 5-45 hari atau 40-50 kali per satu tempat
tidur/tahun, TOI (Turn Over Interval): 1-3 hari TT yang
kosong, LOS (Length of Stay): 7-10 hari (komplikasi,
infeksi nosocomial; gawat darurat; tingkat kontaminasi
dalam darah; tingkat kesalahan; dan kepuasan pasien),
Normal tissue removal rate: 10%.
c) Indikator mutu yang berkaitan dengan kepuasan
pasien dapat diukur dengan jumlah keluhan
pasien/keluarganya, surat pembaca dikoran, surat kaleng,
surat masuk di kotak saran, dan lainnya.
d) Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri atas:
Jumlah dan presentase kunjungan rawat jalan/inap
menurut jarak RS dengan asal pasien.
e) Jumlah pelayanan dan tindakan seperti jumlah
tindakan pembedahan dan jumlah kunjungan SMF
spesialis.
f) Indikator mutu yang mengacu pada
keselamatan pasien:
Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi, Pasien
diberi obat salah, Tidak ada obat/alat emergensi, Tidak ada
oksigen, Tidak ada suction (penyedot lendir), Tidak
tersedia alat pemadam kebakaran, Pemakaian obat,
Pemakaian air, listrik, gas, dan lainnya.

Hasil Analisa:

43
(1) BOR (pemakaian tempat tidur) di ruang Melati
Timur pada bulan 2018 adalah 83,2%. Dengan demikian
pemakaian tempat tidur normal menurut standar nasional
menurut Baber Johnson (75-85%)
(2) LOS (lama rata-rata hari perawatan) pasien di
Ruang Melati Timur adalah 5,59 hari. Hal ini
menunjukan bahwa lama rata-rata hari perawatan di
Ruang Melati Timur sudah memenuhi standar nasional
menurut Barber Johnson (3-12 hari).
(3) TOI (waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong) di
ruang Melati Timur adalah 1,33 Hal ini menunjukan
bahwa waktu kurang memenuhi standar nasional
menurut Depkes dan Barber Johnson yaitu (1-3 hari).
Semakin kecil angka TOI dapat memungkinkan
meningkatnya kejadian infeksi nosokomial di rumah
sakit. Untuk itu Departemen Kesehatan RI memberikan
standar ideal TOI adalah 1-3 hari (Sudra, 2010).
(4) BTO (frekuensi pemakaian tempat tidur) di ruang
Melati Timur adalah 7,2 pasien. Hal ini menunjukan
BTO sudah memenuhi standart menurut Depkes (5-45
pasien).
Di RSUD DrSoehadi Prijonegoro sistem penjaminan mutu
dilakukan oleh Pokja PMKP, pelaporan mutu pelayanan telah
dilakukan secara billing system dan dievaluasi setiap enam
bulan sekali.
j. Standar Operasional Prosedur (SPO)
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan, terdapat
beberapa SPO yang ada di ruang Melati Timur, antara lain adalah
sebagai berikut.

Tabel 2.10
44
SPO yang ada di Ruang Melati Timur RSUD DrSoehadi Prijonegoro
NO SPO
1 Memindahkan Pasien
2 Memindahkan Pasien dalam keadaan sesak nafas
3 Mengganti alat tenun kotor
4 Mencuci tangan
5 Mempersiapkan larutan desinfektan
6 Pembuatan Larutan Desinfektan Klorin 0,1% dan 0,5%
7 Pemberian obat melalui mata
8 Memandikan pasien ditempat tidur
9 Pengiriman set balutan
10 Merapikan tempat tidur
11 Mencuci rambut
12 Prosedur Tetap Pengajuan Pengamanan Rekam Medis Pasien
13 Informasi Petugas Ruang Rawat Inap kepada Pasien
14 Prosedur Tetap Pendelegasian Kasi Keperawatan
15 Prosedur Tetap Pendelegasian Kepala Ruang
16 Prosedur Tetap Pendelegasian Perawat Pelaksana
17 Perawat Jaga Untuk Mewakili Tugas Jaga Kepala Perawat Di
Luar Kerja
18 Tugas Jaga Untuk Mewakili Kepala Perawatan Diluar Jam
Kerja
19 Penunjukan Perawat Pengganti Dinas
20 Prosedur Tindakan Keperawatan Memasang Dower Kateter
21 Mengganti Alat Tenun Kotor Pada Tempat Tidur Tanpa
Memindahkan Klien
22 Menghitung Nadi
23 Menghitung Pernafasan
24 Mengukur Tekanan Darah
25 Mengukur Tinggi Badan
26 Menimbang Berat Badan
27 Mengukur suhu badan lewat rectal / anus
28 Mengukur suhu badan lewat ketiak
29 Memberikan dan menyiapkan infuse
30 Pemberian Obat lewat suntikan oleh mahasiswa praktikan
keperawatan / kebidanan
31 Pemenuhan kekurangan tabung oksigen dan manometer posisi
trendelenberg
32 Bilas lambung
33 Kualifikasi / persyaratan untuk penentuan jabatan staff
keperawatan
34 Posisi lithotomic
45
35 Posisis genu pectoral
36 Posisi fowler
37 Prosedur kerja tetap penanganan dan pengisian catatan medic
di ruang rawat inap
38 Prosedur tetap perawat pasien di isolasi
39 Penitipan pasien dari ruang perawatan yang penuh keruang
perawatan yang lain
40 Discharger planning keperawatan
41 Penanganan tindakan reaksi anaphilaktik
42 Pemberian oksigen
43 Pemberian suntikan subcutan
44 Analisa gas darah
45 Pengelolaan obat – obatan
46 Pemberian obat / resep
47 Pemberian obat melalui mata
48 Pemberian obat suntikan intramuscular
49 Pembuatan jadwal dinas keperawatan
50 Pengambilan darah vena
51 Menyiapkan dan memberikan infuse
52 Menganti balutan luka
53 Mengangkat jahitan luka
54 Menolong pasien BAB / BAK
55 Pembuatan angka kredit bagi perawat
56 Kualitas atau persyaratan untuk penentuan jabatan kasi
keperawatan ll
57 Kualitas atau persyaratan untuk penentuan jabatan kasi
keperawatan l
58 Perawat pengganti
59 Pemilihan kepala ruang
60 Permaslahan infus dengan cara vena secti
61 Pengambilan specimen cairan cerebrosipinal
62 Penghisapan sekresi trakea (suctioning)
63 Pemeriksaan EKG
64 penganti alat tenun kotor pada tempat tidur tanpa
memindahkan pasien
65 Memberikan nutrisi enternal melalui NGT
66 Memberikan nutrisi parenateral
67 Pelayanan rawat jalan
68 Informed consent
69 Pengukuran suhu parenteral
70 Fisioterapi dada
71 Prosedur peman dian jenazah secara islam
72 Penentuan pengambilan jenazah
46
73 Prosedur penitipan jenazah dari luar rumah sakit umum
sragen
74 Prosedur tetap terapi oksigen
75 ROM (Range Of Motion) ekstremitas atas
76 ROM (Range Of Motion) ekstremitas bawah
77 Pemasangan kateter wanita
78 Pemasangan kateter pria
79 Pemasangan NGT (Naso Gastric Tube)
80 Prosedur Nebulizer
Sumber: Buku Protap Ruang Melati Timur RSUD DrSoehadi
Prijonegoro 2016
Analisa:
Berdasarkan uraian diatas, ruang Melati Timur memiliki 80
SPO tentang tindakan keperawatan, tentang pemeliharaan alat,
pengoperasian alat-alat kesehatan, tentang farmasi, tentang rekam
medik. SPO yang ada sudah maksimal karena SPO yang ada di Ruang
Melati Timur diterbitkan tahun 2016. Untuk sosialisasi SPO dilakukan
sebelum SPO diberlakukan. Sosialisasi SPO dilakukan oleh masing-
masing bagian yang terkait

47
4. Materials
a. Denah Ruangan

RUANG KM KM KM K KM
NURSE M
STATION

RUANG K
DOKTER DAN M
COAS

KM KM
Gambar 2.4
Denah Ruang Melati Timur RSUD dr. Soehadi Prijonegoro

49

Anda mungkin juga menyukai