Islamic Book Fair yang diselenggarakan oleh IKAPI DKI Jakarta. Tercatat mulai 26 Februari 2016 yang lalu
hingga 6 Maret 2016 nanti pameran buku yang katanya terbesar se-Asia Tenggara ini digelar di Istora
Senayan, Jakarta. Berhubung saya bukan bagian humas dan publikasi dari IBF jadi saya tidak akan
membahas profil atau kegiatan IBF lebih detil. Sekedar ingin berbagi tentang pengalaman kunjungan ke
IBF tahun ini. Entah apakah ini cuma perasaan saya saja atau memang benar kenyataannya bahwa makin
ke sini kegiatan IBF bukan sekedar kegiatan pameran buku yang dikunjungi oleh orang dewasa pecinta
buku saja. Namun, kegiatan IBF saat ini seperti sudah menjadi wisata bagi keluarga, tempat bermain dan
belajar bagi anak, dan juga menjadi tujuan kegiatan wisata sekolah.
Saya melihat begitu banyaknya orangtua yang mengajak serta anak-anaknya hadir ke IBF, siswa siswi dari
tingkat PAUD sampai perguruan tinggi beramai-ramai hadir dengan dikoordinir oleh sekolah mereka
masing-masing. Bahkan tak sedikit sekolah yang mengerahkan seluruh siswanya untuk mengunjungi IBF
karena memang kegiatan tersebut sudah menjadi agenda rutin tiap tahun di sekolah. Anak-anak terlihat
begitu antusias memilih buku-buku yang tak sabar ingin mereka baca di rumah. Para pelajar yang hadir
juga terlihat bersemangat membeli buku-buku pilihan mereka.
Fenomena ini tentu merupakan kabar bagus buat bangsa ini yang katanya masih sangat rendah kebiasaan
membaca dan menulisnya. Tak usah jauh-jauh membandingkan negara kita dengan negara-negara Eropa,
Amerika, Jepang atau negara-negara maju lainnya. Bahkan untuk level ASEAN saja dikabarkan Indonesia
cuma menang dari Kamboja dan Laos alias ada di peringkat ketiga dari bawah. Kalau merujuk pada indeks
nasional, tingkat minat baca di Indonesia Cuma 0,01. Sangat jauh dari rata-rata minat baca di negara-
negara maju yang nilainya di kisaran 0,45 – 0,62. Atau kalau kita mau menengok data dari UNESCO tahun
2011, Indonesia ada di peringkat 124 dari 187 negara dengan indeks tingkat membaca 0,001 persen yang
itu artinya dari 1000 orang hanya 1 orang saja yang masih mau membaca buku dengan serius.
Rendahnya minat baca secara tidak langsung juga akan menjadikan kualitas pendidikan di Indonesia jalan
di tempat atau bahkan cenderung menurun. Apabila kondisi ini terus berlangsung dan tidak segera
diantisipasi tentu akan sulit bagi bangsa ini berharap kelak akan muncul generasi yang unggul yang mampu
membawa ini menjadi lebih baik. Karena tentu kita tahu bahwa salah satu syarat dari majunya suatu
peradaban adalah SDM yang berkualitas di dalamnya.
Menumbuhkan dan meningkatkan minat baca bagi saya sangatlah penting dilakukan sejak dini dan sejak
usia dini. Semangat untuk rajin membaca harus ditularkan sejak anak masih dalam usia dini. Orangtua
harus berupaya dengan sungguh-sungguh dalam dalam rangka menjadikan anak-anaknya memiliki
kebiasaan membaca buku. Lalu hal apa saja sih yang bisa kita lakukan sebagai orangtua agar buah hati
kita bisa menjadi anak yang memiliki minat baca yang tinggi? Nih ada beberapa tips yang mungkin bisa
menjadi referensi ayah dan bunda di rumah.
Anak adalah salah satu anugerah terindah yang telah Allah berikan kepada kita. Mereka juga merupakan
amanah dari Allah kepada hamba-Nya untuk dirawat, dijaga, dan dididik dengan baik. Menumbuhkan dan
meningkatkan minat baca anak sejak dini merupakan bagian dari ikhtiar kita sebagai orangtua dalam
rangka menjadikan anak kita kelak menjadi anak yang cerdas dan berwawasan luas. Oleh karenanya mari
kita bersama-sama menjadikan bangsa ini maju dengan cara menjadikan anak kita SDM yang unggul dan
berkualitas yang kelak mampu memberikan manfaat yang banyak bagi ummat. Dan semua itu bisa diawali
dengan cara menumbuhkan dan meningkatkan minat baca anak kita.