Anda di halaman 1dari 24

Alat dan Mekanisme Saluran Pencernaan pada

Manusia
Mega Julia Thio
102017249
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510, No. Telp (021) 5694-2061
e-mail: mega.thio@ymail.com
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Abstrak

Manusia merupakan makhluk hidup dengan kompleksitas yang menyusunnya. Manusia


memiliki beberapa sistem untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, salah satunya adalah
sistem pencernaan. Hati dan lien merupakan organ pencernaan tambahan yang berguna dalam
sistem pencernaan manusia. Garam empedu yang dihasilkan hati digunakan dalam
mengelmusikan lemak sehingga lemak dapat diserap dan dicerna baik oleh tubuh. Tentu saja
dalam kerja, pensekresian garam empedu hati bekerja bersama kandung empedu yang berguna
untuk mematangkan, menyimpan, dan memekatkan warna empedu. Selain itu, dalam mekanisme
sistem pencernaan lien memberi peran penting sebagai organ limfoid yang seperti kita ketahui
berguna sebagai antibodi. Selain hati dan lien, masih ada organ tambahan lainnya seperti
pankreas.

Kata kunci: hati, lien, garam empedu, sistem pencernaan

Abstract

Humans are living beings with the complexity of which it is composed. Humans have multiple
systems in order to survive, which one is the digestive system. Liver and spleen are organ
accessories in the human digestive system. Bile salts produced by the liver are used to emulsify
fat so that the fat can be digested and absorbed well by the body. On process, secretion of bile
salts work together with gallbladder are useful to ripen, store and concentrate bile color. In
addition, the mechanism of the digestive system of the spleen provide an important role as a
lymphoid organ as we know is useful as antibody. Another organ accessories is pancreas.
1
Keywords: liver, spleen, bile salt, digestive system, pancreas

Pendahuluan

Manusia merupakan makhluk hidup dengan kompleksitas yang menyusunnya. Manusia


memiliki beberapa sistem untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, salah satunya adalah
sistem pencernaan. Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal yang dimulai dari makanan
masuk ke mulut hingga sisa-sisa pencernaannya dikeluarkan melalui anus adalah sistem organ
dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan
energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak
dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Organ-organ utama yang berperan
dalam sistem pencernaan antara lain mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar,
rektum, dan anus. Sementara organ tambahan dalam sistem pencernaan meliputi hepar, vesica
fellea, lien, dan pankreas. Semua organ tersebut menghasilkan enzim-enzim yang berguna untuk
menguraikan makanan dari molekul kompleks menjadi sederhana yang dapat digunakan oleh
setiap sel untuk aktivitas tubuh manusia. Tubuh akan merasakan hal-hal yang tidak nyaman bila
terjadi gangguan pada sistem dalam saluran pencernaannya baik itu akut ataupun kronis.
Gangguan tersebut dapat berupa adanya penekanan, penambahan massa, penyempitan,
kebocoran, luka sampai kelainan dari struktur anatomi.

Skenario 5

Seorang laki-laki usia 20 tahun diantar ke UGD RS dalam keadaan tidak sadar sejak 15
menit yang lalu karena kecelakaan. Dari pemeriksaan didapatkan adanya rupture hepar, pancreas,
dan lien.

Identifikasi Masalah yang Tidak Diketahui

Rupture adalah Robek atau koyaknya jaringan secara paksa.

Rumusan Masalah

Laki-laki 20 tahun mengalami kecelakaan dan ditemukan rupture hepar, pancreas, dan lien

2
Makroskopis

Hepar atau Hati

Hepar atau hati merupakan organ metabolik yang berukuran paling besar dan terbagi
menjadi 2 lobus yang di dalamnya mengandung darah dari cabang-cabang vena porta mengalir
melewati sel-sel hati melalui sinusoid ke vena sentral setiap lobulus. 2,3 Hepar mendapat perdarahan dari
A. Hepatica communis, A. Hepatica propia dan A. Hepatica dextra dan sinistra dengan pembuluh darah
balik V. Porta sedangkan vesica fellea mendapat perdarahan dari A. Cystica. 1 Hepar terletak pada region
hipokondrium kanan, meluas sampai pada region epigastrium. Empedu adalah hasil dari perombakan
sebagian kolesterol dari hepar yang akan disalurkan menuju duodenum yang jika tidak digunakan akan di
simpan dan dipekatkan di vesica fellea. Lobus kanan yang besar dan lobus kiri yang kecil.
Keduanya dipisahkan di antero-superior oleh ligamentum falciforme hepatis dan dipisahkan di
postero-inferior oleh fissure untuk ligamentum venosum dan ligamentum teres hepatis. Lobus
dexter hepatis terbagi lagi menjadi lobus quadratus dan lobus caudatus oleh vesica biliaris,
fissure ligamenti teretis, vena cava inferior dan fissure ligamenti venosi. Ligamentum falciforme
hepatis merupakan lipatan ganda peritoneum yang berjalan ke atas dari umbilicus ke hepar.
Ligamentum ini juga dilanjutkan ke bagian posteo-inferior sebagai ligamentum teres hepatis.
Lapisan kanan atas hepar membentuk lapisan atas untuk ligamentum coronarium, sedangkan
lapisan kiri atas membentuk lapisan atas ligamentum triangulare sinistrum. Bagian kanan dari
ligamentum coronarium dikenal sebagai ligamentum triangulare dextrum. Porta hepatis adalah
hilus hepar. Stuktrun ini merupakan tempat berjalannya vena porta, cabang-cabang arteri
hepatica dan duktus hepatica. Porta ini dilapisi oleh lapisan peritoneum ganda (omentum minus)
yang melekat erat ke ligamentum venosum pada fissuranya. 1

Dalam pencernaan, hepar memiliki fungsi penting untuk mensekresikan garam empedu.
Garam mepedu ini disekresikan dari hati menuju ke duodenum. Saluran ini dijaga oleh sfingter
oddi yang tertutup kecuali saat makan. Saat ini tertutup, maka sekresi garam empedu kemudian
ditampung dalam kandung empedu yang disebut juga vesica fellea. Sekresi dari hati
mengandung garam empedu, kolesterol, lesitin, dan bilirubin yang dihasilkan oleh aktivitas
hepatosit (sel hati). Garam empedu ini kemudian akan direabsorpi pada ileum terminal dan
dikembalikan ke hepar untuk kemudian disekresikan kembali. Sirkulasi ini disebut sirkulasi
enterohepatik. Garam empedu berfungsi untuk membantu pencernaan lemak dengan membagi

3
globulet lemak menjadi emulsi lipid yang lebih kecil. Jika ini tidak terjadi, maka lipase hanya
akan dapat mencerna molekul trigliserida lemak pada permukaan globulet lemak besar, dan
pencernaan lemak akan menjadi lebih lama. Lesitin juga berperan penting dalam proses
pencernaan lemak. Bersama dengan garam empedu, lesitin membentuk formasi misel, yang
merupakan transportasi lemak menuju ke area absorpsinya. 1

Persarafan hepar ada 2 yaitu persarafan simpatis, dan parasimpatis. Saraf-saraf itu
mencapai hepar melalui flexus hepaticus, sebagian besar melalui flexus coeliaci yang juga
menerima cabang-cabang dari N. Vagus kanan dan kiri, serta dari N. Phrenicus kanan.
Perdarahan hepar terdiri dari perdarahan arteri dan vena, dimana perdarahan arterinya melalui a.
Hepatica communis, a. Hepatica propia, a. Hepatica dextra dan sinistra, sedangkan untuk
pembuluh baliknya dari tractus gastrointestinal melalui v. Porta. V. Porta merupakan bagian dari
pembuluh balik sistema portal yang mengumpulkan darah dari alat-alat gastrointestinal
untuk dialirkan ke hepar. 1,2

Hepar mempunyai 3 fungsi dasar, yaitu:

1. Pembentukan dan sekresi empedu yang dimasukkan ke dalam usus halus


2. Berperan pada aktivitas metabolisme yang berhubungan dengan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein
3. Menyaring darah untuk membuang bakteri dan benda asing lain yang masuk ke dalam
darah dan lumen usus. 1,2

Gambar 1. Hepar 3

4
Gambar 2. Hepar dilihat dari depan (A), dari atas (B), dan dari belakang (C). Perhatikan posisi
lipatan peritoneum, bare area dan ligamentum peritonale 3

Vesica Fellea atau Kandung Empedu

Vesica fellea atau kandung empedu adalah kantong yang berbentuk seperti buah pear
yang terletak pada permukaan visceral hati. Secara umum dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
fundus, corpus, dan collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir
inferior hati, dimana fundus berhubungan dengan dinding abdomen setinggi ujung rawan costa
IX kanan. Corpus bersentuhan dengan permukaan visceral hati dan arahnya keatas, kebelakang,
dan kiri. Sedangkan collum dilanjutkan sebagai ductus cysticus yang berjalan dalam omentum
minus untuk bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus communis membentuk ductus
choledochus. Batas anterior vesica fellea pada dinding anterior abdomen dan bagian pertama dan
kedua duodenum. Bagian posterior pada colon transversum dan bagian pertama dan kedua
duodenum. 3

Vesica Fellea ini berperan sebagai reservoir empedu dengan kapasitas ± 50 ml. Vesica
Fellea mempunyai kemampuan memekatkan empedu. Untuk membantu proses ini, maka
mukosanya mempunyai lipatan-lipatan permanen yang satu sama lain saling berhubungan seperti

5
sarang tawon. Empedu dialirkan ke duodenum sebagai akibat kontraksi dan pengosongan parsial
kandung empedu. Mekanisme ini diawali dengan masuknya makanan berlemak ke dalam
duodenum, lemak menyebabkan pengeluaran hormon kolesistokinin dari mukosa duodenum,
hormon kemudian masuk ke dalam darah menyebabkan kandung empedu berkontraksi. Pada saat
yang sama otot polos yang terletak pada ujung distal ductus choledochus dan ampula relaksasi
sehingga memungkinkan masuknya empedu yang kental ke dalam duodenum. Garam-garam
empedu dalam cairan empedu penting untuk emulsifikasi lemak dalam usus halus dan membantu
pencernaan serta absorpsi lemak. 3

Gambar 3. Struktur Anatomi Vesica Fellea 3

Lien atau Limpa

Lien berwama kemerahan dan merupakan sebuah masa lymphoid terbesar di dalam
tubuh. Berbentuk lonjong dan mempunyai incisura di pinggir anteriornya. Pada orang dewasa
panjangnya kurang lebih 12,5 cm, lebar 7,5 cm dan tebal 3,5 cm dengan berat 150 gram
(bervariasi antara 50 – 250 gram). 3 Lien terletak tepat di bawah pertengahan kiri diaphragma,
dekat dengan costa IX, X, dan XI. Sumbu panjangnya terletak sepanjang corpus costa X.
Kutub bawahnya berjalan ke depan hanya sampai linea midaxillaris, dan tidak dapat diraba
pada pemeriksaan klinik. Lien diselubungi oleh peritoneum , yang berjalan dari hilus lienalis
sebagai omentum (ligamentum) gastrolienale ke curvatura gastrica major (membawa vasa

6
gastrica brevis dan vasa gastroepiploica sinistra). Peritoneum juga berjalan menuju ginjal kiri
sebagai ligamentum lienorenale (membawa vasa lienalis dan cauda pancreas). Batas-batas
anterior: Gaster, cauda pancreas, dan flexura coli sinistra. Ren sinister terletak di sepanjang
pinggir medial, sedangkan batas-batas posteriornya: Diaphragma, pleura sinistra (recessus
costodiaphragmaticus sinistra), pulmo sinister, dan costa IX, X dan XI. 3

Pendarahan Lien dilalui oleh arteri, vena, dan pembuluh limfe dimana perndarahan
arterinya melalui a. lienalis merupakan cabang terbesar dari truncus coeliacus. Pembuluh ini
jalan berkelok-kelok di sepanjang pinggir atas pancreas. Arteria lienalis kemudian bercabang
menjadi enam pembuluh yang masuk ke lien melalui hilusnya, sedangkan untuk pembuluh balik
venanya dilalui dari v. lienalis meninggalkan hilus dan berjalan di belakang cauda dan corpus
pancreatis. Di belakang collum pancreatis, vena lienalis bergabung dengan vena mesenterica
superior membentuk vena Porta. Dan aliran limfenya keluar dari hilus dan berjalan melalui
beberapa kelenjar limfe yang terletak di sepanjang arteria lienalis dan kemudian bermuara ke
nodi coeliaci. Untuk persarafannya, persarafan lien dari Nervus mengikuti arteria lienalis dan
berasal dari plexus coeliacus. 3,4

Gambar 4. Struktur anatomi lien 3

Pankreas

Merupakan kelenjar campur dari eksokrin dan endokrin, organ lunak berlobus yang
terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritonium. Bagian kelenjar eksokrin
menghasilkan sekret yang mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein, lemak, dan
karbohirat. Bagian kelenjar endokrin, yaitu pulau langerhans, menghasilkan hormon insulin dan
glukagon yang berperan penting dalam metabolisme karbohidrat. Pankreas menyilang bidang

7
transpilorica. Pankreas dibagi menjadi empat bagian, yaitu: (1) caput pankreas berbentuki seperti
cakram, terletak pada bagian cekung duodenum. Sebagian caput meluas ke kiri di belakang av.
Mesenterica superior dan dinamakan processus uncinatus; (2) collum pancreas merupakan
bagian yang mengecil dan menghubungkan caput dengan corpus pankreas. Terletak di depan
pangkal vena porta dan pangkal arteri mesenterica superior dari aorta; (3) corpus berjalan ke atas
dan kiri menyilang garis tengah; (4) cauda berjalan menuju ke ligamentum lienorenalis dan
berhubungan dengan hilus limpa. Batas anterior pankreas dari kanan ke kiri: colon tranversum,
perlekatan mesocolon tranversum, bursa omentalis, dan lambung. Sedangkan batas posterior
pankreas dari kanan ke kiri : ductus choledochus, vena porta, vena lienalis, vena cava inferior,
aorta, pangkal arteri mesenterica superior, m. Psoas kiri, kelenjar suprarenalis kiri, ginjal kiri,
dan hilus limpa. 4

Gambar 5. Berbagai bagian pancreas dipotong untuk memperlihatkan sistem ductus 4

Mikroskopis

Hepar

Hepar menempati sebagian besar rongga abdomen kanan atas. Konsistensi hati ; kenyal
seperti jeli. Berat hati bervariasi, rata-rata 1 ½ kg. Hepar dilapisi peritonium, kecuali bagian
belakang yang langsung melekat pada diaphragma dan disebut BARE AREA (area nuda). Pada
penampang sagital hepar, tampak bagian depan lebih rendah daripada bagian belakang. Hepar

8
dibedakan menjadi dua lobus, yaitu lobus kanan dan kiri. Batas lobus kanan dan kiri adalah
sebuah alur berbentuk huruf H yang ditempati oleh lig. Teres hepatis dan lig. Venosum Arantii
diselah caudal, dan lig. Falciforme hepatis disebelah cranial. Secara anatomis dan fungsional
batas lobus kanan dan kiri sesuai bidang yang melalui alur yang dibentuk oleh kantung empedu
dan v. Cava inferior (tidak terlihat dari luar). Lobus kanan terbagi menjadi lobus caudatus dan
quadratus oleh porta hepatis dan fossa sagitalis dextra. Dari luar hepar terlihat sebagai berikut : 5

 Bagian yang berhubungan dengan diafragma ( facies diaphragmatica )


 Bagian yang menghadap cavum abdomen ( facies visceralis/ facies inferior

Peralihan dari facies superior ke facies inferior di sebelah belakang tidak jelas, sedangkan
peralihan disebelah depan jelas sekali, yaitu pada tepi yang tajam atau margo anterior/ margo
inferior. 5

Ciri-ciri dari hepar yaitu:

 Bentuknya polygonal
 Bagian sentral lobules hati  vena sentralis
 Sel-sel hepar tersusun radier
 Mempunyai segitiga Kiernan yang berisi cabang A.hepatika, cabang vena porta, duktus
biliaris, dan pembuluh limfe
 Setiap sel hati pada salah satu permukaannya harus berhubungan dengan sistem empedu
dan pada permukaan yang lain harus berhadapan dengan pembuluh darah
 Sel hati berbentuk polygonal dengan inti ovoif, sitoplasma bergranula dengan banyak
mitokondria, glikogen, protein dan pogmen lipofuchsin
 Dikelilingi oleh berkas serat retikulin
 Sinusoid hati dibatasi oleh sel endotel sinus dan sel kupffer yang bersifat fagositer 5

9
Gambar 6. Mikroskopis Hati 5

Vesica Fellea

Dinding kandung empedu terdiri atas mukosa, lapisan fibromuskular, lapisan jaringan
ikat perimuskular, dan serosa pada semua permukaannya kecuali hepatik dengan adventisia yang
melekatkannya pada hepar. 3,6

Mukosa menampakkan lipatan-lipatan temporer yang menghilang saat kandung empedu


diregangkan oleh empedu. Lipatan ini mirip villi pada usus halus, namun ukuran dan bentuknya
berbeda, dan susunannya yang tidak teratur.Kripti atau divertikula di antara lipatan sering
membentuk indentasi yang dalam di mukosa. Pada potongan melintang, di vertikula ini di dalam
lamina propria mirip kelenjar tubular; namun tidak ada kelenjar di dalam kandung empedu.4
Epitel pelapis adalah epitel selapis silindris tinggi dengan sitoplasma terpulas pucat dan inti di
basal. Lamina propria mengandung jaringan ikat longgar dan beberapa jaringan limfoid difus. 3,6

Serat otot polos di dalam lapisan fibromuskular berbaur dengan lapisan-lapisan jaringan
ikat longgar yang kaya serat elastin. Berbeda dengan organ lain yang mempunyai serosa atau
adventisia menutupi lapisan muskular, kandung empedu memiliki lapisan lebar yang terdiri dari

10
jaringan ikat longgar perimuskular yang mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe, dan
saraf; serosa adalah lapisan terluar dan menutupi semua bangunan ini.3,6

Ciri-ciri vesica fellea antara lain: 1-3,7

 Terdiri dari epitel selapis torak tanpa sel goblet


 Tunika mukosanya mempunyai epitel selapis torak pada lamina propia didapati sinus
Rokistansky Aschof
 Tunika muskularisnya tidak teratur
 Tidak terdapat tunika muskularis mukosa
 Tunika perimuskularisnya atau tunika sbserosa berupa anyaman penyambung longgar,
disini terdapat duktus Aberans Luschka
 Tunika adventisia berupa membran serosa

Pankreas

Pankreas memiliki unsur eksokrin maupun endokrin yang menempati sebagian besar
kelenjar. Pankreas eksokrin yang merupakan bagian terbesar dari kelenjar, terdiri atas asini
serosa yang berhimpitan, tersusun dalam banyak lobulus kecil. Lobuli dikelilingi septa intra dan
interlobular, dengan pembuluh darah, duktus, saraf, dan kadang-kadang badan Pacini.3,6

Sebuah asinus pankreas terdiri atas sel-sel zimogen penghasil-protein berbentuk piramid
mengelilingi sebuah lumen sentral yang kecil. Duktus ekskretorius meluas ke dalam setiap asinus
dan tampak sebagai sel sentroasinar yang terpulas pucat di dalam lumennya. Produk sekresi asini
dikeluarkan melalui duktus interkalaris (intralobular) yang sempit. Sel sentroasinar berlanjut
sebagai epitel duktus interkalaris. Duktus interkalaris kemudian berlanjut sebagai duktus
interlobular yang terdapat di dalam septa jaringan ikat yang terdapat di antara lobuli. Duktus
interlobular dilapisi epitel selapis kuboid yang makin tinggi dan menjadi berlapis pada duktus
yang lebih besar.3,6

Pankreas memiliki cici-ciri sebagai berikut:

- Terdiri dari kelenjar campur yaitu endokrin dan eksokrin


- Epitel duktus eksretoriusnya bervariasi torak rendah bersel goblet sampai kubus
- Epitel duktus interkalarisnya panjang-panjang terdiri dari epitel selapis gepeng

11
- Bentuk sel asinusnya lebih kecil dari sel asinus parotis.
- Pars terminalisnya 100% serous dan ditengah pars terminal sering dijumpai sel-sel
setroasini yang merupakan bagian dari isthmus
- Tidak ada sel mioepitel 6

Gambar 7. Mikroskopis pankreas 6

Lien

12
Gambar 8. Mikroskopis lien 6

Gambar 9. Mikroskopis lien 6

Enzim dan Hormon Pencernaan

Pankreas

Pankreas eksokrin mengeluarkan getah pankreas yang terdiri dari dua komponen: (1)
enzim pankreas yang secara aktif disekresikan oleh sel asinus yang membentuk asinus dan (2)
larutan cair basa yang secara aktif di sekresikan oleh sel duktus yang melapisi duktus
pankreatikus. Komponen encer alkalis banyak mengandung natrium bikarbonat (NaHCO).
Seperti pepsinogen, enzim-enzim pankreas disinpan di dalarn granula zimogen setelah
diproduksi, kemudian dilepaskan dengan eksositosis sesuai kebutuhan. Enzim-enzim pankreas

13
ini penting karena hampir mencerna makanan secara sempurna tanpa adanya sekresi pencernaan
lain. Sel-sel asinus mengeluarkan tiga jenis enzim pankreas yang mampu mencerna ketiga
kategori makanan: (1) enzim proteolitik untuk pencernaan protein, (2) amilase pankreas untuk
pencernaan karbohidrat, dan (l) lipase pankreas untuk mencerna lemak. 8,9

Enzim Proteolitik Pankreas

Tiga enzim proteolitik utama pancreas adalah tripsinogen, kimotripsinogen, dan pro
karboksipeptidase, yang masing-masing disekresikan dalam bentuk inaktif. Setelah tripsinogen
disekresikan ke dalam lumen duodenum, bahan ini diaktifkan menjadi bentuk aktifnya yaitu
tripsin oleh enterokinase (juga dikenal sebagai enteropeptidase), suatu enzim yang terbenam di
membran luminal sel-sel yang melapisi mukosa duodenum. Tripsin kemudian secara
autokatalisis mengaktifkan lebih banyak tripsinogen. Seperti pepsinogen, tripsinogen harus tetap
inaktif di dalam pankreas untuk mencegah enzim proteolitik ini mencerna protein sel tempat ia
terbentuk. Karena itu, tripsinogen tetap inaktif sampai zat ini mencapai lumen duodenum, di
mana enterokinase memicu proses pengaktifan, yang kemudian berlanjut secara autokatalitis.
Sebagai proteksi tambahan, pankreas juga menghasilkan bahan kimia yang dikenal sebagai
inhibitor tripsin, yang menghambat kerja tripsin jika secara tak sengaja terjadi pengaktifan
tripsinogen di dalam pankreas. Kimotripsinogen dan prokarbolisipeptidase, enzim proteolitik
pankreas lainnya, diubah oleh tripsin menjadi bentuk aktif, masing-masing adalah kimotripsin
dan karbboksipeptidase, di dalam lumen duodenum karena itu, jika enterokinase telah
mer.rgaktifkan sebagian dari tripsin maka tripsin kemudian melaksanakan proses pengaktifan
selanjutnya. 8,9

Masing-masing dari enzim proteolitik ini menyerang ikatan peptide yang berbeda.
Produk akhir vang terbentuk dari proses ini adalah campuran rantai peptida pendek dan asam
amino. Mukus yang disekresikan oleh sel usus melindungi dinding usus halus dari pencernaan
oleh enzim-enzim proteolitik yang aktif tersebut. 8,9

Amilase Pankreas

Seperti amilase liur, amilase pankreas berperan dalam pencernaan karbohidrat dengan
mengubah polisakarida menjadi disakarida maltosa. Amilase disekresikan dalam getah pankreas

14
dalam bentuk aktif, karena amilase aktif tidak membahayakan sel sekretorik. Sel-sel ini tidak
mengandung polisakarida. 8,9

Lipase Pankreas

Lipase pankreas sangat penting karena merupakan satu-satunya enzim di seluruh saluran
cerna yang dapat mencerna lemak. (Pada manusia, lipase dalam jumlah tak bermakna
disekresikan diliur dan getah lambung). Lipase pancreas menghidrolisis trigliserida makanan
menjadi monogliserida dan asam lemak bebas, yaitu satuan lemak yang dapat diserap. Seperti
amilase, lipase disekresikan dalam bentuk aktif karena tidak ada risiko pencernaan diri oleh
lipase. Trigliserida bukan komponen struktural sel pankreas. 8,9

Sekresi Alkalis Cairan Pankreas

Enzim-enzim pankreas berfungsi optimal pada lingkungan yang netral atau sedikit basa,
namun isi lambung yang sangar asam dialirkan ke dalam lumen duodenum di dekat tempat
keluarnya enzim pankreas ke dalam duodenum. Kimus asam ini harus cepat dinetralkan di
lumen duodenum, tidak saja agar enzim pancreas berfungsi optimal tetapi juga untuk mencegah
kerusakan mukosa duodenum akibat asam. Cairan basa (kaya NaHCO3) yang disekresikan oleh
sel duktus pankreas ke dalam lumen duodenum memiliki fungsi penting menetralkan kimus asam
sewaktu kimus masuk ke dalam duodenum dari lambung. Sekresi NaHCO3 cair ini adalah
komponen terbanyak sekresi pancreas. Volume sekresi pankreas berkisar antara 1 dan 2 liter
sehari, bergantung pada ienis dan derajar stimulasi. 8,9

Sekresi eksokrin pankreas diatur oleh sekretin dan CCK.

Sekresi eksokrin pankreas diatur terutama oleh mekanisme hormon. Selama fase sefalik
pencernaan, terjadi sekresi pankreas dalam jumlah terbatas akibat stimulasi parasimpatis, disertai
peningkatan simbolik terjadi selama fase lambung sebagai respons terhadap gastrin. Namun,
stimulasi utama sekresi pankreas terjadi selama fase usus pencernaan ketika kimus berada di
usus halus. Pelepasan dua enterogastron utama, sekretin dan kolesistokinin (CCK) sebagai
respons terhadap kimus di duodenum berperan sentral dalam mengontrol sekresi pankreas. 8,9

15
Peran Sekretin dalam Sekresi Pankreas

Dari faktor-faktor yang merangsang pelepasan enrerogastron (lemak, asam,


hipertonisitas, dan peregangan), perangsang utama yang secara spesifik untuk pelepasan sekretin
adalah asam di duodenum. Sekretin, selanjutnya, dibawa oleh darah ke pankreas, tempat zat ini
merangsang sel-sel duktus untuk meningkatkan sekresi cairan encer kaya NaHCO3 ke dalam
duodenum. Meskipun rangsangan lain dapar menyebabkan pelepasan sekretin namun
merupakan hal yang sesuai jika perangsang paling kuat adalah asam karena sekretin
mendorong sekresi pankreas yang bersifat alkalis untuk menetralkan asam. Mekanisme ini
merupakan sistem kontrol untuk memelihara netralitas kimus di usus. Jumlah sekretin yang
dikeluarkan proporsional dengan jumlah asam yang masuk ke duodenum sehingga jumlah
NaHCO3 yang disekresikan serara dengan keasaman duodenum. 8,9

Peran CCK dalam Sekresi Pankreas

Kolesistokinin penting dalam mengatur sekresi enzim pencernaan pankreas. Perangsang


utama pelepasan CCK dari mukosa duodenum adalah adanya lemak dan, dengan tingkat yang
lebih rendah, produk protein. Sistem sirkulasi mengangkut CCK ke pankreas tempat zat ini
merangsang sel asinus pankreas untuk meningkatkan sekresi enzim pencernaan. Di antara enzim-
enzim ini terdapat lipase dan enzim proteolitik, yang mencerna lebih lanjut lemak dan protein
yang memicu respons, serta juga membantu mencerna karbohidrat. Berbeda dari lemak dan
protein, karbohidrat tidak berpengaruh langsung pada sekresi enzim pencernaan pankreas. Ketiga
jenis enzim pencernaan pankreas dikemas bersama dalam granula zimogen, sehingga semua
enzim pankreas dibebaskan bersama-sama pada eksositosis granula. Karena itu, meskipun
jumlah total enzim yang dibebaskan bervariasi bergantung pada jenis makanan yang dikonsumsi
(sekresi paling banyak dirangsang oleh lemak) namun perbandingan enzim-enzim yang
dibebaskan tidak berbeda berdasarkan jenis makanan. Yaitu, makanan tinggi protein tidak
menyebabkan pelepasan enzim pencernaan dengan proporsi enzim proteolitik yang lebih besar.
Namun, bukti menunjukkan bahwa dapat terjadi penyesuaian jangka panjang dalam proporsi
jenis enzim sebagai respons adaptif terhadap perubahan berkepanjangan dalam diet. Sebagai
contoh, pada perubahan jangka panjang ke diet tinggi protein akan diproduksi enzim
proteolitik dengan proporsi yang lebih besar. Kolesistokinin mungkin berperan dalam adaptasi
enzim pencernaan pankreas terhadap perubahan diet. Seperti gastrin yang bersifat trofik bagi

16
lambung dan usus halus, CCK dan sekretin juga memiliki efek trofik pada pankreas eksokrin
untuk mempertahankan integritasnya. 8,9

Gambar 10. Gambaran skematik bagian eksokrin dan endokrin pankreas. Pankreas eksokrin
mensekresikan ke dalam lumen duodenum getah pencernaan yang mengandung enzim-enzim
pencernaan yang dikeluarkan oleh sel asinus dan larutan NaHCO3 yang disekresikan oleh sel
duktus. Pankreas endokrin mengeluarkan hormon insulin dan glukagon ke dalam darah. 9

Hati

Hati melakukan berbagai fungsi penting, termasuk menghasilkan empedu.

Selain getah pankreas, produk sekretorik lain yang dialirkan ke lumen duodenum adalah
empedu. Sistem empedu mencakup hati, handung empedu, dan saluran-saluran terkaitnya. 8,9

Fungsi Hati

Hati adalah organ metabolik terbesar dan terpenting di tubuh; organ ini dapat dipandang
sebagai pabrik biokimia utama tubuh. Perannya dalam sistem pencernaan adalah sekresi garam
empedu, yang membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Hati juga melakukan berbagai
fungsi yang tidak berkaitan dengan pencernaan, termasuk yang berikut: 8,9

17
1. Memproses secara metabolis ketiga kategori utama nutrien (karbohidrat, protein, dan
lemak) setelah zat-zat ini diserap dari saluran cerna.
2. Mendetoksifikasi atau menguraikan zat sisa tubuh dan hormon serta obat dan senyawa
asing lain.
3. Membentuk protein plasma, rermasuk protein yang dibutuhkan untuk pembekuan darah
dan yang untuk mengangkut hormon steroid dan tiroid serta kolesterol dalam darah.
4. Menyimpan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin.
5. Mengaktifkan vitamin D, yang dilakukan hati bersama dengan ginjal.
6. Mengeluarkan bakteri dan sel darah merah tua, berkat adanya makrofag residennya
7. Mengekskresikan kolesterol dan bilirubin, bilirubin adalah produk penguraian yang
berasal dari destruksi sel darah merah tua. 8,9

Meskipun memiliki beragam fungsi kompleks ini namun tidak banyak spesialisasi
ditemukan di antara sel-sel hati. Setiap sel hati, atau hepatosit, melakukan beragam tugas
metabolic dan sekretorik yang sama (hepato artinya "hati", sit artinya "sel"). Spesialisasi
ditimbulkan oleh organel-organel yang berkembang maju di dalam setiap hepatosit. Satu-satunya
fungsi hati yang tidak dilakukan oleh hepatosit adalah aktivitas fagosit yang dilaksanakan oleh
makrofag residen yang dikenal sebagai sel Kupffer yang membawa produk yang diserap dari
saluran cerna langsung ke hati untuk diproses, disimpan, atau didetoksifikasi sebelum produk-
produk ini memperoleh akscs ke sirkulasi umum. Di dalam hati, vena porta kembali bercabang-
cabang menjadi anyaman kapiler (sinusoid hati) untuk memungkinkan terjadinya pertukaran
antara darah dan hepatosit sebelum darah mengalir ke dalam vena hepatika, yang kemudian
menyatu dengan vena kava inferior. 8,9

Lobulus hati dipisahkan oleh pembuluh darah dan saluran empedu

Hati tersusun menjadi unit-unit fungsional yang dikenal sebagai lobulus, yaitu susunan jaringan
berbentuk heksagonal mengelilingi satu vena sentral. Di setiap enam sudut luar lobulus terdapat
tiga pembuluh: cabang arteri hepatika, cabang vena porra hati, dan duktus biliaris. Darah dari
cabang arteri hepatika dan vena porta mengalir dari perifer lobulus ke ruang kapiler luas yang
disebut sinusoid yang berjalan di antara jejeran sel hati ke vena sentral seperti jari-jari roda
sepeda. Sel Kupffer melapisi bagian dalam sinusoid serta menelan dan menghancurkan sel darah
merah dan bakteri yang melewatinya dalam darah. Hepatosit-hepatosit tersusun antara sinusoid

18
dalam lempeng-lempeng yang tebalnya dua sel, sehingga masing-masing tepi lateral menghadap
ke genangan darah sinusoid. Vena sentral di semua lobulus hati menyatu untuk membentuk vena
hepatika, yang mengalirkan darah keluar dari hati. Saluran tipis pengangkut empedu, kanalikulus
biliaris, berjalan di antara sel-sel di dalam setiap lempeng hati. Hepatosit terus-menerus
mengeluarkan empedu ke dalam saluran tipis ini, yang mengangkut empedu ke duktus biliaris di
tepi lobulus. Duktus-duktus biliaris dari berbagai lobulus menyatu untuk akhirnya membentuk
duktus biliaris komunis, yang mengangkut empedu dari hati ke duodenum. Setiap hepatosit
berkontak dengan sinusoid di satu sisi dan kanalikulus biliaris di sisi lain. 8,9

Empedu secara terus-menerus disekresikan oleh hati dan dialihkan ke kandung empedu di antara
waktu makan.

Lubang duktus biliaris ke dalam duodenum dijaga oleh sfingter Oddi, yang mencegah
empedu masuk ke duodenum kecuali sewaktu pencernaan makanan. Ketika sfingter ini
tertutup, sebagian besar empedu yang disekresikan oleh hati dialihkan balik ke dalam kandung
empedu, suatu struktur kecil berbentuk kantung yang terselip di bawah tetapi tidak langsung
berhubungan dengan hati. Karena itu, empedu tidak diangkut langsung dari hati ke kandung
empedu. Empedu kemudian disimpan dan dipekatkan di kandung empedu di antara waktu
makan. Setelah makan, empedu masuk ke duodenum akibat efek kombinasi pengosongan
kandung empedu dan peningkatan sekresi empedu oleh hati. Jumlah empedu yang disekresikan
per hari berkisar dari 250 ml sampai 1 liter, bergantung pada derajat perangsangan. Garam
empedu didaur ulang melalui sirkulasi enterohepatik. 8,9

Empedu mengandung beberapa konstituen organik, yaitu garam empedu, kolesterol,


lesitin, dan bilirubin (semua berasal dari aktivitas hepatosit) dalam suatu cairan encer alkalis
(ditambahkan oleh sel duktus) serupa dengan sekresi NaHCO3 pankreas. Meskipun empedu
tidak mengandung enzim pencernaan apapun namun bahan ini penting dalam pencernaan dan
penyerapan lemak, terutama melalui aktivitas garam empedu. 8,9

Gararn empedu adalah turunan kolesterol. Garam-garam ini secara aktif disekresikan ke
dalam empedu dan akhirnya masuk ke duodenum bersama dengan konstituen empedu lainnya.
Setelah ikut serta dalam pencernaan dan penyerapan lemak, sebagian besar garam empedu
diserap kembali ke dalam darah oleh mekanisme rranspor aktif khusus yang terletak di ileum
terminal. Dari sini garam empedu dikembalikan ke sistem porta hati, yang meresekresikannya ke

19
dalam empedu. Daur ulang garam empedu ini (dan sebagian dari konstituen empedu lainnya)
antara usus halus dan hati disebut sirkulasi enterohepatik (entero artinya "usus"; hepatik artinya
"hati"). Jumlah total garam empedu di tubuh adalah sekitar 3 sampai 4 gram, namun dalam satu
kali makan mungkin dikeluarkan 3 sampai 15 gram garam empedu ke dalam duodenum.
Jelaslah, garam-garam empedu harus didaur ulang beberapa kali sehari. Biasanya hanya sekitar
5% dari empedu yang disekresikan keluar dari tubuh melalui tinja setiap hari. Kehilangan garam
empedu ini diganti oleh pembentukan garam empedu baru oleh hati; dengan demikian, jumlah
total garam empedu dijaga konstan. 8,9

Garam empedu membantu pencernaan dan penyerapan lemak.

Garam empedu membantu pencernaan Iemak melalui efek deterjennya (emulsifikasi) dan
mempermudah penyerapan lemak dengan ikut serta dalam pembentukan misel (micelle), Kedua
fungsi berkaitan dengan struktur garam empedu. 8,9

Efek Deterjen Garam Empedu

Istilah efek deterjen merujuk kepada kemampuan garam empedu untuk mengubah
globulus (gumpalan) lemak besar menjadi emulsi emak yang terdiri dari banyak tetesan/butiran
lemak dengan garis tengah masing-masing 1 mm yang membentuk suspensi di dalam kimus cair
sehingga luas permukaan yang tersedia untuk tempat lipase pankreas bekerja bertambah.
Gumpalan lemak, berapapun ukurannya, terutama terdiri dari molekul trigliserida yang belum
tercerna. Untuk mencerna iemak, lipase harus berkontak langsung dengan molekul trigliserida.
Karena tidak larut dalam air maka trigliserida cenderung menggumpal menjadi butir-butir besar
dalam lingkungan usus halus yang banyak mengandung air. Jika garam empedu tidak
mengemulsifikasi gumpalan besar lemak ini, maka lipase dapat bekerja hanya pada permukaan
gumpalan besar tersebut dan pencernaan lemak akan sangat lama. 8,9

Garam empedu memiliki efek deterjen serupa dengan deterjen yang anda gunakan untuk
membersihkan lemak ketika mencuci piring. Molekul garam empedu mengandung bagian yang
larut lemak (suatu steroid yang berasal dari kolesterol) plus bagian larut air yang bermuatan
negatif. Garam empedu terserap di permukaan butiran lemak; yaitu, bagian larut lemak garam
empedu larut dalam butiran lemak, meninggalkan bagian larut air yang bermuatan menonjol dari
permukaan butiran lemak tersebut. Gerakan mencampur oleh usus memecah-mecah butiran

20
lemak besar menjadi butiran-butiran yang lebih kecil. Butiran-butiran kecil ini akan cepat
bergabung kembali jika tidak ada garam empedu yang terserap di permukaannya dan
menciptakan selubung muatan negatif larut air di permukaan setiap butiran kecil. Karena muatan
yang sama saling tolak-menolak, maka gugus-gugus bermuatan negatif di permukaan butiran
lemak menyebabkan butiran tersebut saling menjauh. Daya tolak listrik ini mencegah butir-butir
kecil kembali bergabung membentuk gumpalan lemak besar sehingga menghasilkan emulsi
lemak yang meningkatkan permukaan yang tersedia untuk kerja lipase. 8,9

Meskipun garam empedu meningkatkan luas permukaan yang tersedia untuk diproses
oleh enzim lipase pankreas namun lipase saja tidak dapat menembus lapisan garam- garam
empedu yang terserap di permukaan butiran halus emulsi lemak. Untuk memecahkan dilema ini,
pankreas mengeluarkan polipeptida kolipase bersama dengan lipase. Kolipase berikatan dengan
lipase dan garam empedu di permukaan butiran lemak sehingga lipase melekat ke tempat
kerjanya. 8,9

Pembentukan Misel

Garam empedu-bersama dengan kolesterol dan lesitin, yang juga merupakan konstituen
empedu berperan penting dalam mempermudah penyerapan lemak melalui pembentukan misel.
Seperti garam empedu, lesitin memiliki bagian yang larut lemak dan bagian yang larut air,
sementara kolesterol hampir sama sekali tak larut dalam air. Dalam suatu misel,garam empedu
dan lesitin bergumpal dalam kelompok- kelompok kecil dengan bagian larut lemak menyatu di
bagian tengah membentuk inti hidrofobik ("takut air"), sementara bagian larut air membentuk
selubung hidrofilik ("suka air") di sebelah luar. Sebuah misel memiliki garis tengah 4 sampai 7
nm, sekitar sepersejuta ukuran emulsi butiran lemak. Misel, karena larut dalam air berkat
selubung hidrofiliknya, dapat melarutkan bahan tak larut air (dan karenanya larut lemak) di
bagian tengahnya. Karena itu misel merupakan wadah yang dapat digunakan untuk mengangkut
bahan-bahan tak larut air melalui isi lumen yang cair. Bahan larut lemak terpenting yang
diangkut di dalam misel adalah produk-produk pencernaan lemak (monogliserida dan asam
lemak bebas) serta vitamin larut lemak, yang semuanya diangkut ke tempat penyerapannya
dengan cara ini. Jika tidak menumpang di dalam misel yang larut air ini, berbagai nutrien ini
akan mengapung di permukaan kimus (seperti minyak terapung di atas air), dan tidak pernah
mencapai permukaan absorptif usus halus. Selain itu, kolesterol, suatu bahan yang sangar ridak

21
larut air, larut dalam inti hidrofobik misel. Mekanisme ini penting dalam homeostasis kolesterol.
Jumlah kolesterol yang dapat diangkut dalam bentuk misel bergantung pada jumlah relatif garam
empedu dan lesitin dibandingkan dengan kolesterol. 8,9

Bilirubin adalah produk sisa yang diekskresikan ke dalam empedu.

Bilirubin, konstituen utama lainnya pada empedu, sama sekali tidak berperan dalam
pencernaan tetapi merupakan produk sisa yang diekskresikan di dalam empedu. Bilirubin
adalah pigmen empedu utama yang berasal dari penguraian sel darah merah usang. Rentang usia
tipikal sel darah merah di dalam sistem sirkulasi adalah 120 hari. Sel darah merah yang telah
usang dikeluarkan dari tubuh oleh makrofag yang melapisi bagian dalam sinusoid hati dan di
tempat-tempat lain di tubuh. Bilirubin adalah produk akhir penguraian bagian hem (yang
mengandung besi) hemoglobin yang terkandung di dalam sel darah merah usang ini. Bilirubin ini
diekstraksi dari darah oleh hepatosit dan secara aktif disekresikan ke dalam empedu. 8,9

Bilirubin adalah pigmen kuning yang menyebabkan empedu berwarna kuning. Di dalam
saluran cerna, pigmen ini dimodifikasi oleh enzim-enzim bakteri, menghasilkan warna tinja yang
coklat khas. Jika tidak terjadi sekresi bilirubin, seperti ketika duktus biliaris tersumbat total oleh
batu empedu, tinja berwarna putih keabuan. Dalam keadaan normal sejumlah kecil bilirubin
direabsorpsi oleh usus kembali ke darah, dan ketika akhirnya diekskresikan di urin, bilirubin ini
berperan besar menyebabkan warna urin kuning. Ginjal tidak dapat mengekskresikan bilirubin
sampai bahan ini telah dimodifikasi ketika mengalir melewati hati dan usus. 8,9

Garam empedu adalah perangsang paling kuat peningkatan sekresi empedu.

Sekresi empedu dapat ditingkatkan oleh mekanisme kimiawi, hormon, dan saraf:

 Mekanisme kimiawi (garam empedu).


Setiap bahan yang meningkatkan sekresi empedu oleh hati disebut koleretik. Koleretik
paling kuat adalah garam empedu itu sendiri. Di antara waktu makan, empedu disimpan
di kandung empedu, tetapi sewaktu makan empedu disalurkan ke dalam duodenum oleh
kontraksi kandung empedu. Setelah ikut serta dalam pencernaan dan penyerapan lemak,
garam empedu direabsorpsi dan dikembalikan oieh sirkulasi enterohepatik ke hati, tempat
zat-zat ini bekerja sebagai koleretikpoten untuk merangsang sekresi empedu lebih lanjut.

22
Karena itu, sewaktu makan, ketika garam empedu dibutuhkan dan sedang digunakan,
sekresi empedu oleh hati meningkat. 9
 Mekanisme hormon (sekretin).
Selain meningkatkan sekresi NaHCO3 cair oleh pankreas, sekretin juga merangsang
peningkatan sekresi empedu alkalis cair oleh duktus biliaris tanpa disertai oleh
peningkatan setara garam-garam empedu. 9
 Mekanisme saraf (saraf vagus).
Stimulasi vagus pada hati berperan kecil dalam sekresi empedu selama fase sefalik
pencernaan, yang mendorong peningkatan aliran empedu hati bahkan sebelum
makanan mencapai lambung atau usus. 9

Kandung empedu menyimpan dan memekatkan empedu di antara waktu makan dan
mengeluarkan isinya sewaktu makan 8,9

Meskipun faktor-faktor yang baru dijelaskan meningkatkan sekresi empedu oleh hati
selama dan setelah makan, namun sekresi empedu oleh hati berlangsung secara rerus-menerus.
Di antara waktu makan, empedu yang disekresikan tersebut dialihkan ke kandung empedu,
tempat bahan ini disimpan dan dipekatkan. Transpot aktif garam keluar dari kandung empedu,
dengan air mengikuti secara osmosis, menyebabkan konsentrasi konstituen-konstituen organik
meningkat 5 sampai 10 kali lipat. 8,9

Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Rupture pada bagian abdomen dapat
menjadi penyebab pasien tidak sadarkan diri karena terjadinya gangguan pada mekanisme fungsi
organ seperti hati, lien, dan pancreas yang merupakan organ penting untuk pencernaan dan
pembentukan energy.

23
Daftar Pustaka

1. Baradero M, Dayrit MW, Siswadi Y. Seri asuhan keperawatan klien gangguan hati.
Jakarta: EGC; 2008. h. 1, 77
2. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC; 2006.
3. Widjaja IH. Anatomi abdomen. Jakarta: EGC; 2007. h. 67-73, 76-8
4. Snell RS. Anatomi klinis berdasarkan sistem. Jakarta: EGC; 2012. h. 721-43
5. Gartner LP, Hiatt JL. Atlas berwarna histologi. Edisi ke-5. Tangerang: Binarupa Aksara;
2012 h. 353-65
6. Petroianu A. editor. The spleen. Brazil: Bentham Science Publisher; 2013
7. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-20. Jakarta: EGC; 2002. h.450-93.
8. Sherwood L. Fisiologi; dari sel ke sistem. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2001. h.537-85.
9. Sherwood L. Fisiologi; dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2012. h.666-75.

24

Anda mungkin juga menyukai