Anda di halaman 1dari 12

BAB II

Pembahasan

2.1 Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti dorongan atau alasan. Motif
merupakan tenaga pendorong yang mendorong manusia untuk bertindak atau suatu
tenaga di dalam diri manusia, yang menyebabkan manusia bertindak atau melakukan
sesuatu. Motivasi merupakan tenaga pendorong yang mendorong manusia untuk
bertindak atau melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi belajar adalah keseluruhan
daya penggerak psikis di dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar,
menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar
itu demi mencapai suatu tujuan.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:80) “Motivasi dipandang sebagai


dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk
perilaku belajar”.Sejalan dengan itu, Ratumanan (2002:72) mengatakan bahwa;
“Motivasi adalah sebagai dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah
laku”. Sedangkan motivasi belajar adalah “Keseluruhan daya penggerak psikis di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu
tujuan (Tadjab, 1994:102)”. Dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa
motivasi memiliki 3 komponen, yaitu: a) kebutuhan, kebutuhan terjadi bila individu
merasa ada ketidak seimbangan antara apa yang dimiliki dari apa yang ia harapkan;
b) dorongan, merupakan kegiatan mental untuk melakukan suatu.; dan c) tujuan,
tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh individu. Seseorang yang mempunyai
tujuan tertentu dalam melakukan suatu pekerjaan, maka ia akan melakukan pekerjaan
tersebut dengan penuh semangat.
Pengaruh motivasi terhadap seseorang tergantung seberapa besar motivasi itu mampu
membangkitkan motivasi seseorang untuk bertingkat laku. Dengan motivasi yang
besar, maka seseorang akan melakukan sesuatu pekerjaan dengan lebih memusatkan
pada tujuan dan akan lebih intensif pada proses pengerjaannya. Dalam kegiatan
belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri
seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari
kegaitan belajar dan memberikan arah pada kegiatna belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai.

Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik


(Sardiman, 2005:189). Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah
ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-
motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sejalan
dengan itu pula, Suryabrata (1994:72) juga membagi motivasi menjadi 2 yaitu: a)
motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berfungsi karena adanya rangsangan dari
luar; dan b) motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berfungsi meskipun tidak
mendapat rangsangan dari luar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar pada dasarnya
ada dua yaitu: motivasi yang datang sendiri dan motivasi yang ada karena adanya
rangsangan dari luar. Kedua bentuk motivasi belajar ini sangat berpengaruh terhadap
prestasi belajar. Setiap motivasi itu bertalian erat hubungan dengan tujuan atau suatu
cita-cita, maka makin tinggi harga suatu tujuan itu, maka makin kuat motivasi
seseorang untuk mencapai tujuan. Purwanto (1996:70) mengatakan bahwa fungsi
motivasi ada 3 yaitu: a) motivasi itu mendorong manusia untuk berbuat atau
bertindak, motivasi ini berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang
memberikan energi kepada seseorang untuk melakukan sesuatu b) motivasi itu
menentukan arah perbuatan ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita, dalam hal
ini motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk
mencapai tujuan itu, sehingga makin jelas tujuan itu, makin jelas pula terbentang
jalan yang harus ditempuh dan c) motivasi itu menyeleksi perbuatan kita, artinya
menentukan perbuatan mana yang dilakuan dilakukan, yang serasi, guna mencapai
tujuan itu dengan mengenyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
itu. Dalam kajian teori motivasi ada yang dikenal dengan teori kebutuhan. Teori ini
dikemukakan oleh A.H. Maslow yang mengemukakan bahwa orang termotivasi
untuk melakukan sesuatu karena didasari adanya kebutuhan dalam dirinya, yang
terbagi menjadi 5 (lima) kebutuhan yaitu: (1) kebutuhan fisiologis yang merupakan
kebutuhan manusia untuk bertahan hidup atau juga disebut kebutuhan pokok yang
terdiri dari kebutuhan makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal; (2) kebutuhan rasa
aman yang meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja dan
jaminan hari tua; (3) kebutuhan sosial yang berupa kebutuhan-kebutuhan seseorang
untuk diterima dalam kelompok tertentu yang menyenangkan bagi dirinya; (4)
kebutuhan penghargaan seperti halnya kabutuhan bagi seorang pegawai yang bekerja
dengan baik tentu ingin mendapat penghargaan dan pengakuan dari atasan ataupun
pujian dari teman kerjanya atas prestasinya dan; (5) kebutuhan aktualisasi diri yang
berupa kebutuhan yang muncul dari seseorang dalam proses pengembangan potensi
dan kemampuannya untuk menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya (Hasibuan,
2003:104-107).

2.2 FUNGSI MOTIVASI DALAM BELAJAR

Agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka diperlukan
adanya motivasi. Perlu ditekankan bahwa motivasi bertalian dengan suatu
tujuan. Sehubungan dengan hal tersebut, ada tiga fungsi motivasi:

1. Mendorong manusia untuk berbuat. Jadi, sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2. Menentukan arah perbuatan, yakni kea rah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan. Apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang siswa yang akan
menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan
belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau
membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan. Disamping itu, ada juga
fungsi-fungsi motivasi lain. Motivasi dapat juga sebagai pendorong usaha dan
pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi.
Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.
Dengan kata lain, bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama
didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat
menelurkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat
menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya. Di dalam kegiatan belajar
mengajar peran motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan.
Motivasi bagi siswa dapat mengembangkan aktivitas dan mengarahkan serta
memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.

2.3 Teori-Teori Motivasi

Secara garis besar, teori motivasi dikelompokkan ke dalam tiga kelompok


yaitu teori motivasi dengan pendekatan isi/kepuasan (content theory), teori motivasi
dengan pendekatan proses (process theory) dan teori motivasi dengan pendekatan
penguat (reinforcement theory).Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi)
seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam
melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu
sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa
kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas
perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya.. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik
tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan
kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Dalam konteks studi
psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk
memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya:

1. Durasi kegiatan

2. Frekuensi kegiatan

3. Persistensi pada kegiatan


4. Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan
kesulitan;

5. Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan

6. Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan

7. Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari
kegiatan yang dilakukan

8. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan

Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang
motivasi, antara lain :

 Teori Hierarki Kebutuhan Maslow

Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang


dialami antara satu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila pegawai
kebutuhannya tidak terpenuhi maka pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku
kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi amak pegawai tersebut akan
memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai manifestasi dari rasa puasnya.
Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari perilaku pegawai. Karena tidak
mungkin memahami perilaku tanpa mengerti kebutuhannya. Abraham Maslow
(Mangkunegara, 2005) mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah
sebagai berikut :

1. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum,


perlindungan fisik, bernapas, seksual. Kebutuhan ini merupakan
kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang
paling dasar

2. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari


ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup

3. Kebutuhan untuk rasa memiliki (sosial), yaitu kebutuhan untuk diterima


oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai
serta dicintai

4. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan


dihargai oleh orang lain
5. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk
menggunakan kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk
berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, gagasan dan kritik
terhadap sesuatu

 Teori Keadilan

Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang,


jadi perusahaan harus bertindak adil terhadap setiap karyawannya. Penilaian dan
pengakuan mengenai perilaku karyawan harus dilakukan secara obyektif. Teori ini
melihat perbandingan seseorang dengan orang lain sebagai referensi berdasarkan
input dan juga hasil atau kontribusi masing-masing karyawan (Robbins, 2007).

 Teori X dan Y

Douglas McGregor mengemukakan pandangan nyata mengenai manusia. Pandangan


pertama pada dasarnya negative disebut teori X, dan yang kedua pada dasarnya
positif disebut teori Y (Robbins, 2007).

McGregor menyimpulkan bahwa pandangan manajer mengenai sifat manusia


didasarkan atas beberapa kelompok asumsi tertentu dan bahwa mereka cenderung
membentuk perilaku mereka terhadap karyawan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.

 Teori dua Faktor Herzberg

Teori ini dikemukakan oleh Frederick Herzberg dengan asumsi bahwa hubungan
seorang individu dengan pekerjaan adalah mendasar dan bahwa sikap individu
terhadap pekerjaan bias sangat baik menentukan keberhasilan atau kegagalan.
(Robbins, 2007).

Herzberg memandang bahwa kepuasan kerja berasal dari keberadaan motivator


intrinsik dan bawa ketidakpuasan kerja berasal dari ketidakberadaan faktor-faktor
ekstrinsik. Faktor-faktor ekstrinsik (konteks pekerjaan) meliputi :

1. Upah

2. Kondisi kerja

3. Keamanan kerja

4. Status
5. Prosedur perusahaan

6. Mutu penyeliaan

7. Mutu hubungan interpersonal antar sesama rekan kerja, atasan, dan bawahan

Keberadaan kondisi-kondisi ini terhadap kepuasan karyawan tidak selalu memotivasi


mereka. Tetapi ketidakberadaannya menyebabkan ketidakpuasan bagi karyawan,
karena mereka perlu mempertahankan setidaknya suatu tingkat ”tidak ada kepuasan”,
kondisi ekstrinsik disebut ketidakpuasan,atau faktor hygiene. Faktor Intrinsik
meliputi :

1. Pencapaian prestasi

2. Pengakuan

3. Tanggung Jawab

4. Kemajuan

5. Pekerjaan itu sendiri

6. Kemungkinan berkembang.

Tidak adanya kondisi-kondisi ini bukan berarti membuktikan kondisi sangat tidak
puas. Tetapi jika ada, akan membentuk motivasi yang kuat yang menghasilkan
prestasi kerja yang baik. Oleh karena itu, faktor ekstrinsik tersebut disebut sebagai
pemuas atau motivator.

 Teori Kebutuhan McClelland

Teori kebutuhan McClelland dikemukakan oleh David McClelland dan kawan-


kawannya. Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan, yaitu (Robbins, 2007) :

a. Kebutuhan pencapaian (need for achievement) : Dorongan untuk


berprestasi dan mengungguli, mencapai standar-standar, dan berusaha
keras untuk berhasil.

b. Kebutuhan akan kekuatan (need for pewer) : kebutuhan untuk membuat


orang lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan
berperilaku sebaliknya.
c. Kebutuhan hubungan (need for affiliation) : Hasrat untuk hubungan antar
pribadi yang ramah dan akrab.

Apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang
individu . Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor
internal adalah :

a. Persepsi seseorang mengenai diri sendiri

b. Harga diri

c. Harapan pribadi

d. Kebutuhaan

e. Keinginan

f. Kepuasan kerja

g. Prestasi kerja yang dihasilkan.

Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah :

a. Jenis dan sifat pekerjaan

b. Kelompok kerja dimana seseorang bergabung

c. Organisasi tempat bekerja

d. Situasi lingkungan pada umumnya

e. Sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.

2.4 Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

a. Optimalisasi penerapan prinsip belajar.

Dalam upaya pembelajaran, guru berhadapan dengan siswa dan bahan


belajar, oleh karena itu untuk dapat membelajarkan den mengajarkan
bahan pelajaran dipersyaratkan guru telah mempelajari bahan pelajaran,
memahami bagian-bagian yang mudah, sedang dan sulit. Menguasai cara-
cara mempelajari bahan dan memahami sifat bahan pelajaran tersebut.
Upaya pembelajaran terkait dengan beberapa prinsip belajar yaitu belajar
menjadi bermakna bila siswa memahami tujuan belajar, belajar menjadi
bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahan masalah yang
menantangnya, belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan
segala kemampuan mental siswa dalam program kegiatan tertentu, belajar
menjadi menantang siswa memahami prinsip penilaian dan faedah
belajarnya bagi kehidupan dikemudian hari.

b. Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran.

Upaya optimalisasi tersebut sebagai berikut:

1. Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkap hambatan


belajar yang dialaminya.

2. Memelihara minat, kemauan dan semangat belajarnya sehingga


terwujud tindak belajar.

3. Meminta kesempatan pada orang tua siswa atau wali, agar memberi
kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar.

4. Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar.

5. Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira


terpusat pada perilaku belajar.

2.5 Cara – Cara Menumbuhkan Motivasi belajar

1. Menggunakan metode dan kegiatan belajar mengajar yang beragam


Melakukan kegiatan yang sama secara terus-menerus tentu akan
menimbulkan rasa bosan yang berlebihan, hal ini tentu dapat menurunkan
semangat belajar para peserta didik. Apabila peserta didik sudah merasa
bosan tentu akan mengakibatkan terganggunya proses belajar mengajar.
Disinilah Anda sebagai dosen harus bertindak, berikanlah variasi belajar
sehingga para peserta didik bisa tetap termotivasi dan konsentrasi dalam
belajar. Sesekali Anda bisa mencoba metode belajar yang berbeda seperti
membuat pembagian peran, studi kasus, simulasi, debat, transfer
pengetahuan secara singkat, diskusi, presentasi dengan audio-visual dan
kerja kelompok kecil

2. Jadikan peserta didik sebagai peserta aktif

Contoh upaya untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik yang kedua
adalah dengan menjadikan peserta didik sebagai peserta yang aktif..
Gunakanlah metode belajar yang aktif dengan memberikan peserta didik
tugas berupa simulasi penyelesaian suatu masalah untuk menumbuhkan
motivasi dalam belajar. Jangan berikan jawaban apabila tugas tersebut dirasa
sanggup dilakukan oleh peserta didik.

3. Menciptakan suasana kelas yang kondusif

Contoh motivasi belajar peserta didik selanjutnya adalah dengan


menciptakan suasana kelas yang kondusif. Karena kelas yang aman dan
tidak mendikte umumnya akan membuat peserta didik merasa didukung
untuk berusaha. Hal ini akan berpengaruh terhadap minat belajarnya dan
akan menumbuhkan motivasi belajar secara tidak langsung. Apabila peserta
didik belajar di suatu kelas yang kondusif, maka peserta didik cenderung
terdorong untuk terus mengikuti proses belajar.

4. Berikan tugas yang proporsional

Segala tugas di kelas dan pekerjaan rumah tidak selalu bisa disetarakan
dengan nilai. Jangan hanya berorientasi pada nilai dan coba penekanan pada
penguasaan materi. Mengapa demikian? Karena hal tersebut dapat
menurunkan semangat peserta didik yang kurang mampu memenuhi standar
dan berakibat peserta didik yang bersangkutan merasa dirinya gagal.
Usahakan untuk menggunakan mekanisme nilai seperlunya saja, dan
mulailah untuk lebih dekat dengan peserta didik dengan memperhatikan
kelebihan dan kekurangan mereka, serta apa yang bisa mereka tingkatkan.
Disarankan untuk memberikan komentar yang jelas agar peserta didik pun
dapat langsung memperbaiki tugas mereka apabila dirasa belum cukup.

5. Berikan petunjuk kepada peserta didik agar sukses dalam belajar


Jangan pernah membiarkan peserta didik berjuang sendiri dalam belajar.
sampaikanlah pada mereka apa saja yang perlu mereka lakukan. Dan yang
terpenting, buatlah mereka yakin bahwa mereka bisa sukses dan bagaimana
cara mencapainya.

6. Antusias dalam mengajar

Antusiasme seorang dosen dalam mengajar ternyata salah satu faktor yang
penting untuk menumbuhkan motivasi belajar dalam diri para peserta didik.
Bila Anda terlihat lesu dan kurang bersemangat maka para peserta didik juga
akan menunjukkan hal yang demikian. Upayakan untuk selalu tampil ceria
dan bersemangat serta antusias di depan kelas.

7. Pemberian penghargaan untuk memotivasi

Pemberian penghargaan seperti nilai tambahan, hadiah kecil ketika


mendapatkan pencapaian yang baik mungkin juga cukup efektif untuk
menumbuhkan semangat belajar peserta didik.

8. Kenali minat peserta didik.


Meskipun berada di kelas yang sama, setiap peserta didik tentu memiliki
kepribadian yang berbeda-beda. Disinilah tugas Anda sebagai dosen,
pahamilah peserta didik Anda dengan selalu memberikan tanggapan
terhadap materi, minat, harapan serta kekhawatiran mereka. Pergunakanlah
berbagai contoh dalam pembelajaran yang ada kaitannya dengan minat
mereka untuk membuat mereka tetap termotivasi dalam belajar.
9. Peduli dengan peserta didik.
Umumnya, para peserta didik akan menunjukkan minat dan motivasi belajar
mereka kepara dosen yang memiliki perhatian kepada mereka. Cobalah
membangun hubungan yang positif dengan para peserta didik. Caranya
mudah, Anda bisa menceritakan kisah hidup Anda yang positif pada mereka.

10. Harga kesuksesan dan keteladanan


Dan yang terakhir, hindari komentar negatif terhadap kelakuan buruk dan
performa rendah yang ditunjukan oleh peserta didik Anda. Akan lebih baik
jika Anda memberikan apresiasi bagi peserta didik yang menunjukan
kelakuan dan kinerja yang baik. Pujian positif dan dorongan secara tidak
langsung akan menjadi penggerak yang turut berpengaruh dan memberikan
aspirasi bagi peserta didik yang lain untuk berprestasi.

Anda mungkin juga menyukai