DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 4
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................... 4
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................... 5
iii
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengkajian.................................................................................... 44
5.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................ 44
5.3 Intervensi Keperawatan ............................................................... 46
5.4 Implementasi Keperawatan ......................................................... 47
5.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan manifestasi klinis dari bentuk
penyimpangan perilaku akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan
ketidakwajaran dalam bertingkah laku. Gangguan jiwa berat ada tiga macam
yaitu Schizofrenia, gangguan bipolar dan psikosis akut. Dengan
Schizofrenia yang paling dominan yaitu sejumlah 1% hingga 3% warga
dunia (Nasir & Muhith, 2011). Skizofrenia adalah gangguan multifaktorial
perkembangan saraf yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan
serta ditandai dengan gejala positif, negatif dan kognitif. Gejala psikotik
ditandai oleh abnormalitas dalam bentuk dan isi pikiran, persepsi dan emosi
serta perilaku. Gejala yang dapat diamati pada pasien skizofrenia adalah
penampilan dan perilaku umum, gangguan pembicaraan, gangguan perilaku,
gangguan afek, gangguan persepsi dan gangguan pikiran. Gejala kognitif
sering mendahului terjadinya psikosis. Gejala positif (nyata) meliputi
waham, halusinasi, gaduh gelisah, perilaku aneh, sikap bermusuhan dan
gangguan berpikir formal. Gejala negatif (samar) meliputi sulit memulai
pembicaraan, efek datar, berkurangnya motivasi, berkurangnya atensi, pasif,
apatis dan penarikan diri secara sosial dan rasa tak nyaman (Videbeck,
2008). Pasien dengan skizofrenia cenderung menarik diri secara sosial
(Maramis, 2009).
Isolasi sosial adalah suatu pengalaman menyendiri dari seseorang dan
perasaan segan terhadap orang lain (NANDA dalam Syafrini, Keliat &
Putri. 2015). Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien dengan isolasi sosial
disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah, sehingga muncul
perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain, di mana jika tidak
diberikan tindakan keperawatan yang berkelanjutan akan dapat
menyebabkan terjadinya perubahan persepsi sensori dan berisiko untuk
menciderai diri sendiri, orang lain, bahkan lingkungan (Fitria dalam
Syafrini, Keliat & Putri. 2015). ). Untuk itu, penting bagi perawat untuk
1
2
4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Bagi Rumah Sakit
Dapat mengembangkan proses asuhan keperawatan pada klien dengan
masalah isolasi sosial : menarik diri dan diharapkan menjadi informasi
dalam saran dan evaluasi untuk peningkatan mutu pelayanan yang lebih
kepada pesien yang akan datang.
1.4.2 Manfaat Bagi Penulis
Sebagai ilmu pengetahuan tentang masalah isolasi sosial : menarik diri dan
bagaimana untuk melakukan asuhan keperawatanya serta sebagai tambahan
pengalaman bagi penulis dalam penerapan ilmu yang didapatkan selama
pendidikan.
1.4.3 Manfaat Bagi Institusi
Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan pada kepustakaan institusi
dalam meningkatkan mutu pendidikan yang akan datang di bidang
keperawatan.
1.4.4 Manfaat Bagi Klien dan keluarga
Sebagai bahan masukan bagi klien dalam mengatasi permasalahan yang
dihadapinya, dan juga dapat memberikan kepuasan bagi keluarga klien atas
asuhan keperawatan yang dilakukan.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya (Damaiyanti, 2012).
Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan
dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan
negatif atau mengancam (Prabowo, 2014).
2.2 Etiologi
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut
Damaiyanti (2012), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang
penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor
yang mungkin mempengaruhi antara lain yaitu:
2.2.1 Faktor predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah :
a. Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak
dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.
Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi
individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari
ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan
tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain
maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat penting
dalam masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek.
6
7
(Stuart, 2007)
Respon ini meliputi :
a. Solitude atau menyendiri
Merupakan respon yang dilakukan individu untuk apa yang telah terjadi
atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan
rencana-rencana (Riyadi & Purwanto, 2009).
b. Otonomi
Merupakan kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial. Individu mampu
menetapkan diri untuk interdependen dan pengaturan diri (Riyadi &
Purwanto, 2009).
c. Kebersamaan
Merupakan kemampuan individu untuk saling pengertian, saling
memberi, dan menerima dalam hubungan interpersonal (Riyadi &
Purwanto, 2009).
e. Kesepian
Merupakan kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya (Damaiyanti, 2012).
f. Menarik diri
Seseorang yang mengalami mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain (Yosep, 2011).
g. Manipulasi
Merupakan gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang lain
sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain
dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku
mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau
frustasi dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain (Riyadi &
Purwanto, 2009).
h. Impulsif
Merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subjek
yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu
merencanakan, tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan miskin
penilaian (Riyadi & Purwanto, 2009).
i. Narkisisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku egosentris,
harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan
dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari oranglain (Riyadi
& Purwanto, 2009).
j. Isolasi Sosial
Keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berikteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Riyadi &
Purwanto, 2009).
2.5 Mekanisme Koping
Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan
yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme
yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah regresi, represi, isolasi
(Damaiyanti, 2012 : 84).
a. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.
11
2.7 Pengkajian
Pengkajian (Data yang perlu dikaji)
Subjektif :
a. Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain
b. Klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan meminta
untuk sendirian
c. Klien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain
Objektif :
a. Klien tampak tidak mau berkomunikasi
b. Kurang spontan
c. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
d. Ekspresi wajah kurang berseri
e. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
f. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
g. Mengisolasi diri
h. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
i. Asupan makanan dan minuman terganggu
j. Aktivitas menurun
k. Kurang berenergi atau bertenaga
l. Rendah diri (Fitria, 2012).
12
BAB 3
GAMBARAN KASUS
Tn. E berumur 38 tahun datang ke Rumah Sakit Jiwa dengan keluhan bicara
sendiri, sering terdiam dan tatapan mata kosong, bingung, sulit tidur, tidak mau
makan, jarang sekali bergaul dengan lingkungan, karena klien merasa malu dan
juga merasa dirinya dimusuhi oleh temannya semasa sekolah sehingga di bawa
oleh keluarganya pada tanggal 31 Mei 2017. Klien pernah mengalami gangguan
jiwa sebelumnya dan sudah pernah masuk RSJ pada tanggal 16 Desember 2016
tetapi karena putus obat klien kembali masuk RSJ lagi.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan klien malu berbicara dengan
temannya sebab pada zaman dahulu ketika sekolah klien sering di buli oleh
temannya.
Dari hasil pemeriksaan fisik :
TD : 110/80 mmHg
N : 78 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 37° C
TB : 157 cm
BB : 50 kg
Hasil pengkajian didapatkan klien tidak mengeluh terhadap keadaan
fisiknya dan pada tubuh klien tidak menunjukkan adanya kelainan ataupun
gangguan fisik lainnya.
14
Keterangan :
: Laki-Laki (Hidup)
: Perempuan (Hidup)
: Klien
X : Meninggal
: Tinggal Serumah
Klien merupakan anak ke lima dari lima bersaudara. Klien tinggal bersama
ayah dan ibunya serta kakak perempuannya.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.5.2 Konsep Diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan “Saya suka bagian tangan kak”.
Klien mengatakan “Saya tidak suka bagian telinga karena sering
mendengar suara seperti bisikan dimasa lalu”
b. Identitas
Klien menerima dirinya sebagai laki-laki dan merupakan anak kelima
dari lima bersaudara
c. Peran
Selama di rumah sakit peran klien sebagai pasien yang biasa membantu
perawat dan teman sekamar untuk membersihkan ruangan. Selama di
rumah klien berperan sebagai anak dari lima bersaudara.
d. Ideal diri
Klien berharap keluarga datang menjenguknya dan peduli dengannya.
Klien berharap agar segera sembuh. Klien juga berharap agar dapat
diterima di lingkungan masyarakat.
e. Harga diri
Klien malu berinteraksi dengan orang lain karena klien merasa tidak di
anggap dan tidak sama dengan orang lain.
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
3.5.3 Hubungan Sosial
17
Pada saat di kaji klien tampak lesu. Kontak mata klien kurang, klien
lebih banyak diam ketika tidak ditanya.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
3.6.4 Alam Perasaaan
Klien tampak sedih sebab keluarga jarang menjenguk.
Masalah Keperawatan : Koping Keluarga Tidak Efektif
3.6.5 Afek
Pada saat dikaji, afek wajah klien datar. Selama interaksi klien banyak
diam dan menjawab pertanyaan seperlunya saja.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
3.6.6 Interaksi Selama Wawancara
Klien kurang kooperatif, kontak mata sedikit dan berbicara seperlunya
saja. Klien tidak mampu memulai pembicaraan.
Masalah Keperawatan : Kerusakan Komunikasi Verbal
3.6.7 Persepsi
Klien mengatakan “Tidak pernah mendengar suara bisikan”.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.6.8 Proses Pikir
Klien sering terlihat melamun, tidak suka memulai pembicaraan. Saat
interaksi selama wawancara kontak mata klien tidak fokus dan mudah
teralihkan saat klien lain berbicara atau perawat berbicara.
Masalah Keperawatan : Gangguan Proses Pikir
3.6.9 Isi Pikir
Klien merasa takut dan malu untuk memulai pembicaraan dengan
orang lain sehingga ia lebih memilih untuk menyendiri.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial dan Harga Diri Rendah
3.6.10 Tingkat Kesadaran
a. Waktu
Klien mengetahui kapan klien masuk RSJ dan mengerti kapan saja waktu
klien dapat makanan.
b. Tempat
Klien mengetahui saat ini klien sedang berada di RSJ.
c. Orang
19
3.7.3 Mandi
Klien tidak mengalami hambatan saat mandi dan biasanya mandi
sebanyak 2 kali sehari yaitu pagi dan sore. Ketika di rawat klien mampu
untuk mandi sendiri, namun mungkin ketika mandi klien kurang
memperhatikan kebersihan, sehingga ketika pulang ke rumah klien hanya
memerlukan bantuan yang minimal untuk mandi.
3.7.4 Berpakaian/Berhias
Klien dapat berpakaian dengan sendiri selama di rawat, namun klien
kurang memperhatikan kerapian, sehingga klien membutuhkan bantuan
yang minimal untuk berpakaian saat pulang ke rumah.
3.7.5 Istirahat dan Tidur
a. Klien tidur malam ±6-8 jam/malam, yaitu dari jam 20.00 s/d jam 05.00.
b. Klien tidak memiliki kebiasaan sebelum ataupun setelah tidur.
PPS :
Defisit Perawatan Halusinasi
Diri
No Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
1. Isolasi Sosial Tujuan SP 1 : 1.1 Ekspresi wajah 1.1.1Bina Hubungan
1. Klien dapat bersahabat hubungan Saling percaya
membina menunjukkan saling merupakan dasar
hubungan rasa senang, percaya untuk
24
No Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
saling percaya ada kontak dengan kelancaran
mata, mau mengungkap hubungan
berjabat kan prinsip interaksi
tangan, mau komunikasi selanjutnya
menjawab terapeutik
salam, klien a.Sapa klien
mau duduk dengan
berdampingan ramah baik
dengan verbal
perawat, mau maupun
mengutarakan nonverbal
masalah yang b.Perkenalkan
dihadapi diri dengan
sopan
c.Tanyakan
nama
lengkap
klien dan
nama
panggilan
klien
d.Jelaskan
tujuan
pertemuan
e.Jujur dan
menepati
janji
f.Tunjukkan
sifat empati
dan
menerima
klien apa
adanya
No Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
kepada klien
untuk
mengungkap
kan perasaan
penyebab
menarik diri
atau tidak
mau bergaul
2.1.3Diskusikan
bersama
klien tentang
perilaku
menarik diri,
tanda-tanda
serta
penyebab
yang muncul
2.1.4.Berikan
pujian
terhadap
kemampuan
klien dalam
menggunaka
n perasaanya.
No Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
bersama
klien tentang
keuntungan
berhubungan
dengan orang
lan
3.1.4Beri re-
inforcement
positif
terhadap
kemampuan
pengungkapa
n perasaan
tentang
keuntungan
berhubungan
dengan orang
lain
No Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
tidak
berhubungan
dengan orang
lain
4.Klien dapat 4.1 Klien dapat 4.1.1Kaji
melaksanakan mendemonstra kemampuan
hubungan sosial sikan klien
secara bertahap hubungan membina
sosial secara hubungan
bertahap, dengan orang
antara: lain
K-P 4.1.2Dorong dan
K-P-K bantu klien
K - P - Kel untuk
K - P - Klp berhubungan
dengan orang
lain melalui
tahap:
K-P
K-P-P lain
K-P-P lain-K
lain
K-P
kel/Klp/Mas
y
4.1.3Beri re-
inforcement
terhadap
keberhasilan
yang telah
dicapai
4.1.4Bantu klien
untuk
mengevaluas
i manfaat
hubungan
4.1.5Diskusikan
jadwal harian
yang dapat
dilakukan
bersama
klien dalam
28
No Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
mengisi
waktu
4.1.6Motivasi
klien untuk
mengikuti
kegiatan
ruangan
4.1.7Beri re-
inforcement
atas kegiatan
klien dalam
ruangan
5.Klien dapat 5.1 Klien dapat 5.1.1Dorong klien Keterlibatan
mengungkapkan mengungkapkan untuk keluarga sangat
perasaannya perasaanya mengungkap mendukung
setelah setelah kan terhadap proses
berhubungan berhubungan perasaannya perubahan
dengan orang dengan orang bila perilaku klien
lain lain: berhubungan
- Diri sendiri dengan orang
- Orang lain lain
5.1.2Diskusikan
dengan klien
tentang
perasaan
manfaat
berhubungan
dengan orang
lain.
5.1.3Beri re-
inforcement
positif atas
kemampuan
klien
mengungkap
kan klien
manfaat
berhubungan
dengan orang
lain
29
No Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
Tujuan SP 2 : 1.1Klien dapat 1.1.1Evaluasi Evaluasi sebagai
1.Klien dapat mengevaluasi kegiatan upaya untuk
menjadwalkan kegiatan harian harian klien merencanakan
kegiatan harian klien mengenai mengenai kegiatan
klien, dapat kegiatan kegiatan selanjutnya
terevaluasi berbincang- berbincang- apakah klien
mengenai bincang dengan bincang bisa melakukan
kegiatan orang lain dengan orang interaksi sosial
berbincang- lain dengan dua
bincang dengan 1.3 orang atau lebih
orang lain
2.Klien dapat 2.1Klien dapat 2.1.1Dorong Melibatkan klien
mempraktikan mempraktikan klien untuk dalam interaksi
cara cara berkenalan mempraktik sosial akan
berkenalan dengan satu an cara mendorong klien
dengan satu orang berkenalan untuk melihat
orang dengan satu dan merasakan
orang secara langsung
keuntungan dari
berinteraksi
sosial serta
meningkat
konsep diri
No Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
Tujuan SP 3 : 1.1Klien dapat 1.1.1Evaluasi Evaluasi sebagai
1. Mengevaluasi mengevaluasi jadwal upaya untuk
jadwal jadwal kegiatan kegiatan merencanakan
kegiatan harian klien harian klien kegiatan
harian pasien selanjutnya
apakah klien
bisa melakukan
interaksi sosial
dengan dua
orang atau lebih
N Tanggal/ Dx
Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
o Jam Keperawatan
6. Mengajarkan kepada pasien pasien
dengan cara berkenalan Pasien :
dengan satu orang. - Observasi kegiatan
R:- harian pasien
7. Menganjurkan kepada pasien - Memotivasi pasien
memasukkan kegiatan latihan berkenalan
berbincang-bincang dengan dengan sesuai jadwal
orang lain dalam kegiatan yang dibuat.
harian.
R: -
8. Memberikan re-inforcement
kepada pasien
R: -
N Tanggal/ Dx
Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
o Jam Keperawatan
dengan satu orang Pasien :
R: Belum dilakukan karena - Observasi kegiatan
waktu kontrak habis harian pasien
7. Mengajurkan kepada pasien - Memotivasi pasien
memasukkan kegiatan latihan berkenalan
berbincang-bincang dengan dengan sesuai jadwal
orang lain dalam kegiatan yang dibuat
harian.
R: Belum dilakukan karena
waktu kontrak habis
8. Memberikan re-inforcement
kepada pasien
R: Klien tampak senang ketika
di puji
9. Melakukan kontrak waktu
untuk pertemuan selanjutnya.
R : Klien mengatakan mau
bertemu besok untuk
berbincang-bincang lagi
3. 21 Sept Isolasi Sosial SP 1 S:
2018 1. Membina hubungan saling “Nama saya noni”.
09.30- percaya kepada pasien. “Saya mau berbicara 10
09.40 R: Klien mau berkenalan dengan menit saja”.
WIB perawat “Saya pernah di buli dan
2. Melakukan kontrak waktu malu dengan teman”.
terhadap pasien. “Keuntungan berteman
R: Klien mengatakan mau dengan orang jadi banyak
berbicara kepada perawat 10 teman”.
menit “Kerugian tidak punya teman
3. Mengidentifikasi dengan “sepi”.
pasien penyebab isolasi sosial. “Saya malu berbicara kepada
R: Karena di buli dan malu teman sekamar”.
dengan teman O:
4. Berdiskusi dengan pasien - Pasien mau menyebutkan
tentang keuntungan namanya
berinteraksi dengan orang lain. - Klien mengatakan malu
R: Klien mampu menyebutkan dengan orang
keuntungan berinteraksi - Klien mampu
dengan orang lain menyebutkan kekurangan
5. Berdiskusi dengan pasien dan kelebihan punya
tentang kerugian tidak teman
berinteraksi dengan orang lain. - Klien terlihat bingung
R: Klien mampu menyebutkan ketika diajarkan cara
kerugian tidak punya teman berkenalan
34
N Tanggal/ Dx
Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
o Jam Keperawatan
6. Mengajarkan kepada pasien - Kontak mata kurang
dengan cara berkenalan - Bicara lambat
dengan satu orang - Menundukkan kepala
R: Klien hanya berdiam diri dan A :
bingung - SP 1 teratasi sebagian
7. Mengajurkan kepada pasien P :
memasukkan kegiatan Perawat :
berbincang-bincang dengan - Ulangi SP 1 isolasi sosial
orang lain dalam kegiatan pada pertemuan ke 4
harian. pada hari sabtu 22
R: Klien hanya diam dan malu September 2018 pukul
untuk memulai pembicaraan 13.00 di ruang rajawali
dengan teman sekamarnya
N Tanggal/ Dx
Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
o Jam Keperawatan
tentang kerugian tidak teman
berinteraksi dengan orang lain. - Klien tampak berbicara
R: Klien mampu menyebutkan dengan teman sekamar
kerugian tidak punya teman - Kontak mata kurang
6. Mengajarkan kepada pasien - Bicara lambat
dengan cara berkenalan - Menundukkan kepala
dengan satu orang. A:
R: Klien mau mengikuti ajaran - SP 1 teratasi sebagian
dari perawat dengan cara P:
bersalaman, menanyakan Perawat :
nama dan alamat tinggalnya - Ulangi SP 1 isolasi sosial
7. Mengajurkan kepada pasien pada pertemuan ke 5
memasukkan kegiatan pada hari senin 24
berbincang-bincang dengan September 2018 pukul
orang lain dalam kegiatan 10.00 di ruang rajawali
harian. Pasien :
R: Klien sudah mulai berbicara - Observasi kegiatan
dengan teman sekamar harian pasien
8. Memberikan re-inforcement - Memotivasi pasien
kepada pasien latihan berkenalan
R: Klien tampak senang ketika dengan sesuai jadwal
di puji yang dibuat
i. Melakukan kontrak waktu
untuk pertemuan selanjutnya.
R : Klien mengatakan hari senin
mau berbincang-bincang lagi
5. 24 Sept Isolasi Sosial SP 1 S:
2018 1. Membina hubungan saling “Nama saya “noni”.
10.00- percaya kepada pasien. “Saya mau berbicara 10
10.10 R: Klien mau berkenalan dengan menit saja”.
WIB Perawat “Saya pernah di buli dan
2. Melakukan kontrak waktu malu dengan teman”.
terhadap pasien. “Keuntungan berteman
R: Klien mengatakan mau dengan orang jadi banyak
berbicara kepada perawat 10 teman”.
menit “Kerugian tidak punya
3. Mengidentifikasi dengan teman “sepi”.
pasien penyebab isolasi “Saya jarang berbicara
sosial. dengan teman sekamar”.
R: Karena di buli dan malu O:
dengan teman - Pasien mau menyebutkan
4. Berdiskusi dengan pasien namanya
tentang keuntungan - Klien mengatakan malu
berinteraksi dengan orang lain. dengan orang
36
N Tanggal/ Dx
Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
o Jam Keperawatan
R: Klien mampu menyebutkan - Klien mampu
keuntungan berinteraksi menyebutkan kekurangan
dengan orang lain dan kelebihan punya
5. Berdiskusi dengan pasien teman
tentang kerugian tidak - Klien mampu berkenalan
berinteraksi dengan orang lain. dengan temannya
R: Klien mampu menyebutkan - Klien tampak berbicara
kerugian tidak punya teman dengan teman sekamar
6. Mengajarkan kepada pasien - Kontak mata kurang
dengan cara berkenalan - Bicara lambat
dengan satu orang - Menundukkan kepala
R: Klien mau mengikuti ajaran A:
dari perawat dengan cara - SP 1 teratasi sebagian
bersalaman, menanyakan
nama, hobi, alamat tinggalnya P:
dan alasan masuk rumah sakit Perawat :
7. Mengajurkan kepada pasien - Lanjutkan SP 2 isolasi
memasukkan kegiatan sosial pada pertemuan ke
berbincang-bincang dengan 6 pada hari selasa 25
orang lain dalam kegiatan September 2018 pukul
harian. 10.00 di ruang rajawali
R: Klien jarang berbicara dengan Pasien :
teman sekamar - Observasi kegiatan
8. Memberikan re-inforcement harian pasien
kepada pasien. - Memotivasi pasien
R: Klien tampak senang ketika latihan berkenalan
di puji dengan sesuai jadwal
9. Melakukan kontrak waktu yang dibuat
untuk pertemuan selanjutnya.
R : Klien mengatakan hari senin
mau berbincang-bincang lagi
6. 25 Sept Isolasi Sosial SP 2 S:
2018 1. Mengevaluasi SP 1 “Kegiatan sehari-hari
10.00- R : Klien bisa melakukan SP 1 saya hanya tidur dan
10.10 hanya sebagian menyendiri di kamar”.
WIB 2. Mengevaluasi jadwal kegiatan “Saya jarang berbicara
harian pasien dengan teman sekamar”.
R : Klien hanya tidur dan O:
menyendiri dikamar - Pasien mau menyebutkan
3. Memberikan kesempatan kegiatan sehari-hari.
kepada pasien mempraktikkan - Kontak mata kurang
cara berkenalan dengan satu - Bicara lambat
orang - Klien tampak bingung
R : Klien masih bingung dan - Menundukkan kepala
37
N Tanggal/ Dx
Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
o Jam Keperawatan
diam untuk berkenalan dengan A:
temannya - SP 2 teratasi sebagian
4. Membantu klien memasukkan P:
kegiatan berbincang-bincang Perawat :
dengan orang lain sebagai - Ulangi SP 2 isolasi sosial
salah satu kegiatan harian pada pertemuan ke 7
R : Klien mengatakan akan pada hari rabu 26
berbicara dengan temannya. September 2018 pukul
5. Memberikan re-inforcement 13.00 di ruang rajawali
kepada pasien Pasien :
R: Klien tampak senang ketika - Observasi kegiatan
di puji harian pasien
6. Melakukan kontrak waktu - Memotivasi pasien
untuk pertemuan selanjutnya. latihan berkenalan
R : Klien mengatakan hari rabu dengan sesuai jadwal
mau berbincang-bincang lagi yang dibuat
7. 26 Sept Isolasi Sosial SP 2 S:
2018 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan “Kegiatan sehari-hari
13.00- harian pasien saya tidur , menyendiri di
13.10 R : Klien mengatakan kegiatan kamar dan kadang
WIB sehari-harinya tidur , menyendiri berbicara dengan
di kamar dan kadang berbicara temannya”.
dengan temannya. “Saya berkenalan hanya
2. Memberikan kesempatan menyebutkan nama saya”
kepada pasien mempraktikkan O:
cara berkenalan dengan satu - Pasien mau menyebutkan
orang kegiatan sehari-hari.
R : Klien mampu berkenalan - Klien mampu berkenalan
dengan temannya dengan cara dengan temannya
mengacungkan tangan lalu - Kontak mata kurang
berkenalan hanya menyebutkan - Bicara lambat
nama. Dimulai dari dirinya - Klien tampak bingung
terlebih dahulu baru kepada - Menundukkan kepala
temannya. A:
3. Membantu klien memasukkan - SP 2 teratasi sebagian
kegiatan berbincang-bincang P:
dengan orang lain sebagai Perawat :
salah satu kegiatan harian - Lanjutkan SP 3 isolasi
R : Klien mau berbicara dengan sosial pada pertemuan ke
temannya. 8 pada hari kamis 27
4. Memberikan re-inforcement September 2018 pukul
kepada pasien 13.00 di ruang rajawali
R: Klien tampak senang ketika Pasien :
di puji. - Observasi kegiatan
38
N Tanggal/ Dx
Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
o Jam Keperawatan
5. Melakukan kontrak waktu harian pasien
untuk pertemuan selanjutnya. - Memotivasi pasien
R : Klien mengatakan hari kamis latihan berkenalan
mau berbincang-bincang lagi. dengan sesuai jadwal
yang dibuat
8. 27 Sept Isolasi Sosial SP 3 S:
2018 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan “Kegiatan sehari-hari
13.00- harian pasien saya tidur , menyendiri di
13.10 R : Klien mengatakan kegiatan kamar dan kadang
WIB sehari-harinya tidur , menyendiri berbicara dengan
di kamar dan kadang berbicara temannya”.
dengan temannya. “Saya mau berkenalan
2. Memberikan kesempatan dengan mengatakan
kepada pasien mempraktikkan nama saya noni”
cara berkenalan dengan dua O:
orang atau lebih - Pasien mau menyebutkan
R : Klien mampu berkenalan kegiatan sehari-hari.
dengan temannya dengan cara - Klien mampu berkenalan
mengacungkan tangan lalu dengan temannya
berkenalan. Dimulai dari dirinya - Kontak mata kurang
terlebih dahulu baru kepada - Bicara lambat
temannya. - Klien tampak bingung
3. Menganjurkan kepada klien - Menundukkan kepala
memasukkan dalam jadwal A:
kegiatan harian. - SP 3 teratasi sebagian
R : Klien hanya mengatakan iya. P:
4. Memberikan re-inforcement Perawat :
kepada pasien - Ulangi SP 3 isolasi sosial
R: Klien tampak senang ketika pada pertemuan ke 9
di puji. pada hari jumat 28
5. Melakukan kontrak waktu September 2018 pukul
untuk pertemuan selanjutnya. 13.00 di ruang rajawali
R : Klien mengatakan hari Pasien :
jum’at mau berbincang- - Observasi kegiatan
bincang lagi. harian pasien
- Memotivasi pasien
latihan berkenalan
dengan sesuai jadwal
yang dibuat
9. 28 Sept Isolasi Sosial SP 3 S:
2018 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan “Kegiatan sehari-hari
13.00- harian pasien saya tidur , menyendiri di
13.10 R : Klien mengatakan kegiatan kamar dan kadang
WIB sehari-harinya tidur , menyendiri berbicara dengan
39
N Tanggal/ Dx
Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan
o Jam Keperawatan
di kamar dan kadang berbicara temannya”.
dengan temannya. “Saya mau berkenalan
2. Memberikan kesempatan dengan mengatakan
kepada pasien mempraktikkan nama saya noni”
cara berkenalan dengan dua O:
orang atau lebih - Pasien mau menyebutkan
R : Klien mampu berkenalan kegiatan sehari-hari.
dengan temannya dengan cara - Klien mampu berkenalan
mengacungkan tangan lalu dengan temannya
berkenalan. Dimulai dari dirinya - Kontak mata kurang
terlebih dahulu baru kepada - Bicara lambat
temannya. - Klien tampak bingung
3. Menganjurkan kepada klien - Menundukkan kepala
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian. A:
R : Klien hanya mengatakan iya. - SP 3 teratasi sebagian
4. Memberikan re-inforcement P:
kepada pasien Perawat :
R: Klien tampak senang ketika - Ulangi SP 3 isolasi sosial
di puji. di ruang rajawali
Pasien :
- Observasi kegiatan
harian pasien
- Memotivasi pasien
latihan berkenalan
dengan sesuai jadwal
yang dibuat
EVALUASI
28 Sept 2018 Isolasi S:
“Nama saya “noni”.
13.00-13.10 Sosial
“Saya mau berbicara 10 menit saja”.
WIB “Saya pernah di buli dan malu dengan teman”.
“Keuntungan berteman dengan orang jadi banyak
teman”.
“Kerugian tidak punya teman “sepi”.
“Saya jarang berbicara kepada teman sekamarnya”.
“Saya berkenalan menyebutkan nama saya noni dan
menanyakan nama orang lain”.
O:
- Pasien mau menyebutkan namanya
- Klien mengatakan malu dengan orang
40
BAB V
PEMBAHASAN
6 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dengan
cara pengumpulan data subyektif dan obyektif secara sistematis untuk
menentukan status kesehatan klien saat ini sehingga dapat dilakukan
tindakan keperawatan yang tepat bagi individu, keluarga, dan komunitas.
Pengumpulan data pengkajian meliputi aspek identitas klien, keluhan utama,
riwayat kesehatan sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat kesehatan
keluarga, genogram, riwayat psikososial, kebutuhan dasar (makan, minum,
eliminasi, tidur, aktivitas bermain) dan pemeriksaan fisik. Tujuan pengkajian
adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien.
Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik serta diagnostik (Asmadi,
2008; Keliat, 2012).
Pengumpulan data dalam kasus ini menggunakan beberapa metode,
yaitu metode wawancara dengan klien, observasi langsung terhadap kondisi
klien serta dari rekam medis klien. Selama proses pengkajian, klien
kooperatif dalam memberikan informasi yang diperlukan berkaitan dengan
keluhan yang dialami.
Masalah utama pada klien ialah Isolasi Sosial yang ditandai dengan
gejala klien tampak gelisah, bingung, pandangan klien tidak fokus, sering
menyendiri, kurang kooperatif, sering melamun dan wajah datar. Tanda dan
gejala yang muncul pada klien saat dilakukan pengkajian sesuai dengan
teori yang disampaikan oleh Fitria (2012) yang juga menyebutkan bahwa
klien dengan Isolasi Sosial memiliki tanda dan gejala serupa.
5.1 Diagnosa Keperawatan
a. Berdasarkan Teori
Berdasarkan teori, diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan
masalah Isolasi Sosial adalah (Nursito, 2012) :
Pada saat di kaji klien berbicara dengan lambat dan harus di beri
pertanyaan secara langsung karena klien tidak bisa menjelaskan
sesuatu secara rinci. Klien tidak mampu memulai pembicaraan.
5. Defisiensi Pengetahuan
Saat dilakukan pengkajian, klien kurang pengetahuan tentang penyakit
jiwa yang dialami sekarang, klien belum mengetahui cara pengobatan
yang dilakukan, karena kurang pengetahuan klien kurang tepat dalam
menyelesaikan masalah penyakitnya. Defisiensi pengetahuan terjadi
akibat kurangnya informasi tentang penyakit yang diderita klien.
6. Gangguan Proses Pikir
Saat dilakukan pengkajian, klien kurang pengetahuan tentang penyakit
jiwa yang dialami sekarang, klien sering terlihat melamun, tidak suka
memulai pembicaraan. Klien lebih suka menyendiri. Saat interaksi
selama wawancara kontak mata klien tidak fokus mudah teralihkan
saat klien lain berbicara atau perawat berbicara.
7. Koping Individu Tidak Efektif
Saat dilakukan pengkajian, klien mengatakan belum bekerja, respon
lambat dan klien tampak bingung.
8. Koping Keluarga Kurang Efektif
Saat dilakukan pengkajian, klien mengatakan pernah di bully oleh
teman-temannya sejak masa kecil, sehingga klien merasa dikucilkan
dari kelompok sebaya dan lingkungan sekitarnya.
Tn.E dapat mengingat-ingat apa yang telah diajarkan perawat pada hari
ini.
b. Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2)
Strategi Pelaksanaan 2 (SP2) : Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien, memberikan kesempatan kepada klien mempraktikkan cara
berkenalan dengan satu orang, membantu klien memasukkan kegiatan
berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.
Tindakan pertama dilakukan perawat pada tanggal 25 September 2018
pukul 10.00 WIB dengan strategi pelaksanaan pertama yaitu
mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, memberikan kesempatan
kepada klien mempraktikkan cara berkenalan dengan satu orang,
membantu klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang
lain sebagai salah satu kegiatan harian. Respon Tn.E adalah mau
menyebutkan kegiatan sehari-hari, kontak mata kurang, bicara lambat,
klien tampak bingung, menundukkan kepala. Tn.E sudah kooperatif,
Tn.E sudah mampu dilatih berkenalan dan kemudian memasukan ke
jadwal harian Tn.E agar Tn.E dapat mengingat-ingat apa yang telah
diajarkan perawat pada hari ini.
Strategi Pelaksanaan 2 (SP2) : Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien, memberikan kesempatan kepada klien mempraktikkan cara
berkenalan dengan satu orang, membantu klien memasukkan kegiatan
berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.
Tindakan pertama dilakukan perawat pada tanggal 26 September 2018
pukul 13.00 WIB dengan strategi pelaksanaan pertama yaitu
mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, memberikan kesempatan
kepada klien mempraktikkan cara berkenalan dengan satu orang,
membantu klien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang
lain sebagai salah satu kegiatan harian. Respon Tn.E adalah mau
menyebutkan kegiatan sehari-hari, klien mampu berkenalan dengan
temannya, kontak mata kurang, bicara lambat, klien tampak bingung,
menundukkan kepala. Tn.E sudah kooperatif, Tn.E sudah mampu dilatih
48
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
7 Kesimpulan
6.1 Saran
51
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, Ermawatin, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Jiwa. Jakarta : CV. Trans Info Media.
Damaiyanti, M & Iskandar, I. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT.
Refika Aditama.
Direja, S.N.A.H. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.
Fitria, N. (2012). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta :
Salemba Medika.
Keliat, A.B & Akemat. (2014). Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok,
Edisi 2. Jakarta : EGC.
Kusuma. H & Nurarif, A. H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC.
Yogyakarta : Media Hardy.
Maramis, F.W. (2009). Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi 2. Jakarta : Airlangga
University Press.
Nanda. (2012). Diagnosa Keperawatan Nanda 2012-2014 Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : EGC
Nasir, A & Muhith, A. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :
Nuha Medika.
RISKESDAS. (2013). Laporan Nasional Riskesdas 2013.
Riyadi, Sujono & Teguh Purwanto. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Stuart, G.W. (2007). Pocket Guide to Psychiatric Nursing, atau Buku Saku
Keperawatan Jiwa. Alih bahasa Ramona P. Kapoh dan Egi Komara
Yudha. Jakarta : EGC.
Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Alih bahasa Renata K &
Afrina H. Editor Pamilih, E.K. Jakarta : EGC.
52