Anda di halaman 1dari 120

RANCANGAN MESIN PEMBUAT KUE TRADISIONAL

( KUE KARAH ) SECARA ERGONOMI


( Studi Kasus Di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat)

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Teknik Pada Fakultas Teknik Universitas Teuku Umar

Disusu Oleh :

Nama : Khairul Anwar

Nim : 07C10207021

Bidang : Manajemen Rekayasa & Sistem Produksi

JURUSAN TEKNI K INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2014
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usaha kecil di bidang makanan ringan semangkin berkembang dan

terbukti mampu mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Namun, industri

skala kecil banyak sekali mengalami permasalahan khususnya dalam proses

pembuatan produknya. Proses produksi secara manual sering kali kita temukan

dalam industri rumah tangga, ( Sagala, A. Baginda, 2012 ).

Menjalankan suatu pengembangan usaha tentu akan menghadapi beberapa

resiko permasalahan yang dapat mempengaruhi hasil usahanya tersebut, apabila

tidak diantisipasi maka bisa saja resiko permasalahan itu terjadi. Permasalahan itu

terdapat dari faktor internal dan eksternal. (www.Ads.by kliksaya .com, 2011).

Resiko permasalahan internal, dalam menjalankan usaha pada setiap suatu

kelompok usaha kecil, dibutuhkan suatu perangkat untuk mendukung jalanya

usaha tersebut yaitu sumber daya manusia (SDM) yang handal sesuai dengan

kebutuhan. Hubungan lingkungan kerja yang aman dan nyaman patut diperhatikan

sehingga menjadi timbal balik dengan lingkungan fisik dan ekosistem yang

kondusif.

Resiko permasalahan eksternal, kemajuan teknologi dapat membantu

pihak pengelola dalam hal meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Apabila

pihak produsen kurang memanfaatkan perkembangan teknologi , maka secara

1
2

tidak langsung akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi, yang pada

akhirnya akan kalah dalam bersaing dipasar, (www.Ads.by kliksaya .com, 2011).

Jenis-jenis kue tradisional Aceh, sangat banyak di jumpain di kota-kota

besar di Aceh yang bergerak dalam bidang industri kecil rumah tangga, dari kue

kering hingga kue basah diantaranya adalah kue kembang loyang, kue sepit, kue

bhoi, kue lempat, pisang sale, hingga kue karah, kue tradisional aceh yang cukup

populer salah satunya adalah kue karah, (Ridha., Fahmi, 2012).

Kue karah adalah sejenis makanan ringan yang cukup populer dikalangan

masyarakat Aceh, yang terbuat dari tepung beras, berbentuk segitiga sering juga

berbentuk lipat dua. Masyarakat Aceh menjadikan kue ini juga sebagai bagian

dari adat dan upacara-upacara tradisional, khususnya di Aceh Barat, pada upacara

pernikahan dan juga acara-acara kematian. Misalnya, di Khanduri Peuet Ploeh.

Namun, kue ini juga dikenal akrab oleh masyarakat di beberapa kabupaten lainya

di Aceh, (www.acehpedia.org , 2012)

Selama proses produksi pembuatan kue karah yang secara manual dan

tradisional, operator terlihat pada sikap postur kerja yang dilakukan pada posisi

duduk jongkok didepan wadah penggorengan, sehingga operator mengalami

temperatur suhu badan yang berlebihan akibat lingkungan kerja yang panas, dan

juga keluhan pada bagian tangan, lengan, bahu dan pinggang, dikarenakan sikap

kerja yang cukup lama dan di lakukan terus-menerus secara berulang lebih kurang

4-5 jam per hari, (Pengakuan operator pembuat kue karah, 14 May 2014)

Suatu penelitian terhadap pekerjaan yang biasa, tidak terlalu ringan atau

berat, produktivitas mulai menurun sesudah 4 jam bekerja, hal tersebut


3

dikarenakan adanya kontraksi otot selama melakukan proses tersebut. Otot-otot

akan menegang dan pembuluh darah akan mengecil hingga menimbulkan keluhan

musculoskeletal. Keluhan ini berupa rasa nyeri pada bagian-bagian otot skeletal

yang mendapat pembebanan yang melebihi batas kemampuan operator,

(Suma’mur, 1993).

Agar seseorang dapat bekerja dengan baik maka perlu kenyamanan

lingkungan tempat kerja, karena lingkungan kerja fisik yang tidak nyaman

terutama bekerja pada tekanan panas dapat mengurangi kesehatan pekerja.

Ketidaknyamanan kerja fisik mengakibatkan perubahan fungsional pada organ

tubuh manusia. Kondisi panas yang berlebih-lebihan mengakibatkan rasa letih,

kantuk, mengurangi kestabilan tubuh, yang pada akhirnya menimbulkan tingkat

stres, (Grandjean, 1986)

Suhu panas berakibat menurunya prestasi kerja fikir dan penurunan sangat

hebat sesudah 23C. suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu

reaksi dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan otak,

mengganggu koordinasi saraf perasa dan saraf motoris, (suma’mur, 1996).

Paparan panas dilingkungan kerja meningkatkan aliran darah, untuk

membawa panas tersebut kepermukaan tubuh. Akibat aliran darah tersebut, kulit

tubuh mengalami dilidrasi dan membuka pori-pori untuk mengeluarkan panas

pengeluaran keringat. Mekanisme penguapan mengakibatkan tubuh menjadi

dingin dan temperatur tubuh menurun, (Prece 1994). Tubuh mempunyai kadar air

yang tinggi. Komponen air di dalam tubuh dikenal sebagai cairan tubuh dan

mengandung elektrolit dan mineral seperti sodium, potassium, kalsium dan


4

klorida. Keseimbangan air tubuh diatur oleh hormon antidiuretik (ADH) yang

mempertahankan issosmotik plasma. Peningkatan osmolalitas plasma merangsang

rasa haus maupun pelepasan ADH. Kehilangan air melalui keringat dapat terjadi

pada temperatur yang tinggi. Keluarnya keringat berarti keluarnya air dan

elektrolit yang pada akhirnya mempengaruhi kesetimbangan garam diatur oleh

hormon aldosteron dengan tujuan mempertahankan volume ekstrasellular

(hipovolemia) mengganggu curah jantung, mengurangi alir balik vena ke jantung,

(Prece 1994).

Pengaruh bekerja terus-menerus secara berulang dalam jangka waktu yang

lama dapat menaikan berat beban dan frekuensi yang tinggi, hal ini dapat

mengakibatkan terjadinya kelelahan, karena otot menerima tekanan akibat beban

kerja yang terus menerus secara berulang (repetitif), sehingga akan

mengakibatkan rasa sakit yang berujung pada penurunan performans kerja.

(Wignjosoebroto, Sritomo. 2000).

Sikap kerja merupakan faktor penting dalam menentukan tingkat

kenyamanan kerja. Sikap kerja yang kurang sesuai dapat menyebabkan keluhan

fisik seperti rasa nyeri pada otot. Adanya ketidaknyamanan kerja tentu

meningkatkan beban kerja dan berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Dari

sudut pandang kesehatan, kondisi jongkok ataupun duduk jongkok pada

ketinggian rendah (10 cm) posisi tulang punggung terlihat sangat membungkuk

dan seluruh berat tubuh banyak ditopang oleh kaki, akibatnya terjadi pembebanan

yang berlebihan pada otot kaki dan punggung, Hal ini merupakan salah satu

penyebab munculnya keluhan Musculoskeletal pada tulang belakang dan sakit


5

pinggang, (Sriwarno, A. Bagus 2008).

Kegiatan manual material handling yang dilakukan secara repetitif pernah

diteliti oleh Muslimah, Etika, (2006). Penelitian lain yang membahas mengenai

beban kerja adalah penelitian dari Wignjosoebroto, Sritomo (2008). Penelitian ini

bertujuan untuk merancang peralatan kerja yang ergonomis untuk mengatasi

keluhan sakit pada bagian leher, punggung, dan pinggang ketika bekerja

dengan menggunakan peralatan yang sebelumnya.

Ratusan juta tenaga kerja di seluruh dunia bekerja pada kondisi tidak

nyaman dan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Setiap tahun terjadi 1,1

juta kematian yang di sebabkan penyakit atau yang di sebabkan oleh pekerjaan.

Sekitar 300,000 kematian tejadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah

kematian karena akibat kerja dimana di pekirakan terjadi 160 juta penyakit akibat

hubungan pekerjaan yang tidak aman dan nyaman, penyebab kematian yang

berhubungan dengan pekerjaan sebagaimana pada grafik dibawah ini.

Gambar 1.1. Grafik Penyakit Yang Di Akibatkan Oleh Pekerjaan Di Dunia

Dari gambar di atas, bahwa peyebab utama kematian adalah kanker,

sedangkan kelompok penyebab lain adalah Pneumoconiosis penyakit neurogis dan


6

penyakit gijal. Selain penyebab kematian, masalah kesehatan lain terutama adalah

ketulian , gangguan Musculoskeletal, gangguan reproduksi, ( International Labor

Organization (ILO), 1999 ).

Berdasarkan hasil rekapitulasi data yang didapat dari Puskesmas

Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat, terdapat 7 jenis penyakit

terberat yang dialami pada tahun 2013 diantaranya adalah Common Cold, Sistem

Jaringan Otot, ISPA ( Saluran Pernapasan ), Hypotensi, Lukak Lambng,

Hypertensi, Penyakit Kulit. Sebagamana pada grfik dibawah ini.

Gambar 1.2. Grafik Jenis Penderita Penyakit Di Kecamatan Meureubo 2013

Berdasarkan gambar diatas, ada 7 jenis penyakit terberat yang di alami

Masyarakat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat 2013, jenis dan

keterangan penyakit tersebut adalah.

1. Common Cold, adalah penyakit flu yang mempengaruhi saluran

pernafasan, dan memiliki gejala yang mirip seperti tenggorokan sakit,

hidung tersumbat atau pun meler, hingga batuk.

2. Sistem Jaringan Otot, adalah suatu kecederaan otot yang di akibatkan

pada gangguan sistem tulang dan otot, seperti asam urat, jari kesemutan,
7

keropos tulang ( Osteoporosis ), Nyeri otot, radang sendi, sakit pinggang,

dan pegal-pegal di betis.

3. ISPA ( Saluran Pernapasan ), adalah singkatan dari Infeksi Saluran

Pernapasan Akut, dimana melibatkan organ saluran pernapasan mulai

dari hidung, sinus, laring hingga alveoli. Saluran pernafasan adalah organ

tubuh yang memiliki fungsi menyalurkan udara atmosfer ke paru-paru

begitu pula sebaliknya.

4. Hypotensi, adalah tekanan darah yang rendah sehingga tidak mencukupi

untuk perfusi dan oksigenasi jaringan adekuat, Hipotensi timbul akibat

penurunan curah jantung atau penurunan resitensi perifer

5. Lukak Lambung, merupakan penyakit yang terjadi apabila dinding

lambung rusak akibat mukus yang menyelimutinya rusak. Hal ini di

akibatkan sesorang menderita penyakit maag kronis, yang tidak segera

diobati sehingga menyebabkan luka atau tukak lambung.

6. Hypertensi, adalah tekanan darah tinggi atau penyakit kelainan jantung

dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah.

7. Penyakit Kulit, adalah suatu penyakit yang di akibatkan oleh adanya

kontraksi infeksi seperti, bakteri, alergi, virus dan daya tahan tubuh

lemah, sehingga menimbulkan penyakit seperti, panu, kadas, kurab, kudis,

eksim, hingga jerawat.

(www.google.com )

Data Rekapitulasi 7 jenis penyakit terbesar yang di alami Masyarakat

Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat dapat di lihat pada Lampiran A.


8

Mengacu kepada fenomena yang telah peneliti uraikan, maka peneliti

tertarik untuk meneliti kasus tersebut dengan tema judul “RANCANGAN MESIN

PEMBUAT KUE TRADISIONAL (KUE KARAH) SECARA ERGONOM

(Studi Kasus Di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat)”. Pekerjaan

pembuatan kue karah secara manual ini menarik untuk diteliti karena terlihat

adanya sikap atau posisi kerja dan kondisi kerja tidak ergonomis dan tidak

nyaman yang dirasakan operator akibat pekerjaan tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan penelitian ini adalah fasilitas kerja yang tidak nyaman

sehingga menimbulkan keluhan Musculoskeletal rasa sakit pada otot skeletal

karena posisi kerja yang terlalu rendah, menyebabkan sikap postur kerja operator

dalam posisi duduk jangkok dan membungkuk di depan wadah penggorengan

dengan temperatur suhu yang tinggi atau panas, dalam jangka waktu yang lama

dan di lakukan secara terus menerus selama lebih kurang 4-5 jam kerja, serta

berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja dan menurunkan produktifitas kerja

operator pembuat kue karah.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis postur kerja operator

pembuat kue karah dengan menggunakan metode QEC, serta merancang mesin

kerja operator yang sesuai dengan pola kerja pembuatan kue karah
9

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian tugas akhir ini adalah:

1. Bagi perusahaan, hasil dari penelitian dapat digunakan oleh perusahaan

sebagai bahan pertimbangan mengenai usulan fasilitas kerja, rancangan

mesin pembuatan kue karah.

2. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat agar mahasiswa dapat menerapkan

prinsip-prinsip ergonomi yang telah dipelajari dalam merancang fasilitas

kerja yang ergonomis.

3. Bagi fakultas Teknik, khususnya jurusan teknik Industri. Diharapkan dapat

menjadi referensi dan sumber bacaan, baik untuk kepentingan pribadi

maupun untuk kepentingan kajian pembelajaran dan pengembangan

penelitian selanjutnya.

1.5 Batasan Masalah dan Asumsi

Agar penelitian lebih terarah dan tidak menyimpang dari tujuan yang ingin

dicapai, maka perlu dilakukan pembatasan masalah dan asumsi. Batasan masalah

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian difokuskan pada operator pembuat kue karah

2. Penilaian postur kerja dilakukan dengan metode (QEC)

3. Dalam penelitian ini, kekuatan pengelasan, dan proses manufaktur yang

digunakan untuk membuat mesin bantu ini tidak dibahas.

4. Usulan rancangan mesin pembuatan kue karah secara ergonomi dilakukan

tanpa mempertimbangkan biaya.


10

5. Tidak mempertimbangkan faktor psikologis dan sosial.

6. Pengukuran antropometri hanya dilakukan untuk beberapa dimensi tubuh

yang dibutuhkan dalam merancang mesin.

Sedangkan asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data, dalam keadaan baik.

2. Proses produksi berlangsung secara normal.

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri maka sistematika

penulisan tugas sarjana ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Menguraikan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan

sasaran penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi penelitian

serta sistematikan penulisan tugas akhir.

BAB II : LANDASAN TEORI

Menampilkan teori-teori yang relevan dengan pemecahan masalah atau

pencapaian tujuan penelitian.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Mengungkapkan langkah-langkah penelitian yang meliputi penjelasan tiap

tahapan mulai dari awal penelitian hingga penyelesaian laporan secara ringkas

disertai kerangka konseptual, Flow chart penelitian dan Flow Proses Chart

proses produksi kue karah.


11

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Menyajikan data hasil penelitian yang diperoleh dari perusahaan sebagai

bahan untuk melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada

pemecahan masalah.

BAB V : ANALISIS HASIL PEMECAHAN MASALAH

Menganalisis hasil pengolahan data yang dilakukan dan dilanjutkan

dengan pemecahan masalah.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Membuat kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis dari hasil penelitian

ini serta rekomendasi saran-saran yang perlu bagi perusahaan.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Ergonomi

Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata

yaitu “ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum alam dan dapat

didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan

kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,

manajemen dan desain/perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi,

efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di

rumah, dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem

dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan

tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi

disebut juga sebagai “Human Factors”. Ergonomi juga digunakan oleh berbagai

macam ahli/profesional pada bidangnya misalnya : ahli anatomi, arsitektur,

perancangan produk industri, fisika, fisioterapi, terapi pekerja, psikologi,

dan teknik industri, ( Eko Nurmianto, 2004 ).

Penerapan faktor ergonomi lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah

untuk desain dan evaluasi produk. Produk-produk ini haruslah dapat dengan

mudah diterapkan (dimengerti dan digunakan) pada sejumlah populasi

masyarakat tertentu tanpa mengakibatkan bahaya/resiko dalam penggunaannya.

Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya disebabkan oleh

adanya ketidaksesuaian antara pekerja dan lingkungan kerja

12
13

Secara menyeluruh termasuk peralatan kerja. Hubungan antara manusia

pekerja dan mesin serta peralatan-peralatan dan lingkungan kerja dapat dilihat

sebagai hubungan yang unik karena interaksi antara hal-hal di atas yang

membentuk sistem kerja tidak terlampau sederhana bahkan melibatkan berbagai

disiplin ilmu, salah satunya ilmu tentang tubuh manusia. Ilmu-ilmu terapan yang

banyak berhubungan dengan fungsi tubuh manusia adalah anatomi dan

fisiologi. Selain itu juga diperlukan pengetahuan dasar tentang sistem dan

fungsi kerangka otot dan dimensi tubuh manusia, ( Eko Nurmianto, 2004 ).

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah :

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya

pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja

fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas

kontrak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan

meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif

maupun setelah tidak produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek

teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang

dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

2.1.1. Tipe-tipe Masalah Ergonomi

Masalah ergonomi dapat dikategorikan ke dalam bermacam-macam grup

yang berbeda, bergantung kepada wilayah spesifik dari efek tubuh seperti :
14

a. Anthropometric

Antropometri berhubungan dengan dimensi antara ruang geometri

fungsional dengan tubuh manusia. Antropometri ini merupakan pengukuran dari

dimensi tubuh secara linier, termasuk berat dan volume, jarak jangkauan, tinggi

mata saat duduk, dan lain-lain. Masalah antropometri merupakan ketidaksesuaian

antara dimensi terhadap desain ruang dan sarana kerja. Pemecahan masalah ini

dengan memodifikasi desain dan menyesuaikan kenyamanan.

b. Cognitive

Masalah cognitive muncul ketika beban kerja berlebih atau berada di

bawah kebutuhan proses. Keduanya dalam jangka waktu panjang maupun

dalam jangka waktu pendek dapat menyebabkan ketegangan. Pada sisi lain fungsi

ini tidak sepenuhnya berguna untuk pemeliharaan tingkat optimum.

Pemecahan masalah ini dengan melengkapkan fungsi manusia dan mesin.

c. Musculoskeletal

Ketegangan otot dan sistem kerangka termasuk dalam kategori ini. Hal

tersebut dapat menyebabkan insiden kecil atau trauma efek kumulatif. Pemecahan

masalah ini terletak pada penyediaan bantuan performansi kerja atau mendesain

kembali pekerjaan untuk menjaga agar kebutuhannya sesuai kemampuan

manusia.

d. Cardiovaskular

Masalah ini diakibatkan oleh ketegangan sistem sirkulasi, termasuk

jantung. Jantung memompa lebih banyak darah ke otot untuk memenuhi

tingginya permintaan oksigen. Pemecahan masalah ini dengan mendesain


15

kembali pekerjaan untuk melindungi pekerja dan melakukan rotasi pekerjaan.

e. Psychomotor

Permasalahan dalam hal ini adalah ketegangan pada sistem psychomotor.

Pemecahannya adalah dengan menegaskan kebutuhan pekerjaan untuk

disesuaikan dengan kemampuan manusia dan menyediakan bantuan

performansi pekerjaan, ( Tarwaka, 2004 ).

2.2. Postur Kerja

Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja

yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat bekerja

sebaiknya postur dilakukan secara alamiah sehingga dapat meminimalisasi

timbulnya cedera dalam bekerja. Kenyamanan tercipta apabila pekerja telah

melakukan postur kerja yang baik dan aman. Postur kerja yang baik sangat

ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja.

Untuk itu, perlu adanya suatu penilaian terhadap suatu postur kerja pekerja

untuk mengetahui sejauh mana postur ataupun sikap kerja pekerja mampu

mempengaruhi produktivitas dan kesehatan fisik pekerja. Penilaian terhadap

keefektifan postur kerja pekerja ini dapat dilakukan dengan berbagai metode,

yaitu:

1. Ovako Working Postures Analysis system (OWAS)

2. Rapid Upper Limb Assesment (RULA)

3. Rapid Entire Body Assesment (REBA)

4. The Quick Exposure Check (QEC)


16

2.3. Quick Exposure Check (QEC)

Quick Exposure Check (QEC) adalah suatu alat untuk penilaian terhadap

resiko kerja yang berhubungan dengan gangguan otot (work-related

musculoskeletal disorders/WMDs) di tempat kerja. QEC menilai gangguan resiko

yang terjadi pada bagian belakang punggung (back), bahu/lengan (shoulder/arm),

pergelangan tangan (hand/wrist), dan leher (neck), ( Li, Guangyan dan Peter

Buckle, 2005 ).

Alat ini mempunyai fungsi utama sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi faktor resiko untuk WMDs

2. Mengevaluasi gangguan resiko untuk daerah/bagian tubuh yang berbeda-

beda.

3. Menyarankan suatu tindakan yang perlu diambil dalam rangka mengurangi

gangguan resiko yang ada.

4. Mengevaluasi efektivitas dari suatu intervensi ergonomi di tempat kerja.

5. Mendidik para pemakai tentang resiko musculoskeletal di tempat kerja.

Penilaian QEC dilakukan kepada peneliti dan pekerja. Selanjutnya dengan

penjumlahan setiap skor hasil kombinasi masing-masing bagian diperoleh skor

dengan kategori level tindakan, (Li, Guangyan dan Peter Buckle, 2005 ).

Exposure Level (E) dihitung berdasarkan persentase antara total skor

actual exposure (X) dengan total skor maksimum (Xmax) yaitu


17

Dimana :

X = total skor yang diperoleh dari penilaian terhadap postur

(punggung + bahu/lengan + pergelangan tangan + leher +

vibrasi + visual + langkah + stres).

Xmax = total skor maksimum postur kerja (punggung +

bahu/lengan + pergelangan tangan + leher).

Xmax adalah konstanta untuk tipe-tipe tugas tertentu. Pemberian skor

maksimum (Xmax = 162) apabila tipe tubuh adalah statis, termasuk duduk atau

berdiri dengan/tanpa pengulangan (repetitive) yang sering dan penggunaan

tenaga/beban yang relatif rendah. Untuk pemberian skor maksimum (Xmax=176)

apabila dilakukan manual handling, yaitu mengangkat, mendorong, menarik, dan

membawa beban. Adapun tabel-tabel dalam penilaian postur kerja dengan

menggunakan Quick Exposure Check (QEC) dapat dilihat pada Tabel 2.1, 2.2, dan

2.3.

Tabel 2.1. Penilaian Observer QEC

Faktor Kode 1 2 3

Berputar atau Cenderung


Belakang
A Hampir netral bengkok berputar atau
(back)
sedikit bengkok
Frekuensi
pergerakan Kira-kira
B ≤3 /mnt ≥12/mnt
bagian 8/mnt
belakang
Pada atau
Tinggi tugas C setinggi Setinggi dada Setinggi bahu
pinggang
18

Tabel 2.1. Penilaian Observer QEC ( Lanjutan )


Faktor Kode 1 2 3
Gerakan Reguler/teratur
D Sesekali Hampir kontinu
bahu/lengan dengan jeda
Postur
Hampir
pergelangan E Bengkok/berputar
lurus
tangan/tangan
Pergerakan
F ≤10 mnt 11-20 mnt >20 mnt
pergelangan
Kadang-kadang
Bengkok/berputar
Hampir bengko/berputar
Postur leher G secara berlebihan
netral secara berlebihan
pada kepala/leher
pada kepala/leher
Sumber : www. hse.gov.uk

Tabel 2.2. Penilaian Pekerja QEC


Faktor Kode 1 2 3 4

Beban A < 5 kg 6 - 10 kg 11 - 20 kg >20 kg

Durasi B < 2 jam 2 – 4 jam > 4 jam

Kekuatan C < 1 kg 1 - 4 kg > 4 kg


tangan
Tidak
Vibrasi D Sedang Tinggi
ada/kecil
Diperlukan
Tidak
Visual E untuk melihat
diperlukan
detail
Lebih
Kadang- kadang
Langkah F Tidak susah sering
susah
susah
Tingkat stress G Tidak ada Kecil Sedang Tinggi
Sumber : www. hse.gov.uk

Penilaian skor QEC adalah dengan cara menghubungkan penilaian

terhadap pekerja dan penilaian terhadap pengamat untuk mendapatkan penilaian


19

pada bagian tubuh punggung, lengan, pergelangan tangan, dan leher.

Kemudian terdapat penilaian terhadap getaran, langkah, penglihatan dan tingkat

stres, (Li, Guangyan dan Peter Buckle, 2005 ).

Contoh :

Pada kuisioner QEC untuk penilaian skor pengamat diperoleh untuk postur

punggung yaitu A3 dengan kategori sangat bengkok kemudian pada penilaian

pekerja diperoleh untuk beban pengangkatan yang dilakukan secara manual

yaitu H3 dengan kategori sangat berat. Maka pada tabel isian QEC akan diperoleh

nilai 10, (Li, Guangyan dan Peter Buckle, 2005 ).

PUNGGUNG
A1 A2 A3
6
H1 2 4 8
H3 6 8 10
H4 8 10 12
score 1 10

Tabel 2.3. Nilai Level Tindakan QEC


Persentase Total Skor Level
Tindakan
Skor Exposure Tindakan
0-40% 32-70 1 Aman

Diperlukan beberapa
41-50% 71-88 2 waktu ke depan

Tindakan dalam waktu


51-70% 89-123 3
dekat

71-100% 124-176 4 Tindakan sekarang juga


Sumber : www. hse.gov.uk

2.3.1. Keuntungan dan Kekurangan Metode ( QEC )

Penilaian dengan metode QEC memiliki beberapa keuntungan dan


20

juga beberapa kekurangan, yaitu ;

Keuntungan metode QEC :

1. Dapat mencakup sejumlah besar faktor fisik terhadap pekerjaan yang

memiliki resiko gangguan otot.

2. Mempertimbangkan kebutuhan dari pengguna dan dapat digunakan oleh

pengguna yang belum berpengalaman.

3. Mempertimbangkan kombinasi dan interaksi dari faktor resiko terhadap

pekerjaan dengan banyak stasiun kerja.

4. Memiliki tingkat sensitifitas dan kemudahan penggunaan yang baik.

5. Memiliki tingkat reliabilitas antar dan intra peneliti yang baik.

6. Mudah dipelajari dan cepat dipahami.

Kekurangan metode QEC :

1. Metode ini hanya berfokus kepada faktor-faktor tempat kerja fisik.

2. Skor penilaian antara hipotesis dengan tingkat tindakan yang disarankan

perlu divalidasi lebih lanjut.

3. Pelatihan tambahan mungkin diperlukan untuk pengguna pemula sebagai

peningkatan penilaian reliabilitas.

2.4. Perancangan

Perancangan secara umum dapat diartikan sebagai penggambaran,

perencanaan, dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen

terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi. Perancangan dapat

dibagi atas:
21

1. Design by innovation, artinya perancangan dengan menggunakan ide

perusahaan sendiri.

2. Design by imitation, artinya perancangan produk yang tidak menggunakan

ide perusahaan sendiri, hanya meniru produk lain.

( Kim, K.Y.,Wang,Y. dan ,Muogboh,O.S, 2004 ).

Dalam sebuah kalimat, kata "perancangan" bisa digunakan baik sebagai

kata benda. Sebagai kata kerjanya yaitu merancang, dimana memiliki arti proses

untuk membuat dan menciptakan objek baru. Perancangan digunakan untuk

menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud sebuah rencana,

proposal, atau berbentuk objek nyata. Proses perancangan pada umumnya

memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan berbagai macam aspek lainnya, yang

biasanya datanya didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari

perancangan yang sudah ada sebelumnya, (Kim, K.Y.,Wang,Y. dan

,Muogboh,O.S, 2004).

2.4.1. Metode Perancangan Produk

Metode perancangan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar,

yaitu metode kreatif dan metode rasional, (Cross, Nigel. 1994).

a. Metode Kreatif

Metode kreatif adalah metode perancangan yang bertujuan untuk

membantu merangsang pemikiran kreatif dengan cara meningkatkan produksi

gagasan, menyisihkan hambatan mental terhadap kreativitas, atau dengan cara

memperluas area pencarian solusi. Ada beberapa metode perancangan yang


22

ditujukan untuk merangsang cara berpikir kreatif. Cara-cara yang terdapat dalam

metode ini antara lain:

1. Brainstorming

Brainstorming adalah metode kreatif yang paling banyak dipakai. Ini

adalah suatu metode untuk menghasilkan ide dalam jumlah banyak, yang sebagian

besar kemudian akan dibuang, tapi beberapa ide yang menarik akan ditindak

lanjuti. Brainstorming biasanya dilakukan dalam suatu kelompok kecil yang

terdiri dari 4 sampai 8 orang yang beraneka ragam, tidak hanya para ahli tapi juga

mereka yang mengenal masalahnya. Tiap-tiap anggota memberikan idenya,

kemudian ketua kelompok mengumpulkan semua ide untuk dievaluasi.

2. Synectics

Pemikiran yang kreatif seringkali digambarkan pada pemikiran analogis,

pada kemampuan untuk melihat persamaan atau hubungan antara topik-topik

yang jelas perbedaannya. Penggunaan pemikiran analogis yang terbentuk

pada metode perancangan kreatif disebut sebagai Synetics. Seperti

Brainstorming, Synetics adalah suatu kelompok aktivitas dimana sikap kritis

sangat berperan, dan anggota kelompok berusaha untuk membangun,

mengkombinasikan dan mengembangkan ide- ide penyelesaian kreatif dalam

menyelesaikan masalah. Synetics berbeda dengan brainstorming, dimana

kelompok mencoba untuk bekerja bersama untuk memperoleh solusi

permasalahan, daripada membangkitkan banyak ide, (Cross, Nigel. 1994 ).

3. Perluasan Daerah Penelitian

Bentuk penghalang berpikir kreatif yang paling umum adalah


23

mengasumsikan batasan yang lebih sempit dimana solusi dilihat. Teknik-teknik

kreatif adalah bantuan untuk memperluas daerah penelitian. Beberapa teknik

kreatif untuk memperluas area penelitian adalah transformation, random input,

Why? dan counter planning, (Cross, Nigel. 1994 ).

4. Proses Kreatif

Metode di atas dipakai untuk membangkitkan ide kreatif. Selain kreatif,

ide orisinil dapat muncul secara spontan tanpa penggunaan bantuan untuk berpikir

kreatif. Proses kreatif adalah munculnya suatu ide orisinal secara tiba-tiba.

b. Metode Rasional

Metode rasional menganjurkan suatu pendekatan sistematis dalam

perancangan. Tetapi metode rasional sering memiliki tujuan yang hampir sama

dengan metode kreatif, seperti memperluas daerah pencarian untuk mendapat

solusi potensial, atau memfasilitasi kelompok kerja dan kelompok pengambil

keputusan. Jadi tidak sepenuhnya benar bahwa metode rasional merupakan lawan

atau kebalikan dari metode kreatif. Beberapa perancang mencurigai metode

rasional, mereka khawatir jika metode ini dapat mengekang kreativitas,

(Cross, Nigel. 1994).

2.5. Teori Pengambilan Data ( Populasi dan Sampel )

Populasi adalah keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian kita.

banyaknya pengamatan suatu populasi disebut ukuran populasi. Seandainya ada

600 siswa disekolah itu yang akan kita golongkan menurut golongan darahnya,

maka dikatakan kita memiliki populasi berukuran 600. (Moh.Nazir. 1983)


24

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (sampel

sendiri secara harafiah berarti contoh). Alasan perlunya pengambilan sampel

adalah sebagai berikut :

1. Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya.

2. Lebih cepat dan lebih mudah.

3. Memberi informasi yang lebih banyak.

4. Dapat ditangani lebih teliti.

(Moh.Nazir. 1983)

Secara umum, sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak

mungkin karakteristik populasi. Dalam bahasa pengukuran, artinya sampel harus

valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Kalau yang ingin

diukur adalah masyarakat Sunda sedangkan yang dijadikan sampel adalah hanya

orang Banten saja, maka sampel tersebut tidak valid, karena tidak mengukur

sesuatu yang seharusnya diukur (orang Sunda). Sampel yang valid ditentukan oleh

dua pertimbangan:

1. Akurasi atau ketepatan yaitu tingkat ketidakadaan bias (kekeliruan)

dalam sample. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada

dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya bias atau

kekeliruan adalah populasi.

2. Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat

presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi

kita dengan karakteristik populasi.


25

2.5.1. Rumus Pengambilan Sampel Penelitian

Pada prinsipnya penggunaan rumus penarikan sampel penelitian

digunakan untuk mempermudah teknis penelitian. Contoh misalnya, bila populasi

penelitian terbilang sangat banyak atau mencapai jumlah ribuan atau wilayah

populasi terlalu luas, maka penggunaan rumus pengambilan sample tertentu

dimaksudkan untuk memperkecil jumlah pengambilan sampel atau mempersempit

wilayah populasi agar teknis penelitian menjadi lancar dan efisien. Salah satu

metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah menggunakan

rumus Slovin (Sevilla, 1960).

Rumus Slovin

N
n 
2
N d  1

dimana :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

d
2 = galat pendugaan

Sebagai contoh, Jika yang akan kita teliti itu sebanyak 20.000 orang

karyawan, Dari jumlah populasi tersebut dengan tingkat kelonggaran

ketidaktelitian sebesar 10% , maka menurut rumus Slovin ini akan diperoleh

sampel sebesar.

20.000 20.000
n   99.5  100 sampel
2 200.01
20.0000.1  1
26

Tabel 2.4. Jenis penelitian dan Ukuran Sampel Minimum

No Jenis penelitian Ukuran Sampel Minimum

1 Deskriptif 10% dari populasi

2 Korelasi 30 subjek

3 Kausal-komperatif 30 subjek per kelompok

4 Eksperiman 50 subjek per kelompok


Sumber: Sumanto (1990) dalam Wirartha (2006)

2.6. Antropometri dalam Sistem Manusia-Mesin

Jika disadari bahwa perancangan suatu produk juga dilakukan oleh

manusia, maka perancangan sistem manusia-mesin juga tidak lepas dari faktor

- faktor manusia karena sebagian dari kesalahan-kesalahan kerja yang

terjadi disebabkan oleh rancangan produk yang tidak mempunyai kompatibilitas

dengan manusia yang menanganinya. Karena itu seorang perancang produk

mempunyai peran besar dalam mengurangi risiko bahaya akibat kesalahan kerja, (

Liliana Y.P. 2007 ).

Persoalan yang muncul berkaitan dengan desain peralatan adalah berkaitan

dengan antropometri orang Indonesia adalah kompatibilitasnya dengan

antropometri tenaga kerja Indonesia. Permasalahan ini timbul karena semuanya

itu didesain bukan oleh orang Indonesia dan tidak berdasarkan pada data

antropometri tenaga kerja Indonesia, meskipun akhirnya hasil rancangan tersebut

akan dioperasikan oleh orang Indonesia. Karena itu perlu dilakukan pengukuran

data antropometri orang Indonesia untuk menjawab permasalahan yang

timbul, ( Liliana Y.P. 2007 ).


27

Untuk mendesain peralatan secara ergonomis yang digunakan dalam

kehidupan sehari-hari atau mendesain peralatan yang ada pada lingkungan harus

disesuaikan dengan manusia di lingkungan tersebut. Apabila tidak ergonomis

akan menimbulkan berbagai dampak negatif bagi penggunanya, (Liliana Y.P.

2007 ).

Peranan ergonomi dalam sistem kerja adalah untuk melindungi tenaga

kerja dari pengaruh negatif akibat pemakaian peralatan atau mesin yang tidak

serasi dengan gerakan kerja manusia. Dalam hal ini, ergonomi membuat peralatan

sesuai dengan pengguna sehingga memungkinkan terjadinya sikap kerja yang

alamiah pada tenaga kerja. Kondisi ini dapat mengurangi timbulnya penyakit

akibat kerja dan bahaya kecelakaan. Dengan menerapkan prinsip ergonomi di

tempat kerja dapat mengurangi beban kerja, yang artinya tenaga kerja dapat

memaksimalkan sistem kerjanya. Dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang

sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi

dengan tujuan utama menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya, ( Liliana

Y.P. 2007 ).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi keluhan pekerja

adalah dengan memperbaiki fasilitas kerja yang tidak ergonomis dalam arti desain

yang tidak sesuai dengan antropometri pengguna. Melalui data antropometri akan

didapatkan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk

yang akan dirancang sesuai dengan pekerja yang akan menggunakan produk

tersbut. Dalam hal ini, perancang produk harus mampu mengakomodasikan

dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil
28

rancangannya tersebut. Secara umum, sekurang-kurangnya 90%-95% dari

populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai produk haruslah mampu

menggunakan dengan selayaknya, ( Liliana Y.P. 2007 ).

2.7. Antropometri

Istilah Antropometri berasal dari kata “anthro” yang berarti manusia dan

“metri” yang berarti ukuran. Antropometri dapat diartikan sebagai satu studi yang

berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada umumnya

memiliki bentuk, ukuran, berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan lainnya.

Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara

lain dalam hal :

o Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dan lain-lain)

o Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas, dan

sebagainya.

o Perancangan produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, komputer.

o Perancangan lingkungan kerja fisik.

( Sritomo Wignjosoebroto, 1995 ).

Pada dasarnya peralatan kerja yang dibuat dengan mengambil referensi

dimensi tubuh tertentu jarang sekali bisa mengakomodasikan seluruh range

ukuran tubuh dari populasi yang akan memakainya. Kemampuan penyesuaian

(adjustability) suatu produk merupakan satu prasyarat yang sangat penting dalam

proses perancangan, terutama untuk produk yang berorientasi ekspor, ( Sritomo

Wignjosoebroto, 1995 ).
29

Beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia dan

seorang perancang produk harus memperhatikan faktor tersebut, yaitu :

a. Umur Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan

bertambah besar dengan bertambahnya umur sejak awal kelahiran sampai

dengan umur sekitar 20 tahunan.

b. Jenis kelamin (Sex) Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan

lebih besar dibandingkan dengan ukuran tubuh wanita, kecuali untuk

beberapa ukuran tubuh tertentu seperti pinggul, dan sebagainya.

c. Suku/bangsa (ethnic). Setiap suku, bangsa ataupun kelompok etnik akan

memiliki karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainnya.

d. Posisi tubuh (Posture). Posisi tubuh akan mempengaruhi terhadap ukuran

tubuh oleh sebab itu.

e. Jenis pekerjaan. Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya

persyaratan dalam seleksi karyawan/stafnya. Misalnya: buruh

dermaga/pelabuhan harus mempunyai postur tubuh yang relatif lebih

besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya.

Apalagi dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.

f. Cacat tubuh, dimana data antropometri disini akan diperlukan untuk

perancangan produk bagi orang-orang cacat (kursi roda, kaki/tangan palsu,

dan lain-lain).

g. Tebal/tipisnya pakaian yang harus dikenakan, dimana faktor iklim yang

berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda pula dalam bentuk

rancangan dan spesifikasi pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orang


30

akan berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain.

h. Kehamilan (pregnancy), dimana kondisi semacam ini jelas akan

mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khusus perempuan). Hal tersebut

jelas memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang

dirancang bagi segmentasi seperti ini.

2.7.1. Prinsip Dalam Penggunaan Data Antropometri

Perancangan suatu fasilitas kerja ataupun produk hendaknya

memperhatikan prinsip-prinsip perancangan yang ada, yaitu:

1. Prinsip perancangan fasilitas kerja bagi individu dengan ukuran yang

ekstrim. Disini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 sasaran

produksi, yaitu:

a. Bisa sesuai ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim

dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.

b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain

(mayoritas dari populasi yang ada).

( Sritomo Wignjosoebroto, 1995 ).

Untuk memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan

ditetapkan dengan cara :

a. Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan

produk umumnya didasarkan pada nilai persentil terbesar seperti 90th,

95th atau 99 persentil.

b. Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil berdasarkan


31

nilai persentil yang paling rendah (1st, 5th, 10th persentil) dari distribusi

data antropometri yang ada.

Secara umum aplikasi data antropometri untuk perancangan produk

ataupun fasilitas kerja akan menetapkan nilai 5th persentil untuk dimensi

maksimum dan 95th persentil untuk dimensi minimumnya, ( Sritomo

Wignjosoebroto, 1995 ).

2. Prinsip perancangan fasilitas dengan ukuran rata-rata.

Masalah pokok yang dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali mereka

yang berada dalam ukuran rata-rata, ( Sritomo Wignjosoebroto, 1995 ).

Berdasarkan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses

perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa langkah-langkah

yang perlu diperhatikan yaitu :

a. Anggota tubuh mana yang nantinya akan difungsikan untuk

mengoperasikan rancangan tersebut.

b. Menentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan

tersebut.

c. Menetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti, apakah rancangan

tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang

fleksibel (adjustable) atau ukuran rata-rata.

d. Pilih persentase populasi yang diikuti ; 90th, 95th, 99th atau nilai

persentil yang lain yang dikehendaki.

e. Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasi selanjutnya, tetapkan

nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai. Aplikasikan


32

data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila

diperlukan.

3. Prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan.

Beberapa bagian tertentu dari peralatan atau fasilitas dapat dirancang

sehingga alat dapat disesuaikan dengan individu pemakainya. Biasanya mencakup

persentil 5 wanita sampai persentil 95 pria dari karakteristik yang relevan.

Gambar 2.1. Pengukuran Antropometri Posisi Berdiri dan Posisi


Duduk
33

Tabel 2.5. Antropometri Posisi Berdiri dan Posisi Duduk


No. Nama Dimensi
1 Tinggi tubuh posisi berdiri tegak
2 Tinggi mata posisi berdiri tegak
3 Tinggi bahu posisi berdiri tegak
4 Tinggi siku posisi berdiri tegak (siku tegak lurus)
5 Tinggi kepalan tangan yang berjulur lepas posisi berdiri tegak
6 Tinggi tubuh posisi duduk
7 Tinggi mata posisi duduk
8 Tinggi bahu posisi duduk
9 Tinggi siku posisi duduk
10 Tebal atau lebar paha
11 Panjang paha diukur dari pantat sampai ujung lutut
12 Panjang paha diukur dari pantat sampai bagian belakang dari lutut/betis
13 Tinggi lutut diukur baik dalam posisi berdiri maupun duduk
14 Tinggi tubuh posisi duduk yang diukur dari lantai sampai paha
15 Lebar dari bahu
16 Lebar pinggul/pantat
17 Lebar dari dada (tidak tampak dalam gambar)
18 Lebar perut
19 Panjang siku diukur dari siku sampai ujung jari dalam posisi siku tegak Lurus
20 Lebar kepala
21 Panjang tangan diukur dari pergelangan sampai ujung jari
22 Lebar telapak tangan
23 Lebar tangan posisi tangan terbentang lebar ke samping kiri-kanan
24 Tinggi jangkauan tangan posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai
dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas
25 Tinggi jangkauan tangan posisi duduk tegak (tidak ditunjukkan dalam gambar)
26 Jarak jangkauan tangan yang terjulur ke depan, diukur dari bahu sampai ujung jari tangan
Sritomo Wignjosoebroto, 1995

2.7.2. Dimensi Antropometri

Dimensi anthropometri merupakan ukuran tubuh pada posisi tertentu.

Data ini dapat dimanfaatkan guna menetapkan dimensi ukuran produk yang

akan dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang akan

mengoperasikan atau menggunakannya, ( Eko, Nurmianto, 1998 ).


34

1. Posisi Duduk Samping

a. Tinggi Duduk Tegak (TDT), cara pengukuran yaitu dengan mengukur

jarak vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung atas

kepala. Subjek duduk tegak dengan mata memandang lurus ke depan

dan lutut membentuk sudut siku-siku.

b. Tinggi Bahu Duduk (TDT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak

vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung tulang bahu yang

menonjol pada saat subjek duduk tegak.

c. Tinggi Mata Duduk (TMD), cara pengukuran yaitu mengukur jarak

vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung mata bagian

dalam. Subjek duduk tegak dan memandang lurus ke depan.

d. Tinggi Siku Duduk (TSD), cara pengukuran yaitu mengukur jarak

vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung bawah siku kanan.

Subjek duduk tegak dengan lengan atas vertikal di sisi badan dan

lengan bawah membentuk sudut siku-siku dengan lengan bawah.

e. Tebal Paha (TP), cara pengukuran yaitu mengukur sybjek duduk

tegak, ukur jarak dari permukaan alas duduk samping ke permukaan

atas paha.

f. Tinggi Popliteal (TPO), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal

dari lantai sampai bagian bawah paha.

g. pinggul Popliteal (PP), cara pengukuran yaitu mengukur subjek duduk

tegak dan ukur jarak horizontal dari bagian terluar pinggul sampai

lekukan lutut sebelah dalam (popliteal). Paha dan kaki bagian bawah
35

membentuk sudut siku-siku.

h. Pinggul Ke Lutut (PKL), cara pengukuran yaitu mengukur subjek

duduk dan ukur horisontal dari bagian terluar pinggul sampai ke lutut.

Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku.

2. Posisi Berdiri.

a. Tinggi Siku Berdiri (TSB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak

vertikal dari lantai ke titik pertemuan antara lengan atas dan lengan

bawah. Subjek berdiri tegak dengan kedua tangan tergantung secara

wajar.

b. Panjang Lengan Bawah (PLB), cara pengukuran yaitu mengukur

subjek berdiri tegak dan tangan di samping, ukur jarak dari siku sampai

pergelangan tangan.

c. Tinggi Mata Berdiri (TMB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak

vertikal dari lantai sampai ujung mata bagian dalam (dekat pangkal

hidung). Subjek berdiri tegak dan memandang lurus ke depan.

d. Tinggi Badan Tegak (TBT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak

vertikal telapak kaki sampai ujung kepala yang paling atas, sementara

subjek berdiri tegak dengan mata memandang lurus ke depan

e. Tinggi Bahu Berdiri (TBB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak

vertikal dari lantai sampai bahu yang menonjol pada saat subjek berdiri

tegak

f. Tebal Badan (TB), cara pengukuran yaitu mengukur berdiri tegak dan

ukur jarak dari dada (bagian ulu hati) sampai punggung secara
36

horisontal.

3. Posisi Berdiri Dengan Tangan Kedepan.

a. Jangkauan Tangan (JT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak

horisontal dari punggung samping ujung jari tengah dan subjek berdiri

tegak dengan betis, pantat dan punggung merapat ke dinding, tangan

direntangkan secara horisontal ke depan.

4. Posisi Duduk Menghadap Kedepan

a. Lebar Pinggul (LP), cara pengukuran yaitu mengukur subjek duduk

tegak dan ukur jarakhorisontal dari bagaian terluar pinggul sisi kiri

samping bagian terluar pinggul sisi kanan

b. Lebar Bahu (LB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak horisontal

antara kedua lengan atas dan subjek duduk tegak dengan lengan atas

merapat ke badan dan lengan bawah direntangkan ke depan.

5. Posisi Berdiri Dengan Kedua Lengan Direntangkan.

a. Rentangan Tangan (RT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak

horisontal dari ujung jari terpanjang tangan kiri samping ujung jari

terpanjang tangan kanan. Subjek berdiri tegak dan kedua tangan

direntangkan horisontal ke samping sejauh mungkin.

2.7.3. Rumus Pengujian Data Antropometri

Ada beberapa rumus pengujian data antrapometri diantaranya adalah :

1. Uji Keseragaman Data

Kegunaan uji keseragaman data adalah untuk mengetahui homogenitas


37

data. Dari uji keseragaman data dapat diketahui apakah data berasal dari satu

populasi yang sama. Uji keseragaman data dilakukan melalui tahap-tahap

perhitungan yaitu:

a. Menghitung harga rata-rata dari harga rata-rata sub grup dengan :

X 
X i
………………………………………………………….( 2. 1 )
n

Dimana ;

X = Nilai rata - rata

X i = Nilai data

n = Jumlah data

b. Menghitung standar deviasi (SD), dengan:

Untuk sampel :


(X  X ) i
……………………………………………………..( 2.2 )
n 1

Dimana:

 = Standar deviasi:

X = Nilai rata - rata

X i = Nilai data

n = Jumlah data

c. Nilai Maksimum dan Minimum

Nilai maksimum merupakan nilai yang paling besar diantara data yang

diperoleh. Nilai maksimum dapat diperoleh dengan mengurutkan data sesuai dengan
38

nilainya. Nilai minimum merupakan nilai yang paling kecil diantara data yang

diperoleh. Untuk mendapatkan nilai minimum juga sama dengan nilai maksimum.

d. Menentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah

(BKB) dengan rumus:

BKA  X  k dan BKB  X  k …………………………..(2.3)

Jika X min > BKB dan Xmaks < BKA maka Data Seragam

Jika X min < BKB dan Xmaks > BKA maka Data Tidak Seragam

Dimana ;

 = Standar deviasi:

X = Nilai rata - rata

k = Harga indek tingkat kepercayaan, yaitu :

 Tingkat kepercayaan 0% - 68% harga k adalah 1

 Tingkat kepercayaan 68% - 95% harga k adalah 2

 Tingkat kepercayaan 95% - 100% harga k adalah 3

2. Uji Kecukupan Data

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data anthropometri yang telah

diperoleh dari pengukuran sudah mencukupi atau belum. Uji ini dipengaruhi

oleh:

a. Tingkat Ketelitian (dalam persen), yaitu penyimpangan maksimum dari

hasil pengukuran terhadap nilai yang sebenarnya.

b. Tingkat Keyakinan (dalam persen), yaitu besarnya keyakinan/besarnya

probabilitas bahwa data yang kita dapatkan terletak dalam tingkat

ketelitian yang telah ditentukan.


39

Rumus uji kecukupan data:

…………………………………………( 2.4 )

Dimana:

N’ = jumlah pengukuran yang seharusnya dilakukan

N = jumlah pengukuran yang sudah dilakukan

S = Tingkat ketelitian

Dengan ketentuan :

Jika N’ < N, maka data pengamatan cukup

Jika N’ > N, maka data pengamatan kurang, dan perlu tambahan data.

Nilai S untuk ketelitian tertentu ditunjukan pada tabel 2.7. berikut :

Tabel 2.6. Tingkat Ketelitian

Tingkat ketelitian Nilai

5% 0,05

10% 0,1

Sumber : Winjosoebroto, S. 1995.

2.7.4. Aplikasi Distribusi Normal dalam Penetapan Data Antropometri

Penerapan data antropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai

mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi) nya dari suatu distribusi normal.

Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan SD

(standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa
40

persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau

lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya 95% populasi adalah sama dengan atau

lebih rendah dari 95 persentil. 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih

rendah dari 5 persentil. Besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari tabel teori

probabilitas distribusi normal. Adapun gambar kurva distribusi normal dan tabel

perhitungan persentil dapat dilihat pada Gambar 2.10, ( Poerwanto, 2008 ).

Gambar 2.2. Kurva DistribusiNormal.

Adapun pemakaian nilai-nilai percentiles yang umum diaplikasikan dalam


perhitungan data anthropometri dalam tabel 2.6. berikut:

Tabel 2.7. Macam Percentile dan Cara Perhitungan


dalam Distribusi Normal
Percentile Calculation

1-st
X - 2.325 x
2.5-th
X - 1.960 x
5-th
X - 1.645 x
10-th
X - 1.280 x
50-th
X
90-th
X + 1.28o  x
95-th
X + 1.645  x
97.5-th
X + 1.960  x
99-th
X + 2.325  x
Sumber : Nurmianto, Eko 2008
41

2.7.5. Uji Kenormalan Data dengan Komlogorov Smirnov Test

Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya

dengan data normal baku. Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi di bawah

0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05

maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Penerapan pada uji Kolmogorov

Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji

mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data

tersebut tidak normal.

Pada dasarnya uji normalitas merupakan perbandingan antara data yang kita

miliki dengan data berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang

sama dengan data kita. Data yang mempunyai distribusi yang normal merupakan

salah satu syarat dilakukannya parametric-test. Untuk data yang tidak mempunyai

distribusi normal tentu saja analisisnya menggunakan non parametric-test.

Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data

(yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi

normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score

dan diasumsikan normal. Terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang

akan diuji dengan data normal baku artinya data yang kita uji normal tidak

berbeda dengan normal baku, ( Andi, S. 2008 ).

Adapun yang diperbandingkan dalam suatu uji Kolmogorov-Smirnov

adalah distribusi frekuensi kumulatif hasil pengamatan dengan distribusi frekuensi

kumulatif yang diharapkan (actual observed cumulative frequency dengan

expected cumulative frequency), ( Andi, S. 2008 ).


42

Langkah- langkah yang diperlukan dalam pengujian ini adalah:

1. Susun data dari hasil pengamatan mulai dari nilai pengamatan

terkecil sampai nilai pengamatan terakhir.

2. Kemudian susunlah distribusi frekuensi kumulatif relatif dari nilai

pengamatan tersebut, dan notasikanlah dengan Fa (X).

3. Hitunglah nilai Z dengan rumus :

Xi  X
Z …………………………………………………….( 2.5 )

Dimana :

Z = satuan baku pada distribusi normal

Xi = data ke-i

X = nilai rata-rata

σ = standar deviasi

4. Hitung distribusi frekuensi kumulatif teoritis (berdasarkan area kurva

normal) dan notasikan dengan Fe (X).

5. Hitung selisih antara Fa (X) dengan Fe (X).

6. Statistik uji Kolmogorov-Smirnov ialah selisih absolut terbesar Fs(xi) dan

Ft(xi) yang juga disebut deviasi maksimum D, ditulis sebagai berikut :

D  Fs ( xi )  Ft ( xi ) maks = 1,2,3,….N……………………….( 2.6 )

7. Bandingkan nilai D yang diperoleh dengan Dα, maka kriteria

pengambilan keputusannya adalah:

o Ho diterima apabila D ≤ Dα ; Ho ditolak apabila D ≥ Dα.

o Ho diterima artinya data berdistribusi normal.


43

2.8. Peta - Peta Kerja

Peta kerja atau sering disebut peta proses (process chart) merupakan alat

komunikasi yang sistematis dan logis guna menganalisa proses kerja dari tahap

awal sampai akhir. Melalui peta proses ini dapat diperoleh informasi-informasi

yang diperlukan untuk memperbaiki metoda kerja, antara lain:

1. Benda kerja, berupa gambar kerja, jumlah, spesifikasi material, dimensi

ukuran pekerjaan, dan lain-lain.

2. Macam proses yang dilakukan, jenis dan spesifikasi mesin, peralatan

produksi, dan lain-lain.

3. Waktu operasi untuk setiap proses atau elemen kegiatan di samping total

waktu penyelesaiannya.

4. Kapasitas mesin ataupun kapasitas kerja lainnya yang dipergunakan.

Lewat peta-peta ini dapat dilihat semua langkah atau kejadian yang

dialami oleh suatu benda kerja dari mulai masuk ke pabrik hingga sampai

akhirnya produk jadi dan siap dipasarkan. Apabila dilakukan studi yang seksama

terhadap suatu peta kerja, maka pekerjaan dalam usaha memperbaiki metode kerja

dari suatu proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Perbaikan yang

mungkin dilakukan antara lain dapat menghilangkan operasi-operasi yang tidak

perlu, ( Sritomo, 1995 )

2.8.1. Lambang-Lambang yang Digunakan

Menurut Sutalaksana (2006), ASME (American Society of Mechanical

engineering) telah membuat lambang-lambang standar yang terdiri dari lima


44

lambang seperti pada Tabel 2.9. Selain lima lambang standar, terdapat juga

lambang aktivitas gabungan yang digunakan untuk mencatat kegiatan yang

memang terjadi selama proses berlangsung.

Tabel 2.8. Lambang-Lambang yang Digunakan


No. Lambang Arti Contoh

1. Lingkaran Operasi, benda kerja mengalami Memukul,


perubahan sifat atau bentuk, baik menghaluskan, dan
fisik maupun kimiawi. mengukur,
menghidupkan mesin,
mengetik.
2. Segiempat Pemeriksaan, terjadi apabila Mengukur dimensi dan
benda kerja atau peralatan memeriksa kehalusan,
mengalami pemeriksaan baik menguji kwalitas atau
untuk segi kualitas maupun kwantitas bahan
kuantitas.
3. Tanda Transportasi, terjadi bila benda Suatu obyek
Panah kerja, pekerja atau perlengkapan dipindahkan dari
mengalami perpindahan tempat tempat perakitan ke
dan bukan bagian dari proses gudang penyimpanan
operasi. dan pemindahan
barang dari mesin
bubut ke mesin frais.
4. Huruf D Menunggu, terjadi apabila benda Bahan menunggu
kerja, pekerja atau perlengkapan untuk diangkut ke
tidak mengalami kegiatan apa- tempat lain, menunggu
apa selain menunggu. diperiksa, dan lain
sebagainya.
5. Segitiga Penyimpanan, terjadi apabila Dokumen-dokumen
benda kerja disimpan untuk dan bahan baku
jangka waktu yang cukup lama. disimpan dalam
gudang.

6. Lingkaran Aktivitas gabungan, terjadi Perakitan benda kerja.


dalam apabila antara aktivitas dan
Segiempat pemeriksaan dilakukan secara
bersamaan atau dilakukan pada
suatu tempat kerja.

Sumber : sultalaksana, I. Z, 2006


45

2.8.2. Macam-Macam Peta Kerja

Pada dasarnya peta-peta kerja yang ada sekarang bisa dibagi dalam dua

kelompok besar berdasarkan kegiatannya, yaitu:

1. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja

keseluruhan.

2. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja

setempat.

Suatu kegiatan disebut kegiatan kerja keseluruhan apabila kegiatan

tersebut melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk

membuat produk yang bersangkutan. Sedangkan suatu kegiatan disebut kegiatan

kerja setempat, apabila kegiatan tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja yang

biasanya hanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas. Hubungan

antara kedua macam kegiatan di atas akan terlihat bila untuk menyelesaikan suatu

produk diperlukan beberapa stasiun kerja, dimana satu sama lainnya saling

berhubungan, ( sultalaksana, I. Z, 2006 )

Hasil perbaikan keadaan sekarang dinyatakan dalam peta-peta kerja yang

menggambarkan cara yang diusulkan. Bila dibuat flowchart dari langkah-langkah

untuk melakukan perbaikan kerja, masing-masing peta kerja yang termasuk dalam

kedua kelompok di atas, antara lain:

1. Peta kerja untuk menganalisis kegiatan kerja keseluruhan.

Yang termasuk peta kerja keseluruhan yaitu :

a. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart)

b. Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)


46

c. Peta Proses Perakitan (Assembly Process Chart)

d. Peta Proses Kelompok Kerja (Gang Process Chart)

e. Diagram Aliran (Flow Diagram)

2. Peta-peta kerja untuk menganalisis kegiatan kerja setempat.

Yang termasuk peta kerja setempat yaitu :

a. Peta Pekerja dan Mesin (Man-Machine Chart)

b. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan

( sultalaksana, I. Z, 2006 )
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini metodologi penelitian digunakan sebagai acuan untuk

menentukan langkah-langkah pemecahan masalah. Tahapan-tahapan di dalam

suatu penelitian, pengerjaannya harus dilakukan dengan cermat, kritis dan

sistematis.

Hasil dari suatu tahapan merupakan masukan bagi tahapan selanjutnya,

dan menguraikan sistem penelitian secara rinci dan tepat sasaran. Melakukan

pengumpulan data baik melalui buku-buku maupun melalui studi pengamatan,

melakukan sistem berdasarkan data untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan

metode yang di ambil dalam penelitian ini, sampai dengan menarik kesimpulan

dari permasalahan yang di teliti.

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk dalam metode penelitian deskriptif

(Deskriptif Research).

Deskriptif yaitu suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia,

suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas pristiwa

pada masa sekarang. Penelitian deskriptif sering juga di sebut sebagai penelitian

survei karena data yang digunakan dikumpulkan dengan teknik wawancara dan

penyebaran kuesioner, ( Moh, Nazir,. 1988 )

47
48

Dalam penelitian ini akan dilakukan indentifikasi ergonomi yang

mengasilkan penilaian cara kerja apakah sudah sesuai dengan prinsip ergonomi

atau belum. Metode yang digunakan adalah Quich Exposure Checklist (QEC).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat.

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2014 sejak di keluarkanya SK

pembimbing (TGA), dan direncanakan berakhir pada bulan September 2014.

Secara kesrluruhan, waktu penelitian dapat dilihat tabel 3.1 dibawah ini.

Tabel. 3.1 Pelaksanaan Rencana Penelitian


Tahun
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5
Kegiatan Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke ke ke ke ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Indentifikasi dan Perumusan
Masalah
Diskusi Ide Proposal
Studi Pengamatan dan
Literatur
Pembuatan Proposal
Konsultasi Proposal
Penyebaran Kuesioner
Pengumpulan Data Primer dan
Skunder
Pengolahan Data Primer dan
Skunder
Analisa Pemecahan Masalah
Penyusunan Laporan
Penelitian

3.3. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah operator yang bekerja pada stasiun pembuat kue

tradisioanl (kue Karah) tepatnya di Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat

.objek yang di teliti adalah operator pembuat kue tradisional (kue karah).
49

Pembuatan kue karah merupakan perusahaan industri kecil makanan tradisional

Aceh, kususnya di Aceh Barat dengan melihat kondisi postur kerja yang di alami

oleh operator pembuat kue karah apakah sudah sesuai dengan prinsip ergonomi.

3.4. Identifikasi Variabel Penelitian

3.4.1. Variabel Independen

Variabel independen yang berpengaruh terhadap perancangan penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Postur kerja

kerja aktual akan dinilai untuk menilai postur kerja yang dapat

menimbulkan resiko cedera otot setelah itu akan dijadikan pertimbangan untuk

memberikan usulan perancangan fasilitas baru yang sesuai dengan pola kerja

operator yang lebih aman dan nyaman sehingga dapat meminimalkan resiko

cedera otot.

2. Antropometri tubuh operator

Pengukuran data antropometri tubuh operator pembuat kue karah

digunakan untuk mendapatkan dimensi dari bagian tubuh operator yang akan

dijadikan dasar perancangan fasilitas kerja yang baru agar terjadi kesesuaian

fasilitas kerja dengan dimensi tubuh operator pembuat kue karah.

3.4.2. Variabel Dependen

Variabel dependen yang mempengaruhi perancangan penelitian adalah

adanya cedera otot yang dialami oleh operator. Dengan usulan rancangan fasilitas
50

kerja yang sesuai dengan pola pembuatan kue karah dan sesuai dengan dimensi

tubuh operator, diharapkan akan meminimalkan resiko cedera otot operator.

3.4.3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu rancangan pikiran dalam melakukan

penelitian yang teratur dan terarah. Kerangka konseptual menguraikan konsep

berpikir sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah dengan bentuk diagram,

yang memperhatikan hubungan antarvariabel keputusan untuk dapat dianalisis, (

Haryoko, Sapto, 2008 ).

Adapun kerangka konseptual untuk rancangan penelitian ini ditunjukkan

pada gambar 3.1 sebagai berikut :

Gambar 3.1. kerangka konseptual penelitian


51

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan antara lain adalah:

1. Tabel postur kerja QEC untuk penilaian postur kerja operator.

2. Kamera handphone ASIAFONE digital 1600X1200 Optical Aspheric Lens

2 Megapixel.

3. Meteran siku, untuk menentukan batas titik pengukuran dimensi tubuh.

4. Meteran saku, untuk pengukuran dimensi tubuk secara vertikal dan

horizoltal ( tegak lurus ).

5. Meteran kain, untuk pengukuran dimensi lengkuk tubuh.

6. Stopwatch, Digunakan untuk mengambil data waktu siklus pembuatan kue

karah

3.6. Pengolahan Data

Data yang diperoleh berasal dari pengrajin kue tradisional yaitu pada

proses pembuatan kue karah secara manual dan tradisional. Data yang telah

dikumpulkan selanjutnya akan dilakukan pengolahan data, untuk dapat di gunakan

dalam penelitian, di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Data postur kerja operator, data ini dikumpulkan melalui pengamatan

langsung di lapangan dengan mengambil sampel operator yang bekerja

pada bagian pembuat kue karah dengan menggunakan daftar tabel isian

postur kerja dengan metode QEC.

b. Data antropometri operator, data ini dikumpulkan melalui pengukuran

dimensi tubuh operator yang diperlukan dalam usulan perancangan alat


52

bantu kerja, dengan alat ukur meter dengan sampel operator yang bekerja

di bagian pembuatan kue karah, yang meliputi data antropometri : uji

keseragaman data, uji kecukupan data dan uji kenormalan data

3.7. Analisis dan Pemecahan Masalah

Analisis dan pemecahan masalah yang dilakukan dalam penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Analisis kondisi kerja aktual dengan cara melakukan analisis hasil postur

kerja dengan metode QEC.

2. Perancangan fasilitas mesin kerja usulan. Dalam melakukan perancangan

mesin kerja secara semi otomatis, yang menjadi pertimbangannya adalah

dimensi dan bentuk yang ergonomi yang sama dengan pola kerja

pembuatan kue karah dan sesuai dimensi operator.

3.7.1. Tahapan Pengolahan Data

Dalam mengumpulkan informasi dan data-data yang perlukan , maka

peneliti melakukan serangkaian kegiatan dalam penelitian ini agar data yang di

ambil terarah dan sesuai dengan tujuan yang ingin di capai sehingga tepat pada

sasaran penelitian, untuk memperjelas maka dapat dilihat Flow chart langkah-

langkah tahapan penyelesaian penelitian, pada gambar 3.2. dibwah ini :


53

Gambar 3.2. Flow chart langkah-langkah Tahapan Penyelesaian Penelitian


54

3.7.2. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel adalah dengan

menggunakan rumus Slovin.

Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat memiliki beberapa Desa di

antaranya adalah Meureubo, Bakti Jaya, Balee, Bulo, Gunong Kleng, Langung,

Mesjid Tuha, Pasi Aceh Baro, Pasi Aceh Tunong, Pasi Mesjid, Paya baro Ranto

Panyang, Paya Peunaga, Peunaga Cut Ujung, Peunaga Pasi, Peunaga Rayeuk,

Pucok Reudeup, Pulo Reungoh Ranto Panyang, Ranto Panyang Barat, Ranto

Panyang Timur, Ranub Dong, Reudeup, Sumber Batu, Ujung Tanjong, Ujong

Tanoh Darat, Ujong Drei.

Dari desa-desa tersebut terdapat beberapa usaha pengrajin kue tradisional

(Kue Karah) yang aktif dan terdaftar di “ DINAS KOPERASI USAHA KECIL

DAN MENENGAH ” di antaranya adalah desa Meureubo, Langung, Ujung Drien,

Ujung Tanjung, Peunaga, jumlah populasi pengrajin kue tradisional (kue karah) di

Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, terlihat pada tabel 3.2 dibawah ini.

Tabel 3.2. Data Pengrajin Kue tradisional (Kue Karah) Kecamatan Meureubo
Kabupaten Aceh Barat.
No Nama Desa Populasi Sampel
1 Meureubo 6 5
2 Langung 74 18
3 Ujung Drien 7 5
4 Ujung Tanjung 1 1
5 Peunaga 2 1
Total 90 30
Sumber : hasil pengolahan data

Data pengrajin kue tradisional (kue karah) di Kecamatan Meureubo,

Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada lampiran B.


55

Contoh pengambilan data sampel desa langung dengan rumus slovin pada

tingkat kelonggaran ketelian 20%.

N 74 74
n n   18,7  18sampel
Rumus Slovin : 2 2 3.96
N d   1 = 740.2  1

3.7.3. Proses Produksi Pembuatan Kue Karah Aktual

Pada proses produksi pembuatan kue karah yang secara manual atau

tradisional memiliki berbagai tahapan produksi, berikut adalah Flow Process

Chart pembuatan kue karah aktual.

Gambar 3.3. Flow Proses Chart Proses Produksi Kue Karah Aktual
56

3.7.4. Perhitungan Produksi Kue Tradisional (Kue Karah)

Proses produksi pembuatan kue karah di lakukan selama 4-5 jam kerja
dengan produksi 3 menit perunit produksi, berikut perhitungan produksi
pembuatan kue karah yang di lakukan selama 4 jam kerja.

60 menit
Produksi produk per/jam   30 unit
2 menit

Proses produksi produk kue karah selama 4 jam kerja

Produksi produk selama 4 jam kerja = 30 Unit X 4 Jam kerja


= 120 Unit produksi

3.7.5. Pemecahan Masalah

Hasil dari analisis yang telah dilakukan, selanjutnya akan ditindak lanjuti

dengan memberikan solusi atau pemecahan masalah yang berguna untuk

mengatasi permasalahan yang ada sehingga dapat terelalisasi dengan semestinya.

3.7.6. Kesimpulan dan Saran

Tahap terakhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan yang berisi

butir penting dalam penelitian ini. Kesimpulan merupakan rangkuman hasil

penelitian. Sedangkan saran yang diberikan akan diarahkan pada fasilitas

rancangan mesin kerja operator pembuat kue karah yang bermanfaat bagi

perusahaan dan penelitian-penelitian berikutnya.


57

3.7.7. Gambaran Kegiatan Pembuatan Kue Karah

Pengambilan Adonan Mengambil Alat Cetakan


Ke Gudang Penyimpanan Cetakan

Mengetuk Alat Cetakan Dengan Alat Meletakan Alat Cetakan Kewadah


Bantu Penampungan Adonan
58

Gambaran Kegiatan Pembuatan Kue Karah (Lanjutan )

Melipat dan Membentuk Kue Dengan Alat Mengangkat dan Meniriskan kue
Bantu Ke Wadah Penirisan

Meniriskan kue Penyimpanan


Ke Wadah Penirisan
BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang di lakukan pada penelitian ini merupakan data

primer dengan melalui pengisian penyebaran kuisioner pengamatan postur kerja

dengan QEC, pengukuran data antropometri dengan alat ukur meter, observasi

dan wawancara terhadap operator pada stasiun pembuatan kue karah dan juga di

lengkapi dengan data skunder, yaitu, data rekapitulasi kesehatan masyarakat yang

ada di puskesmaes Meureubo, Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat,

pada lampiran A, dan data populasi pengrajin kue tradisional (kue karah) yang

terdapat di kantor dinas koperasi industri kecil dan menengah perindustrian dan

perdagangan Kabupaten Aceh Barat, pada lampiran B.

4.1.1. Elemen Kegiatan Pada Kondisi Aktual

Elemen kerja pada kondisi aktual pembuatan kue karah memiliki beberapa

jenis kegiatan yanag terdiri dari beberapa t ahapan proses pembuatan kue

karah, diantaranya adalah proses pengambilan adonan ke gudang penyimpanan

cetakan, mengambil alat cetakan, mengetuk alat cetakan dengan alat bantu,

meletakan alat cetakan kewadah penampungan adanan, melipat dan membentuk

kue dengan alat bantu, mengangkat dan meniriskan kue ke wadah penirisan,

meniriskan kue ke wadah penirisan dan penyimpanan, kegiatan tahapan-tahapan

tersebut dapat dilihat dalam blok diagram pada Gambar 4.1.

59
60

Gambar 4.1. Blok Diagram Proses Pembuatan Kue Karah

Dari beberapa proses kerja pembuatan kue karah ini yang di lakukan

secara manual dan tradisional terlihat postur kerja yang tidak ergonomi, maka dari

itu akan dilakukan pengamatan dari postur kerja terhadap operator dengan metode

QEC untuk menilai level tindakan yang dilakukan oleh operator.

Untuk membuktikan adanya resiko kerja yang tidak ergonomi, maka

dilakukan penilaian postur kerja dengan menggunakan metode QEC. Penilaian

postur kerja bertujuan untuk mengetahui elemen gerakan atau kegiatan yang
61

dapat menyebabakan munculnya resiko akibat kerja, hasil data dari kenyebaran

kuesioner Quick Exposure Check (QEC) dapat di lihat pada lampiran C.

4.1.2. Data Antropometri

Dalam perancangan mesin pembuat kue karah secara ergonomi, dibutuhkan

beberapa dimensi tubuh operator agar dapat disesuaikan dengan dimensi mesin

kue karah yang akan dirancang. Sehingga pada saat akan melakukan proses

produksi pembuatan kue karah dengan menggunakan mesin ini, tidak

menyebabkan resiko keluhan sakit otot, pengukuran dimensi tubuh dilakuakan

dengan alat ukur meter, pemilihan dimensi bagian tubuh yang akan diukur

ditentukan berdasarkan rancangan mesin yang akan dirancang untuk mendapatkan

postur kerja yang ergonomis serta aman dan nyaman.

Adapun dimensi antropometri yang diukur yaitu :

a. Tinggi Mata Berdiri (TMB) digunakan untuk menentukan tinggi batang

besi mesin.

b. Jangkauan Tangan (JT) digunakan untuk menentukan jarak jangkauan

tangan operator terhadap kontrol panel mesin.

c. Diameter Genggaman Tangan (DGT) digunakan untuk gengaman tangan

batang engkol besi dudukan mesin dan dudukan alas kompor.

Data dimensi tubuh yang diperlukan dalam perancangan mesin pembuat

kue karah secara ergonomi dapat dilihat pada Tabel 4.1.


62

Tabel 4.1. Data Antropometri 30 Operator Pembuat Kue Karah

No JT (cm) TMB (cm) DGT (cm)


1 74,3 140 3,75
2 72,8 131 4,25
3 74,9 136 3,75
4 76,1 143 4,25
5 73 133 4,25
6 76 143 3,75
7 76,3 143 3,75
8 73 136 4,25
9 72 141 4,25
10 77 130 4,25
11 72 144 4,25
12 76,1 131 4,25
13 73 140 4,25
14 72,9 140 4,00
15 74,2 134 4,25
16 73,1 133 4,00
17 75,1 143 4,25
18 73,3 142 4,25
19 74,5 144 4,20
20 72,9 131 4,35
21 77 143 3,75
22 76 144 4,25
23 73,4 141 4,25
24 71,9 133 4,25
25 73,3 142 4,25
26 74 143 3,75
27 75 144 4,25
28 72,3 140 4,25
29 71,8 133 4,00
30 74,3 141 4,25
Sumber : Hasil Dari Pengukuran Dimensi Tubuh 30 Operator
Data dimensi tubuh yang telah ada selanjutnya akan diolah dengan

melakukan beberapa pengujian yang terdiri dari uji keseragaman data, uji

kecukupan data dan uji kenormalan data, dimensi tubuh operator pembuat kue

karah dapat dilihat pada lampiran D.


63

4.2. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini adalah pengolahan yang berkaitan

untuk merancang mesin pembuat kue tradisional (kue karah) secara ergonomi.

Berikut akan diuraikan secara lengkap pengolahan data dari tugas akhir ini.

4.2.1. Pengolahan Data Postur Kerja Dengan Metode QEC

Kegiatan kerja menunjukkan operator sedang pengambilan adonan ke gudang

penyimpanan cetakan secara manual dan tradisional. Gambaran kerja aktual pada

proses produksi pembuatan kue karah dapat di lihat pada gambar 4.2. di bawah

ini.

1. Pengambilan Adonan Ke Gudang Penyimpanan Cetakan

Gambar 4.2. Pengambilan Adonan Ke Gudang


Penyimpanan Cetakan

Kuisioner QEC oleh pengamat dan pekerja pada kegiatan pengambilan

adonan ke gudang penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 4.2, dan penilaian skor

QEC pada tabel 4.3.


64

Tabel 4.2. Pengambilan Adonan Ke Gudang Penyimpanan Cetakan

Nama : Noni Pekerjaan : Operator Pembuat Kue Karah


PENILAIAN PENGAMATAN PENILAIAN PEKERJAAN

A. Ketika melakukan pekerjaan, H. Berat maksimum yang diangkat


punggungnya secara manual dalam pekerjaan
A1 Hampir Netral, A2 Cukup bengkok, A2 ini
A3 Sangat bengkok H1 Ringan (5 kg atau kurang) H1
B. Pilih salah satu kegiatan berikut : H2 Sedang (6 hingga 10 kg)
 Untuk pekerjaan duduk atau berdiri, H3 Berat (11 hingga 20 kg)
apakah punggung kebayakan keadaan H4 sangat berat (lebih dari 20 kg)
staitis ? J. Rata-rata berapa lama waktu
B1 Tidak, B2 Ya yang dihabihkan untuk
 Untuk pekerjaan mengangkat, B2 pekerjaan ini? J1
membawa, mendorong / menarik, J1 Kurang dari 2 jam, J2 2hingga
pegerakan punggung 4jam
B3 Tidak sering (Sekitar 3 kali permenit J3 Lebih dari 4 jam
atau kurang K. Ketika melaksanakan
B4 Sering (Sekitar 8 kali permenit) pekerjaan ini dengan satu
B5 Sangat sering Sekitar 12 kali per menit tangan, berat maksimum yang
atau lebih) diangkat : K2
C. Ketika melakukan pekerjaan, K1 Rendah (Kurang dari 1 kg)
apakah tangan C2 K2 Sedang (1 hingga 4 kg)
C1 Dibawah pinggang, C2 Rata dada K3 Tinggi (lebih dari 4 kg)
C3 Diatas bahu @ L. Apkah diperlukan penglihatan
D. Apakah pergerakan bahu atau dalam pekerjaan ini?
tangan L1 Rendah (hampir tidak ada secara L1
D1 Tidak sering (Beberapa gerak D2 detil)
intermitten) L2 Tinggi (perlu detil pada beberapa
D2 Sering (Gerakan reguler dan sesaat hal)
berhenti) M. Anda menjalankan peralatan
D3 Sangat sering (Gerakan hampir terus selama:
kontinu) M1 Kurang dari 1 jam per hari M2
M2 Antara 1 dan 4 jam per hari
E. Apakah pekerjaan dilakukan dengan
M3 lebih dari 4 jam per hari
E1 Pergelangan tangan yang hampir lurus E1
E2 Pergelangan tangan yang N. Anda menggunakan peralatan
dibengkokkan bergetar:
F. Apakah gerakan yang sama N1 Tidak N1
diulangi? N2 Antara 1 dan 4 jam per hari
F1 10 kali per menit atau kurang F3 N3 Lebih dari 4 jam per hari
F2 11 hingga 20 kali per menit P. Anda merasa sulit dalam
F3 lebih dari 20 kali per menit pekerjaan ini?
G. Ketika melakukan kegiatan tersebut P1 Tidak perna, P2 Kadang, P1
apakah kepala/leher bengkok atau P3 Sering
berputar? G2 Q. Secara umum pekerjaan ini:
G1 Tidak, Q1 Tidak stres, Q2 Sedikit stres,
G2 Ya, kadang-kadang
Q1
Q3 cukup stres, Q4 Sangat stres
G3 Ya, terus-menerus
Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner QEC
65

Tabel 4.3. Penilaian Skor QEC Pada Kegiata Mengambil Alat Cetakan
PUNGGUNG BAHU/LENGAN TANGAN LEHER
A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 G1 G2 G3
H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6 J1 2 4 6
H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 J2 4 6 8
H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 J3 6 8 10
H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 1 8 Score 1 4
Score 1 4 Score 1 4

A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 L1 L2
J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4
J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6
J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8
Score 2 4 Score 2 4 Score 2 6 Score 2 2

J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 TOTAL 6
H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6
H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 JALANKAN
H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 M1 M2 M3
H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 3 4 1 4 9
Score 3 2 Score 3 2 TOTAL 4

B1 B2 D1 D2 D3 E1 E2 GETARAN
J1 2 4 H1 2 4 6 K1 2 4 N1 N2 N3
J2 4 6 H2 4 6 8 K2 4 6 1 4 9
J3 6 8 H3 6 8 10 K3 6 8
Score 4 4 H4 8 10 8 Score 4 4 TOTAL 1
Score 4 4
B3 B4 B5 E1 E2 KESULITAN
H1 2 4 6 D1 D2 D3 J1 2 4 P1 P2 P3
H2 4 6 8 J1 2 4 6 J2 4 6 1 4 9
H3 6 8 10 J2 4 6 8 J3 6 8 TOTAL 1
H4 8 10 12 J3 6 8 10 2
Score 5 Score 5 4 STRES
TOTAL 24 Q1 Q2 Q3 Q4
B3 B4 B5 TOTAL 18 1 2 3 4
J1 2 4 6
J2 4 6 8 TOTAL 2
J3 6 8 10
Score 6

TOTAL 14
Jumlah 1-4 Tuk Statis,
Jumlah 1-3 & Tuk
Manual Handling)
66

Berikut ini adalah perhitungan nilai Exposure (E) untuk kegiatan

pengambilan adonan ke gudang penyimpanan cetakan.

X = total skor yang diperoleh dari penilaian terhadap postur (punggung +

bahu/lengan + pergelangan tangan + leher + vibrasi + jalankan + kesulitan + stres)

X = 14 + 18 + 24 + 6 + 4 + 1 + 1 + 3 = 71

Untuk keadaan tipe tubuh adalah statis, termasuk duduk atau berdiri

dengan/tanpa pengulangan (repetitive) yang sering dan penggunaan tenaga/beban

relatif rendah Xmaks = 162

Exposure (E) dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

71
E (%)  X 100 %  43 ,8
162
Kemudian nilai exposure akan digunakan untuk menentukan nilai level

tindakan QEC seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Nilai Level Tindakan QEC Pada Kegiatan Pengambilan Adonan
Ke Gudang Penyimpanan Cetakan

Persentase Total Skor Level


Tindakan
Skor Exposure Tindakan

0-40% 32-70 1 Aman

41-50% 71-88 2 Diperlukan beberapa waktu ke depan

51-70% 89-123 3 Tindakan dalam waktu dekat

71-100% 124-176 4 Tindakan sekarang juga

Karena nilai E = 43,8%, maka level tindakan untuk kegiatan pengambilan

adonan ke gudang penyimpanan cetakan adalah 2. Tindakan yang diperlukan

adalah diperlukan beberapa waktu ke depan.


67

Kegiatan kerja menunjukkan operator sedang mengambil alat cetakan

secara manual dan tradisional. Gambaran kerja aktual pada proses produksi

pembuatan kue karah dapat di lihat pada gambar 4.3. di bawah ini.

2. Mengambil Alat cetakan

Gambar 4.3. Mengambil Alat Cetakan

Kuisioner QEC oleh pengamat dan pekerja pada kegiatan mengambil alat

cetakan dapat dilihat pada Tabel 4.5, dan penilaian skor QEC pada tabel 4.6.
68

Tabel 4.5. Kegiatan Mengambil Alat Cetakan

Nama : Noni Pekerjaan : Operator Pembuat Kue Karah


PENILAIAN PENGAMATAN PENILAIAN PEKERJAAN

H. Ketika melakukan pekerjaan, I. Berat maksimum yang diangkat


punggungnya secara manual dalam pekerjaan
A1 Hampir Netral, A2 Cukup bengkok, A2 ini
A3 Sangat bengkok H1 Ringan (5 kg atau kurang) H1
I. Pilih salah satu kegiatan berikut : H2 Sedang (6 hingga 10 kg)
 Untuk pekerjaan duduk atau berdiri, H3 Berat (11 hingga 20 kg)
apakah punggung kebayakan keadaan H4 sangat berat (lebih dari 20 kg)
staitis ? O. Rata-rata berapa lama waktu
B1 Tidak, B2 Ya yang dihabihkan untuk
 Untuk pekerjaan mengangkat, B2 pekerjaan ini? J1
membawa, mendorong / menarik, J1 Kurang dari 2 jam, J2 2hingga
pegerakan punggung 4jam
B3 Tidak sering (Sekitar 3 kali permenit J3 Lebih dari 4 jam
atau kurang P. Ketika melaksanakan
B4 Sering (Sekitar 8 kali permenit) pekerjaan ini dengan satu
B5 Sangat sering Sekitar 12 kali per menit tangan, berat maksimum yang
atau lebih) diangkat : K2
J. Ketika melakukan pekerjaan, K1 Rendah (Kurang dari 1 kg)
apakah tangan C2 K2 Sedang (1 hingga 4 kg)
C1 Dibawah pinggang, C2 Rata dada K3 Tinggi (lebih dari 4 kg)
C3 Diatas bahu @ Q. Apkah diperlukan penglihatan
K. Apakah pergerakan bahu atau dalam pekerjaan ini?
tangan L1 Rendah (hampir tidak ada secara L1
D1 Tidak sering (Beberapa gerak D2 detil)
intermitten) L2 Tinggi (perlu detil pada beberapa
D2 Sering (Gerakan reguler dan sesaat hal)
berhenti) R. Anda menjalankan peralatan
D3 Sangat sering (Gerakan hampir terus selama:
kontinu) M1 Kurang dari 1 jam per hari M2
M2 Antara 1 dan 4 jam per hari
L. Apakah pekerjaan dilakukan dengan
M3 lebih dari 4 jam per hari
E1 Pergelangan tangan yang hampir lurus E1
E2 Pergelangan tangan yang S. Anda menggunakan peralatan
dibengkokkan bergetar:
M. Apakah gerakan yang sama N1 Tidak N1
diulangi? N2 Antara 1 dan 4 jam per hari
F1 10 kali per menit atau kurang F3 N3 Lebih dari 4 jam per hari
F2 11 hingga 20 kali per menit R. Anda merasa sulit dalam
F3 lebih dari 20 kali per menit pekerjaan ini?
N. Ketika melakukan kegiatan tersebut P1 Tidak perna, P2 Kadang, P1
apakah kepala/leher bengkok atau P3 Sering
berputar? G2 S. Secara umum pekerjaan ini:
G1 Tidak, Q1 Tidak stres, Q2 Sedikit stres,
G2 Ya, kadang-kadang
Q1
Q3 cukup stres, Q4 Sangat stres
G3 Ya, terus-menerus
Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner QEC
69

Tabel 4.6. Penilaian Skor QEC Pada Kegiata Mengambil Alat Cetakan
PUNGGUNG BAHU/LENGAN TANGAN LEHER
A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 G1 G2 G3
H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6 J1 2 4 6
H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 J2 4 6 8
H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 J3 6 8 10
H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 1 8 Score 1 4
Score 1 4 Score 1 4

A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 L1 L2
J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4
J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6
J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8
Score 2 4 Score 2 4 Score 2 6 Score 2 2

J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 TOTAL 6
H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6
H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 JALANKAN
H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 M1 M2 M3
H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 3 4 1 4 9
Score 3 2 Score 3 2 TOTAL 4

B1 B2 D1 D2 D3 E1 E2 GETARAN
J1 2 4 H1 2 4 6 K1 2 4 N1 N2 N3
J2 4 6 H2 4 6 8 K2 4 6 1 4 9
J3 6 8 H3 6 8 10 K3 6 8
Score 4 4 H4 8 10 8 Score 4 4 TOTAL 1
Score 4 4
B3 B4 B5 E1 E2 KESULITAN
H1 2 4 6 D1 D2 D3 J1 2 4 P1 P2 P3
H2 4 6 8 J1 2 4 6 J2 4 6 1 4 9
H3 6 8 10 J2 4 6 8 J3 6 8 TOTAL 1
H4 8 10 12 J3 6 8 10 2
Score 5 Score 5 4 STRES
TOTAL 24 Q1 Q2 Q3 Q4
B3 B4 B5 TOTAL 18 1 2 3 4
J1 2 4 6
J2 4 6 8 TOTAL 2
J3 6 8 10
Score 6

TOTAL 14
Jumlah 1-4 Tuk Statis,
Jumlah 1-3 & Tuk
Manual Handling)
70

Berikut ini adalah perhitungan nilai Exposure (E) untuk kegiatan

mengambil alat cetakan ke tali gantungan.

X = total skor yang diperoleh dari penilaian terhadap postur (punggung +

bahu/lengan + pergelangan tangan + leher + vibrasi + jalankan + kesulitan + stres)

X = 14 + 18 + 24 + 6 + 4 + 1 + 1 + 3 = 71

Untuk keadaan tipe tubuh adalah statis, termasuk duduk atau berdiri

dengan/tanpa pengulangan (repetitive) yang sering dan penggunaan tenaga/beban

relatif rendah Xmaks = 162

Exposure (E) dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

71
E (%)  X 100 %  43 ,8
162
Kemudian nilai exposure akan digunakan untuk menentukan nilai level

tindakan QEC seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Nilai Level Tindakan QEC Pada Kegiatan Mengambil Alat Cetakan

Persentase Total Skor Level


Tindakan
Skor Exposure Tindakan

0-40% 32-70 1 Aman

41-50% 71-88 2 Diperlukan beberapa waktu ke depan

51-70% 89-123 3 Tindakan dalam waktu dekat

71-100% 124-176 4 Tindakan sekarang juga

Karena nilai E = 43,8%, maka level tindakan untuk kegiatan mengambil

alat cetakan adalah 2. Tindakan yang diperlukan adalah diperlukan beberapa

waktu ke depan.
71

Gambar 4.4. menunjukkan operator sedang mengetuk alat cetakan dengan

alat bantu secara manual dan tradisional, di lihat dari postur kerja yang di lakukan

terlihat jelas sikap kerja yang tidak ergonomi sewaktu melakukan proses kegiatan

pembuatan kue karah.

3. Mengetuk Alat Cetakan Dengan Alat Bantu

Gambar 4.4. Mengetuk Alat Cetakan Dengan Alat Bantu

Kuisioner QEC oleh pengamat dan pekerja pada kegiatan mengetuk alat

cetakan dengan alat bantu pada proses kerja manual dapat dilihat pada Tabel 4.8,

dan penilaian skor QEC pada tabel 4.9.


72

Tabel 4.8. Mengetuk Alat Cetakan Dengan Alat Bantu

Nama : Noni Pekerjaan : Operator Pembuat Kue Karah


PENILAIAN PENGAMATAN PENILAIAN PEKERJAAN

A. Ketika melakukan pekerjaan, H. Berat maksimum yang diangkat


punggungnya secara manual dalam pekerjaan
A1 Hampir Netral, A2 Cukup bengkok, A2 ini
A3 Sangat bengkok H1 Ringan (5 kg atau kurang) H1
B. Pilih salah satu kegiatan berikut : H2 Sedang (6 hingga 10 kg)
 Untuk pekerjaan duduk atau berdiri, H3 Berat (11 hingga 20 kg)
apakah punggung kebayakan keadaan H4 sangat berat (lebih dari 20 kg)
staitis ? J. Rata-rata berapa lama waktu
B1 Tidak, B2 Ya yang dihabihkan untuk
 Untuk pekerjaan mengangkat, B2 pekerjaan ini? J1
membawa, mendorong / menarik, J1 Kurang dari 2 jam, J2 2hingga
pegerakan punggung 4jam
B3 Tidak sering (Sekitar 3 kali permenit J3 Lebih dari 4 jam
atau kurang K. Ketika melaksanakan
B4 Sering (Sekitar 8 kali permenit) pekerjaan ini dengan satu
B5 Sangat sering Sekitar 12 kali per menit tangan, berat maksimum yang
atau lebih) diangkat : K1
C. Ketika melakukan pekerjaan, K1 Rendah (Kurang dari 1 kg)
apakah tangan C2 K2 Sedang (1 hingga 4 kg)
C1 Dibawah pinggang, C2 Rata dada K3 Tinggi (lebih dari 4 kg)
C3 Diatas bahu @ L. Apkah diperlukan penglihatan
D. Apakah pergerakan bahu atau dalam pekerjaan ini?
tangan L1 Rendah (hampir tidak ada secara L2
D1 Tidak sering (Beberapa gerak D3 detil)
intermitten) L2 Tinggi (perlu detil pada beberapa
D2 Sering (Gerakan reguler dan sesaat hal)
berhenti) M. Anda menjalankan peralatan
D3 Sangat sering (Gerakan hampir terus selama:
kontinu) M1 Kurang dari 1 jam per hari M2
M2 Antara 1 dan 4 jam per hari
E. Apakah pekerjaan dilakukan dengan
M3 lebih dari 4 jam per hari
E1 Pergelangan tangan yang hampir lurus E2
E2 Pergelangan tangan yang N. Anda menggunakan peralatan
dibengkokkan bergetar:
F. Apakah gerakan yang sama N1 Tidak N2
diulangi? N2 Antara 1 dan 4 jam per hari
F1 10 kali per menit atau kurang F3 N3 Lebih dari 4 jam per hari
F2 11 hingga 20 kali per menit P. Anda merasa sulit dalam
F3 lebih dari 20 kali per menit pekerjaan ini?
G. Ketika melakukan kegiatan tersebut P1 Tidak perna, P2 Kadang, P2
apakah kepala/leher bengkok atau P3 Sering
berputar? G1 Q. Secara umum pekerjaan ini:
G1 Tidak, Q1 Tidak stres, Q2 Sedikit stres,
G2 Ya, kadang-kadang
Q2
Q3 cukup stres, Q4 Sangat stres
G3 Ya, terus-menerus
Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner QEC
73

Tabel 4.9. Mengetuk Alat Cetakan Dengan Alat Bantu


PUNGGUNG BAHU/LENGAN TANGAN LEHER
A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 G1 G2 G3
H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6 J1 2 4 6
H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 J2 4 6 8
H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 J3 6 8 10
H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 1 6 Score 1 2
Score 1 4 Score 1 4

A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 L1 L2
J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4
J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6
J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8
Score 2 4 Score 2 4 Score 2 6 Score 2 4

J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 TOTAL 6
H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6
H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 JALANKAN
H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 M1 M2 M3
H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 3 2 1 4 9
Score 3 2 Score 3 2 TOTAL 4

B1 B2 D1 D2 D3 E1 E2 GETARAN
J1 2 4 H1 2 4 6 K1 2 4 N1 N2 N3
J2 4 6 H2 4 6 8 K2 4 6 1 4 9
J3 6 8 H3 6 8 10 K3 6 8
Score 4 4 H4 8 10 8 Score 4 4 TOTAL 4
Score 4 6
B3 B4 B5 E1 E2 KESULITAN
H1 2 4 6 D1 D2 D3 J1 2 4 P1 P2 P3
H2 4 6 8 J1 2 4 6 J2 4 6 1 4 9
H3 6 8 10 J2 4 6 8 J3 6 8 TOTAL 4
H4 8 10 12 J3 6 8 10 4
Score 5 Score 5 6 STRES
TOTAL 22 Q1 Q2 Q3 Q4
B3 B4 B5 TOTAL 18 1 2 3 4
J1 2 4 6
J2 4 6 8 TOTAL 2
J3 6 8 10
Score 6

TOTAL 14
Jumlah 1-4 Tuk Statis,
Jumlah 1-3 & Tuk
Manual Handling)
74

Berikut ini adalah perhitungan nilai Exposure (E) untuk kegiatan

mengetuk alat cetakan dengan alat bantu.

X = total skor yang diperoleh dari penilaian terhadap postur (punggung +

bahu/lengan + pergelangan tangan + leher + vibrasi + jalankan + kesulitan + stres)

X = 14+ 18 + 22 + 6 + 4 + 4 + 4 + 2 = 74

Untuk keadaan tipe tubuh adalah statis, termasuk duduk atau berdiri

dengan/tanpa pengulangan (repetitive) yang sering dan penggunaan tenaga/beban

relatif rendah Xmaks = 162

Exposure (E) dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

74
E (%)  X 100 %  45 , 6
162
Kemudian nilai exposure akan digunakan untuk menentukan nilai level

tindakan QEC seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Nilai Level Tindakan QEC Mengetuk


Alat Cetakan Dengan Alat Bantu
Persentase Total Skor Level
Tindakan
Skor Exposure Tindakan

0-40% 32-70 1 Aman

41-50% 71-88 2 Diperlukan beberapa waktu ke depan

51-70% 89-123 3 Tindakan dalam waktu dekat

71-100% 124-176 4 Tindakan sekarang juga

Karena nilai E = 45,6%, maka level tindakan untuk kegiatan mengetuk alat

cetakan dengan alat bantu adalah2 . Tindakan yang diperlukan adalah diperlukan

beberapa waktu ke depan.


75

Gambar 4.5. Menunjukkan operator sedang meletakan alat cetakan ke

wadah penampungan adonan secara manual dan tradisional, di lihat dari postur

kerja yang di lakukan terlihat jelas sikap kerja yang tidak ergonomi sewaktu

melakukan proses kegiatan pembuatan kue karah.

4. Meletakan Alat Cetakan Ke Wadah Penampungan Adonan

Gambar 4.5. Meletakan Alat Cetakan Ke Wadah Penampungan Adonan

Kuisioner QEC oleh pengamat dan pekerja pada kegiatan meletakan alat

cetakan ke wadah penampungan adonan pada proses kerja manual dapat dilihat

pada Tabel 4.11, dan penilaian skor QEC pada tabel 4.12.
76

Tabel 4.11. Meletakan Alat Cetakan Ke Wadah Penampungan Adonan

Nama : Noni Pekerjaan : Operator Pembuat Kue Karah


PENILAIAN PENGAMATAN PENILAIAN PEKERJAAN

A. Ketika melakukan pekerjaan, H. Berat maksimum yang diangkat


punggungnya secara manual dalam pekerjaan
A1 Hampir Netral, A2 Cukup bengkok, A2 ini
A3 Sangat bengkok H1 Ringan (5 kg atau kurang) H1
B. Pilih salah satu kegiatan berikut : H2 Sedang (6 hingga 10 kg)
 Untuk pekerjaan duduk atau berdiri, H3 Berat (11 hingga 20 kg)
apakah punggung kebayakan keadaan H4 sangat berat (lebih dari 20 kg)
staitis ? J. Rata-rata berapa lama waktu
B1 Tidak, B2 Ya yang dihabihkan untuk
 Untuk pekerjaan mengangkat, B2 pekerjaan ini? J1
membawa, mendorong / menarik, J1 Kurang dari 2 jam, J2 2hingga
pegerakan punggung 4jam
B3 Tidak sering (Sekitar 3 kali permenit J3 Lebih dari 4 jam
atau kurang K. Ketika melaksanakan
B4 Sering (Sekitar 8 kali permenit) pekerjaan ini dengan satu
B5 Sangat sering Sekitar 12 kali per menit tangan, berat maksimum yang
atau lebih) diangkat : K2
C. Ketika melakukan pekerjaan, K1 Rendah (Kurang dari 1 kg)
apakah tangan C2 K2 Sedang (1 hingga 4 kg)
C1 Dibawah pinggang, C2 Rata dada K3 Tinggi (lebih dari 4 kg)
C3 Diatas bahu @ L. Apkah diperlukan penglihatan
D. Apakah pergerakan bahu atau dalam pekerjaan ini?
tangan L1 Rendah (hampir tidak ada secara L1
D1 Tidak sering (Beberapa gerak D2 detil)
intermitten) L2 Tinggi (perlu detil pada beberapa
D2 Sering (Gerakan reguler dan sesaat hal)
berhenti) M. Anda menjalankan peralatan
D3 Sangat sering (Gerakan hampir terus selama:
kontinu) M1 Kurang dari 1 jam per hari M2
M2 Antara 1 dan 4 jam per hari
E. Apakah pekerjaan dilakukan dengan
M3 lebih dari 4 jam per hari
E1 Pergelangan tangan yang hampir lurus E2
E2 Pergelangan tangan yang N. Anda menggunakan peralatan
dibengkokkan bergetar:
F. Apakah gerakan yang sama N1 Tidak N1
diulangi? N2 Antara 1 dan 4 jam per hari
F1 10 kali per menit atau kurang F3 N3 Lebih dari 4 jam per hari
F2 11 hingga 20 kali per menit P. Anda merasa sulit dalam
F3 lebih dari 20 kali per menit pekerjaan ini?
G. Ketika melakukan kegiatan tersebut P1 Tidak perna, P2 Kadang, P1
apakah kepala/leher bengkok atau P3 Sering
berputar? G2 Q. Secara umum pekerjaan ini:
G1 Tidak, Q1 Tidak stres, Q2 Sedikit stres,
G2 Ya, kadang-kadang
Q1
Q3 cukup stres, Q4 Sangat stres
G3 Ya, terus-menerus
Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner QEC
77

Tabel 4.12. Penilaian Skor QEC Pada Kegiata Meletakan Alat Cetakan Ke Wadah
Penampungan Adonan
PUNGGUNG BAHU/LENGAN TANGAN LEHER
A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 G1 G2 G3
H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6 J1 2 4 6
H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 J2 4 6 8
H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 J3 6 8 10
H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 1 8 Score 1 4
Score 1 4 Score 1 4

A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 L1 L2
J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4
J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6
J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8
Score 2 4 Score 2 4 Score 2 6 Score 2 2

J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 TOTAL 6
H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6
H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 JALANKAN
H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 M1 M2 M3
H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 3 4 1 4 9
Score 3 2 Score 3 2 TOTAL 4

B1 B2 D1 D2 D3 E1 E2 GETARAN
J1 2 4 H1 2 4 6 K1 2 4 N1 N2 N3
J2 4 6 H2 4 6 8 K2 4 6 1 4 9
J3 6 8 H3 6 8 10 K3 6 8
Score 4 4 H4 8 10 8 Score 4 6 TOTAL 1
Score 4 4
B3 B4 B5 E1 E2 KESULITAN
H1 2 4 6 D1 D2 D3 J1 2 4 P1 P2 P3
H2 4 6 8 J1 2 4 6 J2 4 6 1 4 9
H3 6 8 10 J2 4 6 8 J3 6 8 TOTAL 1
H4 8 10 12 J3 6 8 10 2
Score 5 Score 5 4 STRES
TOTAL 26 Q1 Q2 Q3 Q4
B3 B4 B5 TOTAL 18 1 2 3 4
J1 2 4 6
J2 4 6 8 TOTAL 1
J3 6 8 10
Score 6

TOTAL 14
Jumlah 1-4 Tuk Statis,
Jumlah 1-3 & Tuk
Manual Handling)
78

Berikut ini adalah perhitungan nilai Exposure (E) untuk kegiatan

meletakan alat cetakan ke wadah penampungan adonan.

X = total skor yang diperoleh dari penilaian terhadap postur (punggung +

bahu/lengan + pergelangan tangan + leher + vibrasi + jalankan + kesulitan + stres)

X = 14 + 18 + 26 + 6 + 4 + 1 + 1 + 1 = 71

Untuk keadaan tipe tubuh adalah statis, termasuk duduk atau berdiri

dengan/tanpa pengulangan (repetitive) yang sering dan penggunaan tenaga/beban

relatif rendah Xmaks = 162

Exposure (E) dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

71
E (%)  X 100 %  43 ,8
162
Kemudian nilai exposure akan digunakan untuk menentukan nilai level

tindakan QEC seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13. Nilai Level Tindakan QEC Pada Kegiatan Meletakan Alat Cetakan Ke
Wadah Penampungan Adonan
Persentase Total Skor Level
Tindakan
Skor Exposure Tindakan

0-40% 32-70 1 Aman

41-50% 71-88 2 Diperlukan beberapa waktu ke depan

51-70% 89-123 3 Tindakan dalam waktu dekat

71-100% 124-176 4 Tindakan sekarang juga

Karena nilai E = 43,8%, maka level tindakan untuk kegiatan meletakan

alat cetakan ke wadah penampungan adonan adalah 2. Tindakan yang diperlukan

adalah diperlukan beberapa waktu ke depan.


79

Gambar 4.6. menunjukkan operator sedang melipat dan membentuk kue

dengan alat bantu secara manual dan tradisional, di lihat dari postur kerja yang di

lakukan terlihat jelas sikap kerja yang tidak ergonomi sewaktu melakukan proses

kegiatan pembuatan kue karah.

5. Melipat dan Membentuk Kue Dengan Alat Bantu

Gambar 4.6. Melipat dan Membentuk Kue Dengan Alat Bantu

Kuisioner QEC oleh pengamat dan pekerja pada kegiatan melipat dan

membentuk kue dengan alat bantu pada proses kerja manual dapat dilihat pada

Tabel 4.14, dan penilaian skor QEC pada tabel 4.15.


80

Tabel 4.14. Melipat dan Membentuk Kue Dengan Alat Bantu


Nama : Noni Pekerjaan : Operator Pembuat Kue Karah
PENILAIAN PENGAMATAN PENILAIAN PEKERJAAN

A. Ketika melakukan pekerjaan, H. Berat maksimum yang diangkat


punggungnya secara manual dalam pekerjaan
A1 Hampir Netral, A2 Cukup bengkok, A2 ini
A3 Sangat bengkok H1 Ringan (5 kg atau kurang) H1
B. Pilih salah satu kegiatan berikut : H2 Sedang (6 hingga 10 kg)
 Untuk pekerjaan duduk atau berdiri, H3 Berat (11 hingga 20 kg)
apakah punggung kebayakan keadaan H4 sangat berat (lebih dari 20 kg)
staitis ? J. Rata-rata berapa lama waktu
B1 Tidak, B2 Ya yang dihabihkan untuk
 Untuk pekerjaan mengangkat, B2 pekerjaan ini? J1
membawa, mendorong / menarik, J1 Kurang dari 2 jam, J2 2hingga
pegerakan punggung 4jam
B3 Tidak sering (Sekitar 3 kali permenit J3 Lebih dari 4 jam
atau kurang K. Ketika melaksanakan
B4 Sering (Sekitar 8 kali permenit) pekerjaan ini dengan satu
B5 Sangat sering Sekitar 12 kali per menit tangan, berat maksimum yang
atau lebih) diangkat : K1
C. Ketika melakukan pekerjaan, K1 Rendah (Kurang dari 1 kg)
apakah tangan C2 K2 Sedang (1 hingga 4 kg)
C1 Dibawah pinggang, C2 Rata dada K3 Tinggi (lebih dari 4 kg)
C3 Diatas bahu @ L. Apkah diperlukan penglihatan
D. Apakah pergerakan bahu atau dalam pekerjaan ini?
tangan L1 Rendah (hampir tidak ada secara L2
D1 Tidak sering (Beberapa gerak D2 detil)
intermitten) L2 Tinggi (perlu detil pada beberapa
D2 Sering (Gerakan reguler dan sesaat hal)
berhenti) M. Anda menjalankan peralatan
D3 Sangat sering (Gerakan hampir terus selama:
kontinu) M1 Kurang dari 1 jam per hari M2
M2 Antara 1 dan 4 jam per hari
E. Apakah pekerjaan dilakukan dengan
M3 lebih dari 4 jam per hari
E1 Pergelangan tangan yang hampir lurus E2
E2 Pergelangan tangan yang N. Anda menggunakan peralatan
dibengkokkan bergetar:
F. Apakah gerakan yang sama N1 Tidak N1
diulangi? N2 Antara 1 dan 4 jam per hari
F1 10 kali per menit atau kurang F3 N3 Lebih dari 4 jam per hari
F2 11 hingga 20 kali per menit P. Anda merasa sulit dalam
F3 lebih dari 20 kali per menit pekerjaan ini?
G. Ketika melakukan kegiatan tersebut P1 Tidak perna, P2 Kadang, P2
apakah kepala/leher bengkok atau P3 Sering
berputar? G2 Q. Secara umum pekerjaan ini:
G1 Tidak, Q1 Tidak stres, Q2 Sedikit stres,
G2 Ya, kadang-kadang
Q2
Q3 cukup stres, Q4 Sangat stres
G3 Ya, terus-menerus
Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner QEC
81

Tabel 4.15. Penilaian Skor QEC Pada Kegiatan Melipat dan Membentuk Kue
Dengan Alat Bantu
PUNGGUNG BAHU/LENGAN TANGAN LEHER
A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 G1 G2 G3
H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6 J1 2 4 6
H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 J2 4 6 8
H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 J3 6 8 10
H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 1 6 Score 1 4
Score 1 4 Score 1 4

A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 L1 L2
J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4
J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6
J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8
Score 2 4 Score 2 4 Score 2 6 Score 2 4

J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 TOTAL 8
H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6
H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 JALANKAN
H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 M1 M2 M3
H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 3 2 1 4 9
Score 3 2 Score 3 2 TOTAL 4

B1 B2 D1 D2 D3 E1 E2 GETARAN
J1 2 4 H1 2 4 6 K1 2 4 N1 N2 N3
J2 4 6 H2 4 6 8 K2 4 6 1 4 9
J3 6 8 H3 6 8 10 K3 6 8
Score 4 4 H4 8 10 8 Score 4 4 TOTAL 1
Score 4 4
B3 B4 B5 E1 E2 KESULITAN
H1 2 4 6 D1 D2 D3 J1 2 4 P1 P2 P3
H2 4 6 8 J1 2 4 6 J2 4 6 1 4 9
H3 6 8 10 J2 4 6 8 J3 6 8 TOTAL 4
H4 8 10 12 J3 6 8 10 4
Score 5 Score 5 4 STRES
TOTAL 20 Q1 Q2 Q3 Q4
B3 B4 B5 TOTAL 18 1 2 3 4
J1 2 4 6
J2 4 6 8 TOTAL 2
J3 6 8 10
Score 6

TOTAL 14
Jumlah 1-4 Tuk Statis,
Jumlah 1-3 & Tuk
Manual Handling)
82

Berikut ini adalah perhitungan nilai Exposure (E) untuk kegiatan

melipat dan membentuk kue dengan alat bantu.

X = total skor yang diperoleh dari penilaian terhadap postur (punggung +

bahu/lengan + pergelangan tangan + leher + vibrasi + jalankan + kesulitan + stres)

X = 14 + 18 + 20 + 8 + 4 + 1 + 4 + 2 = 71

Untuk keadaan tipe tubuh adalah statis, termasuk duduk atau berdiri

dengan/tanpa pengulangan (repetitive) yang sering dan penggunaan tenaga/beban

relatif rendah Xmaks = 162

Exposure (E) dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

71
E (%)  X 100 %  43 ,8
162
Kemudian nilai exposure akan digunakan untuk menentukan nilai level

tindakan QEC seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16. Nilai Level Tindakan QEC Kegiatan Melipat dan Membentuk Kue
Dengan Alat Bantu

Persentase Total Skor Level


Tindakan
Skor Exposure Tindakan
0-40% 32-70 1 Aman

41-50% 71-88 2 Diperlukan beberapa waktu ke depan

51-70% 89-123 3 Tindakan dalam waktu dekat

71-100% 124-176 4 Tindakan sekarang juga

Karena nilai E = 43,8%, maka level tindakan untuk kegiatan melipat dan

membentuk kue dengan alat bantu adalah 2. Tindakan yang diperlukan adalah

diperlukan beberapa waktu ke depan.


83

Gambar 4.7. menunjukkan operator sedang mengangkat dan meniriskan

kue ke wadah penirisan secara manual dan tradisional, di lihat dari postur kerja

yang di lakukan terlihat jelas sikap kerja yang tidak ergonomi sewaktu melakukan

proses kegiatan pembuatan kue karah.

6. Mengangkat dan Meniriskan Kue Ke Wadah Penirisan

Gambar 4.7. Mengangkat dan Meniriskan Kue Ke Wadah Penirisan

Kuisioner QEC oleh pengamat dan pekerja pada kegiatan mengangkat

dan meniriskan kue ke wadah penirisan pada proses kerja manual dapat dilihat

pada Tabel 4.17, dan penilaian skor QEC pada tabel 4.18.
84

Tabel 4.17. Mengangkat dan Meniriskan Kue Ke Wadah Penirisan


Nama : Noni Pekerjaan : Operator Pembuat Kue Karah
PENILAIAN PENGAMATAN PENILAIAN PEKERJAAN

A. Ketika melakukan pekerjaan, H. Berat maksimum yang diangkat


punggungnya secara manual dalam pekerjaan
A1 Hampir Netral, A2 Cukup bengkok, A1 ini
A3 Sangat bengkok H1 Ringan (5 kg atau kurang) H1
B. Pilih salah satu kegiatan berikut : H2 Sedang (6 hingga 10 kg)
 Untuk pekerjaan duduk atau berdiri, H3 Berat (11 hingga 20 kg)
apakah punggung kebayakan keadaan H4 sangat berat (lebih dari 20 kg)
staitis ? J. Rata-rata berapa lama waktu
B1 Tidak, B2 Ya yang dihabihkan untuk
 Untuk pekerjaan mengangkat, B2 pekerjaan ini? J1
membawa, mendorong / menarik, J1 Kurang dari 2 jam, J2 2hingga
pegerakan punggung 4jam
B3 Tidak sering (Sekitar 3 kali permenit J3 Lebih dari 4 jam
atau kurang K. Ketika melaksanakan
B4 Sering (Sekitar 8 kali permenit) pekerjaan ini dengan satu
B5 Sangat sering Sekitar 12 kali per menit tangan, berat maksimum yang
atau lebih) diangkat : K1
C. Ketika melakukan pekerjaan, K1 Rendah (Kurang dari 1 kg)
apakah tangan C2 K2 Sedang (1 hingga 4 kg)
C1 Dibawah pinggang, C2 Rata dada K3 Tinggi (lebih dari 4 kg)
C3 Diatas bahu L. Apkah diperlukan penglihatan
D. Apakah pergerakan bahu atau dalam pekerjaan ini?
tangan L1 Rendah (hampir tidak ada secara L2
D1 Tidak sering (Beberapa gerak D1 detil)
intermitten) L2 Tinggi (perlu detil pada beberapa
D2 Sering (Gerakan reguler dan sesaat hal)
berhenti) M. Anda menjalankan peralatan
D3 Sangat sering (Gerakan hampir terus selama:
kontinu) M1 Kurang dari 1 jam per hari M2
M2 Antara 1 dan 4 jam per hari
E. Apakah pekerjaan dilakukan dengan
M3 lebih dari 4 jam per hari
E1 Pergelangan tangan yang hampir lurus E2
E2 Pergelangan tangan yang N. Anda menggunakan peralatan
dibengkokkan bergetar:
F. Apakah gerakan yang sama N1 Tidak N1
diulangi? N2 Antara 1 dan 4 jam per hari
F1 10 kali per menit atau kurang F2 N3 Lebih dari 4 jam per hari
F2 11 hingga 20 kali per menit P. Anda merasa sulit dalam
F3 lebih dari 20 kali per menit pekerjaan ini?
G. Ketika melakukan kegiatan tersebut P1 Tidak perna, P2 Kadang, P2
apakah kepala/leher bengkok atau P3 Sering
berputar? G1 Q. Secara umum pekerjaan ini:
G1 Tidak, Q1 Tidak stres, Q2 Sedikit stres,
G2 Ya, kadang-kadang
Q1
Q3 cukup stres, Q4 Sangat stres
G3 Ya, terus-menerus
Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner QEC
85

Tabel 4.18. Penilaian Skor QEC Pada Kegiata Mengangkat dan Meniriskan Kue
Ke Wadah Penirisan
PUNGGUNG BAHU/LENGAN TANGAN LEHER
A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 G1 G2 G3
H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6 J1 2 4 6
H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 J2 4 6 8
H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 J3 6 8 10
H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 1 4 Score 1 2
Score 1 2 Score 1 4

A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 L1 L2
J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4
J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6
J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8
Score 2 2 Score 2 4 Score 2 4 Score 2 4

J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 TOTAL 6
H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6
H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 JALANKAN
H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 M1 M2 M3
H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 3 2 1 4 9
Score 3 2 Score 3 2 TOTAL 4

B1 B2 D1 D2 D3 E1 E2 GETARAN
J1 2 4 H1 2 4 6 K1 2 4 N1 N2 N3
J2 4 6 H2 4 6 8 K2 4 6 1 4 9
J3 6 8 H3 6 8 10 K3 6 8
Score 4 4 H4 8 10 8 Score 4 4 TOTAL 1
Score 4 2
B3 B4 B5 E1 E2 KESULITAN
H1 2 4 6 D1 D2 D3 J1 2 4 P1 P2 P3
H2 4 6 8 J1 2 4 6 J2 4 6 1 4 9
H3 6 8 10 J2 4 6 8 J3 6 8 TOTAL 4
H4 8 10 12 J3 6 8 10 4
Score 5 Score 5 2 STRES
TOTAL 18 Q1 Q2 Q3 Q4
B3 B4 B5 TOTAL 14 1 2 3 4
J1 2 4 6
J2 4 6 8 TOTAL 1
J3 6 8 10
Score 6

TOTAL 10
Jumlah 1-4 Tuk Statis,
Jumlah 1-3 & Tuk
Manual Handling)
86

Berikut ini adalah perhitungan nilai Exposure (E) untuk kegiatan

mengangkat dan meniriskan kue ke wadah penirisan seperti terlihat di bawah ini:

X = total skor yang diperoleh dari penilaian terhadap postur (punggung +

bahu/lengan + pergelangan tangan + leher + vibrasi + jalankan + kesulitan + stres)

X = 10 + 14 + 18 + 6 + 4 + 1 + 4 + 1 = 58

Untuk keadaan tipe tubuh adalah statis, termasuk duduk atau berdiri

dengan/tanpa pengulangan (repetitive) yang sering dan penggunaan tenaga/beban relatif

rendah Xmaks = 162

Exposure (E) dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

58
E (%)  X 100 %  35 ,8
162
Kemudian nilai exposure akan digunakan untuk menentukan nilai level

tindakan QEC seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.19.

Tabel 4.19. Nilai Level Tindakan QEC Kegiatan Mengangkat dan Meniriskan
Kue Ke Wadah Penirisan

Persentase Total Skor Level


Tindakan
Skor Exposure Tindakan
0-40% 32-70 1 Aman

41-50% 71-88 2 Diperlukan beberapa waktu ke depan

51-70% 89-123 3 Tindakan dalam waktu dekat

71-100% 124-176 4 Tindakan sekarang juga

Karena nilai E = 35,8%, maka level tindakan untuk kegiatan mengangkat

dan meniriskan kue ke wadah penirisan adalah 2. Tindakan yang diperlukan

adalah diperlukan beberapa waktu ke depan.


87

Gambar 4.8. menunjukkan operator sedang meniriskan kue ke wadah

penirisan secara manual dan tradisional, di lihat dari postur kerja yang di lakukan

terlihat jelas sikap kerja yang tidak ergonomi sewaktu melakukan proses kegiatan

pembuatan kue karah.

7. Meniriskan Kue Ke Wadah Penirisan

Gambar 4.8. Meniriskan Kue Ke Wadah Penirisan

Kuisioner QEC oleh pengamat dan pekerja pada kegiatan meniriskan kue

ke wadah penirisan pada proses kerja manual dapat dilihat pada Tabel 4.20, dan

penilaian skor QEC pada tabel 4.21.


88

Tabel 4.20. Meniriskan Kue Ke Wadah Penirisan


Nama : Noni Pekerjaan : operator pembuat kue karah
PENILAIAN PENGAMATAN PENILAIAN PEKERJAAN

A. Ketika melakukan pekerjaan, H. Berat maksimum yang diangkat


punggungnya secara manual dalam pekerjaan
A1 Hampir Netral, A2 Cukup bengkok, A1 ini
A3 Sangat bengkok H1 Ringan (5 kg atau kurang) H1
B. Pilih salah satu kegiatan berikut : H2 Sedang (6 hingga 10 kg)
 Untuk pekerjaan duduk atau berdiri, H3 Berat (11 hingga 20 kg)
apakah punggung kebayakan keadaan H4 sangat berat (lebih dari 20 kg)
staitis ? J. Rata-rata berapa lama waktu
B1 Tidak, B2 Ya yang dihabihkan untuk
 Untuk pekerjaan mengangkat, B2 pekerjaan ini? J1
membawa, mendorong / menarik, J1 Kurang dari 2 jam, J2 2hingga
pegerakan punggung 4jam
B3 Tidak sering (Sekitar 3 kali permenit J3 Lebih dari 4 jam
atau kurang K. Ketika melaksanakan
B4 Sering (Sekitar 8 kali permenit) pekerjaan ini dengan satu
B5 Sangat sering Sekitar 12 kali per menit tangan, berat maksimum yang
atau lebih) diangkat : K1
C. Ketika melakukan pekerjaan, K1 Rendah (Kurang dari 1 kg)
apakah tangan C1 K2 Sedang (1 hingga 4 kg)
C1 Dibawah pinggang, C2 Rata dada K3 Tinggi (lebih dari 4 kg)
C3 Diatas bahu L. Apkah diperlukan penglihatan
D. Apakah pergerakan bahu atau dalam pekerjaan ini?
tangan L1 Rendah (hampir tidak ada secara L1
D1 Tidak sering (Beberapa gerak D1 detil)
intermitten) L2 Tinggi (perlu detil pada beberapa
D2 Sering (Gerakan reguler dan sesaat hal)
berhenti) M. Anda menjalankan peralatan
D3 Sangat sering (Gerakan hampir terus selama:
kontinu) M1 Kurang dari 1 jam per hari M2
M2 Antara 1 dan 4 jam per hari
E. Apakah pekerjaan dilakukan dengan
M3 lebih dari 4 jam per hari
E1 Pergelangan tangan yang hampir lurus E2
E2 Pergelangan tangan yang N. Anda menggunakan peralatan
dibengkokkan bergetar:
F. Apakah gerakan yang sama N1 kurang dari 1 jam per hari N1
diulangi? N2 Antara 1 dan 4 jam per hari
F1 10 kali per menit atau kurang F2 N3 Lebih dari 4 jam per hari
F2 11 hingga 20 kali per menit P. Anda merasa sulit dalam
F3 lebih dari 20 kali per menit pekerjaan ini?
G. Ketika melakukan kegiatan tersebut P1 Tidak perna, P2 Kadang, P1
apakah kepala/leher bengkok atau P3 Sering
berputar? G1 Q. Secara umum pekerjaan ini:
G1 Tidak, Q1 Tidak stres, Q2 Sedikit stres,
G2 Ya, kadang-kadang
Q1
Q3 cukup stres, Q4 Sangat stres
G3 Ya, terus-menerus
Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner QEC
89

Tabel 4.21. Penilaian Skor QEC Pada Kegiata Meniriskan Kue


Ke Wadah Penirisan
PUNGGUNG BAHU/LENGAN TANGAN LEHER
A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 G1 G2 G3
H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6 J1 2 4 6
H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 J2 4 6 8
H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 J3 6 8 10
H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 1 4 Score 1 2
Score 1 2 Score 1 2

A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 L1 L2
J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4
J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6
J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8
Score 2 2 Score 2 2 Score 2 4 Score 2 2

J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 TOTAL 4
H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6
H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 JALANKAN
H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 M1 M2 M3
H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 3 2 1 4 9
Score 3 2 Score 3 2 TOTAL 4

B1 B2 D1 D2 D3 E1 E2 GETARAN
J1 2 4 H1 2 4 6 K1 2 4 N1 N2 N3
J2 4 6 H2 4 6 8 K2 4 6 1 4 9
J3 6 8 H3 6 8 10 K3 6 8
Score 4 4 H4 8 10 8 Score 4 4 TOTAL 1
Score 4 2
B3 B4 B5 E1 E2 KESULITAN
H1 2 4 6 D1 D2 D3 J1 2 4 P1 P2 P3
H2 4 6 8 J1 2 4 6 J2 4 6 1 4 9
H3 6 8 10 J2 4 6 8 J3 6 8 TOTAL 1
H4 8 10 12 J3 6 8 10 4
Score 5 Score 5 2 STRES
TOTAL 18 Q1 Q2 Q3 Q4
B3 B4 B5 TOTAL 10 1 2 3 4
J1 2 4 6
J2 4 6 8 TOTAL 1
J3 6 8 10
Score 6

TOTAL 10
Jumlah 1-4 Tuk Statis,
Jumlah 1-3 & Tuk
Manual Handling)
90

Berikut ini adalah perhitungan nilai Exposure (E) untuk kegiatan

meniriskan kue ke wadah penirisan.

X = total skor yang diperoleh dari penilaian terhadap postur (punggung +

bahu/lengan + pergelangan tangan + leher + vibrasi + jalankan + kesulitan + stres)

X = 10 + 10 + 18 + 4 + 4 + 1 + 1 + 1 = 49

Untuk keadaan tipe tubuh adalah statis, termasuk duduk atau berdiri

dengan/tanpa pengulangan (repetitive) yang sering dan penggunaan tenaga/beban

relatif rendah Xmaks = 162

Exposure (E) dapat dihitung dengan rumus berikut ini:


57
E (%)  X 100 %  35 , 2
162
Kemudian nilai exposure akan digunakan untuk menentukan nilai level

tindakan QEC seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.22.

Tabel 4.22. Nilai Level Tindakan QEC Kegiatan Meniriskan Kue


Ke Wadah Penirisan

Persentase Total Skor Level


Tindakan
Skor Exposure Tindakan
0-40% 32-70 1 Aman

41-50% 71-88 2 Diperlukan beberapa waktu ke depan

51-70% 89-123 3 Tindakan dalam waktu dekat

71-100% 124-176 4 Tindakan sekarang juga

Karena nilai E = 35,2%, maka level tindakan untuk kegiatan meniriskan

kue ke wadah penirisan adalah 1. Tindakan yang diperlukan adalah aman


91

.Gambar 4.9. menunjukkan operator sedang penyimpanan secara manual

dan tradisional, di lihat dari postur kerja yang di lakukan terlihat jelas sikap kerja

yang tidak ergonomi sewaktu melakukan proses kegiatan pembuatan kue karah.

8. Penyimpanan

Gambar 4.9. Penyimpanan

Kuisioner QEC oleh pengamat dan pekerja pada kegiatan penyimpanan

hasil produk pada proses kerja manual dapat dilihat pada Tabel 4.23, dan

penilaian skor QEC pada tabel 4.24.


92

Tabel 4.23. Penyimpanan Hasil Produk


Nama : Noni Pekerjaan : operator pembuat kue karah
PENILAIAN PENGAMATAN PENILAIAN PEKERJAAN

A. Ketika melakukan pekerjaan, H. Berat maksimum yang diangkat


punggungnya secara manual dalam pekerjaan
A1 Hampir Netral, A2 Cukup bengkok, A1 ini
A3 Sangat bengkok H1 Ringan (5 kg atau kurang) H1
B. Pilih salah satu kegiatan berikut : H2 Sedang (6 hingga 10 kg)
 Untuk pekerjaan duduk atau berdiri, H3 Berat (11 hingga 20 kg)
apakah punggung kebayakan keadaan H4 sangat berat (lebih dari 20 kg)
staitis ? J. Rata-rata berapa lama waktu
B1 Tidak, B2 Ya yang dihabihkan untuk
 Untuk pekerjaan mengangkat, B2 pekerjaan ini? J1
membawa, mendorong / menarik, J1 Kurang dari 2 jam, J2 2hingga
pegerakan punggung 4jam
B3 Tidak sering (Sekitar 3 kali permenit J3 Lebih dari 4 jam
atau kurang K. Ketika melaksanakan
B4 Sering (Sekitar 8 kali permenit) pekerjaan ini dengan satu
B5 Sangat sering Sekitar 12 kali per menit tangan, berat maksimum yang
atau lebih) diangkat : K1
C. Ketika melakukan pekerjaan, K1 Rendah (Kurang dari 1 kg)
apakah tangan C1 K2 Sedang (1 hingga 4 kg)
C1 Dibawah pinggang, C2 Rata dada K3 Tinggi (lebih dari 4 kg)
C3 Diatas bahu L. Apkah diperlukan penglihatan
D. Apakah pergerakan bahu atau dalam pekerjaan ini?
tangan L1 Rendah (hampir tidak ada secara L1
D1 Tidak sering (Beberapa gerak D1 detil)
intermitten) L2 Tinggi (perlu detil pada beberapa
D2 Sering (Gerakan reguler dan sesaat hal)
berhenti) M. Anda menjalankan peralatan
D3 Sangat sering (Gerakan hampir terus selama:
kontinu) M1 Kurang dari 1 jam per hari M2
M2 Antara 1 dan 4 jam per hari
E. Apakah pekerjaan dilakukan dengan
M3 lebih dari 4 jam per hari
E1 Pergelangan tangan yang hampir lurus E1
E2 Pergelangan tangan yang N. Anda menggunakan peralatan
dibengkokkan bergetar:
F. Apakah gerakan yang sama N1 Tidak N1
diulangi? N2 Antara 1 dan 4 jam per hari
F1 10 kali per menit atau kurang F1 N3 Lebih dari 4 jam per hari
F2 11 hingga 20 kali per menit P. Anda merasa sulit dalam
F3 lebih dari 20 kali per menit pekerjaan ini?
G. Ketika melakukan kegiatan tersebut P1 Tidak perna, P2 Kadang, P1
apakah kepala/leher bengkok atau P3 Sering
berputar? G1 Q. Secara umum pekerjaan ini:
G1 Tidak, Q1 Tidak stres, Q2 Sedikit stres,
G2 Ya, kadang-kadang
Q1
Q3 cukup stres, Q4 Sangat stres
G3 Ya, terus-menerus
Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner QEC
93

Tabel 4.24. Penilaian Skor QEC pada Kegiata


Penyimpanan Hasil Produk
PUNGGUNG BAHU/LENGAN TANGAN LEHER
A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 G1 G2 G3
H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6 J1 2 4 6
H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 J2 4 6 8
H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 J3 6 8 10
H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 1 2 Score 1 2
Score 1 2 Score 1 2

A1 A2 A3 C1 C2 C3 F1 F2 F3 L1 L2
J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4 6 J1 2 4
J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6 8 J2 4 6
J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8 10 J3 6 8
Score 2 2 Score 2 2 Score 2 2 Score 2 2

J1 J2 J3 J1 J2 J3 J1 J2 J3 TOTAL 4
H1 2 4 6 H1 2 4 6 K1 2 4 6
H2 4 6 8 H2 4 6 8 K2 4 6 8 JALANKAN
H3 6 8 10 H3 6 8 10 K3 6 8 10 M1 M2 M3
H4 8 10 12 H4 8 10 12 Score 3 2 1 4 9
Score 3 2 Score 3 2 TOTAL 4

B1 B2 D1 D2 D3 E1 E2 GETARAN
J1 2 4 H1 2 4 6 K1 2 4 N1 N2 N3
J2 4 6 H2 4 6 8 K2 4 6 1 4 9
J3 6 8 H3 6 8 10 K3 6 8
Score 4 4 H4 8 10 8 Score 4 2 TOTAL 1
Score 4 2
B3 B4 B5 E1 E2 KESULITAN
H1 2 4 6 D1 D2 D3 J1 2 4 P1 P2 P3
H2 4 6 8 J1 2 4 6 J2 4 6 1 4 9
H3 6 8 10 J2 4 6 8 J3 6 8 TOTAL 1
H4 8 10 12 J3 6 8 10 2
Score 5 Score 5 2 STRES
TOTAL 10 Q1 Q2 Q3 Q4
B3 B4 B5 TOTAL 10 1 2 3 4
J1 2 4 6
J2 4 6 8 TOTAL 1
J3 6 8 10
Score 6

TOTAL 10
Jumlah 1-4 Tuk Statis,
Jumlah 1-3 & Tuk
Manual Handling)
94

Berikut ini adalah perhitungan nilai Exposure (E) untuk kegiatan

penyimpanan hasil produk.

X = total skor yang diperoleh dari penilaian terhadap postur (punggung +

bahu/lengan + pergelangan tangan + leher + vibrasi + jalankan + kesulitan + stres)

X = 10 + 10 + 10 + 4 + 4 + 1 + 1 + 1 = 41

Untuk keadaan tipe tubuh adalah statis, termasuk duduk atau berdiri

dengan/tanpa pengulangan (repetitive) yang sering dan penggunaan tenaga/beban

relatif rendah Xmaks = 162

Exposure (E) dapat dihitung dengan rumus berikut ini:


41
E (%)  X 100 %  25 , 3
162
Kemudian nilai exposure akan digunakan untuk menentukan nilai level

tindakan QEC seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.25.

Tabel 4.25. Nilai Level Tindakan QEC Kegiatan


Penyimpanan Hasil Produk
Persentase Total Skor Level
Tindakan
Skor Exposure Tindakan
0-40% 32-70 1 Aman

41-50% 71-88 2 Diperlukan beberapa waktu ke depan

51-70% 89-123 3 Tindakan dalam waktu dekat

71-100% 124-176 4 Tindakan sekarang juga

Karena nilai E = 25,3%, maka level tindakan untuk kegiatan penyimpanan

hasil produk adalah 2. Tindakan yang diperlukan adalah aman.

Rekapitulasi dari hasil penilaian seluruh elemen kegiatan proses

pembuatan kue karah dapat dilihat pada Tabel 4.26.


95

Tabel 4.26. Rekapitulasi Penilaian Postur Kerja Dari Keseluru


Kegiatan Dengan Metode QEC
Exposure
No Uraian Elemen Kegiatan Kreteria Tindakan
(%)
1 Pengambilan adonan ke gudang 43,8 Diperlukan beberapa
penyimpanan cetakan waktu ke depan
2 43,6 Diperlukan beberapa
Mengambil alat cetakan
waktu ke depan
3 45,6 Diperlukan beberapa
Mengetuk alat cetakan dengan alat bantu
waktu ke depan
4 Meletakan alat cetakan kewadah 43,8 Diperlukan beberapa
penampungan adonan waktu ke depan
5 Melipat dan membentuk kue dengan alat 43,8 Diperlukan beberapa
bantu waktu ke depan
6 Mengangkat dan meniriskan kue ke wadah 35,8
Aman
penirisan
7 30,2
Meniriskan kue ke wadah penirisan Aman

8 25,3
Penyimpanan Aman
Sumber : Hasil Pengolahan Data QEC

4.2.2. Gambar Mesin dan Penentuan Dimensi Mesin

JK

Control Panel

(DGT)

(TM B)

Gambar 4.10. Usulan Rancangan Mesin Pembuat Kue Karah


96

4.2.3. Pengolahan Data Antropometri

Data antropometri yang telah diukur selanjutnya diolah dengan melakukan

perhitungan uji keseragaman data, uji kecukupan data, dan uji kenormalan data

Dimensi tubuh yang diperlukan untuk merancang alat bantu mesin pembuat kue

karah adalah Tinggi Mata Berdiri (TMB), Jangkauan Tangan (JT), dan Diameter

Genggaman Tangan (DGT). Ada beberapa rumus pengujian data antrapometri

diantaranya adalah :

1. Uji Keseragaman Data

Kegunaan uji keseragaman data adalah untuk mengetahui homogenitas

data. Dari uji keseragaman data dapat diketahui apakah data berasal dari satu

populasi yang sama. Uji keseragaman data melalui tahap-tahap perhitungan yaitu:

a. Nilai rata-rata

b. Nilai standar deviasi

c. Nilai maksimum dan minimum

d. Nilai BKA dan BKB

Berikut adalah cara melakukan perhitungan rata-rata, standar deviasi dan

nilai maksimum dan minimum pada dimensi Tinggi Mata Berdiri (TMB).

Adapun persamaan yang digunakan dalam menghitung nilai rata-rata,

standar deviasi, nilai minimum dan maksimum pada masing-masing pengukuran,

seperti nilai rata-rata adalah dengan menggunakan persamaan 2.1.

a. Nilai rata-rata

Contoh :

Nilai rata-rata pada data Tinggi Mata Berdiri (TMB) adalah :


97

140  131  ...  141


  139
30

Dimana:

n = Banyaknya pengamatan

ΣXn = Jumlah pengamatan ke-n

X = X rata-rata

b. Nilai Standar Deviasi

Untuk menentukan nilai standar deviasi yaitu standar penyimpangan dari

nilai rata-ratanya pada masing-masing dimensi tubuh hasil pengukuran dapat

ditentukan dengan menggunakan persamaan 2.2.

Contoh :

Nilai Standar Deviasi pada data Tinggi Mata Berdiri (TMB) adalah :

(140  139) 2  (131  139) 2  ...  (141  139) 2


 
30  1
 4,87

c. Nilai maksimum dan minimum

Nilai maksimum adalah nilai terbesar dari data hasil pengukuran setelah

data diurutkan, sedangkan nilai minimum adalah nilai terkecil dari data hasil

pengukuran setelah data diurutkan. Nilai maksimum dan nilai minimum pada

dimensi Tinggi Mata Berdiri (TMB), adalah:

Xmaks = 144

Xmin = 130
98

d. Nilai BKA dan BKB

Hasil uji keseragaman data pada Tinggi Mata Berdiri (TMB) dengan

menggunakan tingkat kepercayaan 95% dengan menggunakan persamaan 2.3.

Di peroleh,

k =2

 = 4,87

X = 138,74 = 139 cm

BKA  X  2  139  2( 4,87 )  149

BKB  X  2  139  2( 4,87)  129

Ketentuan,

 Jika X min > BKB dan Xmaks < BKA maka Data Seragam

 Jika X min < BKB dan Xmaks > BKA maka Data Tidak Seragam

Peta kontrol untuk data diameter Tinggi Mata Berdiri dapat di lihat Pada

gambar 4.11 dibawah ini.

Gambar 4.11 Peta Kontrol Diameter Tinggi Mata Berdiri


99

Hasil Perhitungan keseragaman data untuk dimensi Tinggi Mata Berdiri

(TMB) dapat dilihat pada Tabel 4.27.

Tabel 4.27. Uji Keseragaman Data Dimensi Tinggi Mata Berdiri (TMB)
No TMB (cm) BKA BKB Keterangan
1 140 149 129 Seragam
2 131 149 129 Seragam
3 136 149 129 Seragam
4 143 149 129 Seragam
5 133 149 129 Seragam
6 143 149 129 Seragam
7 143 149 129 Seragam
8 136 149 129 Seragam
9 141 149 129 Seragam
10 130 149 129 Seragam
11 144 149 129 Seragam
12 131 149 129 Saragam
13 140 149 129 Seragam
14 140 149 129 Seragam
15 134 149 129 Seragam
16 133 149 129 Seragam
17 143 149 129 Saragam
18 142 149 129 Seragam
19 144 149 129 Seragam
20 131 149 129 Seragam
21 143 149 129 Seragam
22 144 149 129 Seragam
23 141 149 129 Seragam
24 133 149 129 Seragam
25 142 149 129 Seragam
26 143 149 129 Seragam
27 144 149 129 Seragam
28 140 149 129 Seragam
29 133 149 129 Seragam
30 141 149 129 Seragam

Sumber : Hasil Pengolahan Data


100

Hasil Perhitungan keseragaman data untuk seluruh dimensi tubuh


antropometri operator pembuatan kue tradisional (kue karah) dapat dilihat pada
Tabel 4.28. uji keseragaman data.
Tabel. 4.28. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data
No Dimensi X  Xmax Xmin BKA BKB Ket

1 JT 74,1 1,58 77 71,8 77,2 70,9 Seragam

2 TMB 139 4,87 144 130 149 129 Seragam

3 DGT 4,12 0,20 4,25 3,75 4,52 3,72 Seragam

Sumber : hasil Pengolahan Data (Uji Keseragaman Data)

2. Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data digunakan untuk menganalisa jumlah pengukuran

apakah sudah representatif, dimana tujuannya untuk membuktikan bahwa data

sampel yang diambil sudah mewakili populasi. Untuk melakukan uji kecukupan

data dengan tingkat ketelitian 5% dan tingkat kepercayaan 95% dengan menggunakan

persamaan 2.4.

Contoh perhitungan uji kecukupan data untuk dimensi. Tinggi Mata

Berdiri (TMB)

Data Tinggi Mata Berdiri (TMB) adalah

 Xi = 140 + 131 +… + 131 + 141 = 4162

 Xi 2 = 1402 + 1312 + ... + 1312 + 1412 = 578096

(  Xi ) 2 = ( 578096 cm ) 2 = 17322244

Maka:
2
 40 30(578096 )  (4162) 2 
N'    1,906080989
 4162 
101

Keterangan :

Jika N’ < N, maka data pengamatan cukup

Jika N’ > N, maka data pengamatan kurang dan perlu tambahan data

Hasil pengolahan data yang dilakukan didapat N` < N (1.90 < 30), maka

dapat disimpulkan data yang diperoleh sudah cukup. Uji kecukupan data pada

dimensi antropometri lainnya dapat dilihat pada Tabel 4.29. berikut.

Tabel. 4.29. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data

No Dimensi N  Xi  Xi 2 (  Xi ) 2 N’ Keterangan

1 JT 30 2221,5 164574,75 4935062,25 0,70 Cukup

2 TMB 30 4162 578096 17322244 1,90 Cukup

3 DGT 30 123,7 511,265 15301,69 3,79 Cukup

Sumber : Hasil Pengolahan Data (Uji Kecukupan Data)

3. Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorov-Smirnov

Uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur apakah data kita memiliki

distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik (statistik

inferensial). Alat uji yang digunakan disebut dengan uji Kolmogorov-Smirnov (uji

K-S). Dalam uji kolmogorov–smirnov yang diperbandingkan adalah distribusi

frekuensi kumulatif hasil pengamatan dengan distribusi kumulatif yang

diharapkan dengan menggunakan persamaan 2.5.

Contoh perhitungan uji Kolmogorov Smirnof untuk dimensi Diameter

Tinggi Mata Berdiri (TMB), Langkah-langkah yang diperlukan dalam pengujian

kenormalan data Tinggi Bahu Berdiri Tegak yaitu :


102

1) Data dari hasil pengamatan diurutkan dari data X terkecil sampai

data X yang terbesar, terlihat pada tabel 4.30.

Tabel 4.30. Data Antropometri X Terkecil Sampai X Terbesar

No Data 1- 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
130 131 131 131 131 133 133 133 134 136
No Data 11- 20
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
136 140 140 140 140 141 141 141 142 142
No Data 21- 30
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
143 143 143 143 143 143 144 144 144 144

2) Dari data pengamatan yang telah kita urutkan dan diberi nomor,

selanjutnya hitung nilai Fa(X)-nya, yaitu dengan:

F(X) = nomor data / total data

Misalnya, data nomor 1 dan jumlah datanya 30, maka :

1
Fa ( X )   0,033333333
30

3) Hitung nilai Z, dimana nilai Z untuk pengamatan 1 adalah :

XX 130  139


Z Z   1,848049281
 4,87

4) Dari nilai Z yang didapat, cari nilai Fe(X) dengan melihat tabel

distribusi normal. Nilai Z = -1,848049281, maka pada tabel distribusi

normal kita mendapati, Z-1,848059281 = 0,0359. Nilai tersebut kita

notasikan dengan Fe(X).


103

5) Hitung selisih nilai Fa(X) dengan Fe(X) dan diberi tanda

mutlak, serta notasikan dengan D.

Didapat :

Fa(X) = 0,033333333

Fe(X) = 0,0359

Maka :

D = |Fa(X) – Fe(X)|

=|0,033333333-0,0359|

= -0,002566667

6) Setelah mendapatkan semua nilai D, maka cari Dmaks dan bandingkan

dengan nilai Dα yang didapatkan dari tabel.

7) Dmaks untuk dimensi Tinggi Mata Berdiri (TMB) adalah, 0 ,3913 dan

Dα adalah, 0 , 8 1 0 6 , maka: kesimpulannya adalah data tersebut

berdistribusi normal karena D ≤ Dα, yaitu, 0,3913 ≤ 0,8106.

Kriteria pengambilan keputusannya adalah:

o Ho diterima apabila D ≤ Dα ; Ho ditolak apabila D ≥ Dα.

o Ho diterima artinya data berdistribusi normal.

Hasil perhitungan Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorof-Smirnov pada

dimensi Tinggi Mata Berdiri setelah dilakukan perhitungan dari seluruh sampel

maka dapat dilihat dari perhitungan akhir yang dapat dilihat pada Tabel 4.31.
104

Tabel 4.31. Hasil Perhitungan Uji Kenormalan Data


Dimensi Tinggi Mata Berdiri (TMB)
D hitung mex D tabel
No xi xbar Stdev Z Fa(x) Fe(x)
|Fa(x)-Fe(x)| mex
1 130 139 4,87 -1.848049281 0,033333333 0,0359 -0,002566667 0,8106
2 131 139 4,87 -1.642710472 0,066666667 0,0548 0,011866667 0,8106
3 131 139 4,87 -1.642710472 0.1 0.0537 0.0463 0,8106
4 131 139 4,87 -1.642710472 0.133333333 0.0537 0.079633333 0,8106
5 131 139 4,87 -1.642710472 0.166666667 0.0537 0.112966667 0,8106
6 133 139 4,87 -1.232032854 0.2 0.1112 0.0888 0,8106
7 133 139 4,87 -1.232032854 0.233333333 0.1112 0.122133333 0,8106
8 133 139 4,87 -1.232032854 0.266666667 0.1112 0.155466667 0,8106
9 134 139 4,87 -1.026694045 0.3 0.1515 0.1485 0,8106
10 136 139 4,87 -0.616016427 0.333333333 0.2643 0.069033333 0,8106
11 136 139 4,87 -0.616016427 0.366666667 0.2643 0.102366667 0,8106
12 140 139 4,87 0.205338809 0.4 0.5948 -0.1948 0,8106
13 140 139 4,87 0.205338809 0.433333333 0.5948 -0.161466667 0,8106
14 140 139 4,87 0.205338809 0.466666667 0.5948 -0.128133333 0,8106
15 140 139 4,87 0.205338809 0.5 0.5987 -0.0987 0,8106
16 141 139 4,87 0.410677618 0.533333333 0.6736 -0.140266667 0,8106
17 141 139 4,87 0.410677618 0.566666667 0.6736 -0.106933333 0,8106
18 141 139 4,87 0.410677618 0.6 0.6772 -0.0772 0,8106
19 142 139 4,87 0.616016427 0.633333333 0.6772 -0.043866667 0,8106
20 142 139 4,87 0.616016427 0.666666667 0.6772 -0.010533333 0,8106
21 143 139 4,87 0.821355236 0.7 0.8078 -0.1078 0,8106
22 143 139 4,87 0.821355236 0.733333333 0.8078 -0.074466667 0,8106
23 143 139 4,87 0.821355236 0.766666667 0.8078 -0.041133333 0,8106
24 143 139 4,87 0.821355236 0.8 0.8106 -0.0106 0,8106
25 143 139 4,87 0.821355236 0.833333333 0.8106 0.022733333 0,8106
26 143 139 4,87 0.821355236 0.866666667 0.8106 0.056066667 0,8106
27 144 139 4,87 1.026694045 0.9 0.5753 0.3247 0,8106
28 144 139 4,87 1.026694045 0.933333333 0.5753 0.358033333 0,8106
29 144 139 4,87 1.026694045 0.966666667 0.5753 0.391366667 0,8106
30 144 139 4,87 1.026694045 1 0.5753 0.4247 0,8106

Sumber : Pengolahan Data (Uji Kenornalan Data)


105

Untuk hasil rekapitulasi uji kenormalan pada dimensi- dimensi yang lain

dapat dilihat pada Tabel 4.32.

Tabel 4.32. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Uji Kolmogorov-Smirnov pada


Dimensi Antropometri Pekerja
Fa Fe D D
No dimensi X  Z Ket
(X) (X) max tabel

1 JT 74,1 0,4 1,58 -0,474683544 0,9706 0,1367 0,9706 Normal

2 TMB 139 0.9 4,78 1.026694045 0,8106 0,3914 0,8106 Normal

3 DGT 4,12 1 0,20 0,65 0,7549 0,2451 0,7549 Normal

Sumber : Pengolahan Data (Uji Kenornalan Data)

4.2.4. Perhitungan Persentil

Setelah diperoleh data antropometri dari pengukuran seluruh pekerja,

selanjutnya akan ditentukan nilai persentil. Nilai persentil yang dicari adalah nilai

persentil 5, 50, dan 95. Contoh penentuan nilai persentil adalah sebagai berikut.

Perhitungan persentil Tinggi Mata Berdiri (TMB).

P5 = X - 1,645 (  )

= 139 – 1,645 ( 4,78 )

= 131,1369 = 132 cm

P50 = X

= 139 cm

P95 = X + 1,645 (  )

= 139 + 1,645 ( 4,78 )

= 146,8631 = 147 cm
106

Nilai-nilai persentil untuk seluruh dimensi dapat dilihat pada Tabel 4.33.

Tabel 4.33. Rekapitulasi Perhitungan Persentil ke-5, 50, dan 95 untuk


Seluruh Dimensi Antropometri
No Dimensi X  P5 P50 P95

1 JT 74,05 1.58 72 74,05 77


2 TMB 139 4,78 131 139 147
3 DGT 4,12 0,20 3,791 4,12 5
Sumber : Hasil pengolahan Data ( Perhitungan Persentil )

Data perhitungan dimensi tubuh yang lain dapat dilihat pada lampiran E

4.3. Perancangan Produk

Sebelum dilakukan perancangan produk, perlu dilakukan perhitungan

persentil yang akan digunakan untuk mengetahui nilai yang menyatakan bahwa

pada persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan

atau lebih rendah dari nilai tersebut, tujuannya untuk memberikan rasa nyaman

kepada operator ketika menggunakan mesin tersebut dengan menggunakan

perhitungan persentil P50.

Pengolahan data untuk menentukan dimensi rancangan mesin pembuat

kue tradisional (kue karah) secara ergonomi ini, menggunakan prinsip penggunaan

data antropometri yang rata-rata. Dimensi mesin tersebut adalah:

1. Tinggi Batang Besi Mesin

a. Dimensi Tubuh : Tinggi Mata Berdiri (TMB)

b. Ukuran Data : Rata-rata

c. Kelonggaran : Tidak Ada

d. Tinggi Batang Besi Mesin : 139 cm


107

2. Jarak Panel Terhadap Operator

a. Dimensi Tubuh : Jangkauan Tangan (JT)

b. Ukuran Data : Rata-rata

c. Kelonggaran : Tidak Ada

d. Jarak Panel Terhadap Operator : 74,05 cm

3. Diameter Genggaman Tangan Terhadap Besi Engkol

e. Dimensi Genggaman Tangan : (DGT)

f. Ukuran Data : Rata-rata

g. Kelonggaran : Tidak Ada

h. Diameter Genggaman Tangan : 4,12 cm

Perhitungan persentil untuk dimensi tubuh yang telah diperoleh, sesuai

dengan hasil perhitungan tersebut, terlihat pada Gambar 4.12, dibawah ini:

(JK)
74,05cm

Control Panel

(DGT)
4,12cm

(TMB)
139cm

(DGT)
4,12cm

Gambar 4.12. Ukuran Dimensi Mesin


108

4.3.1. Gambaran Rancangan Mesin Pembuat Kue Karah

Tampak Samping Kanan Tampak Samping Kiri

Tampak Depan Tampak Belakang


BAB V

ANALISIS HASIL PEMECAHAN MASALAH

Dari studi awal pengukuran dan pengolahan data yang telah dilakukan

pada bab IV diperoleh analisa pengukuran kerja aktual dilakukan pada operator

pembuatan kue karah, di Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat.

Diantaranya adalah :

5.1. Analisis Postur Kerja Aktual

Elemen-elemen kegiatan pada proses pembuatan kue karah banyak

dilakukan dengan postur kerja yang tidak ergonomi. Rekapitulasi penilaian level

tindakan QEC dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Rekapitulasi Penilaian Postur Kerja Dari Keseluru Kegiatan Dengan
Metode QEC Pada Operator Pembuat Kue Karah
Exposure
No Uraian Elemen Kegiatan Kreteria Tindakan
(%)
1 Pengambilan adonan ke gudang 43,8 Diperlukan beberapa
penyimpanan cetakan waktu ke depan
2 43,8 Diperlukan beberapa
Mengambil alat cetakan
waktu ke depan
3 45,6 Diperlukan beberapa
Mengetuk alat cetakan dengan alat bantu
waktu ke depan
4 Meletakan alat cetakan kewadah 43,8 Diperlukan beberapa
penampungan adonan waktu ke depan
5 Melipat dan membentuk kue dengan alat 43,8 Diperlukan beberapa
bantu waktu ke depan
6 Mengangkat dan meniriskan kue ke wadah 35,8
Aman
penirisan
7 30,2
Meniriskan kue ke wadah penirisan Aman

8 25,3
Penyimpanan Aman
Sumber : Hasil Pengolahan Data QEC

109
110

Dari hasil penilaian QEC pada Tabel 5.1. dapat dilihat bahwa terdapat

beberapa perbedaan keluhan yang terjadi pada setiap elemen kegiatan. Hal ini

disebabkan karena:

1. Pada elemen kegiatan mengambil adonan ke gudang penyimpanan cetakan

nyaitu, diperlukan beberapa waktu ke depan (43,8%), hal ini dikarenakan

pada saat melakukan kegiatan mengambil adonan ke gudang penyimpanan

cetakan operator mengalami posisi gerakan tubuh sering dan sesaat

berhenti dengan keadaan posisi duduk jongkok.

2. Pada elemen kegiatan mengambil alat cetakan terdapat penilaian nyaitu,

diperlukan beberapa waktu ke depan (43,8%), hal ini dikarenakan pada

saat melakukan kegiatan mengambil alat khusus operator mengalami

posisi tubuh yang cukup bengkok dengan keadaan posisi duduk jongkok

3. Pada elemen kegiatan mengetuk alat cetakan dengan alat bantu terdapat

penilaian yaitu, diperlukan beberapa waktu ke depan (45,6%), hal ini

dikarenakan beban kerja yang dilakukan secara terus menerus lebih dari 20

kali permenit dan diperlukan ketelitian penglihatan yang tinggi.

4. Pada elemen kegiatan meletakan alat cetakan kewadah penampungan

adonan terdapat penilaian diperlukan beberapa waktu ke depan (43,8%),

hal ini dikarenakan pekerjaan dilakukan dengan posisi tangan yang

dibengkokokan dan gerakan postur tubuh yang tidak nyaman.

5. Pada elemen kegiatan melipat dan membentuk kue dengan alat bantu

terdapat penilaian tindakan diperlukan beberapa waktu ke depan (43,8%),

hal ini dikarenakan posisi tubuh operator yang bengkok dan dengan
111

keadaan tangan yang rata dada.

6. Pada elemen kegiatan Mengangkat dan meniriskan kue ke wadah penirisan

terdapat penilaian ( 35,8%), atau posisi kerja aman, hal ini dikarenakan

posisi kerja dengan punggung hampir netral dan berat beben kerja rendah.

7. Pada elemen kegiatan meniriskan kue ke wadah penirisan terdapat

penilaian kerja (30,2%,) dengan posisi kerja aman, hal ini dikarenakan

posisi tangan operator yang dilakukan dibawah pinggang.

8. Pada elemen kegiatan penyimpanan terdapat penilaian kerja (25,3%,)

dengan posisi kerja aman, hal ini dikarenakan berat beban kerja yang

diangkat rendah dan tanpa melakukan ketelitian penglihatan yang tinggi.

Dari hasil analisis postur kerja tersebut dapat diketahui bahwa terdapat

beberapa postur kerja yang tidak ergonomis, sehingga diperlukan perancangan

terhadap fasilitas kerja untuk mengurangi keluhan postur kerja operator.

5.2. Analisis Data Antropometri

Dalam analisis ini akan dibahas mengenai beberapa dimensi tubuh yang

dipakai dalam merancang mesin pembuat kue tradisional (kue karah) secara

ergonomi yang dapat mengurangi cedera otot dikarenakan postur kerja aktual

yang selama ini dilakukan tidak ergonomi dan dilakukan secara manual atau

tradisional, Untuk dapat merancang mesin kue karah maka diperlukan beberapa

dimensi tubuh yang dibutuhkan dalam merancang mesin usulan ini yaitu:

a. Tinggi Mata Berdiri (TMB) digunakan untuk menentukan tinggi batang

besi mesin, yaitu 139 cm


112

b. Jangkauan Tangan (JT) digunakan untuk menentukan jarak jangkauan

tangan operator terhadap box panel mesin, yaitu 74,05 cm

c. Diameter Genggaman Tangan (DGT) digunakan untuk gengaman tangan

batang engkol besi dudukan mesin dan alas kompor yaitu , 4,12 cm

5.3. Perbandingan Antara Metode Kerja Aktual dan Usulan

Perbandingan antara metode kerja aktual dan metode kerja usulan dapat

pada tabel 5.2. berikut.

Tabel 5.2. Metode Kerja Kktual dan Usulan

Aktual Usulan
No Uraian Elemen Kegiatan
Waktu Kelelahan Kerja
Pengambilan adonan ke gudang penyimpanan
1 20 Detik 10
cetakan

2 Mengambil alat cetakan 5 Detik -

3 Mengetuk alat cetakan dengan alat bantu 60 Deik -

Meletakan alat cetakan kewadah penampungan


4 5 Detik -
adonan
5 Melipat dan membentuk kue dengan alat bantu 10 Detik 10 Detik
Mengangkat dan meniriskan kue ke wadah
6 5 Detik 5 Detik
penirisan
7 Meniriskan kue ke wadah penirisan 10 Detik 10 Detik
8 Penyimpanan 5 Detik 5 Detik
Total Waktu 120 Detik 40 Detik

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa metode kerja usulan dengan

menggunakan mesin pembuat kue karah dapat menghilangkan waktu kelelahan

kerja yang selama ini dilakukan dari berbagai uraian elemen kegiatan kerja aktual,
113

yaitu, mengambil alat cetakan, mengetuk alat cetakan dengan alat bantu,

meletakan alat cetakan kewadah penampungan adanan, dengan pengurangan

waktu kelelahan total siklus pembuatan kue karah sebersar 70 detik, dan di

tambah kegiatan tambahan setelah perangcangan yaitu 10 detik sehingga total

kelelahan menjadi 50 detik untuk kegiatan produksi kue karah dengan

menggunakan mesin.

5.4. Gambaran Mesin dan Komponen Mesin

Untuk memperjelas gambaran mesin dan komponen mesin dapat dilihat

pada keterangan gambar di bawah ini.

(2) Elektro M otor


(Dinam o)
(1) K ontrol panel
Pow er, Tim er, Saklar Trafo

Control Panel

(4) Engkolan Pedal


(3) M esin G etar dudukan M esin

(5) Puli M esin

(6) Tiang Besi M esin

(7) Engkolan Pedal


D udukan Alas Kom por
(8)Alas Dudukan
K om por

(9) Kaki
M sen

Gambar 5.1. Gambar Mesin dan Komponen Mesin


114

Bagian utama komponen mesin pembuat kue karah yang sangat penting

dalam mendukung fungsi mesin dapat dirincikan sebagai berikut :

1. Kontrol Panel

Kontrol panel digunakan sebagai alat kontrol mesin yang terdiri dari

beberapa alat kontrol diantaranya adalah :

a. Tombol power on/off digunakan sebagai alat kontrol untuk

menghidupkan dan mematikan mesin.

b. Timer digunakan sebagai alat kontrol mesin yang berfumgsi untuk

mengaturan waktu siklus penghidupan mesin disaat beroperasi.

c. sklar trafo digunakan sebagai alat kontrol mesin untuk pengaturan

putaran mesin disaat beroperasi.

2. Elektro Motor

Elektro motor digunakan sebagai alat pengerak putaran puli mesin dengan

menghubungkan tali kipas dan puli mesin didalam gear box mesin, elektro

motor dioperasikan dengan timer sesuai dengan waktu siklus yang

ditentukan operator.

3. Mesin Getar

Mesin getar digunakan sebagai alat penggetar mesin sehingga adonan kue

jatuh kewadah penggorengan secara terus menerus, mesin getar

dioperasikan dengan timer sesuai dengan waktu siklus yang ditentukan

operator.

4. Ekolan pedal mesin

Ekolan pedal mesin digunakan sebagai alat penyetelan dudukan mesin dan
115

kompor sehingga kedudukanya dapat disesuaikan sebagaimana semestinya

dengan cara memutar pedal mesin tersebut.

5. Puli Mesin

Puli mesin digunakan sebagai alat peletak cetakan kue karah yang

dihubungkan dengan poros besi puli yang berbentu lempengan besi bulat

alat cetakan juga dilengkapi dengan tuas kelok yang berfungsi untuk

menutup lubang-lubang cetakan.

6. Tiang Besi Mesin

Tingan besi mesin digunakan sebagai alat penyanggak mesin dengan

membentuk gear sehingga terlihat seperti besi ulir pada badan besi yang

berfungsi sebagai naik turunya mesin kue karah dan mesin juga bisa di

putar kekanan dan kekiri.

7. Alas Dudukan Kompor

Alas dudukan kompor digunakan sebagai alat dudukan kompor yang

dilengkapi enkolan pedal, sehingga dudukan kompor dapat disesuaikan

dengan baik dudukan kompor berbentuk empat persegi lempengan

8. Kaki Mesin

Kaki mesin digunakan sebagai alat penopang seruluh badan mesin dan

juga sebagai menyeimbang kedudukan badan mesin yang terbuat dari

lempengan besi padat .


116

5.4.1. Proses Produksi Pembuatan Kue Karah Usulan

Pada proses produksi pembuatan kue karah yang secara semi otomatis

dengan menggunakan mesin kue karah memiliki berbagai tahapan produksi,

berikut adalah Flow Process Chart pembuatan kue karah usulan.

Gambar 5.2. Flow Proses Chart Proses Produksi Kue Karah Aktual

5.5. Standard Operating Procedure (SOP)

Perancangan SOP berdasarkan usulan mesin pembuat kue tradisional (kue

karah) adalah sebagai berikut:


117

1. Persiapan Start Mesin

a. Masukan Adonan Kue Kewadah Penampungan Adonan Kue

b. Setel kedudukan kopor pada posisi lurus puli mesin

2. Start Mesin

a. Atur waktu siklus operasi mesin pada timer mesin (Kontrol Panel)

b. Tekan tombal power mesin pada posisi ON (Kontrol Panel)

c. Atur Putaran mesin pada saklar trafo (Kontrol Panel)

3. Mematikan Mesin

a. Tutup wadah penampungan adonan ( Alat Cetakan)

b. Tekan tombol power mesin pada pasisi OFF (Kontrol Panel)

5.6. Perbandingan Kondisi Kerja Aktual dengan Usulan

Dari hasil perancangan fasilitas kerja maka akan diperoleh kondisi yang
baru pada proses pembuatan kue karah sehingga pekerjaan menjadi lebih mudah.
Adanya beberapa perbaikan kondisi kerja antara lain pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Perbandingan Kondisi Kerja Aktual dan Usulan


N
Aktual Usulan
o
Operator dibagian pengambilan alat cetakan Operator dibagian kegiatan pengambilan alat
harus mengambil alat dan meletakan alat cetakan dan meletakan alat cetakan tidak lagi
1 cetakan tersebut dengan postur kerja yang di lakukan karena perancangan mesin sudah di
tidak aman dan nyaman dikarenakan badan lengkapi dengan fasilitas penganti alat cetakan
operator harus berputar tersebut

Operator dibagian mengetuk alat cetakan Operator dibagian mengetuk alat cetakan
dengan alat bantu harus mengatami dengan alat bantu tidak lagi mengalami
2
kegiatan mengetuk secara terus- menerus kegiatan pengetukan karenakan perancangan
dengan postur kerja yang tidak ergonomi mesin sudah di lengkapi dengan mesin getar
DAFTAR PUSTAKA

Grandjen, E., 1986. Fitting the task to the man. A textbook of occupational

ergonomic. New york : Philadelphia

Prece, S. A,. and wilson, patofisiogi konsep klinik proses – proses penyakit,

jakarta : penerbit kedokteran EGC

Kozier, G., 1987. Fundamentals of nursing, new jesey butterworth publisher

Suma’mur P,K., 1996. Higienes perusahaan dan kesehatan kerja, jakarta : CV haji

Masagung

Internet, www.google.com. analisa resiko permasalahan berwirausaha, faktor

internal dan eksternal. (2011)

Suma’mur, prinsip ergonomi di tempat kerja. ITB, 1993

Sriwarno, A. Bagus. Efek Ketinggian Permukaan Duduk Terhadap Beban Kerja

Dalam Posisi Kerja Jongkok. Bandung: ITB, 2008.

Eko Nurmianto, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, edisi kedua, Guna

Widya, Surabaya, 2004.

Tarwaka.dkk, Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas,

Uniba Press, Surakarta, 2004.

Li, Guangyan dan Peter Buckle. Quick Exposure Checklist (QEC)for the

Assessment of Workplace Risks for WMSDs. Newyork: CRC Press

LLC. 2005

Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan.

Jakarta: Prestasi,Pustaka.
DAFTAR PUSTAKA
( LANJUTAN )

Kim, K.Y.,Wang,Y.,Muogboh,O.S., and Nnaji, B.O.,Design Formalism for

CollaborativeAssembly Design, Comput. Aided Des., 36, 849–871, 2004

(the special issue on Distributed CAD).

Cross, Nigel. 1994. Engineering Design Method. New York : John Wiley & Sons

.Inc

Liliana Y.P. 2007. Pertimbangan Antropometri pada Pendesainan. Seminar

Nasiona lII. SDM Teknologi Nuklir. Yogyakarta.

Sritomo Wignjosoebroto. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Guna Widya,

Surabaya, 1995.p.60

Andi Supangat, Statistika dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan Nonparametrik,

Jakarta, Kencana, 2008, p.307-311

Sutalaksana, I.Z., dkk. 2006. ”Teknik perancangan sistem kerja”. ITB, Bandung.

Moh. Nazir,. Definisi Metode Deskriptif, Metode Penelitian, Jakarta 1988.

www.acehpedia.org

http://Ads .Wordpress.com/Resiko Usaha/2011

http://www.harianaceh.co.id/10 kuliner khas tradisional aceh/2014

http//www.acehpedia.org/makanan tradisional aceh/, kue karah, 2012

Anda mungkin juga menyukai