Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KEGIATAN DOKTER INTERNSHIP

F1 PROMOSI KESEHATAN
UPAYA MENIGKATKAN PENGETAHUAN IBU DALAM
RANGKA PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA BAYI USIA 0-6
BULAN DI LINGKUNGAN KAUMAN KEL. PLAOSAN
KECAMATAN PLAOSAN

Oleh :
dr. Kanti Sari Salaputa

PUSKESMAS PLAOSAN
MAGETAN
2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PROMOSI KESEHATAN


UPAYA MENIGKATKAN PENGETAHUAN IBU DALAM RANGKA
PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI
LINGKUNGAN KAUMAN KEL. PLAOSAN KECAMATAN PLAOSAN

Disusun Oleh:
dr. Kanti Sari Salaputa

Telah disetujui dan disahkan oleh:

Kepala Puskesmas Dokter Pelaksana

(dr. Siti Sumarni) (dr. Kanti Sari Salaputa)


USAHA KESEHATAN MASYARAKAT
UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Tanggal : Januari 2017


Kode Kegiatan : F1
Uraian Kegiatan : Penyuluhan Tentang Upaya Menigkatkan
Pengetahuan Ibu Dalam Rangka Pemberian Asi
Ekslusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


World Health Organization menempatkan Indonesia pada posisi dengan kasus
gizi buruk tinggi, yaitu tertinggi kelima di dunia. Pada tahun 2005, sebanyak lima juta
balita Indonesia menderita gizi buruk. Jumlah itu sama dengan 27.5% dari total
populasi balita.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, sebanyak 13% balita berstatus
gizi kurang, 4,9% diantaranya berstatus gizi buruk. Data yang sama juga
menunjukkan 13,3% anak kurus, 6% diantaranya anak sangat kurus dan 17% anak
tergolong sangat pendek. Keadaan ini berpengaruh pada masih tingginya angka
kematian bayi.
Menurut WHO, 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan
gizi buruk. Oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cepat dan tepat.
Masalah gizi buruk paling tinggi menyerang usia bayi. Hal ini disebabkan dalam
siklus kehidupan manusia, bayi berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan
yang paling pesat. Bayi yang dilahirkan dengan sehat, pada umur 6 bulan akan
mencapai pertumbuhan atau berat badan dua kali lipat daripada saat dilahirkan.
Untuk pertumbuhan bayi dengan baik, diperlukan zat-zat gizi seperti protein,
kalsim, vitamin D, Vitamin A dan K, zat besi, dan sebagainya. Secara alamiah zat-zat
tersebut sebenarnya sudah terkandung di dalam air susu ibu (ASI). Oleh karena itu,
jika bayi diberikan ASI secara eksklusif, sudah bisa mencukupi kebutuhan gizinya.
Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan putih yang
dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi (Suharyono,1990).
ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI pada bayi dan tidak memberi bayi
makanan atau minuman lain, termasuk air putih, kecuali obat- obatan dan vitamin atau
mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan, yang dilakukan sampai bayi berumur 6
bulan.
Menurut WHO/ UNICEF, cara pemberian makanan pada bayi dan anak yang
baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan
dan meneruskan menyusui anak sampai usia 2 tahun. Mulai 6 bulan, bayi mendapat
makanan pendamping ASI yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh
kembangnya.
ASI merupakan makanan bayi yang terbaik dan setiap bayi berhak
mendapatkan ASI, maka Departemen Kesehatan telah menerbitkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian Air Susu
Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi di Indonesia. ASI sudah diketahui
keunggulannya, namun kecenderungan para ibu untuk tidak menyusui bayinya secara
eksklusif semakin besar. Hal ini dapat dilihat dengan semakin besarnya jumlah ibu
menyusui yang memberikan makanan tambahan lebih awal sebagai pengganti ASI.
Pola asuh anak ini dipengaruhi oleh pengetahuan mengenai gizi.
Di Indonesia, penelitian dan pengamatan yang dilakukan diberbagai daerah
menunjukan dengan jelas adanya kecenderungan semakin meningkatnya jumlah
ibu yang tidak menyusui bayinya. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2002, hanya 3,7% bayi yang memperoleh ASI pada hari
pertama. Sedangkan pemberian ASI pada bayi berusia kurang dari 2 bulan sebesar
64% , antara 2-3 bulan 45,5%, antara 4-5 bulan 13,9% dan antara 6-7 bulan 7,8%.
Bayi yang berusia di bawah 2 bulan, 13% diantaranya telah diberikan susu dan satu
dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberikan makanan tambahan. Bayi berusia
dibawah 6 bulan bukan yang menggunakan susu formula sejumlah 76,6% pada
bayi yang tidak disusui dan 18,1% pada bayi yang disusui.
Sedangkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 bayi dan anak
bawah usia lima tahun (Balita) yang pernah disusui hanya 90,3%. Riskesdas 2010
menunjukkan bahwa praktik pemberian ASI di perdesaan relatif lebih tinggi
daripada di perkotaan. Bayi dan anak balita yang pernah diberi ASI di perdesaan
91,8%, sedangkan di perkotaan 88,8%. Praktik Pemberian ASI menurut status
ekonomi rumah tangga terdapat kecenderungan semakin tinggi status ekonomi
rumah tangga semakin rendah praktik pemberian ASI pada bayi dan balita. Pada
kelompok status ekonomi terendah praktik pemberian ASI mencapai 92,3%,
sedangkan pada kelompok status ekonomi tertinggi hanya 85,7%.
Sumber data cakupan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia antara lain
dari SDKI, laporan program dan Riskesdas 2010. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data cakupan pemberian ASI Eksklusif SDKI 2002 dan 2007 adalah
metode recall 24 jam dengan batasan umur 0-5 bulan. Menurut SDKI 2002
cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi umur 0-5 bulan adalah 40,0 persen
dan pada tahun 2007 turun menjadi 32,0 persen. Angka tersebut adalah angka rata rata
cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi umur 0-5 bulan.
Probabilitas kumulatif ketahanan hidup bayi menurut durasi pemberian ASI
adalah sebagai berikut: pemberian ASI 0 bulan ketahanan hidupnya adalah 71%,
pemberian ASI 1-2 bulan ketahanan hidupnya adalah 91%, 3 bulan adalah
95%, 4 bulan adalah 94%, 5 bulan adalah 96%, dan 6 bulan atau lebih adalah 99%.
Artinya jika bayi yang lahir kemudian diberi ASI minimal sampai 6 bulan maka bayi
tersebut akan memiliki kesempatan 99% untuk merayakan ulang tahun pertamanya.
Berdasarkan data laporan tahunan tahun 2016 mengenai bayi yang mendapat
ASI Eksklusif di plaosan, terdapat...bayi dari....bayi yang tidak mendapatkan ASI
Eksklusif, atau sekitar ..... %. Dengan Desa plaosan yang menempati urutan
tertinggi, yaitu.... dari ....bayi, atau sekitar....%.
Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa gizi buruk merupakan suatu
masalah yang serius. Apabila tidak dilakukan usaha eliminasi maka akan
terjadi peningkatan jumlah angka kematian bayi. Salah satu penyebab utama dari gizi
buruk yang terjadi pada bayi adalah kurangnya asupan nutrisi. Nutrisi yang lengkap
untuk bayi berusia 0- 6 bulan dapat diperoleh dari ASI. Sehingga bayi sebaiknya
diberikan ASI Eksklusif. Namun, dari berbagai penelitian yang dilakukan
terlihat penurunan jumlah ASI eksklusif. Hal ini berkaitan erat dengan pola asuh
ibu. Perilaku atau pola asuh ibu dipengaruhi tingkat pengetahuan ibu, tingkat sosial
ekonomi dan warisan budaya setempat. Hal yang paling mungkin dilakukan
intervensi adalah dari segi pengetahuan ibu. Oleh karena itu Perlu adanya
upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu dalam angka pemberian ASI eksklusif
pada bayi usia 0-6 bulan. Salah satu bentuk upayanya adalah dilakukan tindakan
promotif berupa penyuluhan tentang pentingnya ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6
bulan.
BAB II
TUJUAN, SASARAN DAN TARGET KEGIATAN

2.1 TUJUAN
Tujuan Kegiatan
1. Umum
Tujuan kegiatan adalah untuk meningkatkan pengetahuan ibu dalam angka
pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Plaosan
Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan.
2. Khusus
a. Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang pentingnya pemberian ASI
Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan Plaosan.
b. Menigkatkan pengetibu tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan
di Kecamatan Plaosan.

2.2 TARGET KEGIATAN


Melalui kegiatan penyuluhan ini diharapkan para ibu dapat mengerti dan
memahami manfaat dari pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6
bulan. Karena disamping segala kebaikan dan manfaat ASI bagi bayi itu sendiri, ASI
Eksklusif juga dapat membantu menurunkan angka gizi buruk.

2.3 SASARAN PENYULUHAN


Ibu hamil dan Ibu menyusui

BAB III
BENTUK KEGIATAN
3.1 MEDIA YANG DIGUNAKAN
Media yang digunakan adalah leaflet Tentang Asi Eksklusif
3.2 METODE YANG DIGUNAKAN
Metode yang digunakan penyuluh adalah metode ceramah dan tanya jawab
BAB IV
PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN

4.1 NARASUMBER
Narasumber adalah dr. Kanti Sari Salaputa (dokter Internsip stase Puskesmas
Plaosan, Kabupaten Magetan, periode 05 Desember 2016 – 30 Maret 2017)
4.2 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Hari, Tanggal : Januari 2016
Pukul : 10.00 – selesai
Tempat : Penyuluhan di Posyandu...
BAB V
LAPORAN KEGIATAN

Kegiatan penyuluhan tentang pentingnya ASI Eksklusif diadakan pada


tanggal.... Januari 2017 bertempat di rumah salah satu kader lingkungan Kauman
kecamatan plaosan. Penyuluhan ini masuk ke dalam rangkaian kegiatan posyandu
yang rutin diadakan setiap bulannya pada minggu ke-3. Dihadiri oleh ... peserta yang
terdiri atas sebagian besar ibu menyusui dan beberapa ibu hamil.
Penyuluhan dibuka oleh bidan desa dengan memperkenalkan nara sumber dan
menjelaskan maksud diadakannya penyuluhan. Penyuluhan yang menggunakan media
berupa Power point ini lebih berbentuk bincang santai dimana nara sumber dan
peserta duduk bersama melingkar membahas topik tentang pentingnya ASI Eksklusif.
Untuk sesi yang pertama nara sumber menyampaikan materi dalam waktu 15 menit.
Materi yang disampaikan meliputi : (1) Pengertian AS Eksklusif, (2) Manfaat
Pemberian ASI Eksklusif, (3) Pengertian IMD, (4) Manfaat IMD, (5) Cara menyusui
yang benar, (6) Cara pemberian ASI Eksklusif dan seputar permasalahan menyusui.
Setelah penyampaian materi selesai sesi berikutnya adalah diskusi tanya jawab. Sesi
tanya jawab diwarnai dengan pertanyaan seputar masalah menyusui, yakni bagaimana
mengatasi produksi ASI yang sedikit, bagaimana mengatasi anak yang tidak mau
minum ASI, dan masalah payudara pada ibu yang sedang menyusui. Penyuluhan
ditutup dengan mengajak peserta untuk berkomitmen hanya memberikan ASI
Eksklusif untuk bayinya.
Oleh karena itu siapapun harus bisa memberikan ASI Eksklusif kepada
bayinya. Bahkan bekerja tidak menghalangi setiap ibu untuk memberikan ASI secara
Eksklusif. Dan tema khusus yang diangkat adalah ASI Eksklusif Ibu pkerja, dimana
waktunya sebagian besar digunakan untuk bekerja. Namun bisa diantisipasi dengan
cara ASI pompa, sehingga meskipun bekerja masih bisa memberikan ASI Eksklusif
untuk bayinya.
DAFTAR PUSTAKA

La Ode Amal Saleh, La Ode Amal Saleh, 2012 Faktor-faktor yang Menghambat
Praktik ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 bulan. Undergraduate thesis, Diponegoro
University. http://eprints.undip.ac.id/35946/

Administrator,2011. ASI Eksklusif, Pemberian pada Bayi Minim. Kompas,Rabu 30


Maret2011.http://www.mywvindonesia.org/front/index.php?
option=com_content&view=article&id=394:ASI%20EKSKLUSIF,%20Pemberian
%20pada%20Bayi%20Minim&catid=49:knowledgedevelopment&Itemid=158

Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI,


2013.Banyak Sekali Manfaat ASI bagi Bayi dan Ibu.
http://www.bppsdmk.depkes.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=170:banyak-sekali-manfaat-asi-bagi-bayi-
dan-ibu&catid=38:berita&Itemid=82
LAPORAN PENYULUHAN

Nama Peserta : dr. Kanti Sari Salaputa Tanda tangan:


Nama Pendamping : Suriatmi Tanda tangan:
Nama Wahana : Puskesmas Plaosan, Magetan
Tema Penyuluhan : ASI Ekslusif
Tujuan Penyuluhan : Upaya Meningkatkan Pengetahuan Ibu Dalam Rangka
Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan
Hari, Tanggal : Selasa, Januari 2017
Waktu : Pukul 09.00- 12.00
Tempat : lingkungan Kauman, kelurahan Plaosan
Jumlah Peserta : orang

Anda mungkin juga menyukai