Anda di halaman 1dari 3

BAB 2.

DASR TEORI
Jenis arus listrik terbagi menjadi dua, yakni arus listrik searah atau DC (Direct Current)
dan arus listrik bolak-balik atau AC (Alternating Current). Pada arus listrik bolak-balik, muatan
listrik mengalir dalam dua arah (bolak-balik). Adapun pada arus listrik searah, muatan listrik
hannya mengalir dalam satu arah saja. Ciri umum dari arus bolak-balik, yaitu sumber tegangan
berasal dari PLN sedangkan arus searah berasal dari baterai. Contoh peralatan yang menggunakan
arus listrik searah yaitu kalkulator, remote control, jam, dan lampu senter (Abdullah, 2000).
Kuat arus didefinisikan sebagai jumlah muatan yang mengalir melalui penampang
suatu kawat penghantar persatuan waktu. Secara sistematisnya kuat arus dituliskan sebagai berikut
: I = Q/t
dengan, I = kuat arus listrik (A)
Q= jumlah muatan yang mengalir (C)
t = waktu (s)
1 A = 1 C/s
Untuk mengukur kuat arus listrik dalam suatu penghantar dapat dilakukan dengan menggunakan
amperemeter. Cara pengukurannya yaitu dengan menghubungakan alat ukur arus lisrtri secara seri
dengan sumber tegangan listrik (Arkundato, 2007).
Jika berbagai komponen listrik dihubungkan membentuk suatu rangakaian terhadap
adanya percabangan diantara kutub-kutub sumber ggl, dikatakan bahwa komponen-komponen
tersebut terhubung dalam satu rangkaian seri. Elektron-elektron mengalir dari kutub negatif
sumber arus listrik melalui kabel dan masing-masing komponen seri berurutan dan akhirnya
kembali ke kutub positif sumber arus listrik. Kuat arus yang mengalir selalu sama di setiap titik di
sepanjang rangkaian (Indrajit, 2007).
Setiap alat ukur arus listrik atau amperemeter memiliki karateristik yang berbeda, baik
arus maksimum yang didapat atau skala yang tertera pada amperemeter. Cara membaca skala pada
amperemeter adalah dengan menggunakan rumusan sebagai berikut :
Hasil pengukuran = ( skala yang ditunjuk : skala maksimum ) x batas ukur
(Kemmerly, 2005).
Pergerakan muatan atau arus di dalam konduktor dapat diibaratkan air yang mengalir
di dalam pipa. Agar air mengalir dengan deras maka air harus digerakkan dari potensial tinggi ke
potensial rendah. Begitupun arus listrik, agar arus bergerak dengan cepat, diantara kedua kutub
harus diberi beda potensial yang tinggi. Beda potensial yang menyebabkan arus mengalir biasa
disebut dengan tegangan listrik. Tegangan listrik juga dapat didefinisikan sebagai ukuran untuk
kerja yang dibutuhkan untuk memindahkan muauutan melalui elemen. Satuan tagangan adalah
volt, dan 1 volt sama dengan 1 Joule/sekon. Tegangan disimbolkan dengan V (Paulina, 2008).
Untuk mengukur beda potensial atau tegangan diantara kedua ujung penghantar,
digunakan alat yang bernama voltmeter. Penyusunan voltmeter harus secara paralel dengan
sumber listrik atau komponen listrik yang akan diukur beda potensialnya. Namun, perlu
diperhatikan bahwa pada voltmeter terdapat dua kutub, yaitu kutub negatif dan kutub positif
sehingga kutub-kutub ini harus dihubungkan secara bersesuaian dengan kutub-kutub yang pada
rangakaian.
Gambar 2.1 pemasangan voltmeter
(Sumber : Petunjuk Praktikum Fisika Dasar Lanjutan, 2013).

Efek pemasanagn voltmeter terhadap rangkaian disebut juga loading effect. Efek ini dapat
diartikan sebagai pengaruh pemasangan voltmeter yang akan merubah besaran voltase yang ingin
diukur karena voltmeter juga terukur sebagai beban, sehingga resistansi voltmeter harus jauh lebih
tinggi atau lelbih besar dari beban yang ingin diukur (Zemansky, 1962).
Amperemeter sering juga disebut ammeter. Amperemeter pada rangkaian perlu
diletakkan seri terhadap kuat arus yang ingin diukur. Hal ini disebabkan arus tidak akan berubah
bila melalui rangkaian seri, dan akan terbagi bila melalui rangkaian paralel. Walaupun arus pada
rangkaian seri tidak berubah, akan tetapi perletakan amperemeter pada suatu rangkaian tersebut
akan mempengaruhi pengukuran. Hal ini dikarenakan amperemeter memiliki tahanan internal
sehingga akan menambah besaran tahanan total pada rangkaian tersebut dan merubah besar arus
yang hanya mengalir ke tahanan pada rangakaian awal (Arukundato, 2007).
Besaran rentang ukur ditentukan oleh seberapa besar resistor total yang tersambung.
Sensifitas sebuah amperemeter atau ammeter juga ditentukan oleh resistor shunt, semakin besar
resistor shunt maka semakin sensitif ammeter tersebut. Untuk mengukur arus yang lebih dari 50A,
maka amperemeter perlu ditambah resistor shuntatau resistor tambahan (eksternal).
Resistor shunt ini berfungsi untuk menurunkan arus yang masuk ke rangkaian agar tidak merusak
alat ukur. Amperemeter bekerja sesuai dengan hukum gaya Lorentz dan gaya magnetis. Arus yang
mengalir pada rangakaian akan menimbulkan gaya Lorentz yang akan menggerakkan jarum
amperemeter. Semakin besar arus yang mengalir, maka semakin besar simpangannya (Zemansky,
1962).

Gambar 2.2 pemasangan amperemeter


(Sumber : Petunjuk Praktikum Fisika Dasar Lanjutan, 2013).

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. 2000. Fisika . Jakarta : Erlangga.
Arkundato, A. 2007. Fisika Dasar. Jember : Universitas Jember.
Indrajit, D. 2007. Fisika Dasar II. Bandung : PT. Setia Purna Inves.
Kemmerly, J. 2005. Rangkaian Listrik. Jakarta : Erlangga.
Paulina, O. 2008. Fisika Kelompok Teknologi dan Kesehatan. Bandung : Grafinda Media Pratama.
Purwandari, E. 2013. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar Lanjutan. Jember: Universitas Jember.
Zemansky. 1962. Fisika Universitas. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai