Anda di halaman 1dari 9

https://ejournal.unib.ac.id/index.

php/agroindustri
pISSN: 20885369 eISSN: 26139952
DOI :10.31186/jagroindustri.8.1.53-61

KARAKTERISASI KARBOKSIMETIL SELULOSA (CMC) DARI PELEPAH KELAPA


SAWIT

CHARACTERIZATION OF CARBOXYMETHYL CELLULOSE (CMC) OF PALM


MIDRIB

Devi Silsia*, Zulman Efendi dan Febri Timotius


Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
Jl WR. Supratman Bengkulu, 38123A, Indonesia
*Email korespondensi: devisilsia@unib.ac.id

Diterima 03-05-2018, Selesai Direview 23-05-2018, Diterbitkan 30-05-2018

ABSTRAK
Pelepah adalah salah satu limbah perkebunan sawit yang belum dimanfaatkan secara optimal. Kandungan
selulosa pelepah sawit yang cukup tinggi sangat potensial diubah menjadi karboksimetil selulosa. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui karakteristik karboksimetil selulosa yang dihasilkan dari berbagai konsentrasi asam
trikloroasetat dan waktu reaksi. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu
konsentrasi asam trikloroasetat (10%,20% dan 30%) dan waktu reaksi (3 jam dan 4 jam). Sintesis Karboksimetil
selulosa pada penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu alkalisasi, karboksimetilasi dan pemurnian. Karboksimetil
selulosa yang diperoleh ditentukan derajat subsitusi (DS), pH, viskositas, kadar air, dan kemurniannya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa karboksimetil selulosa terbaik diperoleh dari penggunaan asam trikloroasetat 20 %
dan waktu reaksi 3 jam. Pada kondisi ini karboksimetil selulosa yang dihasilkan memiliki nilai DS 0,76, pH 8,32, ,
kadar air 7,1%viskositas 7,8 cP, dan kemurnian 92,62 %.
Kata kunci : pelepah sawit, karboksimetil selulosa,karakteristik.

ABSTRACT
Midrib is one of the palm plantation waste that has not been utilized optimally. The high cellulose content of
palm midrib is potentially converted into carboxymethyl cellulose. This study aims to characterize carboxymethyl
cellulose produced from various concentrations of trichloroacetic acid and reaction duration. This study apply a
complete randomized design (RAL) with two factors i.e tricloroacetic acid concentration (10%, 20% and 30%) and
reaction duration (3 hours and 4 hours). The synthesis of carboxymethyl cellulose in this study consists of three
stages i.e alkalization, carboxymethylation and purification. The carboxymethyl cellulose obtained was
characterized include degree of subsitution (DS), pH, viscosity, water content, and purity. The results showed that
the best carboxymethyl cellulose was obtained from the use of 20% tricloroacetic acid and 3 hours reaction. The
characterrization result include substitution degree value of 0.76, pH of 8.32, water content of 7.1%, with a
viscosity of 7.8 cP, and purity of 92.62%.
Keywords: palm midrib, carboxymethyl celluse, characterization

PENDAHULUAN ditambahan zat aditif. Salah satu zat aditif


yang sering digunakan adalah karboksimetil
Dewasa ini persentase bahan pangan selulosa (CMC). Karboksimetil selulosa
olahan yang dikonsumsi masyarakat makin dimanfaatkan sebagai stabilizer, thickener,
tinggi. Dalam pengolahannya untuk adhesive dan emulsifier. Menurut
mempertahankan mutu dan nilai gizi sering Ferdiansyah, dkk (2016) selain dapat larut

Karakterisasi Karboksimetil Selulosa (CMC) dari Pelepah Kelapa Sawit (Silsia et al.) | 53
dalam air dalam kondisi suhu panas maupun utama kelarutan CMC dalam air (Waring
dingin, CMC disintesa dari bahan nabati dan Person, 2001). Viskositas dan
sehingga kehalalannya dapat dipertanggung kemurnian CMC juga memegang peranan
jawabkan. Selulosa merupakan bahan utama penting, karena CMC berfungsi sebagai
dalam sintesa CMC. pengental atau pengemulsi (Pitaloka, dkk,
Karboksimetil selulosa merupakan 2015)
turunan dari selulosa yang Kelapa sawit merupakan komoditas
dikarboksimetilasi adalah eter polimer linier perkebunan yang sangat berkembang di
dengan gugus karboksimetilasi (-CH2- Provinsi Bengkulu. Luas perkebunan sawit
COOH) yang terikat pada beberapa gugus terus mengalami peningkatan setiap
OH dari monomer glukopiranosa. Beberapa tahunnya. Selain menghasilkan tandan buah
peneliti telah mensintesa CMC dari bahan segar (TBS), perkebunan sawit dan industri
nabati yang mengandung selulosa. Wijayani, pengolahan sawit juga menghasilkan
dkk (2005) mensintesa CMC dari enceng limbah. Salah satu limbah kelapa sawit yang
gondok, Eringsih, dkk (2011) dan Melisa, belum dimanfaatkan secara optimal adalah
dkk (2014) mensintesa dari limbah tongkol pelepah.
jagung. Bahan lain yang dapat diolah Setiap pohon kelapa sawit dapat
menjadi CMC adalah kulit buah kakao (Nisa menghasilkan pelepah sebanyak 22-26
dan Widya, 2014) dan jerami padi (Nur, pelepah/tahun dengan berat pelepah rata-rata
dkk, 2016) 4 – 6 Kg/pelepah. Produksi pelepah dapat
CMC disintesis melalui dua tahap mencapai 40 – 50 pelepah/pohon/tahun
yaitu alkalisasi dan karboksimetilasi. Ke dua dengan berat rata-rata 4,5 Kg/pelepah
tahap ini dapat berlangsung dalam bentuk (Umar, 2009). Pelepah kelapa sawit
padatan dan dalam media air atau pelarut mengandung selulosa sebesar 40,96%
organik . Alkalisasi dilakukan sebelum (Mulyani dan Sofyana, 2007). Kandungan
karboksimetilasi dengan menggunakan selulosa yang cukup tinggi pada pelepah
NaOH. Proses ini bertujuan untuk kelapa sawit sangat berpotensi diolah lebih
mengaktifkan gugus-gugus OH pada lanjut menjadi CMC yang memiliki nilai
molekul selulosa (Wijayani, dkk, 2005). ekonomi lebih tinggi dan lebih bermanfaat
Proses karboksimetilasi dapat dilakukan dalam berbagai aplikasi.
dengan menggunakan reagen natrium Ferdiansyah, dkk (2016) serta
monokloroasetat, pada proses ini gugus –OH Sebayang dan Sembiring (2017) telah
pada selulosa digantikan oleh ClCH2COONa mencoba mensintesa CMC dari pelepah
(Pitaloka, dkk, 2015). Proses sawit. Proses alkalisasi dan karboksimetilasi
karboksimetilasi merupakan proses dilakukan dalam larutan isopropanol dan
eterifikasi. Pada tahap ini terjadi pelekatan reagen yang digunakan dalam tahapan
gugus karboksilat pada struktur selulosa. karboksimetilasi adalah natrium
Sehingga gugus karboksilat pada asam monokloroasetat. Penelitian ini bertujuan
trikloroasetat juga dapat digunakan (Nisa, untuk mengetahui karakteristik CMC dari
dkk, 2014). Setelah proses sintesis selesai, pelepah sawit pada berbagai konsentrasi
CMC yang terbentuk selanjutnya asam trikloroasetat dan waktu reaksi.
dimurnikan.
Kualitas CMC yang dihasilkan dapat METODE PENELITIAN
dilihat dari beberaapa parameter yaitu. Nilai Bahan
derajat subsitusi (DS), pH, Viskositas, gugus Pelepah sawit yang diperoleh dari
fungsi dan kemurnian. DS merupakan faktor perkebunan kelapa sawit di Kelurahan

54 | Jurnal Agroindustri Vol. 8 No. 1, Mei 2018: 53-61


Padang serai Kecamatan Kampung Melayu larutan NaOCl 5% selama 3 jam. Kemudian
Kota Bengkulu. Bahan kimia yang campuran tersebut dipisahkan kembali.
digunakan adalah NaOH (technical grade), Residu yang dihasilkan (selulosa) dicuci
NaOCL, asam asetat glasial, asam dengan akuades mendidih sampai bau
trikloroasetat, akuades, etanol, HNO3, HCl, hipokloritnya hilang. Selulosa yang
AgNO3, Phenopthalein (PP), K2Cr2O7. diperoleh selanjutnya dikeringkan dengan
Peralatan yang digunakan antara lain menggunakan oven pada suhu 60°C hingga
neraca analitik, baskom, oven, grinder, didapatkan berat konstan.
kertas saring, pisau, ayakan 60 mesh, pH Rendemen ekstrak (RE)(%)
meter dan peralatan gelas yang biasa = X 100 %
digunakan dalam laboratorium.

Rancangan Penelitian Pembuatan CMC


Penelitian ini dirancang Lima gram selulosa pelepah sawit
menggunakan rancangan acak lengkap kering ditambahkan 100 ml akuades dan
(RAL) yang terdiri dari 2 faktor, yaitu dialkalisasi dengan menambahkan 10 ml
konsentrasi asam trikloro asetat (10%, 20% larutan NaOH 30 % sedikit demi sedikit
dan 30%) dan lama reaksi sintesis (3 dan 4 sambil diaduk. Alkalisasi dilakukan selama
jam). Masing-masing perlakuan diulang 1 jam. Setelah alkalisasi selesai dilanjutkan
sebanyak 2 kali. dengan karboksimetilasi dengan
menggunakan variasi konsentrasi asam
Persiapan sampel pelepah sawit trikloroasetat (10%, 20% dan 30%). Proses
Sampel yang digunakan dalam karboksimetilasi dilakukan pada suhu 55°C
penelitian ini berupa pelepah sawit yang selama 3 dan 4 jam. Setelah proses
diambil dari lima pohon sawit secara acak karboksimetilasi selesai, dilakukan
dari kebun masyarakat di Padang Serai. penetralan dengan menggunakan asam asetat
Masing-masing pohon diambil 1 pelepah. glasial, sampai pH 7. Selanjutnya dilakukan
Setiap pelepah diambil sepanjang 20 cm dari perendaman dalam 100 metanol selama 24
bagian pangkal, 20 cm di bagian tengah dan jam. CMC yang didapat kemudian
20 cm di bagian ujung. Pelepah tersebut dikeringkan dalam oven pada suhu 60°C.
dikuliti, dipotong-potong menyerupai korek
api dan dikeringkan. Sampel yang telah Karakterisasi CMC
kering ini kemudian dihaluskan dengan CMC yang diperoleh pada berbagai
menggunakan mesin grinder dan serbuk konsentrasi asam trikloroasetat selanjutnya
yang diperoleh diayak dengan menggunakan dikarakterisasi mutunya, yaitu: Derajat
ayakan 60 mesh. Serbuk tersebut Subsitusi (DS), pH, Viskositas, kadar air dan
dikeringkan kembali dengan menggunakan kemurnian CMC. Penentuan derajat
oven pada suhu 60°C selama 1 jam. subsitusi (DS) merujuk kepada metode yang
dilakukan oleh Melisa dkk, 2014.
Ekstraksi Selulosa Sedangkan penentuan viskositas, pH dan
Selulosa pelepah sawit diekstraksi kemurnian CMC mengacu pada metode
dengan cara merendam serbuk pelepah sawit Wijayani dkk, 2005.
di dalam larutan NaOH 10% selama 24 jam.
Selanjutnya dilakukan proses penyaringan HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan menggunakan kain saring. Residu Derajat Subsitusi (DS)
yang diperoleh selanjutnya direndam dalam Derajat subsitusi merupakan
parameter yang penting dalam menentukan

Karakterisasi Karboksimetil Selulosa (CMC) dari Pelepah Kelapa Sawit (Silsia et al.) | 55
kualitas dari CMC. Derajat subsitusi CMC kelarutannya dalam air semakin besar
adalah jumlah rata-rata gugus hidroksil (Wijayani, dkk, 2005). Derajat subsitusi
dalam struktur selulosa yang disubsitusi oleh CMC yang diperoleh pada berbagai
gugus lain. Semakin besar derajat subsitusi konsentrasi asam triloroasetat dan waktu
maka kualitas CMC semakin baik, karena reaksi dapat dilihat pada Gambar. 1.

0.8
0.755
0.7 0.67 0.65
Derajat subsitusi

0.6 0.625
0.5 0.525
0.51
0.4
0.3
0.2
0.1
0
10 20 30
Konsentrasi asam trikloasetat (%)

waktu reaksi 3 jam waktu reaksi 4 jam

Gambar 1. Nilai Derajat Subsitusi CMC

Dari Gambar 1 terlihat bahwa derajat terputus sehingga subsitusi yang diinginkan
subsitusi cendrung naik jika konsentrasi tidak terjadi (Nida dan Widya, 2014).
asam trikloroasetatnya ditambah, dari 10 % Beberapa peneliti juga telah
menjadi 20%, tetapi turun pada konsentrasi mencoba mensintesis CMC dari pelepah
asam trikloasetat 30 %. Turunnya derajat sawit. CMC hasil penelitian
subsitusi pada konsentrasi asam Ferdiansyah,dkk (2016) memiliki nilai
trikloroasetat 30% diduga disebabkan makin derajat subsitusi yang hampi sama, yaitu
banyaknya produk samping yang terbentuk, 0,75. Sedangkan CMC dari hasil penelitian
seperti NaCl dan natrium glikonat Sebayang dan Sembiring (2017) memiliki
(Wijayani, dkk, 2005). Derajat subsitusi derajat subsitusi yang sedikit lebih besar
tertinggi diperoleh pada konsentrasi asam yaitu 0,82. Ferdiansyah, dkk (2016) dan
trikloroasetat 20% dan waktu reaksi 3 jam Sebayang dan Sembiring (2017)
yaitu 0,76 dan yang terendah pada menggunakan Natrium monokloroasetat
konsentrasi asam trikloroasetat 10% dan (NaMCA) pada proses karboksimetilasi,
waktu reaksi 4 jam yaitu 0,51. Hasil yang sedangkan dalam penelitian ini digunakan
diperoleh ini sejalan dengan hasil penelitian asam trikloroasetat.
Nisa dan Widya (2014). Makin lama waktu Derajat subsitusi CMC yang
reaksi makin kecil nilai derajat subsitusinya. dihasilkan dari penelitian ini sudah
Hal ini diduga karena pada saat alkalisasi memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI)
struktur karboksimetil selulosa sudah dan standar FAO. Menurut SNI derajat
mengembang, makin lama waktu reaksi subsitusi CMC mutu 1 berada pada kisaran
maka jarak antar gugus makin lebar dan 0,7 – 1,2 (Nur, dkk, 2016). Sedangkan
semakin melemahkan ikatan dan akan menurut standar FAO, 0,2-1,5 (Ferdiansyah,
dkk, 2016).

56 | Jurnal Agroindustri Vol. 8 No. 1, Mei 2018: 53-61


pH diperoleh dari CMC yang dibuat dengan
Karakteristik CMC yang lain yang asam trikloroasetat 20% dan waktu reaksi 3
berkaitan dengan kualitas yang baik adalah jam. Sedangkan pH terendah adalah 7,48,
pH. Nilai pH dari CMC yang dihasilkaan yang diperoleh dari CMC yang dibuat
dari berbagai konsentrasi asam trikloroasetat dengan konsentrasi asam trikloroasetat 30%
dan waktu reaksi dapat dilihat pada Gambar dan waktu reaksi 4 jam.
2. Nilai pH tertinggi adalah 8,32, yang

8.4
8.32
8.2 8.22
8.12
8 7.94
7.8
pH

7.6 7.65
7.48
7.4
7.2
7
10 20 30
Konsentrasi asam trikloroasetat (%)

waktu reaksi 3 jam waktu reaksi 4 jam

Gambar 2. Nilai pH CMC

Nilai pH dari CMC menjadi pertimbangan Kadar Air


dalam penggunaannya. Jika pH terlalu Kadar air dari CMC berpengaruh
rendah (<1) larutan menjadi tidak homogen terhadap sifat alir dan daya simpan CMC.
karena terbentuk endapan. pH larutan CMC Semakin tinggi kadar air maka umur
1% biasanya 7 – 8,5 dan pada rentang 5-9 simpannya makin berkurang. Hal ini
tidak terlalu berpengaruh pada viskositas disebabkan karena terjadinya kerusakan
CMC ( Wijayani, dkk , 2005). Untuk CMC yang disebabkan oleh faktor fisik, kimia
mutu 1, SNI mensyaratkan nilai pH berada maupun mikrobiologis (Ferdiansyah, dkk,
pada kisaran 6-8 (Nur, dkk, 2016), 2016). CMC bersifat higroskopis sehingga
sedangkan standar menurut FAO adalah 6,0- mudah menyerap air dari udara. Jumlah air
8,5 (Ferdiansyah, dkk, 2016). CMC yang yang dapat diabsorbsi tergantung pada kadar
dihasilkan dari seluruh perlakuan sudah air CMC, kelembaban relatif, suhu dan
memenuhi syarat FAO, tetapi belum derajat subsitusi (Nisa dan Widya, 2014).
semuanya yang memenuhi SNI untuk CMC Kadar air dari CMC yang dihasilkan pada
mutu 1. Jika dibandingkan dengan hasil berbagai perlakuan dapat dilihat pada
penelitian Ferdiansyah, dkk (2016), nilai pH Gambar 3.
yang didapat sedikit lebih tinggi. Dimana
nilai pH CMC nya adalah 6,72.

Karakterisasi Karboksimetil Selulosa (CMC) dari Pelepah Kelapa Sawit (Silsia et al.) | 57
10
8.79
8 8

Kadar air CMC (%)


7.45 7.1 7.35
7.04
6

0
10 20 30
Konsentrasi asamtrikloroasetat (%)

Waktu reaksi 3 jam Waktu reaksi 4 jam

Gambar 4. Kadar Air CMC

Makin tinggi konsentrasi asam Semua CMC yang dihasilkan dari berbagai
trikloroasetat yang digunakan dan makin perlakuan sudah memenuhi kadar air yang
lama waktu reaksi, kadar air CMC yang disyaratkan oleh FAO yaitu < 12%.
dihasilkan juga makin tinggi. Hal ini juga
sejalan dengan hasil penelitian Nisa, dkk Viskositas
(2014). Kadar air CMC tertinggi diperoleh Hasil pengujian viskositas CMC 2%
dari perlakuan asam trikloroasetat 20% dan dapat dilihat pada Gambar 4. Viskositas
waktu reaksi 4 jam , yaitu 8,79%. tertinggi diperoleh pada konsentrasi asam
Sedangkan kadar air terrendah adalah 7,1 %, trikloroasetat 20%, dan yang terrendah pada
yang diperoleh dari perlakuan asam konsentrasi asam trikloroasetrat 10 %. baik
trikloroasetat 20% dan waktu reaksi 3 jam. pada waktu reaksi 3 jam maupun maupun 4
Kadar air CMC yang diperoleh lebih jam. Viskositas tertinggi pada waktu reaksi
rendah jika dibandingkan dengan kadar air 3 jam dan 4 jam berturut-turut adalah 7,8 cP
CMC hasil penelitian Melisa, dkk, 2014, dan 7,1 cP. Terjadi kenaikan viskositas
yaitu 7,47% dan Nisa dan Widya (2014), pada penambahan asam trikloroasetat 10%
yaitu 13,51 %. Tetapi kadar air CMC ini menjadi 20%. Tetapi nilai viskositas turun
sedikit lebih tinggi jika dibandingkan kembali pada penambahan asam
dengan kadar CMC hasil penelitian trikloroasetat 30%.
Ferdiansyah, dkk (2016), yaitu 6,72%. .

58 | Jurnal Agroindustri Vol. 8 No. 1, Mei 2018: 53-61


9
8 7.8
7 7.1

Viskositas (cP)
6 6.3
5.5
5
4 4.2
4.1
3
2
1
0
10 20 30
Konsentrasi asam trikloasetat (%)

waktu reaksi 3 jam waktu reaksi 4 jam

Gambar 4. Viskositas CMC 2%

Viskositas larutan CMC berhubungan tidak terlalu tinggi. Viskositas CMC yang
dengan kemampuan CMC untuk mengikat dihasilkan belum memenuhi standar FAO
air. Kemampuan CMC untuk mengikat air yaitu ≥25 cP. Visksositas CMC dari pelepah
dapat dilihat dari derajat subsitusinya. sawit ini juga masih lebih kecil dari
Derajat subsitusi CMC tertinggi yang viskositas CMC pelepah sawit Ferdiansyah,
dihasilkan pada penelitian ini diperoleh dari dkk, (2016) yaitu 11,65 cP.
perlakuan asam trikloroasetat 20 % dan
waktu reaksi 3 jam. Sehingga viskositas Kemurnian
CMC yang tertinggi juga diperoleh pada Kemurnian dari CMC dipengaruhi
perlakuan ini. Semakin tinggi derajat oleh banyaknya produk samping yang
subsitusi maka makin tinggi kemampuan dihasilkan pada proses sintesis CMC.
untuk mengikat air, maka viskositas akan Semakin sedikit produk samping yang
semakin tinggi (Nisa dan Widya, (2014); dihasilkan maka semakin tinggi kemurnian
Ferdiansya, dkk (2016). CMC yang dihasilkan. Produk samping yang
Viskositas juga CMC dipengaruhi dihasilkan yaitu natrium glikolat dan
oleh panjang rantai atau derajat polimerisasi natrium klorida. Kemurnian CMC juga
(DP) selulosa. Makin tinggi nilai DP dipengaruhi oleh konsentrasi NaOH pada
selulosa, maka viskositas CMC akan sistem dan media reaksi (Pitaloka, dkk,
meningkat (Imeson, 2010). Diduga selulosa 2015). Kemurnian CMC yang dihasilkan
pelepah sawit yang digunakan sebagai bahan pada berbagai perlakuan dapat dilihat pada
baku memiliki nilai DP yang rendah, Gambar 5.
sehingga viskositas CMC yang dihasilkan

Karakterisasi Karboksimetil Selulosa (CMC) dari Pelepah Kelapa Sawit (Silsia et al.) | 59
94
92.62
92

Kemurnian (%)
91.2
90
89.1
88.7
88
87.09
86.98
86

84
10 20 30
Konsentrasi asam trikloroasetat (%)

waktu reaksi 3 jam waktu reaksi 4 jam

Gambar 5. Kemurnian CMC

Kemurnian tertinggi diperoleh pada KESIMPULAN


CMC dengan penggunaan asam
trikloroasetat 20% dengan lama reaksi 3 Karakteristik karboksimetilselulosa
jam, yaitu 92,62%. Kemurnian CMC yang (CMC) yang dihasilkan dari pelepah sawit
dihasilkan pada penelitian ini menunjukan pada berbagai konsentrasi asam
kenaikan jika konsentrasi asam trikloroasetat trikloroasetat dan waktu reaksi adalah:
dinaikan dari 10% menjadi 20%, tetapi Derajat subsitusi (0,51 – 0,76); pH (7,48 –
kembali menurun pada penambahan asam 8,32); kadar air (7,04% - 8,79%); Viskositas
trikloroasetat 30%. Makin lama waktu (4,1cP – 7,8cP), dan kemurnian (86,98% -
reaksi kemurnian CMC juga semakin turun. 92,62%). CMC terbaik dihasilkan dari
Hal ini di duga pada penggunaan asam perlakuan asam trikloroasetat 20% dan
trikloroasetat 30% dan makin lama waktu waktu reaksi 3 jam, dengan karakteristik DS
reaksi maka makin banyak Natrium klorida 0,76, pH 8,32, kadar air 7,1%, viskositas 7,8
dan Natrium glikonat yang terbentuk. cP dan kemurnian 92,62%.
Kemurnian CMC yang masih rendah
disebabkan oleh teknik pemurnian yang DAFTAR PUSTAKA
masih sederhana, sehingga diperlukan teknik
pemurnian yang lebih baik (Hutomo, 2012 Eriningsih,R.,R.Yulina dan T.Mutia. 2011.
dalam Ferdiansyah, dkk, 2016). Pembuatan Karboksimetil Selulosa
Kemurnian CMC pelepah sawit hasil dari Limbah Tongkol Jagung Untuk
penelitian Ferdiansyah (2016) yaitu 91,12%, Pengental Pada Proses Pencapan
sehingga kemurnian CMC hasil penelitian Tekstil.Arena Tekstil. 26(2).105-113.
ini sedikit lebih tinggi. Begitu juga jika Ferdiansyah,M.K.,D.W.Marseno dan
dibandingkan dengan CMC dari selulosa Y.Pranoto. 2016. Kajian Karakteristik
enceng gondok, yang hanya mencapai Karboksimetil Selulosa (CMC) dari
90,9% (Pitaloka, dkk, 2015). Tetapi Pelepah Kelapa Sawit sebagai Upaya
kemurnian CMC ini belum memenuhi Diversifikasi Bahan Tambahan
standar dari FAO yaitu ≥ 99,5%. Pangan yang Halal. Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan. 5(4): 136-139.

60 | Jurnal Agroindustri Vol. 8 No. 1, Mei 2018: 53-61


Ferdiansyah,M.K.,D.W.Marseno dan J.Sains dan Teknologi Pangan. 1(3).
Y.Pranoto. 2017. Optimasi Sintesis 222-231.
Karboksi Metil Selulosa (CMC) dari Pitaloka,A.B., N.A. Hidayah, A.H.S.
Pelepah sawit Menggunakan Respon Saputra dan M.Nasikin. 2015.
Surface Methodology(RSM). Pembuatan CMC dari Selulosa
Agritech. 37(2). 158-164. Enceng Gondok dengan Media Reaksi
Imeson, A. 2010. Food Stabilisers, Campuran Larutan Isopropanol-
Thickeners and Gelling Agents. Isobutanol untuk Mendapatkan
Willey Blackwell. United Kingdom. Viskositas dan Kemurnian Tinggi.
Melisa,S., Bahri dan Nurhaeni. 2014. Jurnal Integrasi Proses. 5(2). 108-114.
Optimasi Sintesis Karboksilmetil Sebayang,F dan H.Sembiring. 2017.
selulosa dari Tongkol Jagung Manis Synthesisof CMC from Palm Midrib
(Zea Mays L Saccharata). Online Celluse as Stabilizer and Thickening
Jurnal of Natural Science. 3(2): 70-78 Agent in Food. Oriental Journal of
Mulyani,S. dan Sofyana. 2007. Pemanfaatan Chemistry, 33(1):519-530.
Pelepah Daun Sawit Sebagai bahan Umar,S. 2015. Potensi perkebunan Kelapa
Baku Pulp Dengan Proses Etanol. Sawit sebagai Pusat Pengembangan
Indonesian Science and Technology Sapi Potong dalam Merevitalisasi
Digital Library. dan Mengakselerasi Pengembangan
http://pustaka2.ristek.go.id/katalog/ind Peternakan Berkelanjutan.
ex.php/search katalog/byid/50039. http://repository.usu.ac.id/bitstram/../1/
Nisa,D dan W.D.R. Putri. 2014. ppgb_2009_Sayed%20Umar.pdf.
Pemanfaatan Selulosa dari Kulit Buah Waring,M.J. dan Parsons. 2001. Physico-
Kakao (Teobroma cacao L.) Sebagai chemical Characterization of
Bahan Baku Pembuatan CMC Carboxymethylated Spun Cellulose
(Carboxymethyl Cellulose). Jurnal Fibres. Biomaterials 22: 903-912
Pangan dan Agroindustri. 2(3): 34-42. Wijayani,A.,K.Ummah dan S.Tjahjani.
Nur,R., Thamrin dan M.Z. Muzakkar. 2016. 2005. Karakterisasi Karboksimetil
Sintesis dan Karakterisasi CMC Selulosa (CMC) dari Enceng Gondok
(Carboxymethyl Cellulose) yang (Eichornia crassipes). Indo.J. Chem.
Dihasilkan dari Selulosa Jerami Padi. 5(3): 228-231.

Karakterisasi Karboksimetil Selulosa (CMC) dari Pelepah Kelapa Sawit (Silsia et al.) | 61

Anda mungkin juga menyukai