Anda di halaman 1dari 7

Bab III

Integrasi Nasional
A. Pengertian Integrasi Nasional
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan
yang ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara
nasional.Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik
dari kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi
bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau
mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain
menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang
baru.Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang melimpah itu akan menghasilkan
karakter atau manusia-manusia yang berbeda pula sehingga dapat mengancam
keutuhan bangsa Indonesia.
Integrasi suatu bangsa terjadi karena adanya perpaduan dari berbagai unsur, seperti
suku bangsa, tradisi, kepercayaan atau agama, sosial budaya, dan budaya ekonomi
sehingga terwujud satu kesatuan wilayah, politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang
membentuk jati diri suatu bangsa. Menurut Liddle, suatu integrasi nasional yang
tangguh hanya bisa berkembang apabila :
1. Sebagian besar anggota suatu masyarakat bersepakat tentang batas-batas
teritorial dari negara sebagai suatu kehidupan politik di mana mereka menjadi
warganya.
2. Apabila sebagian besar anggota masyarakat tersebut bersepakat
mengenai struktur pemerintahan dan aturan-aturan daripada proses-proses
politik yang berlaku bagi seluruh masyarakat diatas wilayah negara tersebut.
Suatu konsensus nasional mengenai bagaimana suatu kehidupan bersama sebagai
bangsa harus diwujudkan atau diselenggarakan, melalui suatu konsensus nasional
mengenai “sistem nilai” yang akan mendasari hubungan-hubungan sosial di antara
anggota suatu masyarakat negara. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan
adalah:
1. Melakukan pengorbanan sebagai langkah penyesuaian antara banyak
perbedaan, perasaan, keinginan dan ukuran penilaian.
2. Mengembangkan sikap toleransi di dalam kelompok sosial.
3. Terciptanya kesadaran dan kesediaan untuk mencapai suatu konsensus.
4. Mengidentifikasi akar persamaan di antara kultur-kultur etnis yang ada.
5. Kemampuan segenap kelompok yang ada untuk berperan secara
bersama-sama dalam kehidupan budaya dan ekonomi.
6. Mengakomodasi timbulnya etnis.
7. Upaya yang kuat dalam melawan prasangka dan diskriminasi.
8. Menghilangkan pengkotak-pengkotakan kebudayaan.
Dalam konteks Indonesia, maka proses integrasi nasional haruslah berjalan alamiah,
sesuai dengan keanekaragaman budayanya dan harus lepas dari hegemoni dan
dominasi peran politik etnik tertentu. Suatu integrasi nasional yang tangguh hanya akan
berkembang di atas konsensus nasional mengenai batas-batas suatu masyarakat politik
dan sistem politik yang berlaku bagi seluruh masyarakat tersebut. Adapun batas-batas
konsensus nasional adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1 Batas Konsensus Nasional

Dalam buku berjudul Ethnicity, Party and National Integration: An Indonesia Case Study,
William Liddle menulis bahwa masalah integrasi bangsa timbul dari dua dimensi, yaitu
dimensi horizontal dan vertical.
Gambar 3.2 Dimensi Integrasi Bangsa

Bagan di atas sedikit banyak menjelaskan bahwa masalah-masalah yang mungkin


timbul dalam proses integrasi dipengaruhi oleh 2 dimensi, yang pertama adalah
dimensi horizontal primordial, berupa masalah yang disebabkan karena adanya
perbedaan ras, suku, dan agama. Dalam konteks ini jelas masalah SARA merupakan
penyulut utama konflik jika masing-masing golongan tidak memiliki toleransi yang
tinggi terhadap golongan yang lain. Dan dimensi vertikal berupa masalah yang
ditimbulkan oleh muncul dan berkembangnya semacam jurang pemisah (gap) antara
golongan elit nasional yang sangat kecil jumlahnya dengan mayoritas terbesar rakyat
biasa (massa). Tidak bisa dipungkiri bahwa pemerintah sebagai pemangku kebijakkan
seringkali membuat suatu kebijakan yang tidak berpihak kepada masyarakat, dan hanya
mementingkan kepentingan golongan tertentu. Hal ini tentunya akan menimbulkan
pergolakan pada masyarakat yang merasa terintimidasi dan terugikan oleh kebijakan
yang dibuat tersebut. Berdasarkan dua dimensi tersebut, maka perlu kiranya
memandang suatu bentuk integrasi nasioal dengan upaya meminimalisir masalah-
masalah dari dimensi vertikal dan horizontal dalam suatu negara.
B. Faktor-faktor pendorong integrasi nasional
`Faktor-faktor pendorong integrasi nasional sebagai berikut:
1. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.
2. Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimanadinyatakan dalam
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
3. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan
perjuangan merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
4. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan
oleh banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.
5. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan,
Pancasila dan UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa
kesatuan bahasa Indonesia
C. Faktor-faktor Penghambat IntegrasiNasional
Faktor-faktor penghambat integrasi nasional sebagai berikut:
1. Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor
kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama
yang dianut, ras dan sebagainya.
2. Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh
lautan luas.
3. Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong
keutuhan, kesatuan dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar
negeri.
4. Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil
pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah
SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan,
demonstrasi dan unjuk rasa.
5. Adanya paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan
kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
D. Contoh Integrasi
Contoh wujud integrasi nasional, antara lain sebagai berikut:
1) Pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta oleh Pemerintah Republik
Indonesia yang diresmikan pada tahun 1976. Di kompleks Taman Mini Indonesia Indah
terdapat anjungan dari semua propinsi di Indonesia (waktu itu ada 27 provinsi). Setiap
anjungan menampilkan rumah adat beserta aneka macam hasil budaya di provinsi itu,
misalnya adat, tarian daerah, alat musik khas daerah, dan sebagainya.
2) Sikap toleransi antarumat beragama, walaupun agama kita berbeda dengan teman,
tetangga atau saudara, kita harus saling menghormati.
3) Sikap menghargai dan merasa ikut memiliki kebudayan daerah lain, bahkan mau
mempelajari budaya daerah lain, misalnya masyarakat Jawa atau Sumatra, belajar
menari legong yang merupakan salah satu tarian adat Bali. Selain anjungan dari semua
propinsi di Indonesia, di dalam komplek Taman Mini Indonesia Indah juga terdapat
bangunan tempat ibadah dari agama-agama yang resmi di Indonesia, yaitu masjid
(untuk agama Islam), gereja (untuk agama Kristen dan Katolik), pura (untuk agama
Hindu) dan wihara (untuk agama Buddha). Perlu diketahui, bahwa waktu itu agama
resmi di Indonesia baru 5 (lima) macam.
Contoh-contoh pendorong integrasi nasional :
1) Adanya rasa keinginan untuk bersatu agar menjadi negara yang lebih maju dan tangguh
di masa yang akan datang.
2) Rasa cinta tanah air terhadap bangsa Indonesia.
3) Adanya rasa untuk tidak ingin terpecah belah, karena untuk mencari kemerdekaan itu
adalah hal yang sangat sulit.
4) Adanya sikap kedewasaan di sebagian pihak, sehingga saat terjadi pertentangan pihak
ini lebih baik mengalah agar tidak terjadi perpecahan bangsa.
5) Adanya rasa senasib dan sepenanggungan.
6) Adanya rasa dan keinginan untuk rela berkorban bagi bangsa dan negara demi
terciptanya kedamaian.

http://yulian-vony.blogspot.com/2012/12/konflik-dalam-masyarakat-indonesia-dan.html

INTEGRASI NASIONAL

INTEGRASI NASIONAL
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada pada suatu negara
sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun
wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa memanfaatkan kekayaan
alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun
selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui
dengan wilayah dan budaya yang melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia manusia yang berbeda
pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
Faktor-faktor pendorong integrasi nasional sebagai berikut:
1. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.
2. Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah Pemuda
tanggal 28 Oktober 1928.
3. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan merebut, menegakkan,
dan mengisi kemerdekaan.
4. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan oleh banyak pahlawan
bangsa yang gugur di medan perjuangan.
5. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 1945,
bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa kesatuan bahasa Indonesia.
Faktor-faktor penghambat integrasi nasional sebagai berikut:
1. Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor kesukubangsaan dengan masing-
masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut, ras dan sebagainya.

2. Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan luas.
3. Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong keutuhan, kesatuan
dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
4. Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan menimbulkan
berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan
separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa.
5. Adanya paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan kelebihan-kelebihan
budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
Contoh wujud integrasi nasional, antara lain sebagai berikut:
1. Pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta oleh Pemerintah Republik Indonesia yang
diresmikan pada tahun 1976. Di kompleks Taman Mini Indonesia Indah terdapat anjungan dari semua propinsi
di Indonesia (waktu itu ada 27 provinsi). Setiap anjungan menampilkan rumah adat beserta aneka macam hasil
budaya di provinsi itu, misalnya adat, tarian daerah, alat musik khas daerah, dan sebagainya.
2. Sikap toleransi antarumat beragama, walaupun agama kita berbeda dengan teman, tetangga atau saudara, kita
harus saling menghormati.
3. Sikap menghargai dan merasa ikut memiliki kebudayan daerah lain, bahkan mau mempelajari budaya daerah
lain, misalnya masyarakat Jawa atau Sumatra, belajar menari legong yang merupakan salah satu tarian adat Bali.
Selain anjungan dari semua propinsi di Indonesia, di dalam komplek Taman Mini Indonesia Indah juga terdapat
bangunan tempat ibadah dari agama-agama yang resmi di Indonesia, yaitu masjid (untuk agama Islam), gereja
(untuk agama Kristen dan Katolik), pura (untuk agama Hindu) dan wihara (untuk agama Buddha). Perlu
diketahui, bahwa waktu itu agama resmi di Indonesia baru 5 (lima) macam.
Contoh-contoh pendorong integrasi nasional :
- Adanya rasa keinginan untuk bersatu agar menjadi negara yang lebih maju dan tangguh di masa yang akan
datang.
- Rasa cinta tanah air terhadap bangsa Indonesia
- Adanya rasa untuk tidak ingin terpecah belah, karena untuk mencari kemerdekaan itu adalah hal yang sangat
sulit.
- Adanya sikap kedewasaan di sebagian pihak, sehingga saat terjadi pertentangan pihak ini lebih baik mengalah
agar tidak terjadi perpecahan bangsa.
- Adanya rasa senasib dan sepenanggungan
- Adanya rasa dan keinginan untuk rela berkorban bagi bangsa dan negara demi terciptanya kedamaian
Sumber refensi dari

http://info-83.blogspot.com/2011/11/integrasi-nasional.html
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20101111180256AAabvMy
http://putriwindu.wordpress.com/2012/04/29/integrasi-nasional/

Integrasi Nasional dan Toleransi

A. Integrasi Nasional

1. Pengertian Integrasi Nasional

Istilah integrasi nasional berasal dari dua kata yaitu integrasi dan nasional. Istilah integrasi
mempunyai arti pembauran/penyatuan sehingga menjadi kesatuan yang utuh / bulat. Istilah
nasional mempunyai pengertian kebangsaan, bersifat bangsa sendiri, meliputi suatu bangsa seperti
cita-cita nasional, tarian nasional, perusahaan nasional (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 1989 dalam
Suhady 2006: 36).

Di Indonesia istilah integrasi masih sering disamakan dengan istilah pembauran atau asimilasi,
padahal kedua istilah tersebut memiliki perbedaan. Integrasi diartikan dengan integrasi kebudayaan,
integrasi social, dan pluralisme social. Sementara pembauran dapat berarti penyesuaian antar dua
atau lebih kebudayaan mengenai beberapa unsur kebudayaan(culutural traits) mereka yang berbeda
atau bertentangan, agar dapat dibentuk menjadi suatu sistem kebudayaan yang selaras (harmonis).

Dengan demikian Integrasi nasional dapat diartikan penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari
suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh, atau memadukan masyarakat-
masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa (ICCE,2007). Masalah integrasi
nasional di Indonesia sangat kompleks dan multidimensional. Untuk mewujudkan deperlukan
keadilan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dengan tidak membedakan ras, suku, agama,
bahasa, gender, dan sebagainya. Sebenarnya upaya membangun keadilan, kesatuan, dan persatuan
bangsa merupakan bagian dari upaya membangun dan membina stabilitas politik disamping upaya
lain seperti banyaknya keterlibatan pemerintah dalam menentukan komposisi dan mekanisme
parlemen.

Dengan demikian upaya integrasi nasional dengan strategi yang mantap perlu dilakukan terus
agar terwujud integrasi bangsa Indonesia yang diinginkan. Upaya pembangunan dan pembinaan
integrasi nasional ini perlu, karena pada hakikatnya integrasi nasional tidak lain menunjukkan tingkat
kuatnya kesatuan dan persatuan bangsa yang diinginkan (Mahfud, 1993). Pada akhirnya persatuan
dan kesatuan bangsa inilah yang dapat lebih menjamin terwujudnya negara yang makmur aman dan
tenteram. Jika melihat konflik yang terjadi di Aceh, Ambon, Kalimantan Barat, dan Papua merupakan
cermin dari belum terwujudnya integrasi nasional yang diharapkan selama ini.

Jika pada masa Orde Baru, ancaman terbesar bagi integrasi nasional cenderung datang dari
akumulasi kekecewaan daerah terhadap pusat, atau konflik yang bersifat vertical, maka dewasa ini,
kekerasan dan konflik horizontal menjelma menjadi ancaman serius bagi integrasi nasiona. Kuatnya
tradisi dominasi kekuatan politik otoriter selama 32 tahun sebagai pemaksa utama integrasi nasional
menimbulkan kekhawatiran besar atas kemampuan bangsa ini untuk secara demokratis mengelola
perbedaan dan mengatasi konflik internal.

Untuk keluar dari berbagai komplikasi permasalahan mengenai konflik dan integrasi nasional,
perlu deteliti sisi lain dari konflik menurut Dahrendorf, yaitu bahwa konflik juga dilihat sebagai
mekanisme alamiah dalam konteks rekonstruksi social untuk mencari keseimbangan baru dalam
masyarakat. Karenanya, jika mengacu kepada sisi tersebut, analisis terhadap, konflik kekerasaan
yang kini terjadi dapat diarahkan untuk mengidentifikasi unsur-unsur disintegrasi, serta kemudian
menghilangkan unsure-unsur tersebut guna mencapai keseimbangan baru baru. Unsur-unsur
disintegratif yang paling menonjol dewasa ini seperti yang telah diurai diatas adalah menonjolnya
sifat ekstrimitas, deficit kepercayaan social dan ambruknya nilai-nilai kemanusiaan.

Unsur-unsur disintegratif tersebut hanaya dapat dihilangkan dengan cara melakukan proses
transformasi konflik, yaitu menyalurkan energy negatif kepada saluran-saluran alternatif yang akan
mengelola konflik tersebut. Karenanya, untuk mengatasi komplikasi antara konflik kekerasan, politik
identitas dan konsolidasi demokrasi, diperlukan komitmen politik dari para elit politik untuk memulai
suatu projek jangka panjang, merumuskan suatu cetak biru mengenai strategi dan taktik proses
nation building untuk membangun kultur baru bangsa yang mengapresiasi perbedaan sebagai modal
social dan mencetak generasi yang terinspirasi oleh kata-kata bijak dai Voltaire (1694-1778): I datest
what you say but will defend to the death your right to say it.

2. Faktor-faktor pendorong integrasi nasional sebagai berikut:

a. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.


b. Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah
Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.

c. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan merebut,
menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.

d. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan oleh banyak
pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.

e. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan
UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa kesatuan bahasa
Indonesia.

f. Adanya simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda Pancasila, dengan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika.

g. Pengembangan budaya gotong royong yang merupakan ciri khas kepribadian bangsa Indonesia
secara turun temurun.

3. Faktor-faktor penghambat integrasi nasional sebagai berikut:

a. Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor kesukubangsaan


dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut, ras dan
sebagainya.

b. Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan luas.

c. Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong keutuhan,
kesatuan dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

d. Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan


menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan
Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa.

e. Adanya paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan kelebihan-
kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.

f. Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa, baik melewati kontak langsung maupun kontak tidak langsung.

g. Kontak langsung, antara lain melalui unsur-unsur pariwisata, sedangkan kontak tidak langsung,
antara lain melalui media cetak (majalah, tabloid), atau media elektronik (televisi, radio, film,
internet, telepon seluler yang mempunyai fitur atau fasilitas lengkap).

http://onal-artikel.blogspot.com/2011/02/blog-post.html

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Mikfar Uji Fenol
    Laporan Mikfar Uji Fenol
    Dokumen27 halaman
    Laporan Mikfar Uji Fenol
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Tugas Humaniora
    Tugas Humaniora
    Dokumen10 halaman
    Tugas Humaniora
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Laporan Mikfar Potensi Antibiotik
    Laporan Mikfar Potensi Antibiotik
    Dokumen14 halaman
    Laporan Mikfar Potensi Antibiotik
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Antiseptik
    Antiseptik
    Dokumen1 halaman
    Antiseptik
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Laporan Mikfar Pengecatan Mo
    Laporan Mikfar Pengecatan Mo
    Dokumen29 halaman
    Laporan Mikfar Pengecatan Mo
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Tugas Humaniora
    Tugas Humaniora
    Dokumen10 halaman
    Tugas Humaniora
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • FARMASI
    FARMASI
    Dokumen4 halaman
    FARMASI
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Final Word
    Final Word
    Dokumen1 halaman
    Final Word
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Laporan Mikfar Kapang Khamir
    Laporan Mikfar Kapang Khamir
    Dokumen5 halaman
    Laporan Mikfar Kapang Khamir
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Isbd 1
    Isbd 1
    Dokumen25 halaman
    Isbd 1
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Isbd 3
    Isbd 3
    Dokumen17 halaman
    Isbd 3
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Sampul Laporan
    Sampul Laporan
    Dokumen6 halaman
    Sampul Laporan
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Laporan Mikfar Perhitungan Mo
    Laporan Mikfar Perhitungan Mo
    Dokumen4 halaman
    Laporan Mikfar Perhitungan Mo
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • FARMASI
    FARMASI
    Dokumen2 halaman
    FARMASI
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Laboratorium Fisika Farmasi
    Laboratorium Fisika Farmasi
    Dokumen1 halaman
    Laboratorium Fisika Farmasi
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Ddif 2
    Ddif 2
    Dokumen22 halaman
    Ddif 2
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • FARMASI
    FARMASI
    Dokumen4 halaman
    FARMASI
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • F
    F
    Dokumen28 halaman
    F
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • F
    F
    Dokumen28 halaman
    F
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Kti Muriaty MR
    Kti Muriaty MR
    Dokumen19 halaman
    Kti Muriaty MR
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Lanjutan Agama
    Lanjutan Agama
    Dokumen3 halaman
    Lanjutan Agama
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Sampul Kimia
    Sampul Kimia
    Dokumen10 halaman
    Sampul Kimia
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Judul Karya Ilmiah
    Judul Karya Ilmiah
    Dokumen1 halaman
    Judul Karya Ilmiah
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Ddif 3
    Ddif 3
    Dokumen9 halaman
    Ddif 3
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Sampul Sukma
    Sampul Sukma
    Dokumen8 halaman
    Sampul Sukma
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Sampul Sukma
    Sampul Sukma
    Dokumen8 halaman
    Sampul Sukma
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Sampul Resli
    Sampul Resli
    Dokumen8 halaman
    Sampul Resli
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Sampul Laporan Pribadi Leny
    Sampul Laporan Pribadi Leny
    Dokumen8 halaman
    Sampul Laporan Pribadi Leny
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat
  • Sampul Paul
    Sampul Paul
    Dokumen8 halaman
    Sampul Paul
    Muriaty Muchlis R
    Belum ada peringkat