Anda di halaman 1dari 11

SOSIOLOGI DAN POLITIK (A2)

Permintaan Tenaga Kerja

Paper ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan sosiologi dan politik

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Rizky Panca Damara 1506105001

Krishna Yudo Setyawan 1506105017

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN/REGULER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS/SMESTER GANJIL

TAHUN 2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Partai politik pertama-tama lahir di Eropa Barat. Dengan meluasnya gagasan

bahwa rakyat merupakanfaktor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan

dalam proses politik, maka lahirnya partai politik adalah sebagai penghubung

antara rakyat dan pemerintah. Di negara yang menganut paham demokratis, rakyat

berhak berpartisipasi untuk menentukan siapa saja yang layak menjadi wakil

rakyat dan menjadi pemimpin mereka yang nantinya akan menentukan kebijakan

umum. Dinamika partai politik di Indonesia mengalami perubahan sejalan dengan

perubahan perpolitikan Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945.

Munculnya partai politik secara resmi berawal dari maklumat 3 November Tahun

1945 Tentang Pembentukan Partai Politik yang dikeluarkan oleh Wakil Presiden

Drs. Moh. Hatta. Lahirnya berbagai macam partai politik menjadi awal

perkembangan demokrasi di Indonesia, karena partai politik adalah salah satu

syarat berjalannya sistem pemerintahan yang demokratis.

1.2.Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana Kepartaian di Indonesia?

1.2.2. Bagaimana dinamika politik yang majemuk?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kepartaian

Partai politik pertama-tama lahir di Eropa Barat. Dengan meluasnya

gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta

diikutsertakan dalam proses politik, maka lahirnya partai politik adalah sebagai

penghubung antara rakyat dan pemerintah. Di negara yang menganut paham

demokratis, rakyat berhak berpartisipasi untuk menentukan siapa saja yang

layak menjadi wakil rakyat dan menjadi pemimpin mereka yang nantinya akan

menentukan kebijakan umum.

2.1.1. Definisi Partai Politik

Dalam Undang-Undang No 2 Tahun 2008 tentang partai politik pasal 1

ayat 1, partai politik didefinisikan sebagai organisasi yg bersifat nasional dan

dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar

kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela

kepentigan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta mempelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.

Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil

dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap

pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini,

memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta


materiil. (Miriam Budiardjo, 2008:404). Sementara itu, Menurut Ramlan

Surbakti (1992:116) menyatakan bahwa “partai politik merupakan sekelompok

orang yang terorganisir secara rapi yang dipersatukan oleh persamaan ideologi

yang bertujuan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam

pemilihan umum guna melaksanakan alternative kebijakan yang telah mereka

susun”. Alternatif kebijakan umum yang disusun ini merupakan hasil

pemanduan berbagai kepentingan yang hidup dalam masyarakat, sedangkan

cara mencari dan mempertahankan kekuasaan guna melaksanakan kebijakan

umum dapat melalui pemilihan umum dan cara-cara lain yang sah.

Dari berbagai penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa partai politik

merupakan sebuah organisasi yang dibentuk berdasarkan kumpulan orang-

orang yang memiliki kesamaan tujuan untuk mendapatkan sebuah kekuasaan

dalam pemerintahan dan menjadi penghubung antara masyarakat sipil dengan

pemerintah, yang memberikan informasi secara bottom up maupun top down.

2.1.2 Peran Partai Politik

Peran partai politik dirumuskan berdasarkan definisi peran dan definisi

partai politik, yang kemudian dipermudah penentuannya dalam fungsi-fungsi

partai politik. Fungsi yang dilaksanakan partai politik menggambarkan peran

yang sedang dilakukan partai politik. Adapun beberapa peran partai politik

yang dapat dirumuskan berdasarkan fungsifungsi partai politik adalah sebagai

berikut.
a. Komunikator Politik

Dalam komunikasi politik, komunikator politik merupakan salah satu

faktor yang menentukan efektivitas komunikasi. Beberapa studi

mengidentifikasi sejumlah karakteristik yang mempengaruhi kemampuan

seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Komunikator politik disini

adalah orang yang secara tetap dan berkesinambungan melakukan

komunikasi politik. Sosiolog J.D Halloran, seorang pengamat komunikasi

massa, berpendapat bahwa Komunikator politik memainkan peran sosial

yang utama, terutama dalam proses pembentukan suatu opini publik.

Contoh: misal dilingkungan sekolah, OSIS itu ibarat Parpol. Jika ada

aspirasi ataupun masalah yang dituntut siswa, misanya perbaikan fasilitas

sekolah. Pada saat itu terjadi interaksi antara siswa dan OSIS menmbahas

mengenai kurangnya fasilitas sekolah. Selanjutnya OSIS menyampaikan

aspirasi/tuntutan siswa tadi kepada pihak sekolah. Interkasi antara

siswa(masyarakat), OSIS (parpol) dan pihak sekolah (pemerintah),

merupakan suatu komunikasi. OSIS sebgai suatu sarana komunikasi antara

pihak siswa dan pihak sekolah. Dalam kehidupan politik suatu negara

contoh tadi dapat diibaratkan para siswa itu masyarakat, OSIS itu Parpol,

dan pehak sekolah itu Pemerintah.

b. Sarana sosialisasi politik

Sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi

politik mengenai suatu fenomena politik yang sedang dialami suatu negara.
Proses ini disampaikan melalui pendidikan politik. Sosialisai yang

dilakukan oleh parpol kepada masyarakat berupa pengenalan program-

program dari partai tersebut. Dengan demikian , diharapkan pada

masyarakat dapat memilih parpol tersebut pada pemilihan umum. Contoh:

penyampaian program politik parpol pada acara kampanye menjelang

pemilu. Hal tersebut merupakan salah satu fungsi papol sebagai sarana

sarana sosialisasi politik

c. Sarana pengatur konflik

Pengatur konflik adalah mengendalikan suatu konflik (dalam hal ini

adanya perbedaan pendapat atau pertikaian fisik) mengenai suatu kebijakan

yang dilakukan pemerintah. Pengendalian konflik ini dilakuakan dengan

cara dialog, menampung dan selanjutnya membawa permasalahan tersebut

kepada badan perwakilan rakyat(DPR/DPRD/Camat)untuk mendapatkan

keputusan politik mengenai permasalahan tadi.

2.1.3 Sistem Kepartaian

Sistem Kepartaian (party system) untuk pertama kalinya diperkenalkan

pada tahun 1950- an oleh Maurice Duverger yang melakukan klasifikasi

sistem kepartaian menjadi tiga kategori, yaitu : sistem partai-tunggal, sistem

dwi-partai, dan sistem multi-partai. Para ilmuwan politik menganggap,

bahwa istilah “sistem” dalam kosakata “sistem kepartaian” untuk kategori

yang pertama (sistem partai-tunggal) adalah contradictio in terminis


(menyangkal diri sendiri), sebab suatu sistem lazimnya selalu mengandung

lebih dari satu bagian elemen. Dalam bukunya Political Parties, Duverger

juga tidak memberikan rumusan pengertian tentang sistem kepartaian,

kecuali secara implisit menggambarkannya melalui klasifikasi tadi. Selain

itu, Duverger tidak pula menjelaskan bagaimana internal partai

mempengaruhi kompetisi dan kerjasama, ideologi partai dan kekuatannya.

Pengertian yang tidak jauh berbeda dikemukakan oleh Daniele

Caramani yang merumuskan sistem kepartaian sebagai sekumpulan partai

yang bersaing dan bekerjasama dengan tujuan meningkatkan kekuasaan

mereka dalam mengontrol pemerintahan. Selanjutnya Caramani

menjelaskan terdapat 3 (tiga) elemen penting yang membentuk sistem

kepartaian, yaitu : (1) partai apa yang termasuk; (2) berapa banyak partai

dan berapa besarnya; dan (3) bagaimana perilaku masing-masing partai

tersebut.

2.2 Dinamika Politik Masyarakat Majemuk

Dinamika politik sangat terkait sekali dengan persoalan partisipasi dan

demokrasi. Isu partisipasi sudah lama dibahas, namun tetap saja

problematik, salah satu sebabnya karena pemaknaan yang bias. Ketika

partisipasi dimaknai sebagai keikutsertaan dalam menunaikan agenda-

agenda pemerintah, maka medium yang disediakan hanyalah medium-

medium birokrasi dan mekanisme perencanaan, penjaringan aspirasi dan

sejenisnya. Di satu sisi peneliti menyaksikan rapuhnya medium-medium


partisipasi yang hendak dikelola dalam rangka pelembagaan sistem

pemerintahan yang demokratis, di sisi lain kapasitas kultural masyarakat

untuk berpartisipasi di arena publik tidak sempat terapresiasi.

Sedangkan masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terdiri dari

berbagai macam karakteristik kebudayaan baik perbedaan dalam bidang

etnis, golongan, agama, tingkat sosial yang tinggal dalam suatu komunitas

tertentu.Dalam kajian masyarakat majemuk,kajian tentang etnisitas banyak

mengambil perhatian para ahli. Menurut J.S. Furnivall, masyarakat

majemuk merupakan masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih komunitas

maupun kelompok-kelompok yang secara budaya dan ekonomi terpisah

serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda satu dengan lainnya. Ini

menimbulkan para anggota masyarakat tersebut kurang memiliki loyalitas

terhadap masyarakat sebagai suatu keseluruhan, kurang memiliki

homogenitas kebudayaan, atau bahkan kurang memiliki dasar untuk

mengembangkan sikap saling memahami.

Masyarakat majemuk terdiri dari aneka kelompok. Kelompok-

kelompok biasa membedakan diri dengan kelompok lain berdasarkan

etnisitas. Kelompok-kelompok ini acap dirujuk sebagai kelompok

etnokultural dan dapat didefenisiskan sebagai: pertama, sebagai suatu

kelompok harus ada sejumlah individu yang dapat dikenal, biasanya secara

sosial berinteraksi dan melestarikan diri sendiri dari waktu ke waktu.


Kedua, kelompok itu butuh menjadi etnik dalam karakter ( Berry dkk,

1999).

Berdasarkan dinamika politik dan kemajukan yang ada maka

masyarakat majemuk Indonesia memiliki permasalahan yang rentan dengan

konflik sosial, agama suku dan ras sehingga jika di biarkan sejacara terus

menerus akan menimbulkan masalah akulturasi di masyarakat Sehingga

mekanisme integrasi yang telah di sepakati yaitu Pancasila harus selalu

dikedepankan untuk meredam berbagai isu atau konflik yang berkaitan

dengan kemajemukan bangsa Indonesia itu sendiri.


BAB III

PENUTUP

Partai politik pertama-tama lahir di Eropa Barat. Dengan meluasnya gagasan

bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan

dalam proses politik, maka lahirnya partai politik adalah sebagai penghubung

antara rakyat dan pemerintah. Di negara yang menganut paham demokratis,

rakyat berhak berpartisipasi untuk menentukan siapa saja yang layak menjadi

wakil rakyat dan menjadi pemimpin mereka yang nantinya akan menentukan

kebijakan umum.
DAFTAR PUSTAKA

Agus Sutisna. Universitas Muhammadiyah. POLITIK

PENYEDERHANAAN SISTEM KEPARTAIAN DI INDONESIA PASCA

REFORMASI 1998.

Yulis Yusak. Kemajemukan dan Konflik Sosial : Suatu tantangan bagi

Indonesia sebagai Agama Sipil di Indonesia

Sumber :http://eprints.uny.ac.id/22291/4/4.%20BAB%20II.pdf

http://scholar.unand.ac.id/13959/2/BAB%20I.pdf

http://setabasri01.blogspot.com/2009/02/sistem-kepartaian-dan-partai-

politik.html

Anda mungkin juga menyukai