Anda di halaman 1dari 6

LABORATORIUM KIMIA DASAR

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN LARUTAN BAKU

DISUSUN OLEH :

NAMA : MURIATY MUCHLIS RAHIM

NO.STAMBUK : 12.201.0625

KELAS / KELOMPOK : L12 / 4 (EMPAT)

ASISTEN : FADLI AKBAR

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

MAKASSAR

2012
LARUTAN BAKU PRIMER DAN SEKUNDER

Posted on Mei 22, 2009 by rajaki

Larutan baku adalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui konsentrasinya.
Terdapat 2 macam larutan baku, yaitu:

1. Larutan baku primer Adalah suatu larutan yang telah diketahui secara tepat
konsentrasinya melalui metode gravimetri. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan
sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti zat pereaksi tersebut dan dilarutkan
dalam volume tertentu. Contoh: K2Cr2O7, AS2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.

Syarat-syarat larutan baku primer:


 mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan(jika mungkin pada suhu 110-120
derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni.
 tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di udara.
 zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan
tertentu.
 sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar,
sehingga kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan.
 zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
 reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik
dan langsung. kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan
secara tepat dan mudah.

2. Larutan baku sekunder Adalah suatu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan
jalan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri.
Contoh: AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2

Syarat-syarat larutan baku sekunder: –


 derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
 mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
 larutannya relatif stabil dalam penyimpanan
SATUAN KONSENTRASI pada LARUTAN

Larutan adalah campuran serba sama antara komponen zat terlarut dan komponen pelarut. Hubungan
kuantitatif antara zat terlarut dengan pelarut dalam suatu larutan disebut konsentrasi atau kepekaan.
Kita kenal beberapa satuan konsentrasi yang umum antara lain :

a.Persen

Persen adalah hubungan yang menyatakan banyaknya bagian zat terlarut dalam setiap seratus bagian
larutan. Satuan persen terdiri atas beberapa macam yaitu : Persen berat per volume (V/V)

b. Molar

Molar atau molaritas adalah sistem konsentrasi yang menyatakan banyaknya mol zat yang terkandung
dalam satu liter larutan.

M = Mol/liter M = mmol/ml M = gr/Mr x 1000/ml

c. Normal (N)

Normal atau normalitas adalah banyaknya eqivalen zat terlarut yang terkandung dalam setiap liter
larutan.

N = grek/liter BE = BM/ev grek = gr/BE x 1/ltr

N = gr x ev/BM x vol

d. Molal (m)

Molal atau molalitas adalah perbandingan antara jumlah zat terlarut dalam setiap kilogram pelarutnya.

m = mol zat terlarut/kg pelarut m = gr/BM x 1000/p

e. Fraksi mol (X)

Fraksi mol merupakan perbandingan mol zat terlarut terhadap jumlah mol larutan.

X = mol zat terlarut/mol larutan X = n1/n1 + n2

f. Part per million (ppm)


Parts per million (ppm) merupakan satuan konsentrasi yang sangat encer atau disebut juga bagian
persejuta.
ppm = mol zat terlarut/106 mg air atau ppm = mol zat terlarut/liter larutan

Untuk melarutkan bahan-bahan kimia yang tergolong eksotermik, seperti asam sulfat atau natrium
hidroksida, maka yang dimasukkan ke dalam gelas piala lebih dahulu adalah pelarutnya/air, kemudian
ditambahkan sedikit demi sedikit bahannya sambil diaduk dan didinginkan (biasanya wadah direndam
dalam air). Hal ini disebabkan karena bahan kimia ekstremik jika direaksikan dengan air akan
menimbulkan pana, sehingga jika bahan kimianya yang dimasukkan dengan sedikit air pada awal reaksi
akan menimbulkan panas. Akibatnya dapat menyebabkan ledakan kecil atau wadahnya dapat pecah.
Jika kita hendak membuat larutan dari bahan yang wujudnya cair, maka pekerjaan ini disebut
pengenceran. Pertama-tama harus diketahui konsentrasi atau kadar dari zat cair induk. Dengan
mengetahui konsentrasinya dapat dihitung jumlah larutan induk yang harus diencerkan sampai volume
tertentu yang diinginkan dengan menggunakan rumus pengenceran sebagai berikut :

V1 x N1 = V2 x N2

Ket :

V1 = Volume larutan induk (diketahui konsentrasinya) yang akan dipipet.


V2 = Volume larutan yang diinginkan.
N1 = Konsentrasi larutan induk.
N2 = Konsentrasi larutan yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Mikfar Uji Fenol
    Laporan Mikfar Uji Fenol
    Dokumen27 halaman
    Laporan Mikfar Uji Fenol
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Tugas Humaniora
    Tugas Humaniora
    Dokumen10 halaman
    Tugas Humaniora
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Laporan Mikfar Potensi Antibiotik
    Laporan Mikfar Potensi Antibiotik
    Dokumen14 halaman
    Laporan Mikfar Potensi Antibiotik
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Antiseptik
    Antiseptik
    Dokumen1 halaman
    Antiseptik
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Laporan Mikfar Pengecatan Mo
    Laporan Mikfar Pengecatan Mo
    Dokumen29 halaman
    Laporan Mikfar Pengecatan Mo
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Tugas Humaniora
    Tugas Humaniora
    Dokumen10 halaman
    Tugas Humaniora
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • FARMASI
    FARMASI
    Dokumen2 halaman
    FARMASI
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Final Word
    Final Word
    Dokumen1 halaman
    Final Word
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Laporan Mikfar Kapang Khamir
    Laporan Mikfar Kapang Khamir
    Dokumen5 halaman
    Laporan Mikfar Kapang Khamir
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Isbd 2
    Isbd 2
    Dokumen7 halaman
    Isbd 2
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Isbd 3
    Isbd 3
    Dokumen17 halaman
    Isbd 3
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Sampul Kimia
    Sampul Kimia
    Dokumen10 halaman
    Sampul Kimia
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Laporan Mikfar Perhitungan Mo
    Laporan Mikfar Perhitungan Mo
    Dokumen4 halaman
    Laporan Mikfar Perhitungan Mo
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Isbd 1
    Isbd 1
    Dokumen25 halaman
    Isbd 1
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Judul Karya Ilmiah
    Judul Karya Ilmiah
    Dokumen1 halaman
    Judul Karya Ilmiah
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • FARMASI
    FARMASI
    Dokumen4 halaman
    FARMASI
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • FARMASI
    FARMASI
    Dokumen4 halaman
    FARMASI
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • F
    F
    Dokumen28 halaman
    F
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Kti Muriaty MR
    Kti Muriaty MR
    Dokumen19 halaman
    Kti Muriaty MR
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Ddif 3
    Ddif 3
    Dokumen9 halaman
    Ddif 3
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Laboratorium Fisika Farmasi
    Laboratorium Fisika Farmasi
    Dokumen1 halaman
    Laboratorium Fisika Farmasi
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Lanjutan Agama
    Lanjutan Agama
    Dokumen3 halaman
    Lanjutan Agama
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • F
    F
    Dokumen28 halaman
    F
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Ddif 2
    Ddif 2
    Dokumen22 halaman
    Ddif 2
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Sampul Sukma
    Sampul Sukma
    Dokumen8 halaman
    Sampul Sukma
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Sampul Sukma
    Sampul Sukma
    Dokumen8 halaman
    Sampul Sukma
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Sampul Resli
    Sampul Resli
    Dokumen8 halaman
    Sampul Resli
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Sampul Laporan Pribadi Leny
    Sampul Laporan Pribadi Leny
    Dokumen8 halaman
    Sampul Laporan Pribadi Leny
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Sampul Paul
    Sampul Paul
    Dokumen8 halaman
    Sampul Paul
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat