BAB I
PENDAHULUAN
Bagi Responden
Menambah pengetahuan penderita TB dan keluarga tentang pencegahan
penularan TB sehingga mengurangi resiko penularan pada anggota
keluarga dan orang lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Konsep baru lahirnya promosi kesehatan adalah upaya dalam bentuk
health education atau yang sering kita kenal dengan pendidikan
(penyuluhan) kesehatan. Kegiatan ini tidak dengan mudah membuat
individu,keluarga,kelompok dan masyarakat berperilaku kesehatan.
Pendidikan kesehatan ini bertujuan untuk menghasilkan perilaku yang
menguntungkan kesehatan, dan perilaku itu bersifat.Green dan Kreuter
(2005) menyatakan bahwa “Promosi kesehatan adalah kombinasi upaya-
upaya pendidikan, kebijakan (politik), peraturan, dan organisasi untuk
mendukung kegiatan-kegiatan dan kondisi-kondisi hidup yang
menguntungkan kesehatan individu, kelompok, atau komunitas”.
( Kemenkes RI,2016)
Sedangkan Kementerian/Departemen Kesehatan Republik Indonesia
merumuskan pengertian promosi kesehatan sebagai berikut: “Upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor
kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat,
agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat
dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.” Hal
tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.
1114/Menkes/SK/VIII/2005.
Dari beberapa pengertian diatas diambil kesimpulan bahwa promosi
kesehatan adalah gabungan antara pendidikan kesehatan yang didukung oleh
kebijakan publik berwawasan kesehatan, karena disadari bahwa gabungan
kedua upaya ini akan memberdayakan masyarakat sehingga mampu
mengontrol determinan-determinan kesehatan. Promosi kesehatan sebagai
bagian dari program kesehatan masyarakat di Indonesia harus mengambil
bagian dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan di Indonesia.
Promosi kesehatan sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat di
Indonesia harus mengambil bagian dalam mewujudkan visi pembangunan
kesehatan di Indonesia tersebut. Sehingga promosi kesehatan dapat
10
dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Sedangkan perilaku terbuka
merupakan respon dari seseorang dalam bentuk tindakan yang nyata
sehingga dapat diamati lebih jelas dan mudah (Fitriani, 2011).
2.2.2 Perilaku kesehatan
Perilaku kesehatan merupakan suatu respon dari seseorang berkaitan
dengan masalah kesehatan, penggunaan pelayanan kesehatan, pola hidup,
maupun lingkungan sekitar yang mempengaruhi (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Becker, 1979 yang dikutip dalam Notoatmodjo (2012), perilaku
kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga :
a. Perilaku hidup sehat (healthy life style)
Merupakan perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha untuk
meningkatkan kesehatan dengan gaya hidup sehat yang meliputi
makan menu seimbang, olahraga yang teratur, tidak merokok, istirahat
cukup, menjaga perilaku yang positif bagi kesehatan.
b. Perilaku sakit (illness behavior)
Merupakan perilaku yang terbentuk karena adanya respon terhadap
suatu penyakit. Perilaku dapat meliputi pengetahuan tentang penyakit
serta upaya pengobatannya.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
Merupakan perilaku seseorang ketika sakit. Perilaku ini mencakup
upaya untuk menyembuhkan penyakitnya.
2.2.3 Determinan perilaku kesehatan
a. Faktor-faktor predisposisi (disposing factors)
Faktor-faktor predisposisi merupakan faktor yang mempermudah
terjadinya suatu perilaku. Yang termasuk faktor predisposisi yaitu
pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dan lain-
lain.
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor-faktor pemungkin merupakan faktor-faktor yang merupakan
sarana dan prasarana untuk berlangsungnya suatu perilaku. Yang
18
Sikap akan lebih mudah terbentuk jika pengalaman pribadi yang terjadi
melibatkan faktor emosional.
b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu cenderung mempunyai sikap yang searah dengan orang yang
dianggapnya penting karena dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari
konflik dengan orang yang dianggapnya penting tersebut.
c) Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat
asuhannya sehingga kebudayaan yang dianut menjadi salah satu faktor
penentu pembentukan sikap seseorang.
d) Media massa
Media massa yang harusnya disampaikan secara objektif cenderung
dipengaruhi oleh sikap penulis sehingga berpengaruh juga terhadap sikap
konsumennya.
e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama
sangat menentukan system kepercayaan sehingga konsep ini akan ikut
mempengaruhi pembentukan sikap.
f) Faktor emosional
Sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi sebagai bentuk
pertahanan egonya.
4) Cara pengukuran sikap
a) Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals)
Teknik ini disusun oleh Thurstone yang didasarkan pada asumsi nilai skala
yang berasal dari rating para penilai tidak dipengaruhi oleh sikap penilai
terhadap isu. Metode ini menempatkan sikap seseorang pada rentangan
kontinum dari yang sangat unfavorable sampai yang sangat favorable
terhadap suatu objek sikap. Caranya yaitu dengan memberikan orang
tersebut beberapa item sikap yang telah ditentukan derajat
favorabilitasnya. Pembuat skala perlu membuat sampel pernyataan sikap
sekitar 100 buah atau lebih, kemudian pernyataan-pernyataan tersebut
23
h. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun
(Depkes RI,2014).
d. Teori perubahan perilaku:
a. Teori stimulus-organisme-respon (S-O-R)
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan
perilaku tergantung pada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi
dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources)
misalnya: kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan
keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
b. Teori festinger (Dissonance Theory)
Keadaan “cognitive dissonance” merupakan keadaan ketidak
seimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha
untuk mencapai keseimbangan kembali. Ketidakseimbangan dalam diri
seseorang yang akan menyebabkan perubahan perilaku terjadi disebabkan
karena adanya perbedaan jumlah elemen kognitif yang seimbang dengan
jumlah elemen kognitif yang tidak seimbang serta sama pentingnya.
c. Teori fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu
tergantung pada keutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat
mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut
dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut.
d. Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia itu adalah
suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan pendorong (driving forces)
dan kekuatan penahan (restrining forces). Perilaku itu dapat berubah apabila
terjadi ketidak seimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri
seseorang (Notoatmodjo,2012).
2.5.1 Cara dan Resiko Penularan Tuberkulosis Paru
Sumber penularan adalah penderita TB paru dan lebih cepat
penularannya dari penderita dengan BTA positif. Pada waktu batuk atau
bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
27
BAB III
KERANGKA TEORI
Kerangka konsep penelitian ini adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu dan konsep lainnya dari masalah yang diteliti (Notoadmojo,
2010). Untuk melihat variabel independen dan variabel dependen dalam
penelitian ini, maka peneliti menyusun masalah penelitian dalam suatu
kerangka konsep, yaitu Variable tergantung, terikat, akibat, terpengaruh atau
disebut juga dengan variable dependen atau variable yang dipengaruhi.
Variable bebas, sebab, mempengaruhi atau disebut juga dengan variable
independen, variable resiko. Disebut variable tergantung atau dependen
karena variable ini dipengaruhi oleh variable bebas atau variable
independen.
Helath Education
7 3.3. Hipotesis
H0 : tidak ada pengaruh antara pendidikan kesehatan dengan menggunakan
audiovisual dan buku saku dengan pengetahuan,sikap dan tindakan
30
Paru
Sikap Gambaran yang Kuesioner Responden ordinal Skala likert
pernyataan
dalam menunjukkan diberikan
positif :
pencegahan respon penderita pernyataan 4 : sangat setuju
3 : setuju
penularan TB Paru sebanyak 15
2 : tidak setuju
TB Paru terhadap buah 1 : sangat tidak
setuju
pernyataan yang
Pernyataan
berkaitan dengan negatif:
1 : sangat se
pandangan,
tuju
perasaan dan 2 : setuju
3 : tidak setuju
kecenderungan
4 : sangat tidak
untuk melakukan setuju
(Notoadmodjo,
tindakan
2010)
terhadap
penyakit TB
Paru
Tindakan Kemampuan Chek list Buku Saku Ordinal Baik : presentase
dalam responden tentang 10 tindakan
76%-100%
pencegaha tindakan pencegahan
n pencegahan penularan Cukup :
penularan penularan TB TB Paru
presentase 56%-
TB Paru paru
75%
Kurang :
presentase <56%
32
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi
experimental dengan rancangan dalam penelitian Two Group Pretest-
Posttest Design, satu kelompok diberikan perlakuan (pendidikan
kesehatan) dan satu kelompok tidak diberikan perlakuan. Teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.. Pengukuran
pengetahuan,sikap an tindakan penderita TB Paru menggunakan kusioner.
(Sugiyono,2017)
uji etik pada komite uji etik yang diakui/legal dan selanjutnya surat lulus
uji etik peneliti gunakan sebagai lampiran dalam pengajuan izin ke Dinas
33
kegiatan penelitian.
inclusiveness)
b. Analisa Bivariat
DAFTAR PUSTAKA
39
BAB IV
METODE PENELITIAN
setelah ada perlakuan dilakukan pengukuran lagi (post test) untuk mengetahui
Keterangan :
penularan TB paru)
perlakuan
1.3.1 Populasi
1.3.2 Sampel
1.4.1 Variabel
41
yaitu informasi yang diberikan oleh peneliti kepada penderita TB paru BTA
2014)
dan ordinal.
pendidikan.
post test.
diberikan leaflet.
kuesioner post test oleh peneliti dan dilakukan observasi untuk tindakan.
Memberikan kode pada setiap informasi yang telah terkumpul pada setiap
data univariat. Analisa ini dilakukan untuk tiap variabel penelitian yang
1) Variabel pengetahuan
item jawaban yang di silang dari kuesioner yang di isi. Jika jawaban
responden salah akan mendapat skor 0 (nol). Jawaban yang benar dihitung
berikut:
P x 100%
Keterangan :
P = % (persentase)
X = jumlah jawaban yang benar
N = jumlah pertanyaan
berikut:
76%-100% = Baik
46
56%-75% = Cukup
2) Variabel sikap
b) Setuju (S) = 3
b) Setuju (S) = 2
Md = (n + 1) / 2
Keterangan :
Md : Median
n+1 : banyaknya sampel
berikut :
3) Variabel tindakan
P x 100%
Keterangan :
P = % (persentase)
X = jumlah tindakan yang dilakukan
N = jumlah tindakan yang diobservasi
≥ 75 = Baik
digunakan adalah uji t test. Jika nilai p < 0, 05 maka secara statistik disebut
Keterangan:
48