Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor.

1 Periode: Maret-Agustus 2015


 
  PENENTUAN ZONASI PERIZINAN PERTAMBANGAN MINERAL NON LOGAM DAN BATUAN DI
KABUPATEN BLORA BAGIAN SELATAN
 
PROVINSI JAWA TENGAH
 
 
Dody Bagus Widodo, Budiarto, Abdul Rauf
 
  Prodi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta,
Jl. SWK 104 (Lingkar Utara), Yogyakarta 55283 Indonesia
 
 ABSTRAK
 Kabupaten Blora (bagian selatan), Provinsi Jawa Tengah memiliki sumberdaya mineral bukan logam dan batuan
 
cukup besar, sehingga perlu dilakukan zonasi perizinan pertambangan mineral bukan logam dan batuan untuk
membantu pemerintah maupun investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Blora.
 
 
Sumberdaya yang diteliti pada penelitian ini adalah pasirbatu, batugamping, dan gypsum. Mineral Pasir Batu,
Batugamping
  dan Gypsum yang berada di Kabupaten Blora berada pada Kecamatan Cepu, Kec Randublatung,
Kec Kedungtuban, Kec Jati, Kec Kradenan. Dengan total sumberdaya :
  a. Pasir Batu : 2.199.000 m³
  b. Batugamping : 99.960.000 m³
  c. Gypsum : 4.820 m³
 Pada Penentuan Zonasi Perizinan Pertambangan Mineral Pasir Batu, Batugamping dan Gypsum pada Kabupaten
 Blora dilakukan dengan cara pertampalan (overlay). Adapun sektor-sektor terkait yang dapat di lakukan dengan
 cara pertampalan (overlay) ini berjumlah 11 parameter yaitu Ketinggian lahan, Kemiringan lahan, Rawan
Bencana, Ketebalan tanah penutup, Air Tanah, Sungai dan Bangunan, Mata Air dan Peresapan Air, Hutan dan
 
Perkebunan, Pariwisata, Pemukiman, Penggunaan Lahan Pertanian.
 
 
Kemudian akan dibahas potensi sumberdaya pasirbatu, batugamping, dan gypsum pada daerah mana saja di
Kabupaten Blora bagian selatan. Selanjutnya akan dibahas pula penentuan secara umum mengenai peraturan –
 peraturan dalam penambangan sumberdaya tersebut. Lebih jauh lagi akan dibahas mengenai teknik penambangan
 pada masing-masing sumberdaya dengan spessifik daerha masing – masing.
 
 
Kata Kunci : Zonasi, mineral bukan logam dan batuan, Kabupaten Blora.
 
 
1. PENDAHULUAN Gypsum dan Pasir Batu, Perhitungan Jumlah
Kabupaten Blora memilki Mineral Non Logam dan sumberdaya hanya pada Mineral yaitu Pasir Batu,
Batuan yang cukup besar. Mineral tersebut antara Gypsum dan Batu Gamping, dan Penelitian dilakukan
lain: Pasir Batu , Gypsum dan Batugamping. untuk Penentuan Zonasi Perijinan Pertambangan
Mineral Non Logam dan Batuan pada Kabupaten
Hal ini dilakukan membantu Dinas Energi Blora.
Sumberdaya Mineral (ESDM) untuk melakukan Secara geografis Kabupaten Blora terletak di antara
pengawasan terhadap masyarakat atau pun investor 111°07'30'‘ BT - 111°37'30'' BTdan diantara
yang akan melakukan penambangan pada Kabupaten 6°52'30'‘ LS - 7°17'30'' LS. Secara administrasi batas
Blora, untuk terpantaunya daerah yang dapat atau wilayah Kabupaten Blora Sebelah Utara adalah Kab
tidaknya diberikan Ijin Usaha Penambangan Rembang dan Kab Pati, sebelah Selatan Kab Ngawi
Kabupaten Blora harus memiliki Peta Penentuan (Provinsi Jawa Timur), sebelah Barat Kab Grobogan,
Perijinan Pertambangan Mineral Non Logam dan dan Sebelah Timur Kab Bojonegoro (Prov Jawa
Batuan Kabupaten Blora. Timur).
Dengan kata lain tujuan yang diharapkan dalam 2. ANALISIS
penelitian ini adalah Mengetahui sumberdaya
Mineral Pasir Batu, Batugamping dan Gypsum yang
Mineral Non Logam dan Batuan pada Kabupaten
berada di Kabupaten Blora berada pada Kecamatan
Blora Bagian Selatan Provinsi Jawa Tengah dan Cepu, Kec Randublatung, Kec Kedungtuban, Kec
menentukan Zonasi Perijinan Pertambangan Pada Jati, Kec Kradenan.
Kabupaten Blora Provinsi Jawa Tengah. Disamping
itu, penelitian ini memiliki batasan-batasan dalam Dengan total sumberdaya :
kegiatannya, seperti penelitian dilakukan pada a. Pasir Batu : 2.199.000 m³
Kabupaten Blora yang meliputi 4 Kecamatan yaitu: b. Batugamping : 99.960.000 m³
Kecamatan Randublatung, Kecamatan Jati, c. Gypsum : 4.820 m³
Kecamatan Cepu, Kecamatan Kradenan, pada
Pada Penentuan Zonasi Perizinan Pertambangan
Mineral Non Logam dan Batuan yaitu Batu Gamping
Mineral Pasir Batu, Batugamping dan Gypsum pada

12  
 
Penentuan Zonasi Perizinan Pertambangan Mineral Non Logam dan Batuan … Dody Bagus Widodo

Kabupaten Blora dilakukan dengan cara pertampalan a. Kemiringan lebih dari 100 %, dengan
(overlay). peringkat 30.
Adapun sektor-sektor terkait yang dapat di lakukan b. Kemiringan antara 50 – 100 %, dengan
dengan cara pertampalan (overlay) ini berjumlah 11 peringkat 20.
parameter yaitu Ketinggian lahan, Kemiringan lahan, c. Kemiringan kurang dari 50 %, dengan
Rawan Bencana, Ketebalan tanah penutup, Air peringkat 10.
Tanah, Sungai dan Bangunan, Mata Air dan
Peresapan Air, Hutan dan Perkebunan, Pariwisata,
Pemukiman, Penggunaan Lahan Pertanian.

Gambar 3. Peta Parameter Rawan Bencana


Gambar 1. Peta Parameter Ketinggian Lahan a. Kawasan Rawan Bencana I, dengan
a. Ketinggian lebih dari 2000 m dpl, dengan peringkat 30.
peringkat 30. b. Kawasan Rawan Bencana II, dengan
b. Ketinggian antara 1000 – 2000 m dpl, peringkat 20.
dengan peringkat 20. c. Kawasan Rawan Bencana III, dengan
c. Ketinggian kurang dari 1000 m dpl, dengan peringkat 10.
peringkat 10.

Gambar 2. Peta Parameter Kemiringan Lahan

13
 
Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015
 
Gambar 4. Peta Parameter Ketebalan Tanah
a. Pada sempadan sungai < 50 m dan antara
a. Tebal tanah penutup > 3 m, dengan
500 m ke hulu dan 1000 m ke hilir dengan
peringkat 30.
peringkat 30.
b. Tebal tanah penutup 1 – 3 m, dengan
b. Di luar sempadan sungai 50-100 m dan di
peringkat 20.
luar jarak 500 m ke hulu dan 1000 m ke
c. Tebal tanah penutup < 1 m, dengan
hilir, dengan peringkat 20.
peringkat 10.
c. Di luar sempadan sungai > 100 m dan
diluar jarak 500 m ke hulu dan 1000 m ke
hilir, dengan peringkat 10.

Gambar 5. Peta Parameter Kedalaman Air Tanah


a. Kedalaman muka air tanah < 5 m, dengan Gambar 7. Peta Parameter Mata Air dan Serapan
peringkat 30. a. Lahan di atas mata air sampai jarak 500 m dan
b. Kedalaman muka air tanah 5 – 15 m, dengan membentuk segitiga terbalik dan ujung
peringkat 20. segitiganya merupakan mata air, dengan
c. Kedalaman muka air tanah > 15 m, dengan peringkat 30.
peringkat 10. b. Lahan di atas mata air berjarak >v500 m atau
di atas peringkat pertama,dengan peringkat 20.
c. Lahan di samping dan di bawah peringkat 30
dan 20 diberi peringkat 10.

Gambar 6. Peta Parameter Sungai dan Bangunan Gambar 8. Peta Parameter Hutan dan Perkebunan

14  
 
Penentuan Zonasi Perizinan Pertambangan Mineral Non Logam dan Batuan … Dody Bagus Widodo

a. Hutan lindung dan Kawasan lindung,


dengan peringkat 210.
b. Perkebunan dan Hutan rakyat, dengan
peringkat 30.
c. Hutan produksi, dengan peringkat 20.
d. Lahan lainnya, dengan peringkat 10.

Gambar 10. Peta Parameter Perbukitan


a. Pada radius < 100 m, dengan peringkat 210.
b. Pada radius >100 m – 1 km dan dirasakan masih
terpengaruh, peringkat 30.
c. Pada radius >100 m – 1 km dan tidak dirasakan
terpengaruh, peringkat 20.
d. Di luar radius 1 km, dengan peringkat 10.

Gambar 9. Peta Parameter Pariwisata

a. Sampai radius 100 m dari batas terluar, dengan


peringkat 210.
b. Diluar radius 100 m – 1 km dan sampai 4 km
masih terlihat, peringkat 30.
c. Diluar radius 1 – 4 km dan tidak terlihat, dengan
peringkat 20.
d. Diluar radius 4 km dengan peringkat 10.

Gambar 11. Peta Parameter Penggunaan Lahan


Pertanian

15
 
Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015
 
a. Sawah irigasi teknis dan ½ teknis, dengan
peringkat 210.
b. Sawah irigasi non teknis, dengan peringkat 30.
c. Sawah tadah hujan, kebun, ladang dan tegalan,
dengan peringkat 20.
d. Semak belukar dan rerumputan, dengan
peringkat 10.

Dari Parameter tersebut akan dilakukan Overlay


untuk memperjelas penentuan layak, layak bersyarat
maupun tidak layak izin. Dasar menggunakan cara
overlay dikarenakan banyak sektor yang terkait
dalam Penentuan Zonasi Perizinan Pertambangan
Mineral Pasirbatu, Batugamping dan Gypsum di
Kabupaten Blora.
Dari peta 11 parameter akan dilakukan overlay dan
menghasilkan 5 peta overlay pertama. Karena jumlah
parameter ada 11, maka 1 parameter akan
dioverlaykan pada overlay 2. Begitu juga dengan
overlay selanjutnya hingga mendapatkan overlay 4,
yang nantinya akan dioverlaykan lagi dengan peta
sebaran mineral untuk mendapatkan peta zonasi
perizinan.

Gambar 13. Peta Overlay Parameter 3 dan 4

Gambar 12. Peta Overlay 1A Parameter 1 dan 2

Gambar 14. Peta Overlay 1C Parameter 5 dan 6

16  
 
Penentuan Zonasi Perizinan Pertambangan Mineral Non Logam dan Batuan … Dody Bagus Widodo

yang mempunyai kandungan Batugamping


tertinggi adalah Kecamata Kradenan, tepatnya
berada di desa mendenrejo sebesar 12.000.000
m³, hal ini di pengaruhi oleh tingginya Batudan
gamping dan luasnya persebaran yang berada di
area tersebut, sehingga daerah tersebut memiliki
sumber daya yang paling banyak di banding
daerah lain.
b. Persebaran mineral Pasir Batu di
daerah blora Bagian Selatan berpusat pada
Kecamatan Cepu yang berada pada Desa Balun
sebesar 699.000 m³, Desa Nglanjuk sebesar
600.000 m³ dan Desa Sumberpitu 900 m³, hal ini
dikarenakan daerah Kecamatan Cepu ini dekat
dengan aliran sungai bengawan solo yang arusnya
membawa kandungan pasir yang cukup besar
untuk area tersebut.
c. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,
jumlah kandungan mineral gypsum terdapat pada
Kecamatan Randublatung di Desa Tanggel, Desa
Kutukan, sebesar 3.920 m³, Kecamatan
Kedungtuban di Desa Nglandeyan sebesar 900
m³, perbedaan jumlah sumberdaya pada daerah
tersebut juga di karenakan perbedaan luas area
Gambar 15. Peta Overlay 1D Parameter 7 dan 8 persebaran dan kedalaman mineral tersebut.
Penentuan Umum Peraturan Pertambangan.
Berdasarkan dengan Undang – Undang No 4 Tahun
2009 pasal 1 ayat 2 dan pasal 1 ayat 14 tentan
Pertambangan Mineral dan Batubara , mineral yang
terdapat di Kabupaten Blora Bagian Selatan termasuk
dalam penggolongan komoditas mineral non logam
dan batuan.
Berdasarkan arahan tata ruang sebagaimana tertuang
di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Blora, Kabupaten Grobogan, Kabupaten
Boyolali dan Kabupaten Sragen bahwa Ketentuan
Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan
peruntukan kegiatan pertambangan, meliputi:
a. Identifikasi potensi tambang.
b. Penetapan kawasan pertambangan yang dapat
dieksploitasi.
c. kegiatan pertambangan dilakukan dengan
mempertimbangkan aspek lingkungan hidup
dan dilakukan secara berkelanjutan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
d. Wajib melaksanakan reklamasi pada lahan-
lahan bekas galian.
e. Pengawasan secara ketat terhadap kegiatan
Gambar 16. Peta Overlay 1E Parameter 9 dan 10 pertambangan minyak dan gas bumi, serta
pengeboran air bawah tanah untuk mencegah
terjadinya kerusakan lingkungan.
3. PEMBAHASAN f. Pembatasan dan pengendalian terhadap
Mengetahui Sumberdaya Mineral Pasir Batu, pemanfaatan dan pengambilan air tanah.
Batugamping dan Gypsum pada Kabupaten Blora g. Perlu adanya studi analisis dampak lingkungan
a. Dari hasil penelitian sumber daya sebelum dilakukan penambangan.
Batugamping yang berada di Kecamatan h. Melengkapi perizinan sesuai ketentuan yang
Randublatung, Kecamatan Kedungtuban, berlaku.
Kecamatan Jati dan Kecamatan Kradenan, daerah

17
 
Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015
 
Pengaturan Teknik Penambangan 4. KESIMPULAN
Mengingat endapan mineral yang ditambang Banyaknya kandungan batugamping dan gypsum di
merupakan perbukitan maka sistem penambangan tiap daerah bergantung dengan keluasan dan
yang diterapkan adalah side hill type quarry. Kuari kedalaman daerah tersebut, untuk kandungan pasir
(quarry) adalah sistem penambangan yang diterapkan batu dipengaruhi oleh jauh dekatnya daerah tersebut
untuk mineral konstruksi dan mineral industri. dengan sungai.
Bentuk penambangannya adalah berjenjang,
Kegiatan penambangan dan ekplorasi di tiap daerah
dilakukan secara bertahap dari tempat yang tinggi ke
pertambangan diatur oleh peraturan pemerintah dan
arah lembah.
peraturan perundangan yakni Undang – Undang No 4
Batugamping di Kabupaten Blora (Kecamatan Tahun 2009 pasal 1 ayat 2 dan pasal 1 ayat 14 dan
Randublatung, Kecamatan Kedungtuban, Kecamatan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Jati dan Kecamatan Kradenan). Penambangan Blora, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Boyolali dan
Batugamping dilakukan penambangan dengan Kabupaten Sragen.
metode Top Side Hill type system, dilakukan pada
Metode penambangan yang dapat digunakan pada
endapan yang terletak di pegunungan dan perbukitan.
batugamping Top Side Hill type system, Gypsum
Penggalian diawali dari puncak atau dari bagian atas
dengan metode Pit Type System, pasir batu dengan
bukit dan berjenjang ke arah bawah
menggunakan metode tambang terbuka yang
Gypsum di Blora (Kecamatan Randublatung dan dilakukan secara konvensional.
Kecamatan Kedungtuban). Penambangan dilakukan
dengan metode Pit Type system, dilakukan pada
5. DAFTAR PUSTAKA
endapan yang terletak relatif datar dengan ketinggian
relatif sama dengan daerah sekitarnya
Pasir Batu di Blora (Kecamatan Randublatung,
Kecamatan Kedungtuban, Kecamatan jati, dan
Kecamatan Kradenan).
Sistem Pengerukan, dilakukan pada endapan pasir
atau sirtu yang terdapat pada aliran sungai.

18  
 

Anda mungkin juga menyukai