Anda di halaman 1dari 6

a.

KETERKAITAN ANTARA WIRAUSAHA DAN POLA BERPIKIR


Berbicara tentang kewirausahaan, mindset (pola pikir) dan methode (sistem kerja, langkah, prose
dur, tehnik) mengenai pola pikir wirausaha yang dikembangkan dari pemikiran Neal Thornberry
.
Menurut Neal Thornberry, keterkaitan antara pola pikir wirausaha melibatkan 10 kualitas, sebaga
i berikut :
A. Memiliki Locus of Control internal
Locus of Control (lokus kendali) adalah istilah untuk menggambarkan bagaimana seseora
ng berpikir tentang kendali hidupnya. Seseorang yang memiliki kendali eksternal, adalah mereka
yang merasa bahwa hidupnya dikendalikan oleh faktor-
faktor diluar dirinya, seperti cuaca, kebijakan pemerintah, keluarga, pacar, peraturan kantor dan l
ain-
lain. Sehingga mereka hanya punya sedikit sekali punya kontrol terhadap kehidupannya. Mereka
cenderung pasrah, dan mengikuti kehendak di luar dirinya. Sebagai contoh “wah hujan nih, mau
gimana lagi, sudah pasti kita tidak bisa belajar dengan konsentrasi, habis hujan.” dan sebagainya.
Intinya, hidup mereka dikendalikan oleh daya-
daya diluar dirinya, dan mereka meyakini bahwa tidak banyak yang mampu dilakukan untuk me
ngatasinya. Sebaliknya kendali internal (internal locus of control) adalah pemikiran bahwa kita a
dalah pusat kendali. Cuaca boleh hujan, namun kita tetap punya kontrol penuh untuk membuat h
ati kita sedih/senang karena adanya hujan tersebut. Seorang wirausaha, diyakini memiliki kendali
internal tersebut. Mereka yakin bahwa dirinyalah pusat kendali, bukan atasan, cuaca, kebijakan
pemerintah dll.
B. Memiliki toleransi
Seorang wirausaha memiliki toleransi untuk berbuat berbeda dan melanggar hal-
hal yang dianggap jarang dilakukan. Sebagai contoh, yang umum buat mereka yang ingin memb
uka restoran adalah bukalah di tempat yang ramai. Namun demikian, saat ini sudah sangat banya
k contohnya dimana restoran yang dibuka di tempat terpencil (jauh diatas gunung, di pulau, di te
ngah sawah, dll) justru diserbu oleh pelanggannya.
C. Kesediaan untuk mengaji orang yang lebih cerdas dari dirinya
Seorang wirausaha sejati sangat mengenal dirinya, dan ia menyadari bahwa dirinya bukan
lah dewa. Ia sangat sadar akan kelebihan dan potensi, dan juga terkait hal-
hal yang kurang dikuasainya. Oleh karena itu, mereka selalu siap untuk berbagi pikiran dan waw
asan, serta mengisi kekosongan-
kekosongan dalam usahanya. Sebagai contoh, beberapa orang mahasiswa yang membuka bisnis
cuci motor, sangat sadar akan keterbatasannya dengan cairan kimia sabun. Oleh karena itu, mere
ka ikhlas bekerja sama dengan mahasiswa kimia/farmasi untuk menghasilkan formula sabun yan
g tidak panas ditangan, wangi dan tahan lama bersihnya. Satu hal penting bahwa, mereka tidak p
ernah takut tersaingi. Sebaliknya, mereka sangat sadar bahwa kerjasama akan menghasilkan jau
lebih banyak dari yang dapat dibayangkan. Kerjasama bukanlah satu ditambah satu sama dengan
dua, namun satu ditambah satu bisa menjadi tiga, tujuh atau bahkan sebelas.
D. Konsistensi untuk selalu berkreativitas, membangun dan mengubah berbagai hal
Begitu seseorang berkecimpung dalam dunia wirausaha, maka ia harus siap berenang dal
am kreativitas. Hal ini sangat bisa dimaklumi, mengingat beberapa peluang bisnis, terutama pint
u (entrance) untuk memulainya tidak sulit untuk dibuka (tidak butuh keterampilan khusus, tidak
butuh modal besar dll), dimana akan sangat mudah dipenuhi oleh para pemula.
E. Dorongan yang kuat untuk peluang dan kesempatan
Mata seorang wirausaha seperti mata elang. Mereka selalu awas terhadap peluang-
peluang baru. Mereka dengan kemampuan yang dimiliki selalu ditempa agar mampu membaca tr
end zaman. Salah satu contoh kepekaan ini adalah apa yang dilakukan oleh Trans Corp dengan P
royek Trans Studionya. Mereka melihat kesempatan yang besar pada bisnis hiburan di Bandung I
bu kota Jawa Barat. Jumlah penduduk yang berjumlah kurang lebih 40 juta ditambah penghuni J
abodetabek yang sekitar 20 juta, menjadi alasan yang sangat kuat untuk mendirikan kawasan terp
adu yang menjadi salah satu hiburan kelas dunia untuk keluarga. Inilah mata elang wirausaha. M
ereka mampu melihat peluang dan berani mengambil tindakan untuk menangkapnya.
F. Mengikuti perkembangan pasar
Para tokoh bisnis sering mengatakan bahwa inovasi sudah merupakan sesuatu harga mati,
ini adalah sesuatu yang tidak bisa ditunda-
tunda lagi. Mengapa? Karena kompetitor begitu banyak dan pasar sangat haus terhadap inovasi b
aru. Mari kita lihat trend pasar telepon selular. Inovasi yang terjadi disini dapat dikatakan hampir
terjadi setiap hari. Jika kita membaca surat kabar, maka sangat mudah ditemukan iklan yang me
ngabarkan teknologi terbaru dari sebuah telepon selular. Inilah bentuk dari perkembangan pasar
yang sangat tinggi. Para pelaku alat telekomunikasi canggih tersebut sangat paham, bahwa lenga
h satu langkah dapat berarti ancaman kebangkrutan.
G. Memelihara ide
Mereka menjaga dan memelihara idenya untuk kemudian diwujudkan. Beberapa orang ha
nya berhenti pada level menemukan ide baru. Namun para wirausahawan sejati mereka memelih
ara, mengembangkan dan berusaha mewujudkan ide tersebut. Nurfitira Khoirunnisa adalah conto
h yang baik untuk menjelaskan karakter ini. Ia memiliki ide untuk membuat penghapus elektrik g
ara-
gara badannya yang kurang tinggi, sehingga tidak dapat menjangkau seluruh bagian papan tulis d
i sekolahnya. Berkaca dari situasi itu, ia dan rekannya kemudian berusaha menciptakan penghap
us elektrik. Inilah contoh usaha untuk menemukan ide baru kemudian berusaha mematangkan da
n mewujudkannya.
H. Ketahanan
Wirausaha yang tangguh memiliki sikap seperti boneka anak-
anak yang jika dipukul selalu kembali ke posisi semula. Inilah kewirausahaan yang sesungguhny
a. Tidak ada satupun usaha yang tanpa penghalang dan tanpa hambatan.
Namun, daya tahan ini akan mengembalikan kita kembali ke posisi semula. Sudah terlalu
banyak para pelaku usaha mental dan jatuh diterjang angin. Namun tidak terlalu banyak yang ke
mudian dapat kembali ke posisi semula. Inilah sikap ketahanan yang perlu dimiliki setiap kita ya
ng sadar bahwa hidup adalah perjuangan, dan perjuangan selalu memerlukan kekuatan untuk ban
gkit setelah jatuh dan bangun setelah terjerembab oleh kerasnya kehidupan.
I. Optimis
Optimis, secara sederhana dapat diartikan sebagai lompatan dari satu aktivitas ke aktivits
lain. Optimis adalah juga bentuk keyakinan bahwa tujuan akan tercapai dan target akan terpenuhi
dengan kekuatan sendiri. Mungkin para pembaca mengenal sosok Jerry Aurum, seorang fotograp
her ternama. Ia adalah contoh seorang wirausaha yang sangat optimis dan yakin dengan kapabilit
as yang dimilikinya. Saat ini, berbagai institusi, dan perusahaan besar di Indonesia sudah mengg
unakan jasanya. Optimisnya antara lain dibuktikan dengan kegigihannya dalam memulai usaha f
otographinya. Ia mengirimkan 500 eksemplar kalender ke berbagai perusahaan di Indonesia yang
berisi foto-
foto hasil karyanya. Dengan rasa optimisnya, ia beranggapan bahwa minimal pasti ada satu dua p
erusahaan yang akan menggunakan jasanya. Hal itu kemudian terbukti, dan akhirnya berbagai tin
gkatan klien berlomba-lomba menggunakan jasanya.
J. Rasa humor tentang diri sendiri
Ini adalah bentuk rasa besar hati. Kemampuan mentertawakan diri sendiri adalah salah be
ntuk kapabilitas untuk mengkoreksi dan bahkan mengkritik diri sendiri. Ini adalah sebuah rasa un
tuk tidak menilai diri sendiri sudah mencapai prestasi yang optimal. Sebaliknya sikap ini mendor
ong kita untuk selalu melihat hal-
hal belum maksimal dan punya potensi untuk dikembangkan. Rasa humor terhadap diri sendiri, j
uga akan mampu memacu kreativitas dalam diri untuk selalu mencari sisi-
sisi yang belum tereksplorasi.
Pola pikir wirausaha (Entrepreneurial Mindset) sebagai berikut:
1. Mereka secara bersemangat selalu mencari peluang-peluang baru.
2. Mengeksplor berbagai kesempatan dengan pendekatan/disiplin yang tidak biasa
3.Mereka secara efektif hanya mengeksplor peluang terbaik dan menjauhi berlelah-
lelah dengan mengejar setiap kesempatan
4. Mereka fokus pada eksekusi, terutama eksekusi yang adaptif.
5. Mereka menyatukan energi setiap orang dalam domain mereka

b. PENTINGNYA POLA BERPIKIR KEWIRAUSAHAAN


Mindset/pola pikir pada seseorang dalam mewujudkan mimpinya dalam melakukan
wirausaha kadang seringberubah,karna banyak sekali orang yang takut akan hal –hal yang belum
pernah mereka coba, padahal menurut dweckmenerjemahkan mindset sebagai kepercayaan
mengenai siapa kita dan apa kemampuan kita, maka dari itu kita terlebih dahulu harus mengenal
kemampuan kita dan kita harus yakin/percaya kepada kemampuan diri kita sendiri, karna banyak
sekali orang yang ragu akan kemampuan dirinya yang dapat mengurungkan niat mereka untuk
mewujudkan mimpinya dalam menjadi wirausaha, dalam hal ini kita harus mengubah mindset kita
dengan cara mengetahui/mempelajaripengetahuan barutentang bagaimana kita harus
mempunyaipola pikir yang inovatif, karna dengan berpikiran inovatif kita dapat menciptakan hal
yang baru dalam berwirausaha.
Perubahan pola pikir kadang sering terjadi terhadap semua orang, terutama kepada orang yang
selalu merasakannya, karna mereka akan menyadari perubahan sekecil apapun terhadap pola pikir
mereka, apakah itu pola pikir yang positive atau negative yang mereka rasakan, jika mereka
merasakan perubahan hal positive terhadap diri mereka sendiri maka ada dorongan dalam diri
mereka untuk selalu optimis dalam meraih mimpi dalam berwirausaha, dan jika dengan pola pikir
yang negative , itu akan menyebabkan mereka selalu bersifat pesimis untuk meraih mimpi
mereka, maka dari itu pendidikan dan komunikasi untuk medapatkan informasi sangatlah penting
dalam mengubah mindset seseorang dalam berwirausaha supaya mempunyai pikiran inovatif dan
kreatif dalam mewujudkan mimpinya menjadi seorang wirausaha yang berhasil.

c. BERBAGAI JENIS POLA BERFIKIR KEWIRAUSAHAAN

Menurut De Bono (2005: 128) topi dipakai untuk menggambarkan keenam aspek berpikir, karen
a topi merupakan suatu yang dapat dipakai dan dilepaskan dengan mudah, sebagaimana sebuah p
endapat yang dapat dipakai atau dilupakan begitu saja tanpa harus menimbulkan konflik sosial.
Dalam metode Thinking Hats merupakan penerapan dari Lateral Thinking STH, seseorang tidak
hanya dilatih untuk berkonsentrasi menyelesaikan suatu masalah dalam sekuen waktu tertentu, te
tapi juga dipersiapkan untuk dapat menerima dan menghargai pendapat orang lain.
1. Topi putih berarti fasilitator bersikap netral dan objektif. Fasilitator bersikap terbuka untuk meneri
ma pengetahuan dan pengalaman orang lain. Fasilitator mendorong peserta untuk memahami fak
ta dan kebenaran secara bijaksana. Fasilitator mendorong para peserta untuk saling belajar dan m
enyumbangkan pengetahuan dan pengalamannya kedalam
2. Topi merah berarti fasilitator menggunakan pendekatan emosi untuk menggugah perasaan dan se
mangat peserta. Fasilitator menggunakan intuisi dan prasangka untuk memahami kesulitan atau h
ambatan yang dirasakan peserta dalam belajar, Setelah secara paralel tujuan meningkatkan keter
libatan peserta mendiskusikan aspek informatif dari suatu permasalahan, kemudian setiap peserta
diskusi secara bersama-sama mengemukakan aspek intuitif dan emosional dari pendapatnya.
3. Topi hitam berarti fasilitator bersikap serius. Fasilitator tidak serta merta menerima pendapat atau
masukan dari orang lain melainkan bersikap menolak terlebih dahulu, bersikap ragu-
ragu atau hati-
hati, kemudian mencari tahu (eksplorasi) lebih jauh. Dalam menyikapi suatu persoalan, fasilitator
menggunakan topi hitam bukan untuk mencari argumentasi melainkan untuk memperhatikan ata
u waspada terhadap sesuatu hal yang dianggap negatif. Topi hitam merupakan metafora untuk at
au terlalu sering digunakan. menggambarkan aspek kritis dari pemikiran yang hendak kita sampa
ikan.
4. Topi kuning berarti fasilitator menggunakan cara berfikir positif dalam mengelola proses pembela
jaran agar atmosfir dalam kegiatan pembelajaran juga berkembang positif. Fasilitator juga bersik
ap optimis dalam menghadapi sesuatu persoalan. Kalau topi hitam mengajak melihat sisi negatif,
maka topi kuning mengajak melihat sisi positif. Fasilitator menggunakan cara rasional (intelektu
al) dan membangun kerangka pikir untuk mengembangkan suatu analisa kritis. Topi kuning yan
g konstruktif cenderung membuat gagasan kongkrit agar bisa dilakukan sesuatu yang bermanfaat
.
5. Topi hijau berarti fasilitator menggunakan kreativitasnya untuk membangun suasana belajar (misa
l membuat trik-
trik tertentu, permainan, humor, dan sebagainya). Topi hijau juga telah menjadi simbol untuk ora
ng yang mampu mendengarkan dengan baik, mengumpulkan informasi, penilaian baik dan buru,
aspek emosional dan kritis, maka kemudian setiap peserta diskusi berusaha secara bersama-
sama menemukan alternatif, gagasan, kemungkinan dan rancangan. Apa yang dapat dilakukan, a
pa alternatif yang ada, dan pembahasan sejenis dibahas dalam sesi ini.
6. Topi biru berarti fasilitator mengendalikan proses pembelajaran agar tetap pada relnya. Fasilitator
juga selalu menjaga agar pembelajaran tetap fokus atau dikelola batas-
batasnya. Fasilitator selalu mengacu pada rencana dan rancangan pembelajaran sebagai alat kontr
ol. Fasilitator mengembangkan proses perumusan pokok-
pokok pembelajaran dan kesimpulan untuk menjaga fokus dan menarik. Topi biru diasosiasikan
sebagai pengambilan benang merah pembelajaran. Terdapat dua tujuan utama terhadap keenam k
onsep topi berpikir tersebut
 Menyederhanakan berpikir dengan mengizinkan seorang pemikir menyelesaikan suatu hal pa
da suatu saat. Meskipun harus menyimpan emosi, logika, informasi, harapan dan kreativitas s
emua pada saat yang sama, namun pemikir tersebut mampu memisahkan hal-
hal tersebut tadi.
 Mengizinkan suatu peralihan dalam berpikir. Jika seseorang pada suatu pertemuan telah bersi
kap negatif, orang itu dapat diminta menggunakan ‘topi berpikir hitam’. Hal ini memberikan
tanda kepada orang tersebut bahwa ia sedang bersikap negatif.

d. TIGA PRINSIP DASAR POLA BERPIKIR KEWIRAUSAHAAN


1. Perhatian (Attention)
Pada tahap perhatian (attention) wirausaha berusaha agar calon konsumen memperhatikan penaw
aran yang dilakukannya. Untuk mendapatkan perhatian dari calon konsumen wirasaha harus me
mperlihatkan sikap yang baik, tutur kata dan cara berpakaian yang menarik yang akan memberik
an penilaian yang positif dari calon konsumen yang akan berpengaruh terhadap terjadinya jual be
li. Dalam pola berfikir khususny perhatian, juga melihat apa yang dibutuhkan konsumen sesuai d
engan apa yang kita lakukan, memperhatikan cara bekerja warausahawan lain untuk bisa menjadi
ide atau memotivasi
2. Pelarian
Yang dimaksud dengan pelarian disini adalah, dimana saat kita jatuh atau bangkrut, kita masih m
empunyai pengerjaan lain, seperti pekerjaan sampingan sebagai sebagai pengganti pekerjaan yan
g telah bangkrut tadi sambil menbangun ulang usaha baru disamping usaha sampingan

3. Tindakan (Action)
Pada tahap tindakan (action) wirausaha harus dapat mewujudkan kebutuhan dan harapan konsum
en dan memberikan keyakinan bahwa barang, jasa dan ide yang dibeli merupakan langkah yang t
epat yang dapat memberikan keuntungan bagi konsumen. Tindakan sesuatu yang harus dilakuka
n seseorang untuk menjadi wirausahawan, karena tanpa ada tindakan kita tidak mungkin bisa me
njadi maju dan terus maju.

DAFTAR PUSTAKA

Feekol. 2015. Keterkaitan antara wirausaha dan pola berpikir.


http://fekool.blogspot.co.id/2015/03/keterkaitan-antara-wirausaha-dan-pola.html.
Dinni. 2015. Pentingnya pola piker dalam kewirausahaan.
https://www.kompasiana.com/dinniaprilia/pentingnya-pola-pikir-dalam-
berwirausaha_552b97836ea8345a2b8b4594.

Anda mungkin juga menyukai