BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Asmunah
Umur : 27 tahun
Alamat : Gembongan Babakan Cirebon
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP
Status : Menikah
Tanggal pemeriksaan : 10 September 2018
II. ANAMNESIS
- Keluhan Utama : Keluar air-air melalui jalan lahir
- Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien G1P0A0 hamil 39-40 minggu datang datang ke IGD
Kebidanan RSUD Waled Kabupaten Cirebon pada tanggal 10
September 2018 pukul 06.15 WIB rujukan dari puskesmas, dengan
ketuban pecah dini. Pasien mengeluh perut bawah terasa kencang yang
dimulai sejak pukul 20.00 dan keluar air-air melalui jalan lahir sejak
pukul 23.00, air berwarna putih bening tidak berbau, keluar lendir
bercampur darah disangkal, mulas (+). Pasien tidak ada riwayat trauma
2
atau jatuh, tidak ada riwayat koitus pada hari sebelumnya, tidak ada
demam, BAB dan BAK normal tidak ada keluhan, pasien tidak ada
keluhan pusing, tidak ada mual, pasien tidak ada riwayat keputihan.
- Riwayat Operasi
Pasien menyangkal pernah melakukan operasi apapun
- Riwayat Obstetri
Pasien G1P0A0 dengan usia kehamilan 39-40 minggu.
HPHT : 28 November 2017
HPL : 3 September 2018
- Riwayat Menstruasi
Menarche : Usia ± 14 tahun
Siklus haid : teratur
Lama : 4 – 5 hari
Panjang siklus : 28 hari
3
- Riwayat ANC
Setiap bulan ibu selalu kontrol kehamilan di bidan desa setempat.
Riwayat imunisasi TT pada kehamilan ini sudah di dapatkan
sebanyak 2x di Puskesmas Babakan.
Pasien juga mengaku sudah di USG di puskesmas Babakan pada
usia kehamilan 37 minggu dengan hasil USG janin tunggal hidup
intrauterine, letak kepala dibawah, plasenta tidak menutupi jalan
lahir, air ketuban cukup.
- Riwayat KB
Pasien belum pernah menggunakan KB.
- Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1x dengan lama pernikahan 1 tahun.
- Riwayat Ginekologi
Riwayat kanker, kista ovarium, mioma uteri, perdarahan
pervaginam diluar menstruasi disangkal.
Status Generalis
- Kepala leher : normocephal, chloasma gravidarum (-), rambut
berwarna hitam dan tidak mudah rontok
Mata : simetris, ca -/-, si -/-
Hidung : deviasi (-) sekret (-) darah (-)
Telinga : simetris, darah (-) sekret (-)
Mulut : bibir sianosis (-), lidah kotor (-), karies (-)
gusi berdarah (-)
Leher : KGB membesar (-), JVP meningkat (-)
- Thorak : pulmo : VBS +/+ Rh -/- Wh -/-
Cor : BJ I = BJ II reguler, M(-), G(-)
- Abdomen : cembung gravida, BU (+), nyeri tekan (-), striae (+),
jejas (-)
- Ekstremitas : akral hangat (+), edema (-), refleks patela (+/+) CRT <
2”
Status Obstetrikus
Status kehamilan : G1P0A0
HPHT : 28 November 2017
Taksiran persalinan : 3 September 2018
Usia kehamilan : 39-40 minggu
Taksiran berat janin : 3121 gram
IV. RESUME
Pasien G1P0A0 hamil 39-40 minggu datang datang ke IGD
Kebidanan RSUD Waled Kabupaten Cirebon pada tanggal 10 September
2018 pukul 06.15 WIB rujukan dari puskesmas, dengan ketuban pecah dini.
Pasien mengeluh perut bawah terasa kencang yang dimulai sejak pukul
20.00 dan keluar air-air melalui jalan lahir sejak pukul 23.00, air berwarna
putih bening tidak berbau, keluar lendir bercampur darah disangkal, mulas
(+). Riwayat obstetric, merupakan riwayat kehamilan yang pertama. Pasien
sudah menikah selama 1 tahun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-
tanda vital normal, status generalis tidak ada kelainan, pemeriksaan luar
TFU 32 cm, punggug kanan, presentasi kepala, his 2x/10’/25”, DJJ
150x/menit. Pemeriksaan dalam vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis
lunak Ø 2-3 cm, ketuban (-) bening, station Hodge 2.
6
V. DIAGNOSIS
G1P0A0 parturien aterm 39-40 minggu dg kala 1 fase laten dengan KPD
VII. PENATALAKSANAAN
- Ceftriaxone 2x1gr / IV
- Induksi : Oxytocin 5UI dalam D5% 20-60 tpm
- Nasal canul O2 4 lpm
VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : bonam
Ad Fungsionam : bonam
Ad sanasionam : bonam
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
E. DIAGNOSIS
Menegakkan diagnosis KPD secara tepat sangat penting, karena
diagnosis yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan
bayi terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada
indikasinya. Sebaliknya diagnosis yang negatif palsu berarti akan
membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam
kehidupan janin, ibu atau keduanya. Oleh karena itu, diperlukan diagnosis
yang cepat dan tepat. Diagnosis KPD ditegakkan dengan cara :
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Anamnesa pasien dengan KPD merasa basah pada vagina atau
mengeluarkan cairan yang banyak berwarna putih jernih, keruh, hijau,
atau kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak, secara tiba-tiba
dari jalan lahir. Keluhan tersebut dapat disertai dengan demam jika sudah
ada infeksi. Pasien tidak sedang dalam masa persalinan, tidak ada nyeri
maupun kontraksi uterus. Riwayat umur kehamilan pasien lebih dari 20
minggu.4
Pada pemeriksaan fisik abdomen, didapatkan uterus lunak dan
tidak adanya nyeri tekan. Tinggi fundus harus diukur dan dibandingkan
dengan tinggi yang diharapkan menurut hari pertama haid terakhir.
Palpasi abdomen memberikan perkiraan ukuran janin dan presentasi.4
2. Pemeriksaan dengan speculum
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD untuk mengambil sampel
cairan ketuban di forniks posterior dan mengambil sampel cairan untuk
kultur dan pemeriksaan bakteriologis.5 Tiga tanda penting yang berkaitan
dengan ketuban pecah dini adalah :
a) Pooling : Kumpulan cairan amnion pada fornix posterior.
b) Nitrazine Test : Kertas nitrazin merah akan jadi biru.
c) Ferning : Cairan dari fornix posterior di tempatkan pada
objek glass dan didiamkan dan cairan amnion tersebut akan
memberikan gambaran seperti daun pakis.8
16
F. PENATALAKSANAAN
a) Konservatif
1. Rawat di rumah sakit.
2. Berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak
tahan dengan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7
hari).
3. Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4. Jika umur kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada
infeksi, tes busa negatif : beri deksametason, observasi tanda-tanda
infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37
minggu.
5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada
infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi
sesudah 24 jam.
6. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi.
7. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi
intrauterin).
8. Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin dan kalau memungkinkan periksa kadar
lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg
sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason i.m 5 mg setiap 6
jam sebanyak 4 kali.9
18
b) Aktif
1. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal
pikirkan seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50µg
intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi dan
persalinan diakhiri jika :
a. Bila skor pelvik < 5, lakukanlah pematangan serviks, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio
sesarea.
b. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.9
Umur Kehamilan
G. KOMPLIKASI
1. Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan.
Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi di dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan aterm
90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara
28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari
26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.1
2. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini.
Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia,
pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin
terinfeksi. Pada ketuban pecah dini prematur, infeksi lebih sering
daripada aterm. Secara umum, insiden infeksi sekunder pada ketuban
pecah dini meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.1
3. Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan
tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara
terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air
ketuban, janin semakin gawat.1
4. Sindroma deformitas janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan
anggota badan janin, serta hipoplasia pulmonal.1
21
BAB III
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Gde Manuaba, I.B. Ketuban Pecah Dini (KPD). Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan & Keluarga Berencana. Jakarta: EGC; 2013. Hal: 229-232
2. Soewarto, S. 2013. Ketuban Pecah Dini. Dalam: Winkjosastro H., Saifuddin
A.B., dan Rachimhadhi T. (Editor). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal. 677-680.
3. Saifudin A.B. 2006. Ketuban Pecah Dini, Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Hal : 218-220.
4. Medina, Tanya M. and Hill, Ashley D. Preterm Premature Rupture of
Membranes: Diagnosis and Management. Am Fam Physician 2006;73:659-
64.
5. Myers VS. Premature rupture of membranes at or near term. In: Berghella V.
Obstetric evidence based guidelines. Series in maternal fetal medicine.
Informa heathcare. Informa UK Ltd, 2007.
6. Bergehella V. Prevention of preterm burth. In: Berghella V. Obstetric
evidence based guidelines. Series in maternal fetal medicine. Informa
heathcare. Informa UK Ltd, 2007.
7. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
Premature Birth. In: Williams Obstetric. 25rd Ed. McGrawHill Medical, New
York, 2018.
8. Manuaba I.B.G, Chandranita Manuaba I.A, Fajar Manuaba I.B.G.(eds)
Pengantar Kuliah Obstertri. Bab 6: Komplikasi Umum Pada Kehamilan.
Ketuban Pecah Dini. Cetakan Pertama. Jakarta. Penerbit EGC. 2007. Pp 456-
60.
9. Jazayeri, Allahyar. Premature Rupture Of Membranes. Medscape. [Online]
2017. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/