Anda di halaman 1dari 98

i

HUBUNGAN TINGKAT STRES, KECEMASAN, DAN


DEPRESI DENGAN TINGKAT PRESTASI
AKADEMIK PADA SANTRI ALIYAH DI PONDOK
PESANTREN DARUL IHSAN TGK. H. HASAN
KRUENG KALEE, DARUSSALAM, ACEH BESAR,
ACEH

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :
Ayu Rizki Saputri
NIM: 11141030000030

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT berkat nikmat-Nya penulis
dapat belajar dan menyelesaikan penelitian di FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Sholawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada Rasulullah SAW
yang telah membawa umat Muslim dari zaman kegelapan ke zaman yang penuh
dengan perkembangan ilmu dan teknologi sehingga penulis dapat belajar kala ini.
Banyak dukungan yang telah membantu penulis menyelesaikan penelitian. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih pada:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, Prof. Dr. Dr. Sardjana,
Sp.OG(K), SH, Maftuhah M.Kep, Ph.D, Fase Badriah S.KM, M.Kes, Ph.D
selaku Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. dr. Nauval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS selaku Ketua Program Studi
Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Marita Fadhilah, Ph. D selaku pembimbing 1 yang telah memberikan
waktu, ilmu serta nasihat sehingga penulis tidak hanya menyelesaikan
penelitian ini tetapi mendapat banyak inspirasi serta belajar tentang
pengalaman dan cita-cita.
4. dr. Bisatyo Mardjikoen, Sp. OT selaku pembimbing 2 yang telah
meluangkan waktu, ilmu, nasihat, saran, petuah dan pengalamannya
sehingga penelitian ini selesai dengan penuh berkah, tawa, dan sangat
berkesan.
5. dr. Isa Multazam Noor, Sp. KJ (K) Psikiater Anak dan Remaja dan drg.
Laifa Annisa Hendarmin, Ph. D yang telah bersedia menjadi penguji
dalam sidang skripsi penelitian ini.
6. Bapak Chris Adhiyanto, M.Biomed, Ph.D selaku penanggung jawab
modul riset angkatan 2014 yang telah membantu penulis menyelesaikan
penelitian.
vi

7. dr. Dwi Tyastuti, MPH, Ph. D selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis dari tahun pertama hingga akhir.
8. Ustadz Muhammad Faisal, Lc, MA selaku pimpinan Pondok Pesantren
Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee sekaligus guru besar penulis
selama menuntut ilmu di pesantren.
9. Ustadzah Mutia Ulfa, S.Pdi yang telah bersedia membantu dan
meluangkan waktu untuk membantu pelaksanaan penelitian ini di Pondok
Pesantren Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee.
10. Ustadz Murtadha Safir, S.Pd, M. Pd yang telah membantu, membimbing,
memberi dukungan, dan mendoakan penulis dengan sepenuh hati sehingga
penulis lebih bersemangat menyelesaikan penelitian ini.
11. Seluruh Ustadz dan Ustadzah di Pondok Pesantren Darul Ihsan Tgk. H.
Hasan Krueng Kalee yang telah memberikan dukungan dan doa yang tak
terputus-putusnya untuk penulis dari sejak penulis menuntut ilmu di
Pondok Pesantren Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee hingga
penulis menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta saat ini.
12. Seluruh adik-adik santri tingkat „aliyah di Pondok Pesantren Darul Ihsan
Tgk. H. Hasan Krueng Kalee yang telah bersedia menjadi serta
meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner dan mendengarkan
penjelasan dari penulis serta turut mendoakan penulis dalam menyusun
penelitian ini sehingga penulis tidak hanya menyelesaikan penelitian tetapi
menjalin silaturahmi dengan responden.
13. Aufa Rifqi selaku adik angkat penulis yang bersedia membantu penulis
selama melakukan penelitian ini, terutama membantu penulis membagikan
kuesioner kepada responden di Pondok Pesantren Darul Ihsan Tgk. H.
Hasan Krueng Kalee.
14. Kedua orang tua kandung penulis, Alm. Sugiyanto dan ibu Safitri yang
telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melihat dunia dan
belajar banyak hal dalam kehidupan ini. Semoga Allah selalu menjaga
dan memberikan pahala terbaik dari sisiNya untuk mereka, kedua orang
tua yang sangat berharga dalam hidup penulis.
vii

15. Kedua orang tua angkat penulis di Aceh, Bapak H. Asnawi Amin dan Ibu
Hj. Sriningsih, Amd yang telah mendidik, mengajarkan, memberi nasihat,
memberi dukungan sepenuh hati disaat penulis sedang kurang
bersemangat, membesarkan penulis dengan pendidikan agama, moral,
nilai-nilai kebaikan, kelemahlembutan, cinta dan kasih sayang, serta
doanya yang tak terputus-putus selalu mendukung penelitian dan segala
hal yang dilakukan penulis di tengah kesibukan pekerjaan mereka dan
urusan lainnya. Terima kasih telah memberikan penulis banyak
kesempatan untuk belajar berbagai hal dan mengajarkan penulis arti
kehidupan serta pentingnya keikhlasan dan bersabar.
16. Alvina dan Miftahurrahmah, kedua adik penulis yang selalu menghibur
penulis dan menemani masa suka duka selama menuntut ilmu di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
17. Kedua sahabat penulis yang sangat setia menemani penulis saat
melakukan penelitian di Aceh, Cut Maghfira Siantikha dan Ratna Juwita
yang telah memberikan hiburan, canda, tawa, dan waktu nya untuk
menemani penulis sehingga penulis merasa lebih terbantu melewati masa-
masa penelitian ini.
18. Teman-teman penelitian penulis, St. Rafidah Ali, Sri Nur Shadrina,
Syahriani Syukri, dan Annisa Tristiana yang telah menemani perjuangan
penulisan skripsi ini, melewati susah dan senang bersama-sama, dan
saling mengingatkan dan membantu menyelesaikan penelitian.
Kebersamaan ini tidak akan pernah terlupakan. Terima kasih untuk
semua pengalaman dan kebersamaan kita.
19. Kak Fildah Rusdina yang telah mengajarkan peneliti tentang metode
analisis data dalam penelitian ini.
20. Teman-teman sejawat Carotis 2014, kakak-kakak, dan adik-adik di
PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan di almamater penulis
lainnya yang selalu memberikan semangat, mendoakan, dan memberi
motivasi penulis saat jenuh sehingga penelitian ini dapat selesai.
viii

21. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan


penelitian ini. Semoga Allah membalas kebaikan dan jasa kalian semua.
Amin.

Kesempurnaan hanyalah milik Allah. Oleh karena itu, penulis menerima


saran dan kritik yang membangun untuk melengkapi laporan penelitian. Semoga
penenelitian ini dapat bermanfaat untuk masyarakat umum dan khususnya bagi
remaja dan pelajar. Amin.

Wassalamualaikum wr. wb.

Jakarta, 16 Oktober 2017

Penulis
ix

ABSTRAK
Ayu Rizki Saputri. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Hubungan Tingkat
Stres, Tingkat Kecemasan, dan Tingkat Depresi dengan Tingkat Prestasi Akademik Santri
‘aliyah di Pondok Pesantren Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee, Darussalam, Aceh
Besar, Aceh. 2017.
Latar belakang: Stres, kesemasan, dan depresi merupakan gangguan kesehatan mental
yang patut diwaspadai oleh remaja khususnya santri karena dapat menyebabkan hendaya
dan gangguan fungsi belajar maupun fungsi kehidupan lainnya. Tujuan: Mengetahui
hubungan tingkat stres, tingkat kecemasan, dan tingkat depresi dengan tingkat prestasi
akademik santri ‘aliyah dalam enam bulan terakhir di Pondok Pesantren Darul Ihsan Tgk.
H. Hasan Krueng Kalee, Darussalam, Aceh Besar, Aceh. Metode: Penelitian ini
menggunakan desain potong lintang dengan pengambilan data satu waktu. Sampel dipilih
dengan metode total sampling sebanyak 245 responden. Pengumpulan data menggunakan
kuesioner dan analisis data menggunakan uji Chi-Square. Hasil: Tidak terdapat hubungan
bermakna antara tingkat stres (p = 1.000), tingkat kecemasan (p = 0,754), dan tingkat
depresi (p = 0,497) dengan prestasi akademik pada santri ‘aliyah di Pesantren Darul Ihsan
Tgk. H. Hasan Krueng Kalee, Darussalam, Aceh Besar, Aceh. Kesimpulan: Stres,
kecemasan, dan depresi tidak berhubungan secara bermakna terhadap tingkat prestasi
akademik santri ‘aliyah di Pesantren Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee,
Darussalam, Aceh Besar, Aceh.

Kata kunci: stres, kecemasan, depresi, prestasi akademik, santri, ‘aliyah, pesantren.

ABSTRACK
Ayu Rizki Saputri. Medical Doctor and Physician Profession Study Program. The
Correlations Between Stress, Anxiety, and Depression Levels with The Level of The
Academic Achievements of The High School Studensts of Darul Ihsan Tgk. H. Hasan
Krueng Kalee Islamic Boarding School, Darussalam, Aceh Besar, Aceh. 2017.
Background: Stress, anxiety, and depression are mental health disorders that should be
wary of teenagers especially students because they can cause disability and impaired
learning function and other life functions. Objective: to determine the correlations
between stress, anxiety, and depression levels with the level of the academic
achievements of the students of Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee islamic
boarding school, Darussalam, Aceh Besar, Aceh in the last six months. Methods: The
study was used the cross-sectional design with one-time data retrieval. The sample was
chosen by total sampling method as many as 245 respondents. The data were collected by
the questionnaire and analize by Chi Square test. Results: There was no significant
correlation between stress (p = 1,000), anxiety (p = 0.754), and depression levels (p =
0.497) with the academic achievement of the high school students of Darul Ihsan Tgk. H.
Hasan Krueng Kalee islamic boarding school, Darussalam, Greatern Aceh, Aceh.
Conclusion: Stress, anxiety, and depression levels did not significantly influence the level
of the academic achievements of the high school students of Darul Ihsan Tgk. H. Hasan
Krueng Kalee islamic boarding school, Darussalam, Greatern Aceh, Aceh.

Keywords: stress, anxiety, depression, academic achievement, students, 'aliyah, islamic


boarding school.
x

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ....................................................................................... i


LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 7
1.3 Hipotesis. .................................................................................... 8
1.4 Tujuan Penelitian........................................................................ 8
1.4.1 Tujuan Umum ................................................................... 8
1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................. 8
1.5 Manfaat Penelitian...................................................................... 8
1.5.1 Manfaat Penelitian Bagi Santri. ........................................ 8
1.5.2 Manfaat Penelitian Bagi Peneliti ...................................... 10
1.5.3 Manfaat Penelitian Bagi Perguruan Tinggi ...................... 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Stres. ........................................................................................... 6
2.1.1 Definisi Stres .................................................................... 6
2.1.2 Jenis-Jenis Stres ................................................................6
2.1.3 Klasifikasi Stres ................................................................7
2.1.4 Tipe-tipe Stres ................................................................... 8
2.1.5 Aspek Stres........................................................................ 9
2.1.6 Faktor-Faktor Penyebab Stres .......................................... 10
2.1.7 Fisiologi Stres ................................................................... 11
2.1.8 Respon Fisiologis Tubuh terhadap Stres ........................... 12
2.1.9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Seseorang Merespon
Stres. ............................................................................................... 14
2.1.10 Gejala Adaptasi Umum Stres .......................................... 17
2.1.11 Dampak Stres .................................................................. 18
2.1.12 Pendekatan Probelem Solving terhadap Stres ................. 18
2.1.12 Cara Mengelola Stres. ..................................................... 22
2.1.13 Cara Mengatasi Stres ...................................................... 23
xi
2.2 Kecemasan .................................................................................24
2.2.1 Epidemiologi Gangguan Kecemasan ............................... 24
2.2.2 Definisi Gangguan Cemas Menyeluruh ........................... 24
2.2.3 Etiologi Gangguan Kecemasan ........................................ 25
2.2.4 Diagnosis Gangguan Kecemasan. .................................... 26
2.2.5 Gambaran Klinis Gangguan Kecemasan...........................27
2.2.6 Diagnosis Banding Gangguan Kecemasan .......................27
2.2.7 Prognosis Gangguan Kecemasan ...................................... 28
2.2.8 Terapi Gangguan Kecemasan.............................................28
2.3 Depresi ........................................................................................ 29
2.3.1 Definisi Depresi..................................................................29
2.3.2 Epidemiologi Depresi. ....................................................... 30
2.3.3 Etiologi Depresi..................................................................30
2.3.4 Perjalanan Penyakit Depresi...............................................34
2.3.5 Tanda dan Gejala Depresi. ................................................. 35
2.3.6 Kriteria Diagnosis Depresi Berat ....................................... 36
2.3.7 Tatalaksana Depresi. .......................................................... 37
2.3.8 Prognosis Depresi. .......................................................... 38
2.4 Prestasi Belajar. ........................................................................... 39
2.4.1 Definisi Prestasi..................................................................39
2.4.2 Definisi Belajar. ................................................................. 39
2.4.3 Prestasi Belajar. ................................................................. 40
2.4.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar. .......40
2.4.5 Evaluasi dan Cara Mengukur Prestasi Belajar. ................. 41
2.5 Kuesioner DASS-42. .................................................................. 41
2.6 Kerangka Konsep........................................................................43
2.7 Kerangka Teori .......................................................................... 44
2.8. Definisi Operasional .................................................................. 45

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN


3.1 Desain Penelitian. ........................................................................ 47
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian. .................................................... 47
3.3 Populasi dan Sampel Peneliti ...................................................... 47
3.3.1 Populasi. .......................................................................... 47
3.3.2 Besar Sampel ................................................................... 48
3.3.3 Cara Pengambilan Sampel ..............................................49
3.3.4 Kriteria Sampel ............................................................... 49
3.4 Cara Kerja Penelitian. .................................................................50
3.5 Alur Penelitian.............................................................................51
3.6 Manajemen Data ........................................................................52
3.6.1 Pengumpulan Data ........................................................... 52
3.6.2 Instrumen Penelitian. ....................................................... 52
3.6.3 Pengolaahan dan Analisis Data. ....................................... 52
xii
3.6.3.1 Editing. ........................................................ 52
3.6.3.2 Coding. ........................................................ 52
3.6.3.3 Data Entry .................................................... 52
3.6.3.4 Input Data .................................................... 52
3.6.3.5 Analisis Data. .............................................. 53
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Analisis Univariat. ..................................... 54
4.1.1 Karakteristik Sampel ....................................................... 54
4.1.2 Frekuensi Stres ................................................................ 55
4.1.3 Frekuensi Kecemasan. ..................................................... 55
4.1.4 Frekuensi Depresi ............................................................ 56
4.1.5 Tingkat Prestasi Akademik ............................................. 57
4.2 Analisis Bivariat ........................................ 57
4.2.1 Hubungan Tingkat Stres dengan Prestasi
Akademik ..................................................................... 58
4.2.2 Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Prestasi
Akademik ..................................................................... 60
4.2.3 Hubungan Tingkat Depresi dengan Prestasi
Akademik ..................................................................... 62
4.4. Keterbatasan Penelitian. ........................................................... 63
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan............................................ 64
5.2 Saran. ..................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 65
LAMPIRAN .............................................................................................. 70
Lampiran 1. ..................................................................................... 70
Lampiran 2. ..................................................................................... 72
Lampiran 3. ..................................................................................... 75
Lampiran 4. ..................................................................................... 83
Lampiran 5. ..................................................................................... 84
Lampiran 6. ..................................................................................... 85
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................ 85
xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Jenis Kelamin dan Tingkat Kelas


Tabel 4.2 Frekuensi Stres
Tabel 4.3 Frekuensi Kecemasan
Tabel 4.4 Frekuensi Depresi
Tabel 4.5 Distribusi Tingkat Prestasi Akademik
Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Stres dengan Tingkat Prestasi Akademik
Tabel 4.7 Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Tingkat Prestasi Akademik
Tabel 4.8 Hubungan Tingkat Depresi dengan Tingkat Prestasi Akademik
xiv

DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization


LAS : Local Adaptation Syndrom
GAS : General Adaptation Syndrom
DKI : Daerah Khusus Ibukota
SDM : Sumber Daya Manusia
SMA : Sekolah Menengah Atas
CRH : Corticotropin Releasing Hormone
ACTH : Adrenocorticotropik Hormone
GAD : Generalized Anxiety Disorder
PET : Positron Emission Tomography
GABA : Gamma-aminobutyric acid
UIN : Universitas Islam Negeri
FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Informed Consent dan Data Karakteristik Respond


Lampiran 2 : Kuesioner DASS-42 Berbahasa Indonesia
Lampiran 3 : Lembar Surat Etik
Lampiran 4 : Surat balasan dari Pesantren Darul Ihsan Tgk.H. Hasan Krueng
Kalee
Lampiran 5 : Hasil Pengelolaan Data dengan SPSS
Lampiran 6 : Riwayat Penulis
i
i
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang


signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (World Health
Organization) tahun 2016 terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi. WHO
menyatakan bahwa depresi akan menjadi penyakit dengan beban global kedua
terbesar di dunia setelah penyakit jantung iskemik pada tahun 2020. Hasil survey
di 14 negara tahun 1990 menunjukkan depresi merupakan masalah kesehatan
dengan urutan ke-4 terbesar di dunia yang mengakibatkan beban sosial. Prevalensi
depresi di Indonesia cukup tinggi, yakni sekitar 17-27%. Hal ini dapat dilihat dari
data bunuh diri di Indonesia yang semakin meningkat, hingga terhitung 50.000
kasus bunuh diri di tahun 2014. Sangat jauh dibandingkan 5000 kasus bunuh diri
di tahun 2010.1

Menurut World Health Organization (WHO), prevalensi kejadian stres


cukup tinggi dimana hampir dari 350 juta penduduk dunia mengalami stres dan
stres merupakan penyakit dengan peringkat ke-4 di dunia. Studi prevalensi stres
dilakukan oleh Health and Safety Executive di Inggris melibatkan penduduk
Inggris sebanyak 487.000 orang yang masih produktif dari tahun 2013-2014.
Kementrian Kesehatan Indonesia pada tahun 2007 menyatakan bahwa dari
populasi orang dewasa di Indonesia yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6
persen atau 17,4 juta jiwa mengalami gangguan mental emosional atau gangguan
kesehatan jiwa berupa gangguan kecemasan dan depresi. Angka tersebut
mengalami penurunan menjadi 6% pada tahun 2013. Dengan demikian, ada
1.740.000 orang Indonesia yang mengalami gangguan mental emosional atau
gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan kecemasan dan depresi.2

Data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta menunjukkan


jumlah penduduk stres menjacapai 1,33 juta dari 9,5 juta jiwa (14% dari 9,5 juta).
Data dari Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa Tengah tahun 2006 tercatat

1
2

704.000 orang mengalami gangguan kejiwaan, 608.000 di antaranya mengalami


stres.3

Gangguan Kecemasan merupakan keadaan psikiatri paling sering


ditemukan di Amerika Serikat dan di seluruh dunia. The Anxiety and Depression
Assosiation of America menuliskan bahwa gangguan kecemasan dan depresi di
derita oleh 40 juta populasi orang dewasa di Amerika Serikat pada usia 18 tahun
lebi (18% dari populasi). Diperkirakan 20% dari penduduk dunia menderita
kecemasan dan sebanyak 47,7 remaja sering merasa cemas. National Comorbidity
Study melaporkan bahwa satu dari empat orang memenuhi kriteria untuk
sedikitnya satu gangguan kecemasan dan terdapat angka prevalensi 17% per
tahun.3

Data dari CDC pada tahun 2007-2010 menyatakan bahwa prevalensi


depresi pada usia 12-17 tahun sebesar 6,3%. Usia tersebut termasuk kelompok
usia remaja awal dan pertengahan serta merupakan usia pendidikan sekola h
menengah.2 Data Riskesdas pada tahun 2013 menunjukkan prevalensi gangguan
mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan
untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah
penduduk Indonesia.2 Orang dengan gangguan kecemasan 10-15% juga
mengalami depresi berat. Gangguan kecemasan pada umumnya terjadi pada usia
dewasa muda, sekitar 25 tahun, tetapi bisa terjadi pada usia berapapun, termasuk
anak-anak dan remaja.3

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Taufik di SMA Negeri 7


Padang pada tahun 2013 menyatakan bahwa 13,2% siswa SMA Negeri 7 Padang
tergolong dalam kategori tingkat stres akademik tinggi. Hal ini berarti bahwa
siswa SMA Negeri 7 Padang tidak luput dari kondisi stres akibat tuntutan
akademik.4

Studi Pendahuluan dilakukan oleh peneliti Novita Nabila pada tahun 2014
di Pondok Pesantren Islamic Centre Bin Baz. Hasil wawancara 10 anak yaitu
memberikan pengakuan sering mengalami stres dan 9 anak mengakui susah
berkonsentrasi dalam belajar.5 Ternyata, bukan hanya siswa sekolah umum saja
3

yang mengalami masalah stres dalam menajalani kehidupan dan menuntut ilmu di
sekolah, di pondok pesantren pun kehidupan santri tidak selalu semua berjalan
dengan lancar dan ada santri yang mengalami masalah stres.5

Tercatat di Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) dan Pendidikan


dan Pelatihan (Diklat) Kementrian Agama bahwa jumlah santri pondok pesantren
di 34 provinsi di seluruh Indonesia, mencapai 3,65 juta yang tersebar di 25.000
pondok pesantren. Besarnya jumlah pondok pesantren yang tersebar di seluruh
provinsi di Indonesia dan angka santri yang begitu besar menunjukkan bahwa
semakin meningkatnya kepercayaan orang tua atau masyarakat Indonesia pada
pondok pesantren yang dianggap mampu menunjang pendidikan di Indonesia dan
mencetak anak-anak mereka menjadi generasi yang baik dan tangguh untuk
bangsa dan negara.6

Melihat besarnya peran pesantren dalam menunjang pendidikan di


Indonesia disertai tingginya angka prevalensi stres, kecemasan, dan depresi pada
usia remaja atau usia sekolah menengah, serta melihat besarnya pengaruh stres
terhadap konsentrasi belajar siswa di pesantren, maka peneliti tergerak untuk
melakukan penelitian mengenai hubungan tingkat stres, kecemasan, dan depresi
dengan tingkat prestasi akademik pada santri „aliyah di Pondok Pesantren Darul
Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee, Darussalam, Aceh Besar, Aceh.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Apakah ada hubungan antara tingkat stres, tingkat kecemasan, dan tingkat
depresi dengan tingkat prestasi akademik santri di Pondok Pesantren Darul Ihsan
Tgk. H. Hasan Krueng Kalee ?

1.3. HIPOTESIS
Ada hubungan antara tingkat stres, tingkat kecemasan, dan tingkat depresi
dengan tingkat prestasi akademik santri di Pondok Pesantren Darul Ihsan Tgk. H.
Hasan Krueng Kalee.
4

1.4. TUJUAN PENELITIAN


1.4.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan


antara stres, tingkat kecemasan, dan tingkat depresi dengan
tingkat prestasi akademik santri di Pondok Pesantren Darul Ihsan
Tgk. H. Hasan Krueng Kalee.

1.4.2. Tujuan Khusus


a. Menganalisis banyaknya kejadian stres, cemas, dan depresi
pada santri di Pondok Pesantren Darul Ihsan Tgk. H. Hasan
Krueng Kalee.
b. Menganalisis hubungan tingkat stres, kecemasan, dan depresi
terhadap prestasi belajar pada santri di Pondok Pesantren Darul
Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee.

1.5. MANFAAT PENELITIAN

1.5.1. Bagi Santri


a. Sebagai informasi dalam mengetahui seberapa besar
santri yang mengalami masalah dalam prestasi belajar
akibat stres, kecemasan, dan depresi.
b. Sebagai informasi dan pengetahuan mengenai pengaruh
atau hubungan stres, kecemasan, dan depresi terhadap
prestasi belajar santri di kelas.
1.5.2. Bagi Peneliti
a. Sebagai penambahan wawasan tentang besarnya angka
kejadian stres, kecemasan dan depresi di Pondok
Pesantren Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee.
b. Menjadi motivasi untuk mengembangkan penelitian
lanjutan yang berhubungan dengan hasil penelitian yang
didapatkan, misalnya melanjutkan penelitian mengenai
faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi stres,
kecemasan, dan depresi pada santri atau meneliti tentang
5

metode penanganan seperti apa saja yang mampu


mengatasi masalah stres, kecemasan, dan depresi pada
santri di pesantren sehingga dapat menurunkan angka
kejadian stres, kecemasan, dan depresi pada santri di
pesantren.
1.5.3. Bagi Perguruan Tinggi
a. Sebagai data untuk dilakukan penelitian selanjutnya
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. STRES

2.1.1. Definisi Stres

Menurut American Institute of Stress tahun 2010 disebutkan bahwa tidak


ada definisi yang pasti untuk stres karena setiap individu akan memiliki reaksi
yang berbeda terhadap stres yang sama, sedangkan menurut National of
Asosiation of School Psychologist tahun 1998 disebutkan bahwa stres adalah
perasaan yang tidak menyenangkan dan diinterpretasikan secara berbeda antara
individu yang satu dengan individu yang lainnya.7

Menurut Hans Selye, stres merupakan respon tubuh yang bersifat tidak
spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian
tersebut dapat dikatakan stres apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang
berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka
tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang
tersebut dapat mengalami stres. Respons atau tindakan ini termasuk respons
fisiologis dan psikologis.8

Dapat disimpulkan bahwa stres dapat didefenisikan sebagai sebuah


keadaan yang kita alami ketika ada sebuah ketidaksesuain antara tuntutan
yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya. Sesuatu yang
menyebabkan timbulnya stres disebut stressor.9

2.1.2. Jenis-Jenis Stres


Quick dan Quick mengkategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:10

a. Eustress
Yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat,
positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut
termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang

6
7

diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan


adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi.
b. Distress
Yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak
sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut
termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit
kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran yang tinggi, yang
diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.

2.1.3. Klasifikasi Stres

a. Stres Akut (Acute Stress)

Merupakan reaksi terhadap ancaman yang segera, umunya


dikenal dengan respon atas pertengkaran atau penerbangan (fight
or flight). Suatu ancaman dapat terjadi pada situasi apa pun yang
pernah dialami bahkan secara tidak disadari atau salah dianggap
sebagai suatu bahaya. Penyebab-penyebab stres akut antara lain:10
kebisingan, keramaian, pengasingan, lapar, bahaya, infeksi, dan
bayangan suatu ancaman atau ingatan atas suatu peristiwa
berbahaya (mengerikan).

Pada banyak kejadian, suatu waktu ancaman akut telah


dilalui, suatu respon menjadi tidak aktif dan tingkat-tingkat
hormon stres kembali normal, suatu kondisi yang disebut respon
relaksasi (relaxation response).10

b. Stres Kronis (Chronic Stress).


Kehidupan modern menciptakan situasi stres
berkesinambungan yang tidak berumur pendek. Penyebab-
penyebab umum stres kronis antara lain:11 kerja dengan tekanan
tinggi yang terus menerus, problem-problem hubungan jangka
panjang, kesepian, dan kekhawatiran finansial yang terus-menerus.
8

2.1.4. Tipe-Tipe Stres

a. Tekanan

Hasil hubungan antara peristiwa-peristiwa persekitaran


dengan individu. Paras tekanan yang dihasilkan akan bergantung
kepada sumber tekanan dan cara individu tersebut bertindak balas.
Tekanan mental adalah sebagian daripada kehidupan harian. Ia
merujuk kepada kaidah yang menyebabkan ketenangan individu
terasa diancam oleh peristiwa di sekitarnya dan menyebabkan
individu tersebut bertindak balas. Tekanan mental yang sederhana
dapat menjadi pendorong kepada satu-satu tindakan dan
pencapaian tetapi kalau tekanan mental anda itu terlalu tinggi, ia
dapat menimbulkan masalah sosial dan seterusnya menggangu
kesehatan anda.11

b. Frustasi

Yaitu suatu harapan yang diinginkan dan kenyataan yang


terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan.11

c. Konflik
Berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses
sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana
salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.11
d. Kecemasan
Kecemasan itu suatu respon atau sinyal menyadarkan
seseorang tentang prasaan khawatir , gelisah , dan takut yang sedang
ia rasakan. Ini timbul dari emosi seseorang karena merasa tidak
nyaman, tidak aman atau merasakan ancaman dan sering kali terjadi
tanpa adanya penyebab yang jelas ini karena respon terhadap situasi
yang kelihatannya tidak menakutkan.11
9

2.1.5. Aspek Stres

a. Stimulus
Keadaan/situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau
membahayakan yang menghasilkan perasaan tegang disebut
sebagai stressor.11
b. Respon
Respon adalah reaksi seseorang terhadap stresor. Terdapat dua
komponen yang saling berhubungan, komponen Fisiologis dan
komponen Psikologis. Dimana kedua respon tersebut disebut
dengan strain atau ketegangan.11
1) Komponen Fisiologis, misalnya detak jantung, sakit perut,
keringat.
2) Komponen psikologis, misalnya pola berfikir dan emosi

c. Proses
Stres sebagai suatu proses terdiri dari stresor dan strain
ditambah dengan satu dimensi yang peting yaitu hubungan antara
manusia dengan lingkungan. Proses ini melibatkan interaksi dan
penyesuaian diri yang kontinyu yang disebut juga dengan istilah
transaksi antara manusia dengan lingkungan, yang didalamnya
termasuk perasaan yang dialami dan bagaimana orang lain
merasakannya.11
10

2.1.6. Faktor-Faktor Penyebab Stres

Stres dapat terjadi karena:11

a. Fisik-Biologik
1) Penyakit sulit disembuhkan
2) Cacat fisik
3) Merasa penampilan kurang menarik
b. Psikologik
1) Negatif thinking
2) Sikap permusuhan
3) Iri hati
4) Dendam dan sejenisnya
c. Sosial
1) Kehidupan keluarga yang tidak harmonis
2) Faktor pekerjaan
3) Iklim lingkungan.
d. Pekerjaan “occupational stress”
1) Tuntutan kerja, terlalu banyak dan membuat orang bekerja
terlalu keras dan lembur karena keharusan
mengerjakannya.
2) Jenis pekerjaan, misalnya : jenis pekerjaan yang
memberikan penilaian atas penampilan kerja bawahannya
(supervisi), guru, dan dosen.
3) Pekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi kehidupan
manusia

2.1.7. Fisiologi Stres

Stres fisik atau emosional mengaktivasi amygdala yang merupakan bagian


dari sistem limbik yang berhubungan dengan komponen emosional dari otak.
Respon emosional yang timbul ditahan oleh input dari pusat yang lebih tinggi di
forebrain. Respon neurologis dari amygdala ditransmisikan dan menstimulasi
respon hormonal dari hipotalamus. Hipotalamus akan melepaskan hormon CRF
11

(corticotropin- releasing factor) yang menstimulasi hipofisis untuk melepaskan


hormon lain yaitu ACTH (adrenocorticotropic hormone) ke dalam darah. ACTH
sebagai gantinya menstimulasi kelenjar adrenal untuk menghasilkan kortisol,
suatu kelenjar kecil yang berada di atas ginjal. Semakin berat stres, kelenjar
adrenal akan menghasilkan kortisol semakin banyak dan menekan sistem imun.7

Secara simultan, hipotalamus bekerja secara langsung pada sistem otonom


untuk merangsang respon yang segera terhadap stres. Sistem otonom sendiri
diperlukan dalam menjaga keseimbangan tubuh. Sistem otonom terbagi dua yaitu
sistem simpatis dan parasimpatis. Sistem simpatis bertanggung jawab terhadap
adanya stimulasi atau stres. Reaksi yang timbul berupa peningkatan denyut
jantung, napas yang cepat, penurunan aktivitas gastrointestinal. Sementara sistem
parasimpatis membuat tubuh kembali ke keadaan istirahat melalui penurunan
denyut jantung, perlambatan pernapasan, meningkatkan aktivitas gastrointestinal.
Perangsangan yang berkelanjutan terhadap sistem simpatis menimbulkan respon
stress yang berulang-ulang dan menempatkan sistem otonom pada
ketidakseimbangan. Keseimbangan antara kedua sistem ini sangat penting bagi
kesehatan tubuh. Dengan demikian tubuh dipersiapkan untuk melawan atau reaksi
menghindar melalui satu mekanisme rangkap: satu respon saraf, jangka pendek,
dan satu respon hormonal yang bersifat lebih lama.7

2.1.8. Respon Fisiologis Tubuh Terhadap Stres


Hans Selye menyebutkan ada 2 respon fisiologis tubuh terhadap yaitu :
Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).12

a. Local Adaptation Syndrom (LAS)

Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap


stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan
penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll.
Responnya berjangka pendek.
Karakteristik dari LAS :
12

1) respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan


semua system
2) respon bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk
menstimulasikannya.
3) respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
4) respon bersifat restorative.

b. General Adaptation Syndrom (GAS)

GAS merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh


terhadap stres. Respon yang terlibat didalamanya adalah sistem
saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks GAS
sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin. Menurut Selye
dalam fase GAS ada 3 (tiga) tingkatan yang berbeda dari respon
fisik dan mental atau tanggapan seseorang terhadap stres yaitu
peringatan (alarm), perlawanan (resistance), dan peredaan
(exhaustion).12

1) Tahap peringatan dini atau alarm, merupakan tahapan awal


dari reaksi tubuh saat menyadari adanya suatu tekanan atau
stres. Reaksi awal pada umumnya terjadi dalam bentuk suatu
pesan biokimia yang ditandai dengan gejala seperti otot
menegang, tekanan darah dan denyut jantung meningkat dan
sebagainya.
2) Tahap perlawanan, yang ditandai dengan adanya gejala
ketegangan, kegelisahan, kelesuan dan sebagainya yang
menandakan seseorang sedang melakukan perlawanan
terhadap stres. Perlawanan terhadap stres sering menimbulkan
terjadinya kecelakaan, pengambilan keputusan yang kurang
baik dan sakit- sakitan.
3) Tahap peredaan ditandai dengan runtuhnya tingkat
perlawanan. Pada tahap ini akan muncul berbagai macam
13

penyakit seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung


koroner, penyakit gula darah, dan sebagainya.

c. Reaksi Psikologis
Seperti gelisah, cemas, tidak dapat berkonsentrasi dalam
pekejaan atau belajar, sikap pesimis, hilang rasa humor, malas,
sikap apatis, sering melamun, sering marah-marah bersikap agresif
baik secara verbal seperti berkata-kata kasar, suka menghina,
mupun non verbal seperti menendang-nendang, menempeleng,
membanting pintu atau memecahkan barang-barang. Reaksi
psikologis yang paling sering terjadi adalah :
1) Kecemasan
Respon yang paling umum merupakan tanda bahaya yang
menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang
sukar digambarkan adalah emosi yang tidak menyenangkan
istilah “kuatir,” “tegang,” “prihatin,” “takut”fisik antung
berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah
tinggi dan susah tidur.
2) Kemarahan dan Agresi

Yakni perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan


yang dirasakan sebagai ancaman. Merupakan reaksi umum lain
terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan
agresi, Agresi ialah kemarahan yang meluap-luap, dan orang
melakukan serangan secara kasar dengan jalan yang tidak
wajar. Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan, tindak sadis
dan usaha membunuh orang.

3) Depresi

Yaitu keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan


semangat. Terkadang disertai rasa sedih yang mendalam dan
ingin bunuh diri.
14

2.1.9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Seseorang dalam Merespon Stres

Respons terhadap stresor yang diberikan setiap individu akan berbeda


berdasarkan faktor yang akan mempengaruhi dari stresor tersebut, dan coping
yang dimiliki individu, di antara stresor yang dapat mempengaruhi respons tubuh
antara lain:10

a. Sifat Stresor

Sifat stresor merupakan faktor yang dapat mempengaruhi


respons tubuh terhadap stresor. Sifat stesor ini dapat berupa tiba-
tiba atau berangsur-angsur, sifat ini pada setiap individu dapat
berbeda tergantung dari pemahaman tentang arti stresor.

b. Durasi Stresor

Lamanya stresor yang dialami klien akan mempengaruhi


respons tubuh. Apabila stresor yang dialami lebih lama, maka
respons yang dilaminya juga akan lebih lama dan dapat
mempengaruhi dari fungsi tubuh yang lain.

c. Jumlah Stresor

Jumlah stresor yang dialami seseorang dapat menentuka


respons tubuh. Semakin banyak stresor yang dialami pada
seseorang, dapat menimbulkan dampak besar bagi fungsi tubuh
juga sebaliknya dengan jumlah stresor yang dialami banyak dan
kemampuan adaptasi baik, maka seseorang akan memiliki
kemampuan dalam mengatasinya.

d. Pengalaman Masa Lalu

Pengalaman ini juga dapat mempengaruhi respons tubuh


terhadap stresoryang dimiliki. Semakin banyak stresor dan
pengalaman yang dialami dan mampu menghadapinya, maka
15

semakin baik dalam mengatasinya sehingga kemampuan


adaptifnya akan semakin baik pula.

e. Tipe Kepribadian

Tipe kepribadian seseorang juga dapat mempengaruhi


respons terhadap stresor. Apabila seseorang yang memiliki tipe
kepribadian A, maka lebih rentan terkena stress dibandingkan
dengan tipe kepribadian B. tipe kepribadian A memiliki ciri
ambisius, agresif, kompetitif, kurang sabar, mudah tegang,
mudah tersinggung, mudah marah, memiliki kewaspadaan yang
berlebihan, berbicara cepat, bekerja tidak kenal waktu, pandai
berorganisasi dan memimpin atau memerintah, lebih suka
bekerja sendirian bila ada tantangan, kaku terhadap waktu,
ramah, tidak mudah dipengaruhi, bila berlibur fikirannya ke
pekerjaan dan lain-lain. Sedangkan tipe kepribadian B memiliki
sikap tidak agresif ambisinya wajar-wajar, penyabar, senang,
tidak mudah tersinggung, tidak mudah marah, cara berbicara
tidak tergesa-gesa, perilaku tidak interaktif, lebih suka kerjasama,
mudah bergaul, dan lain-lain atau merupakan kebalikan dari tipe
kepribadian A.

f. Tingkat Perkembangan

Tingkat perkembangan pada individu ini juga dapat


mempengaruhi respons tubuh di mana semakin matang dalam
perkembangannya, maka semakin baik pula kemampuan untuk
mengatsinya. Dalam perkembangannya kemampuan individu
dalam mengatasi stresor dan respons terhadapnya berbeda-beda
dan stresor yang dihadapinya pun beda yang dapat digambarkan
sebagai berikut:

2.1.10. Gejala Adaptasi Umum Stres


16

Menurut Ghani seseorang mengalami stres dapat dilihat dari tanda–tanda,


diantaranya adalah : 9

a. Gejala Fisik

Seperti sakit kepala, tekanan darah naik, dan serangan jantung.

b. Gejala Psikologis

Seperti sulit tidur, mimpi buruk, depresi, kerja gelisah/


tak bergairah, bingung, mudah tersinggung/impulsif, dan
gejala depresi lainnya.

c. Gejala Perilaku

Seperti membolos, uring- uringan, produktivitas


menurun, dan sering membuat kekeliruan/ kesalahan kerja.

2.1.11. Dampak Stres

a. Pengaruh Positif

Stres dapat mendorong orang untuk membangkitkan


kesadaran dan menghasilkan pengalaman baru.

b. Pengaruh Negatif
Pengaruh negatif dari stres antara lain adalah; menimbulkan
perasaan-perasaan tidak nyaman, tidak percaya diri, penolakan,
marah, depresi, memicu sakit kepala, sakit perut, insomnia,
tekanan darah tinggi, dan stroke. Selain itu, stres pada anak yang
berkepanjangan akan berpengaruh negatif pada pertumbuhan
kepribadiannya, yaitu kurang percaya diri dan takut melakukan
sesuatu.9

2.1.12. Pendekatan Problem Solving Terhadap Stres

a. Strategi Koping yang Spontan Mengatasi Stres :


17

Koping yang digunakan individu secara sadar dan terarah


dalam mengatasi sakit atau stressor yang dihadapinya. Metode
koping bisa diperoleh dari proses belajar dan beberapa relaksasi.
Jika individu menggunaan strategi koping yang efektif dan cocok
dengan stressor yang dihadapinya, stressor tersebut tidak akan
menimbulkan sakit (disease), tetapi stressor tersebut akan menjadi
suatu stimulan yang memberikan wellness dan prestasi. Strategi
koping yang berhasil mengatasi stres harus memiliki empat
komponen pokok:12

1) Peningkatan Kesadaran terhadap Masalah: mengetahui dan


memahami masalah serta teori yang melatarbelakangi situasi
yang tengah berlangsung.
2) Pengolahan Informasi: suatu pendekatan dengan cara
mengalihkan persepsi sehingga ancaman yang ada akan
diredam. komponen ini meliputi pengumulan informasi dan
pengkajian sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah.
3) Pengubahan Perilaku: suatu tindakan yang dipilih secara
sadar dan bersifat positif, yang dapat meringankan,
meminimalkan, atau menghilangkan stressor.
4) Resolusi Damai: suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil di
atasi.

b. Defence Mechanisms ( Pertahanan Diri )

Menurut Lazanus tahun 2006 penanganan stress atau coping


terdiri dari dua bentuk, yaitu :

1) Problem - Pocused Coping ( Coping yang berfokus pada


masalah ) yaitu istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk
penanganan stress atau coping yang digunakan oleh individu
yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya .
2) Emotion - Pocused Coping ( Coping yang berfokus pada emosi
) yaitu istilah Lazarus untuk penanganan stress dimana individu
18

memberikan respon terhadap situasi stress dengan cara


emosional, terutama denngan menggunakan penilaian defensif.12

c. Strategi Penanganan Stres Dengan Mendekat Dan


Menghindar
1) Strategi mendekati (approach strategies) meliputi usaha
kognitif untuk memahami penyebab stres dan usaha untuk
menghadapi penyebab stres tersebut dengan cara menghadapi
penyebab stres tersebut atau konsekuensi yang ditimbulkannya
secara langsung
2) Strategi menghindar (avoidance strategies) meliputi usaha
kognitif untuk menyangkal atau meminimalisasikan penyebab
stres dan usaha yang muncul dalam tingkah laku, untuk
menarik diri atau menghindar dari penyebab stress.12
d. Adaptasi.
Adaptasi adalah suatu perubahan yang menyertai individu
dalam berespons terhadap perubahan yang ada di lingkungan
dan dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis
maupun psikologis yang akan menghasilkan perilaku adaptif.
Macam-macam adaptasi, antara lain :12
1) Adaptasi Fisiologis

Merupakan proses penyesuaian tubuh secara alamiah


atau secara fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan
dan berbagai faktor yang menimbulkan atau mempengaruhi
keadaan menjadi tidak seimbang contohnya masuknya kuman
penyakit, maka secara fisiologis tubuh berusaha untuk
mempertahankan baik dari pintu masuknya kuman atau sudah
masuk dalam tubuh. Adaptasi secara fisiologis dapat dibagi
menjadi dua yaitu: apabila kejadiannya atau proses adaptasi
bersifat lokal, maka itu disebut dengan LAS (Local Adaptation
Syndroma) seperti ketika daerah tubuh atau kulit terkena
infeksi, maka di daerah kulit tersebut akan terjadi kemerahan,
19

bengkak, nyeri, panas dan lain-lain yang sifatnya lokal atau


pada daerah sekitar yang terkena. Akan tetapi apabila reaksi
lokal tidak dapat diatasi dapat menyebabkan gangguan secara
sistemik tubuh akan melakukan proses penyesuaian seperti
panas seluruh tubuh, berkeringat dan lain-lain, keadaan ini
disebut sebagai GAS (General Adaption Syndrome).12

2) Adaptasi Psikologis

Merupakan proses penyesuaian secara psikologis


akibat stresor yang ada, dengan memberikan mekanisme
pertahanan dari dengan harapan dapat melindungi atau
bertahan diri dari serangan atau hal-hal yang tidak
menyenangkan.

Dalam adaptasi secara psikologis terdapat dua cara


untuk mempertahankan diri dari berbagai stresor yaitu dengan
cara melakukan koping atau penanganan diantaranya
berorientasi pada tugas (task oriented) yang di kenal dengan
problem solving strategi dan ego oriented atau mekanisme
pertahanan diri.

3) Adaptasi Sosial Budaya


Merupakan cara untuk mengadakan perubahan dengan
melakukan proses penyesuaian perilaku yang sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat, berkumpul dalam
masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan.

4) Adaptasi Spiritual.

Proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan


perilaku yang didasarkan pada keyakinan atau kepercayaan
yang dimiliki sesuai dengan agama yang dianutnya. Apabila
mengalami stres, maka seseorang akan giat melakukan ibadah.
20

2.1.13. Cara Mengelola Stres

a. Coping

Mengelola stres disebut dengan istilah coping. Menurut


R.S. Lazarus coping adalah proses mengelola tuntutan (internal
atau eksternal) yang diduga sebagai beban karena di luar
kemampuan individu. Coping terdiri atas upaya-upaya yang
berorientasi kegiatan dan intrapsikis (seperti menuntaskan,
tabah, mengurangi atau meminimalkan) tuntutan internal dan
eksternal. Adapun menurut Weiten dan Lloyd coping
merupakan upaya-upya untuk mengatasi, mengurangi atau
mentoleransi beban perasaan yang tercipta karena stres. 12

Faktor-faktor yang mempengaruhi coping:

1) Dukungan sosial. Dukungan sosial dapat diartikan sebagai


“bantuan dari orang lain yang memiliki kedekatan (orang tua,
suami/isteri, saudara atau teman) terhadap seseorang yang
mengalami stres. Dukungan sosial memiliki empat fungsi: (a)
sebagai emotional support, meliputi pemberian curahan kasih
sayang, perhatian dan kepedulian; (b) sebagai appraisal
support, meliputi bantuan orang lain untuk menilai dan
mengembangkan kesadaran akan masalah yang dihadapi,
termasuk usaha-usaha mengklarifikasi dan memberikan
umpan balik tentang hikmah di balik masalah tersebut; (c)
sebagai informational support, meliputi nasehat/pengarahan
dan diskusi tentang bagaimana mengatasi atau memecahkan
masalah; (d) sebagai instrumental support, meliputi bantuan
material, seperti memberikan tempat tinggal, meminjamkan
uang dan menyertai kunjungan ke biro layanan sosial.
2) Kepribadian. Kepribadian seseorang cukup besar
pengaruhnya terhadap coping atau usaha-usaha dalam
menghadapi atau mengelola stres. Adapun tipe-tipe
21

kepribadian yang berpengaruh terhadap coping adalah


sebagai berikut: (1) Hardiness (ketabahan, daya tahan) yaitu
tipe kepribadian yang ditandai dengan sikap komitmen,
internal locus control dan kesadaran akan tantangan
(challenge); (2) Optimisme, yaitu kecenderungan umum
untuk mengharapkan hasil-hasil yang baik atau sesuai
harapan; (3) Humoris.

2.1.14. Cara Mengatasi Stres

a. Ringkasan penilaian diri

Mengidentifikasi tanda-tanda dan gejala-gejala yang


muncul dari aktivitasrespon stres anda akan membantu anda
memonitor reaksi anda terhadap tuntutan dan tekanan yang
akan dihadapi. Tanda-tanda dan gejala ini menjadi
indikator bagi anda untuk mengatasinya. Gunakan ini sebagai
alat untuk merefleksikan apa yang mungkin menjadi penyebab
stres anda.12

b. Mengembangkan kemampuan antisipasi masalah

Mengukur apa yang terjadi selanjutnya dan beban


dan tuntutan apa yang menyebabkan stres. Salnjutnya menyusun
rencana untuk mengatasi masalah dengan mempertimbangkan
akibat yang akan diterima dari tuntutan.

c. Mengubah tuntutan
Mengubah tuntutan dapat dilakukan dengan
mengurangi tuntutan atau meningkatkan tuntutan. Hal
ini dilakukan berdasarkan pengalaman -pengalaman
terdahulu yang menyebabkan anda stres. Cara Mengurangi
tuntutan: 12
1) Tetap waspada terhadap peristiwa-peristiwa kehidupan
2) Membuat prioritas masalah
22

3) Menjadi realistis terhadap hal yang ingin dicapai


4) Menghindari bersikap perfeksionis
5) Mencari bantuan ketika beban semakin berat
6) Menghindari ketidakpastian
7) Menemukan pekerjaan atau kegiatan yang sesuai dengan
kepribadian diri sendiri

2.2. KECEMASAN
2.2.1 Epidemiologi Gangguan Kecemasan

Gangguan kecemasan merupakan gangguan yang sangat sering dijumpai


pada klinik psikiatri. Kondisi ini terjadi sebagai akibat interaksi faktor-faktor
biopsikososial, termasuk kerentanan genetik yang berinteraksi dengan kondisi
tertentu, stres atau trauma yang menimbulkan sindroma klinis yang bermakna.13

Angka prevalensi untuk gangguan cemas menyeluruh 3-8% dan rasio


antara perempuan dan laki-laki sebesar 2:1. Pasien gangguan cemas menyeluruh
sering memiliki komorbiditas dengan gangguan mental lainnya seperti gangguan
panik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stres pasca trauma, dan gangguan
depresi berat.13

2.2.2. Definisi Gangguan Cemas Menyeluruh

Gangguan cemas menyeluruh (Generelized Anxiety Disorder,GAD)


merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran
yang berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap
berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari.Kondisi ini dialami hampir sepanjang
hari, berlangsung sekurangnya selama 6 bulan.13

Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan


dengan gejala-gejala somatik seperti ketegangan otot,iritabilitas, kesulitan tidur,
dan kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan
yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan.13
23

2.2.3 Etiologi Gangguan Kecemasan

a. Teori Biologi

Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya GAD adalah


lobus oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepin tertinggi di
otak. Basal ganglia, sistem limbik, dan korteks frontal juga
dihipotesiskan terlibat pada etiologi timbulnya GAD. Pada pasien
GAD juga ditemukan sistem serotonergik yang abnormal.
Neurotransmiter yang berkaitan dengan GAD adalah GABA,
serotonin, norepinefrin, glutamat, dan kolesistokinin. Pemeriksaan
PET (Positron Emission Tomography) pada pasien GAD ditemukan
penurunan metabolisme di ganglia basal dan massa putih otak.14

b. Teori Genetik
Pada sebuah studi didapatkan bahwa terdapat hubungan
genetik pasien GAD dan gangguan depresi mayor pada wanita. Sekitar
25% dari keluarga tingkat pertama penderita GAD juga menderita
gangguan yang sama. Sedangkan penelitian pada pasangan kembar
didapatkan angka 50% pada kembar monozigotik dan 15% pada
kembar dizigotik.14
c. Teori Psikoanalitik
Teori psikoanalitik menghipotesiskan bahwa anxietas adalah
gejala dari konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan. Pada tingkat
yang paling primitif anxietas dihubungkan dengan perpisahan dengan
objek cinta. Pada tingkat yang lebih matang lagi anxietas dihubungkan
dengan kehilangan cinta dari objek yang penting. Anxietas kastrasi
berhubungan dengan fase oedipal sedangkan anxietas superego
merupakan ketakutan seseorang untuk mengecewakan nilai dan
pandangannya sendiri (merupakan anxietas yang paling matang).14
d. Teori Kognitif-Perilaku
Penderita GAD berespon secara salah dan tidak tepat terhadap
ancaman, disebabkan oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal
negatif pada lingkungan, adanya distorsi pada pemrosesan informasi
24

dan pandangan yang sangat negatif terhadap kemampuan diri untuk


menghadapi ancaman.14

2.2.4 Diagnosis Gangguan Kecemasan

Kriteria diagnostik gangguan cemas menyeluruh menurut DSM IV-TR:7

a. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul


hampir setiap hari, sepanjang hari,terjadi selama sekurangnya 6
bulan, tentang sejumlah aktivitas atau kejadian (seperti pekerjaan
atau aktivitas sekolah).
b. Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
c. Kecemasan dan kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enam
gejala berikut ini (dengan sekurangnya beberapa gejala lebih
banyak terjadi dibandingkan tidak terjadi selama 6 bulan
terakhir). Catatan: hanya satu nomor yang diperlukan pada anak.
Gejala-gejala tersebut yaitu:
1) Kegelisahan
2) Mudah merasa lelah
3) Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
4) Iritabilitas
5) Ketegangan otot
6) Gangguan tidur (sulit tidur atau tetap tidur, atau tidur
gelisah, dan tidak memuaskan)
d. Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan
aksis 1, misalnya, kecemasan atau ketakutan adalah bukan tentang
menderita suatu serangan panik(seperti pada gangguan panik),
merasa malu pada situasi umum (seperti pada fobia sosial),
terkontaminasi (seperti pada gangguan obsesif kompulsif), merasa
jauh dari rumah atau sanak saudara dekat (seperti pada ganggaun
cemas perpisahan), penambahan berat badan ( seperti pada
anoreksia nervosa), menderita keluhan fisik berganda (seperti
pada gangguan somatisasi), atau menderita penyakit serius
25

(seperti pada hipokondriasis) serta kecemasan dan kekhawatiran


tidak terjadi semata-mata selama gangguan stres pasca trauma.
e. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan
penderitaan yang bermakna secara klinis, atau gangguan pada
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
f. Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis
langsung dari suatu zat (misalnya penyalahgunaan zat, medikasi)
atau kondisi medis umum (misalnya hipertiroidisme), dan tidak
terjadi semata-mata selama suatu gangguan mood, gangguan
psikotik, dan gangguan perkembangan pervasif.

2.2.5 Gambaran Klinis Gangguan Kecemasan

Gejala utama GAD adalah anxietas, tegangan motorik, hiperaktivitas


autonom, dan kewaspadaan secara kognitif. Kecemasan bersifat berlebihan dan
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan pasien. Keteganagan motorik
bermanifestasi sebagai bergetar, kelelahan, dan sakit kepala. Hiperaktivitas
autonom timbul dalam bentuk pernapasan yang pendek, berkeringat, palpitasi, dan
disertai gejala pencernaan. Terdapat juga kewaspadaan kognitif dalam bentuk
iritabilitas.14

Pasien GAD biasanya datang ke dokter umum karena keluhan somatik,


atau datang kedokter spesialis karena gejala spesifik seperti diare kronik. Pasien
biasanya memperlihatkan perilaku mencari perhatian (seeking behavior).
Beberapa paseien menerima diagnosis GAD dan terapi yang adekuat, dan
beberapa lainnya meminta konsultasi medik tambahan untuk masalah-masalah
mereka.14

2.2.6 Diagnosis Banding Gangguan Kecemasan

Gangguan cemas menyeluruh perlu dibedakan adari kecemasan akibat


kondisi medis umum maupun gangguan yang berhubungan penggunaan zat.
Diperlukan pemeriksaan medis termasuk tes kimia darah, elektrokardiografi, dan
tes fungsi tiroid. Klinisi harus menyingkirkan adanya intoksikasi kafein,
26

penyalahgunaan stimulansia, kondisi putus zat atau obat seperti alkohol, hipnotik-
sedatif, dan anxiolitik.7

Gangguan psikiatrik lain yang merupakan diagnosis banding GAD adalah


gangguan panik, fobia, gangguan obsesif kompulsif, hipokondriasis, gangguan
somatisasi, gangguan penyesuaian dengan kecemasan, dan gangguan kepribadian.
Membedakan GAD dengan gangguan depresi dan distimik tidak mudah, dan
gangguan-gangguan ini sering kali terdapat bersama-sama GAD.7

2.2.7 Prognosis Gangguan Kecemasan

Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang


mungkin berlangsung seumur hidup. Sebanyak 25% penderita akhirnya
mengalami gangguan panik, juga dapat mengalami gangguan depresi mayor.7

2.2.8 Terapi Gangguan Kecemasan

 Terapi kognitif-perilaku
Pendekatan kognitif mengajak pasien secara langsung
mengenali distorsi kognitif dan pendekatan perilaku,
mengenali gejala somatik secara langsung,teknik utama yang
digunakan pada pendekatan behavioral adalah relaksasi dan
biofeedback.7
 Terapi suportif
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-
potensi yang ada dan belum tampak,didukung egonya,agar
lebih banyak bisa beradaptasi optimal dalam fungsi sosial dan
pekerjaannya.7
 Psikoterapi berorientasi tilikan
Terapi ini mengajak pasien untuk mencapai penyingkapan
konflik bawah sadar, menilai egostrength, relasi obyek, serta
keutuhan self pasien. Dari pemahaman akan komponen-
komponen tersebut,kita sebagai terapis dapat memperkirakan
sejauh mana pasien dapat diubah untuk menjadi lebih matur.
27

Bila tidak tercapai, minimal kita memfasilitasi agar pasien


dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.7

2.3. DEPRESI

2.3.1 Definisi Depresi

Gangguan depresi dalam buku Synopsis of Psychiatri termasuk dalam


gangguan mood. Depresi adalah suatu gangguan mood, kondisi emosional
berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan, dan
berperilaku seseorang).8 Sebelum membahas lebih lanjut tentang gangguan
depresi, terlebih dahulu perlu dipahami yang dimaksud dengan emosi dan mood
dan mengapa kedua tanda tersebut harus dipahami. Dalam pembahasan emosi
tercakup antara lain afek, mood, emosi yang lain, gangguan psikologi yang
berhubungan dengan mood.15

Emosi merupakan kompleksisitas perasaan yang meliputi psikis, somatik,


dan perilaku yang berhubungan dengan afek dan mood. Dalam buku yang lain arti
kata emosi biasa sinonim dengan afek, yaitu susana perasaan hati seorang
individu. Mungkin lebih tepat untuk menggunakan kata emosi untuk perasaan
yang dihayati secara sadar, sedangkan kata afek dirujuk pada dorongan-dorongan
yang lebih mendalam yang mendasari kehidupan perasaan yang sadar maupun tak
sadar.15

Mood merupakan subjektivitas peresapan emosiyang dialami dan dapat


diutarakan oleh pasien dan terpantau oleh orang lain; sebagai contoh adalah
depresi, elasi, dan marah. Kepustakaan lain mengemukakan mood adalah perasaan
seseorang khususnya yang dihayati secara batiniah.15

Pasien dalam keadaan mood terdepresi memperlihatkan kehilangan energi


dan minat, merasa bersalah, dan sulit berkonsentrasi, mengalami hilangnya nafsu
makan, berpikir mati atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain termasuk perubahan
aktivitas , kemampuan kognitif dan fungsi vegetatif (termasuk tidur, aktivitas
seksual, dan ritme biologik yang lain. Gangguan ini hampir selalu menghasilka
hendaya interpersonal, sosial, dan fungsi pekerjaan.15
28

2.3.2 Epidemiologi Depresi

Gangguan depresi berat paling sering terjadi dengan prevalensi seumur


hidup sekitar 15 persen. Penderita perempuan dapat mencapai 25 persen, sekitar
10 persen di perawatan primer dan 15 persen dirawat di rumah sakit.pada anak
sekolah didapatkan prevalensi sekitar 2 persen dan usia remaja 5 persen.
Perempuan dua kali lipat lebih besar dibandingkan laki-laki. Diduga karena
adanya perbedaan hormon, pengaruh melahirkan, perbedaan stressor psikososial
antara laki-laki dan perempuan, dan model perilaku yang dipelajari tentang
ketidakberdayaan. Rata-rata usia pasien terkena depresi sekitar 40 tahun. Hampir
50 persen awitan di antara usia 20-50 tahun. Gangguan depresi berat dapat timbul
pada masa anak atau lanjut usia. Data terkini menunjukkan gangguan depresi
berata di usia kurang dari 20 tahun mungkin berhubungan dengan meningkatnya
penggunaan alkohol dan penyalahgunaan zat dalam kelompok usia tersebut.
Depresi paling sering terjadi pada orang yang tidak emmpunyai hubungan
interpersonal yang erat atau pada mereka yang bercerai atau berpisah. Perempuan
yang tidak menikah memiliki kecenderungan terkena depresi dibandingkan
dengan yang menikah. Namun, hal ini berbanding terbalik untuk laki-laki. Tidak
ditemukan korelasi antara status sosioekonomi dan gangguan depresi berat.
Depresi lebih sering terjadi di daerah pedesaan dibanding daerah perkotaan.7,8

2.3.3 Etiologi Depresi

a. Faktor Organobiologik

Dilaporkan terdapat kelainan atau disregulasi pada metabolit


amin biogenik seperti asam 5-hydroxyindoleacetic (5-HIAA), asam
hemovanilic (HVA), DAN 3-methoxy-4-hydroxyphenyl-glycol
(MHPG) di dalam darah, urin, dan cairan serebrospinal (CSF) pasien
dengan gangguan mood.16

1) Amin Biogenik
29

Norepinephrine dan serotonin adalah dua neurotransmitters


yang paling terlibat dalam patofisiologi gangguan mood.
2) Norepinephrine
Penurunan regulasi reseptor beta adrenergik dan respon klinis
antri depresi mungkin merupakan peran langsung sistem
noradrenergik pada depresi. Bukti lain yang juga melibatkan
reseptor beta 2 presinaptik pada depresi yaitu aktifnya
reseptor yang mengakibatkan pengurangan jumlah pelepasan
norepinefrin. Reseptor beta 2 presinaptik juga terletak pada
neuron serotonergik dan mengatur jumlah pelepasan
serotonin.
3) Dopamin
Aktivitas dopamin mungkin berkurang pada depresi.
Penemuan subtipe baru reseptor dopamin dan meningkatnya
pengertian fungsi regulasi presinaptik dan pascasinaptik
dopamin memperkaya hubungan antara dopamin dengan
gangguan mood. Dua teori terbaru tentang dopamin dan
depresi adalah jalur dopamin mesolimbik mungkin
mengalami disfungsi pada depresi dan reseptor dopamin D1
mungkin hipoaktif pada depresi.
4) Serotonin
Aktivitas serotonin berkurang pada depresi. Serotonin
bertanggungjawab untuk kontrol regulasi afek, agresi, tidur,
dan nafsu makan. Pada bebrapa penelitian ditemukan jumlah
serotonin yang berkurang di celah sinap dikatakan
bertanggungjawab untuk terjadinya depresi.

b. Faktor Genetik

Genetik merupakan faktor penting dalam perkembangan


gangguan mood. Tetapi jalur penurunannya sangat kompleks. Sulit
untuk mengabaikan efek psikososial dan faktor non genetik lainnya
yang berperan dalam penyebab terjadinya gangguan mood. Penelitian
30

dalam keluarga didapatkan pada generasi pertama, 2 sampai 10 kali


lebih sering mengalami depresi berat. Dua dari tiga studi menemukan
gangguan depresi berat diturunkan secra genetik. Studi menunjukkan
anak biologis dariorang tua yang terkena gangguan mood berisiko
untuk mengalami gangguan mood walaupun anak tersebut dibesarkan
oleh keluarga angkat. Pada anak kembar dizigotik gangguan depresi
berat terdapat sebanyak 13-28%, sedangkan pada kembar monozigotik
53-69%.16

c. Faktor Psikososial

Peristiwa kehidupan yang membuat seseorang merasa tertekan


(stres) dapat mencetuskan terjadinya depresi. Episode pertama ini
lebih ringan dibandingkan episode berikutnya. Ada teori yang
mengemukakan bahwa adanya stres sebelum episode pertama
menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama. Hal ini
menyebabkan perubahan berbagai neurotransmiter dan sistem sinyal
intraneuron, termasuk hilangnya beberapa neuron dan penurunan
kontak sinaps. Dampaknya, seorang individu berisiko tinggi
mengalami episode berulang gangguan mood sekalipun tanpa stresor
dari luar.

Data paling mendukung sehubungan dengan peristiwa kehidupan atau


stresor lingkungan yang sering berkaitan dengan depresi adalah
kehilangan orang tua sebelum berusia 11 tahun dan kehilangan
pasangan. Faktor risiko lain adalah kehilangan pekerjaan; orang yang
keluar dari pekerjaannya berisiko tiga kali lebih besar untuk
timbulnya gejala depresi dibandingkan yang bekerja. Kehilangan
objek yang dicinta pada masa perkembangan walaupun tidak secara
langsung dapat mencetuskan gangguan depresi, namun berpengaruh
pada ekspresi penyakit, misalnya awitan timbulnya gangguan,
episode yang lebih parah, adanya gangguan kepribadian, dan
keinginan untuk bunuh diri.16
31

d. Faktor Kepribadian

Semua orang, apapun pola kepribadiannya dapat mengalami


depresi sesuai dengan situasinya. Orang dengan gangguan kepribadian
obsesif kompulsif, histrionik, dan ambang berisiko tinggi untuk
mengalami depresi dibandingkan dengan orang yang memiliki
gangguan kepribadian paranoid atau antisosial. Pasien dengan
gangguan distimik dan siklotimik berisiko mengalami depresi berat.
Peristiwa sressfull merupakan prediktor terkuat untuk kejadian
episode depresi.16

e. Faktor Psikodinamik pada Depresi

Gangguan hubungan ibu dan anak selama fase oral (10-18


bulan) menjadi faktor predisposisi untuk rentan terhadap episode
depresi berulang. Depresi dapat dihubungkan dengan cinta yang nyata
maupun fantasi kehilangan objek. Introjeksi merupakan terbangkitnya
mekanisme pertahanan untuk mengatasi penderitaan akibat kehilangan
objek yang dicintai. Kehilangan objek yang dicintai diperlihatkan
dalam bentuk campuran antara benci dan cinta srta perasaan marah
yang diarahkan pada diri sendiri.16

Melanie Klein menjelaskan bahwa depresi termasuk agresi ke


arah mencintai. Edward Bibring menyatakan bahwa depresi adalah
suatu fenomena yang terjadi ketika seseorang menyadari
ketidakmampuannya untuk mewujudkan cita-cita ideal yang tinggi.
Edith Jacobson melihat depresi sebagai berkurangnya kekuatan,
misalnya pada anak yang tidak berdaya terhadap penyiksaan orang
tua. Silvano Arieti mengamati banyak pasien depresi hidup untuk
orang lain dibandingkan untuk dirinya sendiri. Heinz Kohut
mengkonseptualisasikan depresi dimulai dari teori self-psychology,
bahwa perkembangan jiwa mempunyai kebutuhan spesifik yang harus
dipenuhi oleh orang tua terhadap anaknya yaitu memberikan rasa
positif, kepercayaan diri, dan self-cohesion. Jika orang yang
32

diharapkan tidak memnuhi kebutuhan ini akan terjadi kehilangan


kepercayaan diri yang besar yang muncul sebagai depresi. John
Bowlby percaya bahwa rusaknya keeratan awal dan trauma akibat
perpisahan pada anak merupakan predisposisi terjadinya depresi.
Kehilangan pada orang dewasa dan trauma kehilangan pada masa
kanak-kanak memudahkan seseorang mengalami episode depresi pada
masa dewasa.16

f. Formulasi Lain Penyebab Terjadinya Depresi adalah Teori


Kognitif

Depresi merupakan hasil penyimpangan kognitif spesifik yang


membuat seseorang mempunyai kecenderungan menjadi depresi.
Postulat Aaron Beck menyatakan trias kognitif dari depresi mencakup
(1) pandangan terhadap diri sendiri berupa persepsi negatif terhadap
dirinya (2) tentang lingkungan yakni kecenderungan menganggap
dunia bermusuhan terhadapnya (3) dan tentang masa depan yakni
bayangan penderitaan dan kegagalan.7

2.3.4 Perjalanan Penyakit Depresi

Gangguan mood emrupakan suatu gangguan yang berlangsung lama dan


cenderung kambuh. Pada gangguan mood lebih sering ditemukan adanya stressor
kehidupan di awal episode dibandingkan episode berikutnya. Kondisi ini
menunjukkan bahwa stressor psikososial berperan sebagai penyebab awal
gangguan mood. Meskipun episode awal dapat diatasi, perubahan biologi yang
menetap di otak menimbulkan risiko besar untuk timbulnya episode berikutnya.17

Sebelum episode pertama teridentifikasi, sekitar 50 persen gangguan


depresi berat memperlihatkan gejala depresi yang bermakna. Gejala depresi yang
teridentifikasi secara dini dan dapat teratasi lebih awal dapat mencegah
berkembangnya gejala-gejala tersebut menjadi episode depresi penuh. Pada pasien
dengan gangguan depresi berat, walaupun gejala telah ada, umumnya belum
menunjukkan suatup pramorbid gangguan kepribadian. Sekitar 50 persen pasien
33

dengan episode depresi pertama terjadi sebelum usia 40 tahun. Awitan yang
terjadi setelah usia 40 tahun biasanya dihubungkan dengan tidak adanya riwayat
gangguan mood dalam keluarga,gangguan kepribadian antisosial, dan
penyalahgunaan alkohol.17

Episode depresi yang tidak ditangani akan berlangsung 6-13 bulan.


Kebanyakan penanganan episode depresi sekitar 3 bulan. Prosedur baku
tatalaksana gangguan depresi setidaknya dilakukan selama 6 bulan agar tidak
mudah kambuh. Penghentian antideprean sebelum 3 bulan hampir selalu
mengakibatkan kambuhnya gejala. Apabila gangguan menjadi progresif maka
episode akan cenderung lebih sering dan berlangsung lebih lama.17

2.3.5 Tanda dan Gejala Depresi

a. Kehilangan minat dan berkurangnya energi (97%)


b. Perasaan sedih
c. Tidak mempunyai harapan
d. Perasaan dicampakkan
e. Perasaan tidak berharga
f. Timbul keinginan bunuh diri pada dua per tiga pasien depresi
g. 10-15 persen pasien depresi melakukan bunuh diri
h. Kesulitan menyelesaikan tugas
i. Mengalami hendaya di sekolah dan pekerjaan
j. Menurunnya motivasi untuk terlibat dalam kegiatan baru
k. Gangguan dan masalah tidur (80%)
l. Terjaga dini hari
m. Terbangun malam hari
n. Peningkatan atau penurunan nafsu makan
o. Peningkatan dan penurunan berat badan
p. Mengalami tidur yang lebih lama dari biasanya
q. Mengalami kecemasan (90%)
r. Perubahan pola makan dan asupan serta pola istirahat
menyebabkan timbulnya penyakit lain seperti diabetes,
34

hipertensi, penyakit jangtung, dan penyakit paru obstruktif


kronik.
s. Gejala haid yang tidak normal
t. Menurunnya minat serta aktivitas seksual
u. Rasa lelah berkepanjangan
v. Kecenderungan menyalahkan diri sendiri
w. Pada orang tua gejala yang sering tamoak adalah keluhan
somatik. Penyebab depreai pda orang tua seperti ekonomi
rendah dan isolasi.7

2.3.6 Kriteria Diagnosis Depresi Berat

a. pasien mengalami mood terdepresi, misalnya sedih, perasaan


kosong, atau kehilangan minat dan kesenangan selama 2 minggu
atau lebih ditambah 4 atau lebih gejala berikut :
b. Insomnia atau hiperinsomnia hampir setiap hati
c. Kehilanagn minat dan kesenangan hampir pada semua kegiatan
hampir sepanjang waktu
d. Perasaan bersalah berlebihan atau tidak sesuai atau rasa tidak
berharga hampir di sepanjang waktu
e. Kehilangan energi atau letih hampir di sepanjang waktu
f. Konsentrasi dan daya pikir menurun serta sulit membuat
keputusan hampir di sepanjang waktu
g. Selera makan menurun atau meningkat
h. Ada agitasi atau retardasi
i. Timbul pikiran berulang tentang mati atau ingin bunuh diri
j. Gejalanya tidak memenuhi untuk kriteria episode campuran
(episode depresi berat dan episode manik)
k. Gejalanya menimbulkan penderitaan atau hendaya sosial,
pekerjaan atau fungsi penting lainnya yang bermakna secara
klinik
35

l. Gejalanya bukanlah merupakan efek fifiologis langsung dari zat


tertentu(sebagai contoh: alkohol atau narkoba) atau suatu
kondisi medik umum (sebagai contoh: hypotiroidisme)
m. Gejalanya tidak lebih baik dibandingkan dnegan dukacita,
misalnya, setelah kehilangan seseorang yang dicintai, gejala
menetap lebih dari 2 bulan atau ditandai hendaya fungsi yang
jelas, preokupasi rasa ketidakbahagiaan yang abnormal, ide
bunuh diri, gejala psikotik atau retardasi psikomotor.7

2.3.7 Tatalaksana Depresi

Tujuan penatalaksanaan pasien gangguan mood (depresi):7

a. Keselamatan pasien terjamin


b. Kelengkapan evaluasi diagnostik pasien harus dilaksanakan
c. Rencana terapi bukan hanya untuk gejala saja, tetapi juga untuk
memelihara kesehatan jiwa pasien di masa depan.

Macam-macam tatalaksana pada pasien gangffuan depresi :7

a. Rawat Inap
indikasi rawat inap adalah ketika ada keinginan untuk bunuh
diri,berkurangnya kemampuan pasien secara menyeluruh untuk
asupan makan dan tempat perlindungan.
b. Psikoterapi
psikoterapi telah dibuktikan bermakna untuk menangani pasien
depresi. Psikoterapi diberikan untuk membantu pasien
mengembangkan strategi coping yang lebih baik dalam mengatasi
stresor kehidupan sehari-hari. jenis psikoterapi yang diberikan
tergantung pada kondisi pasien. Dapat diberikan psikoterapi
suportif atau reedukatif (misalnya: psikoterapi kognitif dan atau
terapi perilaku). Perlu diingat pada pemilihan jenis
psikoterapipada pasien yang sedang dalam kondisi depresi berat,
terlebih disertai adanya ciri psikotik, jangan dihibur atau langsung
36

diberi nasihat (karena pasien akan bertambah sedih bila tidak


mampu melaksanakan nasihat dokternya). Bila pasien sudah lebih
tenang (tidak dipengaruhi gejala psikotiknya), dapat
dipertimbangkan pemberian psikoterapi kognitif, kognitif-
perilaku, atau psikoterapi dinamik.
c. Terapi Keluarga
terapi keluarga tidak umum digunakan sebagai terapi primer
untuk gangguan depresi berat. Bukti klinis mendapatkan bahwa
terapi keluarga dapat mebantu pasien dengan gangguan mood
untuk mengurangi dan menghadapi stres serta mengurangi
kekambuhan. Terapi ekluarga diindikasikan untuk gangguan yang
membahayakan perkawinan pasien atau fungsi keluarga atau jika
gangguan mood didasari atau dapat ditangani oleh situasi
keluarga.
d. Farmakologi
1) Antidepresn (SSRI/Selective Serotonine Re-uptake Inhibitor)
2) Litium

2.3.8 Prognosis Depresi

Gangguan depresi berat bukan merupakan gangguan yang ringan dan


biasanya cenderung untuk menjadi kronik dan kambuh. Episode pertama
gangguan depresi berat yang dirawat di rumah sakit sekitar 50% angka
kesembuhannya pada tahun pertama. Kekambuhan depresi berat sekitar 25% pada
6 bulan setelah keluar dari rumah sakit, 30-50% dalam 2 tahun pertama, 50-75%
dalam periode 5 tahun. Secara umum, semakin sering pasien mengalami episode
depresi, maka akan semakin memperburuk keadaannya. Banyak pasien yang tidak
pulih akan mengalami gangguan distimik.17

Kemungkinan prognosis baik pada depresi ringan tanpa gejala psikotik,


waktu rawat inap singkat, indikator psikososial meliputi mempunyai teman akrab
selama masa remaja, fungsi keluarga stabil, lima tahun sebelum sakit secara
umum fungsi sosial baik, tidak ada komorbiditas gangguan psikiatri lain, tidak
lebih dari seklai rawat inap dengan depresi berat, dan onset awal pada usia lanjut.
37

Kemungkinan prognosis buruk pada depresi berat bersamaan dengan distimik,


penyalahgunaan alkohol dan zat lain, ditemukan gejala cemas, ada riwayat lebih
dari sekali episode depresi sebelumnya.17

2.4. PRESTASI BELAJAR SANTRI

2.4.1. Definisi Prestasi

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan,
baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan
selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan.18

Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan,
yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara
individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.18 Winkel W.
S (1983: 161) mengatakn bahwa “ prestasi itu bukti usaha yang dapat dicapai”.19

Dari beberapa pengertian prestasi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa


prestasi adalah bukti dari suatu hasil kegiatan yang dapat docapai baik individu
maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu yang didapat dari kerja keras
dan keuletan.

2.4.2 Definisi Belajar

Belajar merupakan sebuah proses yang terdiri atas masukan (input), proses
(process), dan keluaran (output). Masukan (input) merpakan perilaku individu
sebelum belajar, proses (process) berupa kegiatan belajar yang terdiri dari
pengalaman, praktik, dan latiahn; sedangkan keluaran (output) berpa perubahan
perilaku yang dihasilkan setelah proses belajar dilaksanakan.20

M. Dalyono berpendapat bahwa “belajar adalah suatu usaha atau kegiatan


yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup
perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan
sebagainya.20
38

Menurut W. S. Winkel “belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang


berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, dan
sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”.21

2.4.3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar menunjukkan pada kinerja belajar seseorang yang


umumnya ditunjukkan dalam bentuk nilai rata-rata yang diperoleh. Prestasi
belajar terwujud karena adanya perubahan selama beberapa waktu yang tidak
disebabkan oleh pertumbuhan, tetapi karena adanya situasi belajar. Perwujudan
ini dapat berupa perbuatan verbal maupun tulisan dan keterampilan yang langsung
dapat diukur atau dinilai dengan menggunakan suatu tes.22

Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang


telah ditetapkan dalam sebuah program. Prestasi belajar yang dapat dicapai siswa
adalah sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Prestasi belajar ini digunakan untuk
menilai hasil pembelajaran para siwa pada akhir jenjang pendidikan tertentu.23

2.4.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor


internal maupun eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan
psikologis. Faktor fisiologis yaitu keadaan fisik tubuh siswa/mahasiswa baik yang
bersifat bawaan maupun didapat seperti kemampuan melihat, mendengar, struktur
tubuh, cacat tubuh, penyakit yang diderita , dan sebagainya. Faktor psikologis
juga mempengaruhi prestasi belajar, yaitu intelegensi, minat, bakat, kebiasaan
kepribadian, emosional, penyesuaian diri, motivasi dan perhatian. Adapun faktor
eksternal meliputi lingkungan belajar, pola asuh orang tua, ekonomi orang tua,
hubungan siswa dengan guru dan teman, waktu belajar, disiplin sekolah, cara
mengajar guru, gaya/pendekatan yang digunakan siswa alam belajar, fasilitas
belajar, profesionalisme pendidik, dan lingkungan masyarakat.18
39

2.4.5. Evaluasi dan Cara Mengukur Prestasi Belajar

Evaluasi prestasi belajar dilakukan dengan cara mengukur menggunakan


sebuah tes atau sering disebut dengan ulangan. Tes dibagi dua yaitu tes formatif
dan tes sumatif. Tes formatif adalah tes yang diadakan sebelum atau selama
pembelajaran berlangsung, sedangkan tes sumatif (ujian akhir) adalah tes yang
diadakan pada saat keseluruhan kegiatan belajar mengajar telah selesai.hasil dari
tes yang dilakukan dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator yang berupa
nilai raport, indeks prestasi studi, angka kelulusan, dan predikat keberhasilan.23

Menurut Sugihartono “ dalam kegiatan belajar mengajar, pangukuran hasil


belajar dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku
siswa setelah menghayati proses belajar”. Prestasi belajar siswa perlu diukur
untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai siswa
dalam proses belajar. Pengukuran ini dilakukan selain untuk dapat memotivasi
siswa juga dapat sebagai dasar bagi pendidik untuk menentukan langkah
selanjutnya dalam proses belajar terkait dengan program remedial dan pengayaan
bagi siswa.24

Sugihartono juga menyebutkan bahwa “alat untuk mengukur atau


mengevaluasi kegiatan pendidikan khususnya hasil belajar pada garis besarnya
dapat dibedakan dalam dua macam yaitu yang berupa tes dan non tes”. Apabila
yang dipergunakan sebagai alat pengukur adalah tes, maka individu yang
dievaluasi dihadapkan pada situasi yang telah distandarisasikan sedemikian rupa
sehingga semua individu yang dites mendapat perlakuan yang sama. Dalam
penggunaan alat ukur tes ini, indivisu yang dites akan memperoleh skor tertentu
sebagai penggambaran dari hasil yang telah mereka laksanakan. Sedangkan
apabila yang dipergunakan sebagai alat ukur untuk evaluasi hasil belajar adalah
non tes maka situasi dibiarkan berjalan apa adanya, tanpa dipengaruhi oleh tester.
Kegiatan-kegiatan yang dpaat dievaluasi dengan non tes misalnya tentang
kerajinan, kelancaran berbicara di depan kelas, aktivitas dalam diskusi, dan
sebagainya. Alat yang dapat dipergunakan untuk mengevaluasi antara lain
pedoman wawancara, pedoman observasi, dokumentasi, angket, dan sebagainya.24
40

Menurut Syaodih “Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat


dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan,
keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik”. Tingkat penguasaan
pelajaran atau hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut di sekolah
dilambangkan dengan angka-angka atau huruf dalam buku rapor. Pencapaian hasil
belajar siswa tersebut dilihat juga dari pencapaian nilai Kriteria Ketuntasan
Minimal. Hasil prestasi belajar siswa tersebut keseluruhannya dapat dilihat di
dalam buku rapor.25

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil
penilaian dari proses belajar, usaha untuk belajar yang meliputi pemahaman
pengetahuan, pengaplikasian keterampilan, dan sikap yang dikuasai peserta didik
dalam memahami mata pelajaran yang diujikan melalui tes dan non tes yang
hasilnya dapat dilihat pada buku rapor.

2.5. KUESOINER DASS-42

Merupakan alat ukur tingkat stres, kecemasan, dan depresi yang berisi 42
butir pertanyaan yang terlampir di dalam lampiran 2. Kuesioner terdiri dari
pertanyaan tentang gejala stres, gejala kecemasan, dan gejala depresi yang
masing-masing dirincikan sebagai berikut:

 Skala depresi : 3, 5, 10, 13, 16, 17, 21, 24, 26, 31, 34, 37, 38, 42.
 Skala kecemasan : 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 36, 40, 41.
 Skala stres : 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39.
41

2.6. KERANGKA TEORI


42

2.7. KERANGKA KONSEP

Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat Stres

Tingkat Kecemasan

Penurunan Tingkat
Prestasi

Tingkat Depresi
43

2.7. DEFINISI OPERASIONAL

No. Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil Skala

Variabel dependen

1. Prestasi Hasil atau pencapaian yang Nilai rerata 1. Baik (≥80) Ordinal
akademik didapatkan dari proses belajar rapor sekolah
2. Kurang (<80)
dan ditunjukkan dalam bentuk semester
nilai.18 terakhir sebelum
pengambilan
data

Variabel independen

2. Stres Kuesioner 1. Normal (Skor Ordinal


Perasaan yang tidak
DASS-42 total DASS-42
menyenangkan dan
sebesar 0-14, tidak
diinterpretasi- kan secara
termasuk dalam
berbeda antara individu
kategori stres)
yang satu dengan individu
yang lainnya yang 2. Stres (skor total

merupakan respon tubuh DASS-42 sebesar

yang bersifat tidak spesifik 15-42)

terhadap setiap tuntutan atau


beban atasnya.7

2. Kecemasan Kuesioner 1. Normal (Skor Ordinal


Kondisi gangguan yang
DASS-42 total DASS-42
ditandai dengan kecemasan
sebesar 0-7, tidak
dan kekhawatiran yang
termasuk dalam
berlebihan dan tidak
kategori stres)
rasional bahkan terkadang
tidak realistik terhadap 2. Cemas (skor

berbagai peristiwa total DASS-42

kehidupan sehari- sebesar 8-42)


44

hari.Kondisi ini dialami


hampir sepanjang hari,
berlangsung sekurangnya
selama 6 bulan.13

3. Depresi Kuesioner 1. Normal (Skor Ordinal


Gangguan mood, kondisi
DASS-42 total DASS-42
emosional berkepanjangan
sebesar 0-9, tidak
yang mewarnai seluruh
termasuk dalam
proses mental (berpikir,
kategori stres)
berperasaan, dan
berperilaku seseorang).8 2. Stres (skor total
DASS-42 sebesar
10-42)
45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 DESAIN PENELITIAN

Studi ini menerapkankan desain penelitian analitik dengan metode


potong lintang (cross-sectional).26

3.2 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Lokasi pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di Pesantren


Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee, Aceh Besar, Nanggroe Aceh
Darussalam.

Waktu penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan, yakni dari


bulan Januari 2016 hingga bulan September 2017 mencakup kegiatan
penyelesaian proposal, penyusunan instrumen, pengambilan data, analisis
data, dan penulisan laporan.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN


3.3.1 Populasi
Populasi dari penilitian ini adalah semua santri kelas X, XI, dan XII
tingkat „aliyah (Sekolah Menengah Atas) Pesantren Darul Ihsan Tgk. H.
Hasan Krueng Kalee, Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam. Populasi
target dalam penelitian ini adalah seluruh santri di Indonesia, populasi
terjangkau pada penelitian ini adalah santri di Pondok Pesantren Darul Ihsan
Tgk. H. Hasan Krueng Kalee, Darussalam, Aceh Besar, Aceh, dan sampel
pada penelitian ini adalah santri „aliyah yang mukim di Pondok Pesantren
Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee, Darussalam, Aceh Besar, Aceh dan
bersedia menjadi responden dengan syarat tidak memiliki gangguan penyakit
jiwa tertentu dan atau gangguan organik menahun seperti : keganasan,
penyakit tiroid, dan tumor otak.

47
46

3.3.2 Besar Sampel


Jumlah seluruh santri tingkat „aliyah di Pesantren Darul Ihsan Tgk. H.
Hasan Krueng Kalee, Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam adalah 437
orang. Namun, 191 orang tidak hadir dan tidak bersedia mengisi kuesioner
saat pengambilan data sehingga didapatkan besar sample 245 orang yang
terdiri dari 137 santri laki-laki dan 108 santri perempuan.

Rumus yang digunakan untuk menentukan besar sampel minimal pada


penelitian ini menggunakan rumus estimasi besar sampel untuk penelitian
analitik kategorik tidak berpasangan, yaitu sebagai berikut :27

(𝑍𝑍 2𝑍𝑍 + 𝑍𝑍 2𝑍1𝑍1+𝑍2𝑍2)2


n=
(𝑍1−𝑍2)2

keterangan :
n = besar sampel
Z𝑍 = derivat baku normal untuk 𝑍
Z𝑍 = derivat baku normal untuk 𝑍
𝑍 = tingkat kemaknaan
𝑍 = power penelitian
P = proporsi total = (P1 - P2)/2
P1 = Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan
judgement peneliti
P2 = Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya
Q =1-P
Q1 = 1 – P1
Q2 = 1 – P2 atau (Q1-Q2)/2

Diketahui :
Z𝑍 = 1, 96
Z𝑍 = 1,282
𝑍 = 5%
𝑍 = 10%
P = 0,62
P1 = 0,8
47

P2 = 0,4437
Q = 0,38
Q1 = 0,2
Q2 = 0,56

(𝑍𝑍 2𝑍𝑍 + 𝑍𝑍 𝑍1𝑍1+𝑍2𝑍2)2


n=
(𝑍1−𝑍2)2

(1,96 2.0,62.0,38 + 1,28 0,8.0,2+0,44.0,56)2


n=
(0,8−0,44)2

n = 72
Berdasarkan rumus besar sampel di atas, didapatkan jumlah sampel
minimun yang dibutuhkan sebesar 72 responden. Untuk mengantisipasi
adanya drop out karena terekslusi dari penelitian, maka jumlah sampel
ditambah 10% dari jumlah sampel sehingga total sampel menjadi minimal 79
responden. Namun, untuk meminimalkan terjadinya bias, maka peneliti
mengambil jumlah sampel dengan metode total sampling. Total jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 245 responden.

3.3.3 Cara Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara
total sampling, yaitu memilih semua santri tingkat „aliyah Pesantren Darul
Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee, Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam
sebagai sampel penelitian.27 Penelitian ini termasuk penelitian analitik
bivariat kategorik-kategorik tidak berpasangan.27

3.3.4 Kriteria Sampel

i. Kriteria inklusi :
a. Santri kelas X, XI, dan XII di Pesantren Darul Ihsan
Tgk. H. Hasan Krueng Kalee tingkat „aliyah.
b. Santri yang tinggal di pondok pesantren (mukim).
c. Santri yang bersedia menjadi responden.
48

ii. Kriteria eksklusi :


a. Santri yang tidak hadir saat pengambilan data
penelitian.
b. Santri yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.
c. Santri yang memiliki kelainan jiwa atau penyakit
psikiatri tertentu.
d. Santri yang mempunyai kelainan organik menahun,
seperti: keganasan, penyakit tiroid, dan tumor otak.

3.4. CARA KERJA PENELITIAN


1. Menentukan Tema dan Judul Penelitian
2. Menentukan design dan metode penelitian
3. Menentukan kuesioner untuk penelitian
 Memilih kuesioner DASS-42 dalam Bahasa Indonesia sebagai
kuesioner dalam penelitian.
4. Permohonan izin kepada yang mempatenkan kuesioner
 Meminta izin kepada yang mempatenkan kuesioner DAAS-42 ke
dalam Bahasa Indonesia untuk penggunaan kuesioner tersebut
dalam penelitian ini.
5. Memilih pesantren untuk ditetapkan sebagai tempat penelitian
 Memilih Pondok Pesantren Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng
Kalee, Darussalam, Aceh Besar, Aceh sebagai tempat penelitian.
6. Meminta izin kepada pimpinan pesantren untuk pengambilan data penelitian
7. Identifikasi sampel penelitian
 Memilih seluruh santri „aliyah di Pondok Pesantren Darul Ihsan Tgk.
H. Hasan Krueng Kalee, Darussalam, Aceh Besar sebagai sampel
penelitian.
8. Menyampaikan informed concent kepada sampel penelitian.
 Memberikan penjelasan kepada sampel penelitian mengenai
penelitian yang akan dilakukan.
49

9. Mengisi kuesioner DASS-42 dalam Bahasa Indonesia dengan lengkap


 Jika setuju dan bersedia menjadi sampel penelitian, maka santri
diminta untuk mengisi lembar identitas dan kuesioner DASS-42
dalam Bahasa Indonesia.
10. Sortir data
 Kuesioner yang telah diisi kemudian dikumpulkan dan akan
dilakukan sortir data kuesioner oleh peneliti apakah telah
memenuhi krireria penelitian atau tidak memenuhi kriteria
11. Analisis data
 Menganalisis dan mengolah data penelitian menggunakan SPSS
versi 22.0.

3.5. ALUR PENELITIAN

Menentukan tema dan judul penelitian

Menentukan design dan metode penelitian

Memilih kuesioner DASS-42 yang akan digunakan dalam penelitian

Memohon izin kepada yang mempatenkan kuesioner ke dalam Bahasa Indonesia

Memilih pesantren untuk dijadikan tempat penelitian

Memohon izin kepada pimpinan pesantren untuk dijadikan tempat pengambilan data penelitian

Memillih seluruh santri Madrasah „Aliyah sebagai sampel penelitian

Informed consent

Pengisian data kuesioner dengan lengkap

Sortir data

Analisis data
50

3.6. MANAJEMEN DATA


3.6.1. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan
data perimer karena kuesioner diisi langsung oleh responden.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah jenis total
sampling.

3.6.2. Instrumen penelitian


Instrumen penelitian adalah alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan
adalah kuesioner DASS-42. Kuesioner tersebut berupa pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi
tentang identitas dan tingkat stres responden. Alat ukur indeks
prestasi belajar santri adalah nilai rerata rapor semester terakhir
yang diikuti sebelum pengambilan data.

3.6.3. Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini
menggunakan program SPSS (Statistic Package for Social
Sciences) versi 22.0. Berikut ini beberapa tahap yang dilakukan
dalam pengolahan data, yaitu:
3.6.3.1. Editing
Pemeriksaan kembali kebenaran dan kelengkapan data kuesioner.
3.6.3.2. Coding
Pemberian kode numerik kepada data yang terdiri atas beberapa
kategori.
3.6.3.3. Data Entry
3.6.3.4. Melakukan pemasukan data yang telah dikumpulkan ke
dalam program SPSS.
3.6.3.5. Analisis data
51

Melakukan analisis univariat untuk melihat frekuensi atau


distribusi data dan analisis bivariat dengan menggunakan uji chi
square.28
52

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. ANALISIS UNIVARIAT


Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada variabel
penelitian yang meliputi karaktekteristik sampel yang terdiri dari : jenis
kelamin dan kelas, frekuensi tingkat stres, frekuensi tingkat kecemasan,
frekuensi tingkat depresi, dan tingkat prestasi. Penilitian ini melibatkan
245 responden sebagai objek penelitian.

4.1.1. Karakteristik Sampel


Karakteristik sampel yang diamati oleh peneliti adalah jenis
kelamin dan kelas. Sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel 4.1 Distribusi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin dan Kelas pada
Santri MA di Pesantren Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng
Kalee, Aceh Tahun 2017
Jumlah
No. Variabel Kategori
N Persentase (%)
1 Jenis kelamin Laki-laki 137 55,9
Perempuan 108 44,1

2 Kelas X 75 30,6
XI 94 38,4
XII 76 31,0

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sampel yang mengisi


kuesioner adalah kelas X, kelas XI, dan kelas XII. Tabel di atas
menunjukkan bahwa jenis kelamin responden tidak terbagi rata, terlihat
bahwa sampel berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada
perempuan yaitu sebanyak 137 orang (59,9%) dan sampel berjenis
kelamin perempuan lebih sedikit yaitu sebanyak 108 orang (44,1%). Dari

54
53

tabel tersebut juga menunjukkan bahwa jumlah sampel berdasarkan kelas


secara berturut-turut adalah 75 (30,6%) responden kelas X, 94 (38,4%)
kelas XI, dan 76 (31,0%) kelas XII.

4.1.2. Frekuensi Stres


Pada penelitian ini, frekuensi stres dikategorikan menjadi dua yaitu
normal dan stres. Terdapat 14 pernyataan mengenai stres dari kuesioner
DASS-42 dengan 4 pilihan jawaban sehingga skor minimal masing-
masing pertanyaan adalah 0 dan skor maksimal masing-masing pertanyaan
adalah 3. Sampel dengan nilai skor 0-14 dikategorikan mempunyai normal
dan responden dengan nilai skor 15-42 dikategorikan mempunyai stres.

Tabel 4.2 Distribusi Sampel berdasarkan Kategori Tingkat Stres pada


Santri MA di Pesantren Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng
Kalee, Aceh Tahun 2017
Kategori Tingkat Stres Jumlah %
Normal 123 50,2
Stres 122 49,8
Total 245 100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui sampel dengan kategori normal


yaitu 123 orang (50,2%) dan responden dengan stres yaitu 122 orang
(49,8%).

4.1.3. Frekuensi Kecemasan


Pada penelitian ini, tingkat kecemasan santri dikategorikan menjadi
dua yaitu normal dan cemas. Cara pengkategoriannya adalah berdasarkan
nilai skor kecemasan. Terdapat 14 pernyataan dengan 4 pilihan jawaban
sehingga skor minimal masing-masing pertanyaan adalah 0 dan skor
maksimal masing-masing pertanyaan adalah 3. Cara pengkategoriannya
adalah sampel dengan nilai skor 0-7 dikategorikan normal dan sampel
dengan nilai skor 8-42 dikategorikan mengalami kecemasan.
54

Tabel 4.3 Distribusi Sampel berdasarkan Kategori Tingkat Kecemasan


pada Santri MA di Pesantren Darul Ihsan Tgk. H. Hasan
Krueng Kalee, Aceh Tahun 2017
Kategori Tingkat Jumlah %
Kecemasan
Normal 54 22,0
Cemas 191 78,0
Total 245 100

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui responden dengan kategori normal


yaitu 54 orang (22,0%) dan sampel dengan kategori cemas yaitu 191 orang
(78,0%).

4.1.4. Frekuensi Depresi


Pada penelitian ini, tingkat depresi pada santri dikategorikan
menjadi dua yaitu normal dan depresi. Terdapat 14 pernyataan dengan 4
pilihan jawaban sehingga skor minimal masing-masing pertanyaan adalah
0 dan skor maksimal masing-masing pertanyaan adalah 3. Cara
pengkategoriannya adalah sampel dengan nilai skor 0-9 dikategorikan
normal dan sampel dengan nilai skor 10-42 dikategorikan mengalami
depresi.

Tabel 4.4 Distribusi Sampel berdasarkan Kategori Tingkat Depresi pada


Santri MA di Pesantren Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng
Kalee, Aceh Tahun 2017
Kategori Tingkat Depresi Jumlah %
Normal 156 63,7
Depresi 89 36,3
Total 245 100

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui responden dengan kategori normal


yaitu 156 orang (63,7%) dan responden depresi yaitu 89 orang (36,3%).
55

4.1.5 Tingkat Prestasi Akademik


Pada penelitian ini, tingkat prestasi pada santri juga diteliti sebagai
variabel independen dari tingkat stres, kecemasan, dan depresi. Data untuk
prestasi akademik santri diambil dari nilai rapor santri pada semester
terakhir saat pengambilan data. Berdasarkan hasil penelitian, distribusi
sampel berdasarkan kategori prestasi akademik dapat dilihat pada tabel
4.5.

Tabel 4.5 Distribusi Sampel berdasarkan Kategori Tingkat Prestasi


Akademik Semester Terakhir saat Pengambilan Data pada
Satri MA di Pesantren Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng
Kalee, Aceh Tahun 2017
Kategori Tingkat Prestasi Jumlah %
Akademik
Baik 96 39,2
Kurang baik 149 60,8
Total 245 100

Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah santri yang berprestasi


baik sebanyak 96 orang (60,8%) dan jumlah santri yang memiliki prestasi
kurang baik sebanyak 149 orang (39,2%).

4.2. ANALISIS BIVARIAT


Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk
menganalisis korelasi variabel independen dan dependen. Analisis bivariat
pada penelitian ini menggunakan uji Fisher karena menganalisis variable
bebas kategorik dengan variable terikat kategorik tidak berpasangan.28
Hasil dari penelitian ini tidak memenuhi untuk uji Chi Square karena nilai
frekuensi harapan setiap analisis kurang dari 5. Uji Fisher dinyatakan
bermakna jika nilai p value <0,05.
56

4.2.1 Hubungan Tingkat Stres dengan Prestasi Akademik


Tabel 4.6 Distribusi Sampel berdasarkan Hubungan Tingkat Stres dengan
Prestasi Akademik pada Santri MA di Pesantren Darul Ihsan
Tgk. H. Hasan Krueng Kalee, Aceh Tahun 2017
Prestasi Akademik
IK (95%)
Tingkat Baik P
Kurang Baik Total % OR
Stres value
N % N % Min. Maks.

Normal 75 30,6 48 19,6 123 50,2

Stres 74 30,2 48 19,6 122 49,8 1,693


1,000 1,014 0,607
Total 149 60,8 96 39,2 245 100

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa sampel dengan tingkat


stres normal yang memiliki prestasi kurang baik yaitu sebanyak 75 orang
(30,6%) dan sampel dengan tingkat stres normal yang memiliki prestasi
baik yaitu sebanyak 48 orang (19,6%). Sedangkan sampel dengan tingkat
prestasi kurang baik yang mengalami stres yaitu sebanyak 74 orang
(30,2%) dan sampel dengan tingkat prestasi baik yang mengalami stres
yaitu sebanyak 48 orang (30,2%).

Dari hasil uji Fisher diperoleh nilai p value = 1.000 (OR : 1,014 IK
95% 0,607-1,693) atau p>0,05, sehingga dapat diambil kesimpulan tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan
prestasi akademik pada santri MA di Pesantren Darul Ihsan Tgk. H.
Hasan Krueng Kalee, Aceh Tahun 2017.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian


sebelumnya yang dilakukan oleh Jaslindo tahun 2014 pada siswa kelas X
dan kelas XI SMA Negeri 10 Padang yang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan bermakna antara tingkat stres dengan prestasi akademik siswa
(p = 0,0,013).29 Penelitian ini juga bertolak belakang dari penelitian yang
dilakukan oleh Haryanti pada mahasiswa jurusan keperawatan Universitas
57

Syah Kuala yaitu menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara


tingkat stres dengan prestasi akademik mahasiswa (p: 0,000).30 Hal ini
disimpulkan bahwa ada faktor-faktor tertentu yang menjadi penyebab
stres pada mahasiswa antara lain adalah faktor organisasi, faktor
interpersonal, dan faktor individu.31 Diduga bahwa penyebab stres pada
santri di sini bukan hanya karena tuntutan akademik, namun ada hal lain
di luar akademik yang membuat santri stres, antara lain aturan-aturan
keseharian di pondok seperti harus bangun subuh, harus datang ke
sekolah tepat waktu, harus makan tepat waktu, harus tidur tepat waktu,
harus melakukan kegiatan apapun sesuai waktu yang ditentukan oleh
aturan organisasi di pesantren. Sehingga hasilnya, baik santri yang
prestasi akademiknya baik maupun kurang baik sama-sama dapat
mengalami stres yang sama. Namun, penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hasmarina pada mahasiswa jurusan
kedokteran Unsyiah menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara tingkat stres dengan prestasi belajar pada mahasiswa
kedokteran Unsyiah.32 Penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda-
beda karena masing-masing individu memiliki respon terhadap stres yang
berbeda-beda dan stres di pesantren juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
pendukung misalnya sedikitnya waktu rekreasi, tuntutan orang tua akan
prestasi akademik, frekuensi ujian, jauh dari orang tua, dan beban
pelajaran yang berlebihan.33 Meskipun hasil penelitian ini menunjukkan
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan
prestasi akademik santri, dalam penelitian ini diketahui bahwa santri yang
mengalami stres dengan prestasi kurang baik lebih banyak jumlah nya (74
orang) dibandingkan yang prestasi akademik nya baik (48 orang).
Sehingga dapat dibuat hipotesis bahwa stres dapat menyebabkan prestasi
akademik santri kurang baik.
58

4.2.2 Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Prestasi Akademik


Tabel 4.7 Distribusi Sample berdasarkan Hubungan Tingkat Kecemasan
dengan Tingkat Prestasi Akademik pada Santri MA di
Pesantren Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee, Aceh
Tahun 2017
Prestasi Akademik
Kurang IK (95%)
Tingkat Baik P
Total % OR
Kecemasan Baik value
N % n % Min. Maks.

Normal 34 13,9 20 8,2 54 22,0

Cemas 115 46,9 76 31,0 191 78,0 2,096


0,754 1,123 0,602

Total 149 60,8 96 39,2 245 100

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa sampel dengan tingkat


kecemasan normal yang memiliki prestasi kurang baik yaitu sebanyak 34
orang (13,9%) dan sampel dengan tingkat kecemasan normal yang
memiliki prestasi baik yaitu sebanyak 20 orang (8,2%). Sedangkan
sampel dengan tingkat prestasi kurang baik yang mengalami kecemasan
yaitu sebanyak 115 orang (46,9%) dan sampel dengan tingkat prestasi
akademik baik yang mengalami kecemasan yaitu sebanyak 76 orang
(30,1%).

Dari hasil uji Fisher diperoleh nilai p value = 0,754 (OR : 1,123
IK 95% 0,602-2,096) atau p>0,05. Dapat diambil kesimpulan tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat kecemasan dengan
tingkat prestasi akademik pada santri MA di Pesantren Darul Darul
Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee, Aceh Tahun 2017 .

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian


sebelumnya yang dilakukan oleh Sastyaningtyas yang menyebutkan
bahwa terdapat hubungan yang sangat bermakna antara tingkat
59

kecemasan dengan prestasi belajar matematika siswi kelas XI IPA di


SMA Negeri 1 Kayen Pati.33 Meskipun pada penelitian ini tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan prestasi
akademik, tetap dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan yang jauh antara
jumlah santri yang cemas disertai prestasi buruk dibandingkan santri yang
cemas dengan prestasi baik. Dapat dilihat jumlah santri yang cemas lebih
banyak memiliki prestasi buruk (115 orang) dibandingkan mendapatkan
prestasi baik (76 orang). Bila seorang pelajar mengalami kecemasan maka
dapat menurunkan kemampuan untuk memusatkan perhatian,
menurunkan daya ingat, dan mengganggu kemampuan asosiasi sehingga
prestasi belajarnya pun ikut menurun.34 Taylor pada tahun 1995
menyebutkan bahwa kecemasan adalah suatu pengalaman subjektif
mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum
dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman.8 Pada
penelitian ini mendapatkan hasil tidak ada hubungan yang signifikan
antara tingkat kecemasan dengan prestasi akademik. Santri yang memiliki
prestasi akademik baik maupun kurang baik sama-sama banyak
mengalami kecemasan. Mungkin diperlukan penelitian selanjutnya untuk
mencari tahu mengapa santri yang berprestasi baik juga mengalami
kecemasan yang sama dengan santri yang berprestasi kurang baik.
Hipotesis peneliti terhadap hasil penelitian ini adalah santri yang memilik
prestasi baik juga mengalami cemas karena mereka memiliki perasaan
khawatir yang sama dengan teman-teman lainnya yang memiliki prestasi
kurang baik. Namun, mereka tetap berusaha belajar dengan keras
semampu mereka untuk mendapatkan nilai yang maksimal. Meskipun
mereka merasa cemas mereka tetap mampu mencapai nilai yang baik
karena usaha dan kerja kerasnya.
60

4.2.3 Hubungan Tingkat Depresi dengan Prestasi Akademik


Tabel 4.8 Distribusi Sample berdasarkan Hubungan Tingkat Depresi
dengan Prestasi Akademik pada Santri MA di Pesantren
Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee, Aceh Tahun 2017
Prestasi Akademik
IK (95%)
Tingkat Baik P
Kurang Baik Total % OR
Depresi value
N % N % Min. Maks.

Normal 92 37,6 64 26,1 156 63,7

Depresi 57 23,3 32 13,1 89 36,3 1,382


0,497 0,807 0,471
Total 149 60,8 96 39,2 245 100

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa sampel dengan tingkat


depresi normal yang memiliki prestasi kurang baik yaitu sebanyak 92
orang (37,6%) dan sampel dengan tingkat depresi normal yang memiliki
prestasi akademik baik yaitu sebanyak 64 orang (26,1%). Sedangkan
sampel dengan tingkat prestasi akademik kurang baik yang mengalami
depresi yaitu sebanyak 57 orang (23,3%) dan sampel dengan tingkat
prestasi akademik baik yang mengalami depresi yaitu sebanyak 32 orang
(13,1%).
Dari hasil uji Fisher diperoleh nilai p value = 0,497 (OR : 0,807 IK
95% 0,471-1,382) atau p>0,05. Dapat diambil kesimpulan tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat depresi dengan
prestasi akademik pada santri MA di Pesantren Darul di Pesantren
Darul Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee, Aceh Tahun 2017.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Septianto pada mahasiswa kedokteran UIN Jakarta yang menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat depresi dengan prestasi
belajar mahasiswa (p: 0,066).34 Penyebab depresi di pesantren bukanlah
semata-mata karena tuntutan pelajaran. Banyak faktor lain seperti jarang
rekreasi, merasa selalu terkurung dalam pondok pesantren, jarang
bertemu orang tua, harus mengikuti aturan bangun pagi pukul 4, jarang
61

tidur, aturan keseharian yang terlalu ketat, dan perasaan tidak mampu
untuk melawan aturan yang berlaku. Meskipun santri merasa depresi
karena faktor-faktor tersebut, santri tetap menjalankan tugas belajar nya
seperti biasa, yaitu tetap semangat mengerjakan tugas sekolah dan tugas
pengajian sehingga depresi santri akibat faktor lain tidak mempengaruhi
kerajinan belajarnya sehingga hasil prestasi akademiknya sesuai dengan
usaha belajarnya. Ada kemungkinan besarnya angka depresi pada santri
Pondok Pesantren Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee dipengaruhi
oleh pengalaman buruk di masa lalu yaitu kejadian tsunami yang
menimpa Aceh pada tahun 2004. Banyak di antara santri yang
merupakan korban dari bencana tsunami tersebut. Banyak pula santri
yang kehilangan keluarga dan kerabat karena meninggal atau hilang
tenggelam dalam air laut saat bencana tsunami. Dapat diduga bahwa
salah satu penyebab tingginya angka depresi pada santri yaitu kehilangan
figur yang dicintai sehingga kehilangan dukungan dari orang-orang yang
dicintai dalam belajar sehingga santri cenderung lebih mudah merasa
depresi. Namun, masih banyak faktor-faktor penyebab terjadinya depresi
pada santri di pesantren. Diharapkan akan dilakukan penelitian
berikutnya mengenai faktor-faktor apa saja yang menyebabkan depresi di
Pesantren Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee dan mengapa depresi
pada santri tidak mempengaruhi nilai prestasi akademik santri. Namun,
hasil berbeda muncul dari penelitian yang dilakukan oleh Fayegh pada
tahun 2010 di Malaysia menunjukkan adanya korelasi bermakna antara
tingkat depresi dengan prestasi belajar.34 Pada seseorang yang mengalami
depresi cenderung mengalami kesulitan untuk fokus terhadap apa yang
dipelajari sehingga tidak mendapatkan hasil yang maksimal.35 Penelitian
yang dilakukan oleh Clarissa pada tahun 2016 mengenai faktor-faktor
internal yang mempengaruhi tingkat nilai prestasi akademik pada siswa
antara lain yaitu intake makanan, jenis kelamin, penghargaan, aktivitas
fisik, perhatian sosial, alergi, dan durasi tidur, dan penyakit-penyakit
tertentu yang diderita seperti gangguan pernapasan saat tidur, anemia,
dan batuk.36
62

4.3. KETERBATASAN PENELITIAN


1. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan pengisian
kuesioner sehingga memungkinkan terjadinya recall bias dan
bersifat subjektif.
2. Penelitian ini hanya menggunakan metode cross sectional, dimana
penelitian ini tidak mengikuti perkembangan psikologis responden.
3. Penelitian hanya dilakukan di satu pesantren yaitu Pesantren Darul
Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee, Aceh dengan sampel homogen
sehingga hasil penelitian kurang bermakna secara menyeluruh atau
hasil penelitian ini tidak dapat mewakili seluruh populasi santri di
indonesia.
4. Penelitian hanya dilakukan untuk menilai hubungan stres,
kecemasan, dan depresi terhadap prestasi akademik santri saja.
Namun, penelitian mengenai faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan santri mengalami stres, cemas, dan depresi belum
dapat dilakukan. Sehingga tidak diketahui penyebab apa saja yang
memungkinkan santri mengalami stres, cemas, dan depresi di
pesantren.
63

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

Pada penelitian ini didapatkan hasil tidak ada hubungan bermakna


antara tingkat stres, tingkat kecemasan, dan tingkat depresi dengan tingkat
prestasi akademik santri di Pesantren Darul Darul Ihsan Tgk. H. Hasan
Krueng Kalee.

5.2 SARAN
1. Untuk melengkapi penelitian ini diharapkan akan dilakukan penelitian
oleh peneliti berikutnya mengenai fakto-faktor penyebab stres,
kecemasan, dan depresi di pesantren, khususnya di Pesantren Darul
Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee.
2. Untuk melengkapi penelitian ini diharapkan akan dilakukan penelitian
oleh peneliti berikutnya tentang cara yang paling efektif dalam
mengatasi kejadian stres, kecemesan, dan depresi pada santri di
pesantren, khususnya di Pesantren Darul Darul Ihsan Tgk. H. Hasan
Krueng Kalee agar bisa diterapkan sehingga angka stres, kecemasan,
dan depresi pada santri bisa berkurang.
3. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian
dengan menggunakan sampel yang lebih heterogen dari pesantren yang
lebih banyak lagi.
4. Sebaiknya penelitian berikutnya dilakukan dengan metode wawancara
karena mungkin dalam pengisian kuisioner terdapat ketidakjujuran dari
responden
5. Sebaiknya dilakukan penelitian yang membandingkan insiden stres,
cemas, dan depresi antara santri di pondok pesantren dengan siswa
non-pesantren.

64
64

DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemeterian Kesehatan


RI. Riset Kesahatan Dasar [Internet]. Kementerian Kesehatan RI; 2008
[dikutip 7 Februari 2017] hal. 217–47. Tersedia pada:
www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%2020
8.pdf
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemeterian Kesehatan
RI. Riset Kesahatan Dasar [Internet]. Kementerian Kesehatan RI; 2013
[dikutip 7 Februari 2017] hal. 213–35. Tersedia pada:
www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%2020
13.pdf
3. Tim Peneliti Balitbang Provinsi Jateng. Study Penanganan Masalah Sosial
Gelandangan Psikotik di Wilayah Perbatasan dan Perkotaan. Badan
Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah. 2007.
4. (Taufik, Ifdil. Kondisi Stres Akademik Siswa SMA Negeri di Kota
Padang. Jurnal Konseling dan Pendidikan. 2013. Vol 1. P 143-50)
(http://jurnal.konselingindonesia.com/index.php/jkp/article/view/22/26)
Diakses tanggal 10 November 2016.
5. http://prezi.com/m/iaexhcv9xxsc/hubungan-tingkat-stres-dengan-prestasi-
belajar-pada-remaja-s/ Diakses tanggal 10 November 2016.
6. http://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2=analisis20011#.WE
TK32k-Yuo Diakses tanggal 20 Desember 2016.
7. Buku Ajar Psikiatri klinis. Ed.2. fakultas kedokteran universitas indonesia.
Jakarta 2015. Badan penerbit fakultas kedokteran universitas indonesia.
Hal.
8. Kaplan HI, Saddock BJ, Grebb JA. Sinopsis psikiatri Jilid 1. Edisi 7.
Terjemahan Widjaja Kusuma. Jakarta : Bina Rupa Aksara; 1997. Hal.86-
108
9. Ilmu kedokteran jiwa.ed.2. Maramis Willy F dan Maramis Albert A.
Airlangga university press. Jakarta 2009. Halaman 307
10. Yusuf, M. 2008. Kesehatan Mental. Bandung: RIZQI PRESS. Hal. 54-60

65
65

11. Smet,Bart. 1994. Psikologi kesehatan. Jakarta: Gramedia. Hal. 77-85


12. Chomariah, N. 2009. Tips Jitu & Praktis Mengusir Stres. Jogjakarta:
DIVA Press.
13. Sullvian GM.,Gorman Jm.,et.al.: Anxiety Disorder, Comprehensive
Texbook of Psychiatry, volume IB, 2007 : 1441-1503
14. Howard E,.et.al. : Anxiety Disorders, Synopsis of Psychiatry, Tenth ed.,
2007 : 594-602,623-628
15. Sadock B, Sadock V, Comprehensive texbook of psychiatry,ed 8.2000
16. Wiener J, Dulcan M, Child and Adolescent Psychiatry,ed 3 .2004
17. American psychiatric Assosiation. Diagnostik and statistical manual of
mental disorder. Ed 4, washington DC; American Psychiatric Assosiation,
1994.
18. Latipah E. 2010. Strategi self regulated learning dan prestasi belajar. Psi.
37(1):110-29.
19. Menurut W. S. Winkel (2004:59) . psikologi pendidikan dan evaluasi
belajar. Jakarta : gramedia. Hal. 16
20. M. Dalyono (2005:49) . psikologi pendidikan . jakarta : rineka cipta. Hal.
24
21. . Menurut W. S. Winkel (2004:59) . psikologi pengajaran. Yogyakarta:
media abadi. Hal. 19
22. Munandar U, Herkusumo AP, & Bonang E. 2009. Hubungan antara
pengaturan diri dalam belajar, self effficacy, lingkungan belajar di rumah,
dan intelegensi dengan prestasi belajar. Gifted Revewed, Jurnal
Keberbakatan dan Kreatifitas. 3(1): 13-25.
23. Muhibbin syah. 2011. Psikologi belajar. Jakarta : rajawali pers. Hal. 52
24. Sugihartono dkk 2007. Psikologi pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.
Hal. 34
25. Nana Syaodih 2003; Landasan psikologi proses pendidikan. Bandung :
Remaja Rosydakarya. Hal. 102-103
26. M. Sopiyudin Dahlan, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel
dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, (Jakarta: Salemba Medika,
2009) Ed. 2, h. 43
66

27. M. Sopiyudin Dahlan, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel


dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, (Jakarta: Salemba Medika,
2009) Ed. 2, h. 126
28. Sastroasmoro S, ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi
4. Jakarta : CV Sagung seto; 2011. p. 333-41.
29. Jaslindo LN. Hubungan tingkat stres dengan prestasi belajar pada siswa
kelas III IPA di SMA N 10 Padang. Padang : Repository unand; 2013. p.
1. http://sripsi.fk.unand.ac.id diakses pada 1 Agustus 2017.
30. Haryanti N. Hubungan stres belajar dengan prestasi belajar mahasiswa
fakultas keperawatan Universitas Syah Kuala. Banda Aceh : Electronic
Theses and Dissertation Universitas Syah Kuala; 2014. p. 37.
31. Hasmarina D. Hubungan Stres dengan prestasi belajar pada mahasiswa
program studi pendidikan dokter fakultas kedokteran Universitas Syah
Kuala. Banda Aceh : Fakultas Kedokteran Universitas Syah Kuala; 2012.
32. Shah M, Hasan S, Malik S & Sreeramareddy CT. Perceived stress sources
and severity of stress among medical undergraduate in a Pakistani medical
school. BioMedCentral Medical Education 10:2; 2010. Available online at
http://www.biomedcentral.com/content/pdf/1472-6920-10-2.pdf diakses
pada 1 Agustus 2017.
33. Sistyaningtyas F. Hubungan antara tingkat kecemasan dengan prestasi
belajar matematika siswi kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Kayen Pati.
Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadyah Surakarta;
2013. p. 10-11.
34. Septianto R. Hubungan antara tingkat depresi dengan nilai modul clinical
reasoning i pada mahasiswa pendidikan dokter UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Angkatan 2013. Jakarta : Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta; 2014. p. 42.
35. Rahmi N. Hubungan tingkat stres dengan prestasi belajar mahasiswa
tingkat II prodi D-III kebidanan Banda Aceh jurusan kebidanan Poltekes
Kemenkes NAD TA.2011/2012. Jurnal Ilmiah STIKes U‟budiyah
2:1;2010. Available online at
67

http://www/ejournal.uui.ac.id/jurnal/Nuzulul_Rahmi-hqv-6-
jurnal_nuzulul.pdf Diakses pada 22 Februari 2017.
36. Clarissa Maharani P. Hubungan faktor-faktor internal terhadap prestasi
belajar siswa kelas 2 di Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta
tahun ajaran 2015-2016. 2016. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
h.59-71
68

Lampiran 1
Lembar Informed Consent dan Data Karakteristik Responden

HUBUNGAN TINGKAT STRES, KECEMASAN, DAN DEPRESI DENGAN


PRESTASI AKADEMIK PADA SANTRI ALIYAH DI PONDOK
PESANTREN DARUL IHSAN TGK. H. HASAN KRUENG KALEE,
DARUSSALAM, ACEH BESAR, ACEH

Assalamu‟alaikum Wr. Wb. Santri


yang terhormat,

Saat ini saya, Ayu Rizki Saputri sebagai peneliti di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sedang melakukan penelitian mengenai
“Hubungan Tingkat Stres, Kecemasan, dan Depresi dengan Prestasi Akademik
pada Santri Aliyah di Pondok Pesantren Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng
Kalee, Darussalam, Aceh Besar, Aceh”
Sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan di universitas kami, maka
saya mengharapkan anda bersedia menjalani penelitian ini melalui pengisian
kuesioner DASS-42. Oleh karena itu, saya mengharapkan kesediaan adik-adik
santri „aliyah di pondok pesantren Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee untuk
menjadi responden dalam penelitian ini dengan cara mengisi pertanyaan kuesioner
DASS-42 ini secara lengkap sesuai pengetahuan dan pengalaman yang
sebenarnya selama enam bulan terakhir. Data yang adik-adik berikan hanya akan
saya gunakan untuk penelitian ini dan akan saya jaga kerahasiannya. Kurang
lebihnya saya mohon maaf.

Peneliti,
Ayu Rizki Saputri
Mahasiswa Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter
Jalan Raya Kertamukti No. 100, Ciputat Timur, Tangerang Selatan
Tlp. 085358675321

68
69

Tanggal Pengambilan :
KUISIONER HUBUNGAN TINGKAT STRES, KECEMASAN, DAN
DEPRESI DENGAN PRESTASI AKADEMIK PADA SANTRI ALIYAH DI
PONDOK PESANTREN DARUL IHSAN TGK. H. HASAN KRUENG
KALEE, DARUSSALAM, ACEH BESAR, ACEH
No Kuisioner :
PERSETUJUAN PENGAMBILAN DATA
(INFORMED CONSENT)
Nama :
No Absen :
Kelas :
Usia :
Jenis Kelamin :
Nomor HP :
Saya telah mendapatkan penjelasan dengan sejelas-jelasnya dari peneliti
dan mengerti mengenai penelitian yang berjudul “Hubungan Tingkat Stres,
Kecemasan, dan Depresi dengan Prestasi Akademik pada Santri Aliyah di
Pondok Pesantren Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee, Darussalam,
Aceh Besar, Aceh” oleh Ayu Rizki Saputri (11141030000030), Mahasiswa
jurusan pendidikan dokter angkatan 2014 Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya bersedia
mengisi kuisioner DASS-42 sebagai bentuk partisipasi saya terhadap penelitian
ini.
Aceh Besar, Februari 2016
Peneliti Responden

(.................................) (……………………….)
70

Lampiran 2
Kuesioner DASS-42 Berbahasa Indonesia

KUISIONER DASS-42
Kuisioner ini terdiri dari beberapa pertanyaan yang mungkin sesuai
dengan pengalaman Saudara/Saudari dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari.
Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pertanyaan yaitu:

0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.


1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang.
2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan/sering.
3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.

Selanjutnya, Saudara/Saudari diminta untuk menjawab kuisioner dengan


cara member tanda silang (X) pada salah satu kolom yang paling sesuai dengan
pengalaman Saudara/Saudari Selama 6 bulan terakhir ini. Tidak ada jawaban yang
benar atau salah, karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri Saudara/Saudari
yang sesungguhnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang terlintas dalam
pikiran Saudara/Saudari.
NO PERTANYAAN 0 1 2 3
1 Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena
hal-hal sepele.
2 Saya merasa bibir saya kering.
3 Saya sama sekali tidak merasakan perasaan positif.
4 Saya mengalami kesulitan bernafas (misalnya:
seringkali terengah-engah atau tidak dapat bernafas
padahal tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya).
5 Saya sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu
kegiatan.
6 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu
situasi.
7 Saya meras goyah (misalnya: kaki terasa mau
„copot‟).
8 Saya merasa sulit untuk bersantai.
9 Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang
membuat saya merasa sangat cemas dan saya akan
merasa lega jika semua ini berakhir.
10 Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di
maa depan.
11 Saya menemukan diri saya mudah merasa kesal.

70
71

12 Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk


merasa cemas.
13 Saya merasa sedih dan tertekan.
14 Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika
mengalami penundaan (misalnya: kemacetan lalu
lintas, menunggu sesuatu).
15 Saya merasa lemas seperti mau pingsan.
16 Saya merasa saya kehilangan minat akan segala hal.
17 Saya merasa bahwa diri saya tidak berharga sebagai
seorang manusia.
18 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung.
19 Saya berkeringat secara berlebihan (misalnya: tangan
berkeringat), padahal temperature tidak panas atau
tidak melakukan aktivitas fisik sebelumnya.
20 Saya merasa takut tanpa alas an yang jelas.
21 Saya merasa bahwa hidup tidak bermanfaat.
22 Saya merasa sulit untuk beristirahat.
23 Saya mengalami kesulitan dalam menelan.
24 Saya tidak dapat meraskan kenikmatan dari berbagai
hal yang saya lakukan.
25 Saya menyadari kegiatan jantung, walaupun saya
tidak sehabis melakukan aktivitas fisik (misalnya:
merasa detak jantung meningkat atau melemah).
26 Saya meras putus asa dan sedih.
27 Saya merasa bahwa saya sangat mudah marah.
28 Saya merasa saya hamper panik.
29 Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu
membuat saya kesal.
30 Saya takut bahwa saya akan „terhambat‟ oleh tugas-
tugas sepele yang tidak biasa saya lakukan.
31 Saya tidak merasa antusias dalam hal apapun.
32 Saya sulit untuk bersabar dalam menghadapi
gangguan terhadap hal yang sedang saya lakukan.
33 Saya sedang merasa gelisah.
34 Saya merasa bahwa sala tidak berharga.
35 Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang
72

menghalangi saya untuk menyelesaikan hal yang


sedang saya lakukan.
36 Saya merasa sangat ketakutan.
37 Saya melihat tidak ada harapan untuk masa depan.
38 Saya merasa bahwa hidup tidak berarti.
39 Saya menemukan diri saya mudah gelisah.
40 Saya merasa mudah khawatir dengan situasi dimana
saya mungkin menjadi panic dan mempermalukan diri
sendiri.
41 Saya merasa gemetar (misalnya: pada tangan)
42 Saya merasa sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam
melakukan sesuatu.
Harap diperiksa kembali, jangan sampai ada yang terlewatkan. Terima kasih.
73

Lampiran 3
Output SPSS
1. Analisis Uji Univariat

a. Jumlah Responden

Kategori_Presta kategori_kecem kategori_


Kelas Kelamin si kategori_stres asan depresi

N Valid 245 245 245 245 245 245


Missing 0 0 0 0 0 0

b. Jumalah Kelas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kelas 1 75 30,6 30,6 30,6

Kelas 2 94 38,4 38,4 69,0

Kelas 3 76 31,0 31,0 100,0


Total 245 100,0 100,0

c. Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 137 55,9 55,9 55,9

Perempuan 108 44,1 44,1 100,0


Total 245 100,0 100,0

d. Kategori Prestasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang baik 149 60,8 60,8 60,8
Baik 96 39,2 39,2 100,0
Total 245 100,0 100,0

75
74

e. Kategori Stres

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid normal 123 50,2 50,2 50,2

stres 122 49,8 49,8 100,0


Total 245 100,0 100,0

f. Kategori Kecemasan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid normal 54 22,0 22,0 22,0

kecemasan 191 78,0 78,0 100,0


Total 245 100,0 100,0

g. Kategori Depresi

kategori_depresi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid normal 156 63,7 63,7 63,7
depresi 89 36,3 36,3 100,0
Total 245 100,0 100,0

2. Uji Analisis Bivariat

a. Hubungan Tingkat Stres dengan Tingkat Prestasi Akademik

Case Processing Summary


Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kategori_stres *
245 100,0% 0 0,0% 245 100,0%
Kategori_Prestasi
75

kategori_stres * Kategori_Prestasi Crosstabulation


Kategori_Prestasi80

kurang baik baik Total

kategori_stres normal Count 75 48 123


% within kategori_stres 61,0% 39,0% 100,0%

% within Kategori_Prestasi 50,3% 50,0% 50,2%


% of Total 30,6% 19,6% 50,2%

stres Count 74 48 122

% within kategori_stres 60,7% 39,3% 100,0%

% within Kategori_Prestasi 49,7% 50,0% 49,8%


% of Total 30,2% 19,6% 49,8%
Total Count 149 96 245
% within kategori_stres 60,8% 39,2% 100,0%

% within Kategori_Prestasi 100,0% 100,0% 100,0%


% of Total 60,8% 39,2% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square ,003a 1 ,959
Continuity Correctionb ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,003 1 ,959
Fisher's Exact Test 1,000 ,532
Linear-by-Linear Association ,003 1 ,959
N of Valid Cases 245

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 47,80.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


kategori_stres (normal / 1,014 ,607 1,693
stres)
For cohort
Kategori_Prestasi80 = 1,005 ,822 1,229
kurang baik
For cohort
,992 ,726 1,355
Kategori_Prestasi80 = baik
76

N of Valid Cases 245

b. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Tingkat Prestasi Akademik

Case Processing Summary


Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kategori_kecemasan *
245 100,0% 0 0,0% 245 100,0%
Kategori_Prestasi

kategori_kecemasan * Kategori_Prestasi80 Crosstabulation

Kategori_Prestasi80

kurang baik baik Total

kategori_kecemasan Normal Count 34 20 54


% within
63,0% 37,0% 100,0%
kategori_kecemasan

% within Kategori_Prestasi 22,8% 20,8% 22,0%


% of Total 13,9% 8,2% 22,0%

kecemasan Count 115 76 191

% within
60,2% 39,8% 100,0%
kategori_kecemasan
% within Kategori_Prestasi 77,2% 79,2% 78,0%
% of Total 46,9% 31,0% 78,0%
Total Count 149 96 245

% within
60,8% 39,2% 100,0%
kategori_kecemasan

% within Kategori_Prestasi 100,0% 100,0% 100,0%


% of Total 60,8% 39,2% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square ,134a 1 ,714
Continuity Correctionb ,043 1 ,835
Likelihood Ratio ,135 1 ,714
Fisher's Exact Test ,754 ,420
Linear-by-Linear Association ,133 1 ,715
77

N of Valid Cases 245

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21,16.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


kategori_kecemasan 1,123 ,602 2,096
(normal / kecemasan)
For cohort
Kategori_Prestasi80 = 1,046 ,827 1,323
kurang baik
For cohort
,931 ,631 1,373
Kategori_Prestasi80 = baik
N of Valid Cases 245

c. Hubungan tingkat depresi dengan tingkat prestasi akademik

Case Processing Summary


Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kategori_depresi *
245 100,0% 0 0,0% 245 100,0%
Kategori_Prestasi

kategori_depresi * Kategori_Prestasi80 Crosstabulation

Kategori_Prestasi80

kurang baik baik Total

kategori_depresi Normal Count 92 64 156


% within kategori_depresi 59,0% 41,0% 100,0%

% within Kategori_Prestasi 61,7% 66,7% 63,7%


% of Total 37,6% 26,1% 63,7%

Depresi Count 57 32 89

% within kategori_depresi 64,0% 36,0% 100,0%

% within Kategori_Prestasi 38,3% 33,3% 36,3%


% of Total 23,3% 13,1% 36,3%
Total Count 149 96 245
78

% within kategori_depresi 60,8% 39,2% 100,0%

% within Kategori_Prestasi 100,0% 100,0% 100,0%


% of Total 60,8% 39,2% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square ,611a 1 ,434
Continuity Correctionb ,417 1 ,518
Likelihood Ratio ,614 1 ,433
Fisher's Exact Test ,497 ,260
Linear-by-Linear Association ,609 1 ,435
N of Valid Cases 245

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 34,87.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


kategori_depresi (normal / ,807 ,471 1,382
depresi)
For cohort
Kategori_Prestasi= kurang ,921 ,751 1,129
baik
For cohort Kategori_Prestasi
1,141 ,816 1,595
= baik
N of Valid Cases 245
79

Lampiran 4

83
79

Lampiran 5

84
79

Lampiran 6
Riwayat Penulis

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ayu Rizki Saputri


Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 22 Februari 1997
Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Nasional Meulaboh - Tapak Tuan, Desa Sukaraja,


Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya, Aceh.
No. Hp : 085358675321

Email : ayurizkysaputri22@gmail.com
ayurizkysaputri22@yahoo.com

PENDIDIKAN
2000-2002 : TK Dharma Wanita, Alue Bilie, Darul Makmur, Nagan
Raya, Aceh
2002-2008 : SD Negeri 1 Alue Bilie, Darul Makmur, Nagan Raya,
Aceh
2008-2011 : SMP Negeri Bunga Bangsa, Darul Makmur, Nagan Raya,
Aceh

2011-2014 : MAS Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee,


Darussalam, Aceh Besar, Aceh

2014-sekarang : Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter UIN


Syarif Hidayatullah Jakarta

85

Anda mungkin juga menyukai