Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN TUTORIAL

“KELELAHAN”

KELOMPOK V

KETUA : ERVINA PRATIWI NPM ( 11000020)

SEKERTARIS : HELDA INGGRIAWITA NPM ( 11000026 )

ANGGOTA :

 LORENTINA PANJAITAN NPM (11000037)


 HOSANNA ANISSA SILABAN NPM (11000016)
 FERNANDO SIREGAR NPM (11000019)
 IFANTRI PRAMANA NPM (11000003)
 MURNI HANDAYANI NPM (11000005)
 YOSUA FERNANDO PELAWI NPM (11000009)
 YOLANDA A.A.S NPM (11000012)
 LAURA NOVA S NPM (11000047)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
PEMICU
Dini, siswa SMP terduduk ditepi lapangan dengan nafas terengah-engah/kecapaian, keringat
sangat banyak, dan kakinya kram. Dini mengalami hal tersebut setelah berlari mengelilingi
lapangan sebanyak 2 kali, pada saat pelajaran olahraga. Saat itu cuaca sangat panas. Ternyata
paginya Dini tidak sempat sarapan, hanya minum teh manis.
apa yang terjadi pada Dini?

UNFAMILIAR TERMS
 Kram
kontraksi muskular spesmodik yang nyeri. Spasme dengan nyeri, nadi yang lemah, dan
pupil yang berdilatasi ; terlihat pada orang yang bekerja pada suhu panas yang tinggi.

MASALAH
Nafas terengah-engah/kecapaian, keringat sangat banyak, dan kakinya kram.

ANALISA MASALAH
Nafas terengah-engah/kecapaian, keringat sangat banyak, dan kaki kram terjadi karena Dini
berlari mengelilingi lapangan pada saat cuaca sangat panas dan karena paginya Dini tidak
sempat sarapan, hanya minum teh manis.

HIPOTESA
Dini mengalami kelelahan

LEARNING ISSUE
1. Definisi dan Jenis-jenis Kelelahan.
2. Sumber-sumber energi & metabolisme.
3. Fisiologi Kontraksi Otot.
4. Sumber energi untuk kontraksi otot
5. Keringat.
PEMBAHASAN LEARNING ISSUE

1. KELELAHAN
(Definisi, jenis-jenis dan Etiologi Kelelahan)

 Definisi
Menurut kamus saku kedokteran dorland
kelelahan adalah keadaan meningkatkan ketidaknyamanan dan menurunnya efisiensi
akibat kerja yang berkepanjangan atau berlebihan ; kehilangan tenaga atau
kemampuan untuk menjawab ransangan.

Menurut buku fisiologi sherwood


kelelahan adalah ketidakmampuan untuk mempertahankan tegangan otot di tingkat
tertentu meskipun stimulasi berlanjut.

 Jenis-jenis
1. Kelelahan otot
Kelelahan otot merupakan suatu mekanisme pertahanan yang melindungi otot
agar otot tidak mencapai titik dimana ATP tidak lagi dapat diproduksi. Kelelahan
otot terjadi jika otot yang beraktivitas tidak lagi dapat berespon terhadap
rangsangan dengan derajat kontraksi yang sama.

2. Kelelahan sentral
Kelelahan sentral terjadi ketika SSP tidak lagi secara adekuat mengaktifkan
neuron-neuron motorik yang menyarafi otot yang bersangkutan. Kelelahan sentral
sering disebabkan oleh faktor psikologik.

(Sumber: Buku fisiologi sherwood)

2. SUMBER-SUMBER ENERGI & METABOLISME


Kontraksi otot membutuhkan energi, Dan otot disebut sebagai “mesin pengubah
energi kimia menjadi kerja mekanis”. Sumber energi yang dapat segera digunakan
adalah derivat fosfat organik berenergi tinggi yang tedapat diotot; sumber utama
energi diperoleh dari metabolisme intermedier karbohidrat dan lipid. Hidrolisis ATP
yang menghasilkan energi untuk kontraksi otot.
 Fosforilkreatin
ATP disintesis ulang dari ADP dengan penambahan satu grup fosfat. Sebagian energi
yang dibutuhkan untuk reaksi endotermik ini diperoleh dari penguraian glukosa
menjadi CO2 dan H2O, tetapi di otot juga ada senyawa fosfat berenergi tinggi lain
yang memasok energi yang dibutuhkan ini untuk jangka pendek. Senyawa fosfat itu
adaalah fosforilkreatin, yang dihidrolisis menjadi kreatin dan grup fosfat dengan
melepaskan sejumlah besar energi. Dalam keadaan istirahat, sebagian ATP di
mitokondria melepaskan fosfatnya pada kreatin, sehingga terbentuk simpanan
fosforilkreatin. Pada waktu kerja, fosfolkreatin mengalami hidrolisis ditempat
pertemuan kepala miosin dengan aktin , membentuk ATP dari ADP, yang
menyebabkan proses kontraksi dapat berlanjut.

 Penguraian Karbohidrat & Lipid


Dalam keadaan istirahat dan selama kerja ringan otot menggunakan lipid dalam
bentuk asam lemak bebas ( FFA, Free Fatty Acid) sebagian sumber energi. Bila
intensitas kerja meningkat, penyediaan energi yang cukup cepat tidak dapat diperoleh
hanya dari lipid, sehingga pemakaian karbohidrat menjadi penting sebagai komponen
campuran bahan bakar otot. Jadi, selama kerja berlangsung, sebagian besar energi
untuk fosforilkreatin dan sintesis ulang ATP berasal dari penguraian glukosa menjadi
CO2 dan H2O . dalam pembahasan ini cukup diperhatikan bahwa gula darah masuk
kedalam sel, dan mengalami Degradasi melalui serangkaian reaksi kimia, menjadi
piruvat. Sumber glukosa intrasel lain, yang berarti juga sumber piruvat, adalah
glikogen, suatu polimer karbohidrat yang terdapat dalam jumlah sangat besar di hati
dan otot rangka. Bila terdapat oksigen yang cukup, piruvat memasuki siklus asam
sitrat dan mengalami metabolisme- melalui siklus ini dan melalui apa yang
dinamakan jalur enzim pernapasan – menjadi CO2 dan H2O, proses ini dinamakan
glikolisi aerobik. Penguraian glukosa atau glikogen menjadi CO2 dan H2O melepaskan
energi yang cukup besar untuk menbentuk sejumlah besar ATP dari ADP. Bila
pasokan O2 tidak mencukupi, piruvat yang dibentuk dari glukosa tidak masuk
kedalam siklus asam trikarboksilat, melainkan direduksi menjadi laktat. Proses
glikolisis anaerobik ini berkaitan dengan dihasilkannya sejumlah kecil ikatan –
ikatanfosfat berenergi tinggi, tetapi proses ini tidak membutuhkan O2.
ATP+H2O ADP+ H3PO4 + 7,3 kcal
Fosforilkreatin + ADP Kreatin + ATP
Glukosa + 2 ATP( atau glikogen + 1 ATP)
Anaerobik
2 asam laktat + 4 ATP

Glukosa + 2 ATP ( glikogen + 1 ATP )


Oksigen
6CO2 + 6H2O + 40 ATP
Oksigen
FFA CO2 + H2O+ ATP
Energi yang dilepaskan pada hidrolisis 1 mol ATP dan reaksi-reaksi yang
berperan dalam sintesis ulang ATP. ATP yang terbentu dari tiap mol asam lemak
bebas yang teroksidasi berjumlah banyak, tetapi beragam sesuai dengan FFA.
Misalnya, oksidasi sempurna dari 1 mol asam palmitat melepaskan 140 mol ATP.
(Sumber: Buku Fisiologi Kedokteran Ganong)

3. FISIOLOGI KERJA OTOT

Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan tahap-tahap berikut.
1. Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujungnya
pada serabut otot.
2. Di setiap ujung, saraf menyekresi substansi neurotransmiter, yaitu asetilkolin, dalam
jumlah sedikit.

3. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serabut otot untuk membuka
banyak kanal “bergerbang asetilkolin” melalui molekul-molekul protein yang
terapung pada membran.

4. Terbukanya kanal bergerbang asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium


untuk berdifusi ke bagian dalam membran serabut otot. Peristiwa ini akan
menimbulkan suatu potensial aksi pada membran.

5. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serabut otot dengan cara yang
sama seperti potensial aksi berjalan di sepanjang membran serabut saraf.

6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran otot, dan banyak aliran
listrik potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot. Di sini, potensial aksi
menyebabkan retikulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium, yang
telah tersimpan di dalam retikulum ini.

7. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin,
yang menyebabkan kedua filamen tersebut bergeser satu sama lain, dan
menghasilkan proses kontraksi.

8. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium di pompa kembali ke dalam retikulum
sarkoplasma oleh pompa membran Ca++, dan ion-ion ini tetap disimpan dalam
retikulum sampai potensial aksi otot yang baru datang lagi; pengeluaran ion kalsium
dari miofibril akan menyebabkan kontraksi otot terhenti.
(Sumber: Buku Fisiologi Kedokteran Guyton)

4. SUMBER ENERGI UNTUK KONTRAKSI OTOT

Kita telah melihat bahwa kontraksi otot bergantung pada energy yang disediakan oleh
ATP. Sebagian besar energy ini dibutuhkan un tuk menjalankan “walk-along mechanism”
ketika jembatan silang menarik filamen-filamen aktin, tetapi sejumlah kecil energy
dibutuhkan untuk:
1. Memompa ionm kalsium dari sarko plasma ke dalam reticulum sarkoplasam setelah
kontraksi berakhir .
2. Memompa ion-ion natrium dan kalium melalui membrane serabut otot untuk
mempertahankan lingkungan ionik yang cocok untuk pembentukan potensi aksi
serabut otot.

Konsentrasi ATP didalam serabut otot , kira-kira 4 milimolar, cukup untuk


mempertahankan kontraksi penuh hanya selama 1 sampai 2 detik.ATP tersebut dipecah
untuk membentuk ADP ,yang memindahkan energy dari molekul ATP ke perangkat
kontraksi serabut otot. Lalu, ADP mengalami refosforilasi untuk membentuk ATP baru
dalam sepersekian detik lagi, yang membiarkan otot untuk melanjutkan kontraksi.

Terdapat beberapa sumber energy untuk proses refosforilasi ini:

1. Keratin fosfat, sumber energy pertama yang digunakan untuk menyusun kembali
ATP, yang membawa ikatan fosfat berenergi tinggi yang serupa dengan ikatan
ATP.ikatan fosfat berenergi tinggi dari keratin fosfat memiliki jumlah energy bebas
yang sedikit lebih tinggi dari pada yang dimiliki oleh setiap ikatan ATP. Karena itu,
keratin fosfat segera dipecahkan, dan pelepasan energinya menyebabkan terikatnya
sebuah ion fosfat baru pada ADP untuk menyusun kembali ATP. Namun, jumlah
keratin fosfat paada serabut otot juga sangat kecil hanya sekitar 5 kali lebih besar
daripada jumlah ATP.Karena itu, kombinasi energy dari ATP cadangan dan keratin
fosfat di dalam otot dapat menimbulkan kontraksi otot maksimal hanya untuk 5
sampai 8 detik.

2. Glikolisis dari glokogen yang tersimpan dalam sel otot adalah sumber energy penting
kedua untuk menyusun kembali keratin fosfat dan ATP. Pemecahan glikogen secara
enzimatik menjadi asam piruvat dan asama laktat yang berlangsung dengan cepat
akan membebaskan energy yang digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP.
ATP kemudian dapat digunakan secara langsung untuk member energy bagi
kontraksi otot tambahan dan juga untuk membentuk kembali simpanan keratin fosfat.
Makna penting dari mekanisme glikolisis ini ada 2,yaitu:
 Reaksi glokolisis ini dapat terjadi bahkan bila tidak ada oksigen,sehingga
kontraksi otot dapat tetap dipertahankan untuk berdetik-detik dan kadang sampai
lebih dari 1 menit,bahkan bila oksigen yang dihantarkan lewat darah tidak
tersedia.
 Kecepatan pembentuka ATP oleh proses glikolisis kira-kira 2,5 kali kecepatan
pembentukan ATP sebagai tanggapan dari zat makanan sel yang bereaksi dengan
oksigen. Namun,begitu banyak produk akhir dari glikolisis akan berkumpul
dalam sel otot sehingga glikolisis juga kehilangan kemampuannya untuk
mempertahankan kontraksi otot maksimum seteleh sekitar 1 menit.

3. Metabolisme oksidatif adalah sumber energy ketiga sekaligus yang terakhir. Hal ini
berarti mengkombinasikan oksigen dengan produk akhir glikolisis dan bebagai zzat
makanan sel untuk membebaskan ATP. Lebih dari 95 % energy yang digunakan
oleh otot untuk konraksi jangka panjang yang bekesinambungan berasal dari sumber
ini. Zat makanan yang dikonsumsi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Untuk
aktifitas otot maksimal yang berlangsung sangat lama (lebih dari bejam-jam) proporsi
energy yang terbesar berasal dari lemak, tetapi untuk periode kontraksi selama 2
sampai 4 jam, separuh dari energynya dapat berasal dari karbohidrat.
(Sumber: Buku Fisiologi Kedokteran Guyton).

5. Keringat.

Keringat adalah larutan garam encer yang dikeluarkan ke permukaan kulit oleh
kelenjar keringat yang tersebar di seluruh tubuh melaluim lubang-lubang kecil/pori
keringat.Kandungan utama dalam keringat adalah natrium klorida (bahan utama garam
dapur) selain bahan lain (yang mengeluarkan aroma) seperti 2-metilfenol (o-kresol) dan
4-metilfenol (p-kresol).
Kelenjar keringat dapat ditemukan di dermis, dekat permukaan luar kulit. Kelenjar
keringat dapat menghasilkan hingga empat liter keringat per jam. Keringat harus
diuapkan dari kulit agar terjadi pengeluaran panas. Jika keringat hanya menetes dari
permukaan kulit atau di hapus maka tidak terjadi pengeluaran panas. Faktor terpenting
yang menentukan tingkat penguapan keringat adalah kelembaban relatif udara sekitar.
Ketika kelembaban relatif tinggi, maka udara hampir jenuh oleh H2O sehingga
kemampuan udara menerima tambahan kelembaban dari kulit menjadi terbatas. Karena
itu pada hari yang panas dan lembab tidak banyak panas yang dapat dikeluarkan dari
tubuh. Kelenjar keringat terus mengeluarkan cairannya, tetapi keringat hanya menempel
dikulit atau menetes dan tidak menguap dan menimbulkan efek mendingin.

Kelenjar keringat terdiri dari kelenjar keringat ekrin dan kelenjar keringat apokrin.
 Kelenjar keringat ekrin, berupa kelenjar tubular sipleks bergelung dengan saluran
bermuara di permukaan kulit. Salurannya tidak bercabang dan memiliki diameter
lebih kecil dari bagian sekresinya 0,4 mm. Terdapat dua macam sel mioepitel
yang mengelilingi bagain sekresinya, yaitu sel gelap yang mengandung granula
sekretoris dan sel terang yang tidka mengandung granula sekretoris.
 Kelenjar keringat apokrin memiliki ukuran lebih besar (3-5mm) dari kelenjar
keringat ekrin. Kelenjar ini terbenam di bagian dermis dan hypodermis, dan
duktusnya bermuara ke dalam folikel rambut. Terdapat di daerah ketiak dan anus.
Mekanisme keluarnya keringat
Rangsangan area preoptik di bagian anterior hipotalamus baik secara listrik atau oleh
panas yang berlebihan akan menyebabkan berkeringat. Impuls saraf dari area yang
menyebabkan berkeringat ini dihantarkan melalui jaras otonom ke medula spinalis dan
kemudian melalui jaras simpatis mengalir ke kulit ke seluruh tubuh. Kelenjar ini dapat juga
dirangsang di beberapa tempat oleh epinefrin atau norepinefrin yang bersikulasi dalam darah,
walaupun kelenjar itu sendiri tidak memiliki persarafan adrenergik. Hal ini penting selama
melakukan olahraga, saat hormon iini disekresikan oleh medula adrenal dan tubuh perlu
melepaskan panas yang berlebihan yang dihasilkan oleh oto yang aktif.
Kelenjar keringat diperlihatkan berbentuk tubular yang terdiri dari dua bagian:
(1) bagian yang begelung disubdermis dalam yang menyekresi keringat
(2) bagian duktus yang berjalan keluar melalui dermis dan epidermis kulit
Seperti juga pada kelenjar lainnnya, bagian sekretorik kelenjar keringat menyekresi
cairan yang disebut sekret primer atau sekret prekursor; kemudian konsentrasi zat-zat dalam
cairan tersebut dimodifikasi sewaktu cairan itu mengalir melalui duktus.
Sekret prekursor adalah hasil sekresi aktif dari sel-sel epitel yang melapisi bagian
yang bergelung dari kelenjar keringat. Serabut saraf simpatis kolinergik berakhir pada atau
dekat sel-sel kelenjar yang mengeluarkan sekret tersebut.
Komposisi sekret prekursor mirip dengan yang terdapat pada plasma, namun tidak
mengandung protein plasma. Konsentrasi natrium sekitar 142 mEq/liter dan klorida sekitar
104 mEq/liter, dengan konsentrasi zat terlarut lain yang lebih kecil bila dibandingkan didalam
plasma. Sewaktu larutan prekursor ini mengalir dibagian duktus kelenjar, larutan ini
mengalami modifikasi melalui reabsorbsi sebagian besar ion natrium dan klorida. Tingkat
reabsorpsi ini bergantung pada kecepatan berkeringat, seperti diuraikan berikut ini :
 Apabila kelenjar keringat hanya sedikit dirangsang, cairan prekursor mengalir
melalui duktus dengan lambat. Dalam hal ini, pada dasarnya semua ion natrium
dan klorida direabsorbsi, dan konsentrasi masing-masing ion ini turun menjadi 5
mEq/liter. Hal ini mengurangi tekanan osmotik cairan keringat tersebut hingga
nilai yang sangat rendah sehingga sebagian besar cairan kemudian juga
direabsorbsi, yang memekatkan sebagian besar kandungan unsur lainnya. Oleh
karna itu,pada kecepatan berkeringat yang rendah, kandungan unsur seperti urea,
asam laktat, dan ion kalium biasanya konsentrasi nya sangat tinggi.
 Sebaliknya, bila kelenjar keringat dirangsang dengan kuat oleh sistem saraf
simpatis, sekret prekursor dibentuk dalam jumlah yang banyak, dan duktus kini
hanya mereabsorbsi natrium klorida dalam jumlah yang lebih sedikit dari
setengahnya; konsentrasi ion-ion natrium dan klorida biasanya meningkat (pada
orang yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan iklim) sampai tingkat
maksimum sekitar 50 sampai 60 mEq/liter, sedikit lebih rendah dari
konsentrasinya didalam plasma. Lebih lanjut lagi, keringat mengalir melalui
tubulus kelenjar begitu cepatnya sehingga hanya sedikit air yang direabsorbsi.
Oleh karna itu, konsentrasi unsur terlarut lainnya dari keringat hanya sedikit
meningkat-urea menjadi sekitar dua kali dari plasma, asam laktat sekitar 4 kali,
dan kalium sekitar 1,2 kali.
(Sumber: Buku Fisiologi Kedokteran Guyton)
KESIMPULAN
 Kelelahan pada kasus ini adalah karna dini kekurangan cairan dan pasokan energi.

 Kram terjadi karna terjadinya penumpukan asam laktat

 Pada kasus diatas telah terjadi proses Glikolisis Secara anaerob yang menghasilkan
asam laktat

 Berdasarkan analisa Pada kasus di atas telah terjadi kelelahan otot

Daftar Pustaka
 Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 11. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

 Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012). PATOFISIOLOGI, Ed. 6, Vol. 2. Jakarta: penerbit buku
kedokteran EGC.

 Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia, Ed. 6. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.

 Dorland, W. (2012). kamus Saku kedokteran DORLAND; Ed.28. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

 Ganong, william F.(2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Anda mungkin juga menyukai