Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Labora Medika Volume (Tahun) Halaman [Jurnal Labora Medika 2 (2016) 110-20]

(Time new roman font 10)

Journal Homepage: http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JLabMed


e-ISSN: 2549-9939

KENDALI MUTU PEMERIKSAAN SPESIES MIKROFILARIA PADA


PENDERITA KRONIS FILARIASIS SECARA POLYMERASE CHAIN
REACTION (PCR)

Al Hidayani (G4C018013)
1
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang
Info Artikel Abstrak [Times New Roman 11Cetak Tebal dan
Miring]
Diterima 16 Agustus 2016 Isi Abstrak (Times New Roman 10) ditulis dalam
bahasa inggris atau Indonesia yang berisikan
Direvisi 30 Agustus 2016
isu-isu pokok penelitian, tujuan penelitian,
Disetujui 20 September 2016 metode/pendekatan dan hasil penelitian.
Tersedia Online 1 Oktober 2016 Abstrak ditulis dalam satu alenia, tidak lebih
dari 200 kata.
Keywords:
Maksimum 5 kata kunci dipisah
kan dengan tanda
koma. [Font Times
New Roman 10 spasi
tunggal, dan cetak
miring]

Pendahuluan limfatik sebagai penyebab utama


Filariasis adalah kelompok penyakit kecacatan di seluruh dunia
yang disebabkan oleh filaria yang (Depkes,2015)
mempengaruhi manusia dan hewan
Penyakit ini disebabkan oleh tiga spesies
(yaitu, parasit nematoda dari keluarga
cacing nematoda, yang dikenal sebagai
Filariidae). Dari ratusan parasit filaria
filariae - Wuchereria bancrofti, Brugia
yang dijelaskan, hanya 8 spesies yang
malayi dan Brugia timori. Cacing
menyebabkan infeksi alami pada
menyerang didalam sistem limfatik
manusia. Organisasi Kesehatan Dunia
manusia, jaringan kelenjar dan
(WHO) telah mengidentifikasi filariasis
pembuluh antara darah dan jaringan
*Corresponding Author:
Al Hidayani (G4C018013)
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang
Indonesia 50273.
E-mail: alhidayani97@gmail.com
tubuh. Sistem limfatik merupakan molekular adalah sampel darah yang
komponen penting dari sistem kekebalan diteteskan pada kertas saring (whatman).
tubuh. Pra-analitik
Program Global untuk Alat dan Bahan
Penghapusan Filariasis Limfatik
(GPELF) bertujuan untuk Alat dan bahan yang perlu
menghilangkan penyakit parasit ini pada diperispakan untuk pengambilan sampel
tahun 2020. Strategi utamanya adalah yaitu lanset steril, pastikan lanset harus
pemberian obat massal (MDA) dengan baru/steril tidak dipakai dua
obat antifilarial di antara penduduk yang kali/disposible(sekali pakai), pipet
tinggal di daerah endemik dengan dosis kapiler yang baru tidak boleh bekas
tahunan tunggal selama satu periode pakai dan kertas saring (Fischer dkk,
lima-enam tahun (Ottesen 2006). 2008).
Pengembangan tes yang lebih spesifik Spesimen
dan sensitif adalah penting untuk Untuk mendapat/memastiakn
GPELF, memungkinkan untuk (i) sampel yang didapat akurat dan bisa
menyarankan area mana yang harus menjadi acuan, variabel yang dapat
dilibatkan dalam MDA, (ii) mengukur mempengaruhi tahap pra-analitik harus
kemanjuran intervensi, (iii) membantu dapat dikontrol. Hal ini termasuk pada
memutuskan kapan menghentikan MDA persiapan pasien, data pasien yang
dan ( iv) menyarankan bagaimana mengalami kronis filaria, pengambilan
memantau populasi setelah berakhirnya sampel darah, serta transfortasi spesimen
MDA, sehingga mencegah terjadinya ke laboratorium dan cara penyimpanan
kembali transmisi parasit (WHO 2008).
sampel darah filaria dengan baik
Masalah yang sering terjadi saat (Adewoyin dan Nwogoh, 2014).
melakukan pemeriksaan filariasis Pengambilan darah dilakukan pada siang
dengan metode biasa adalah hari dengan melakukan kunjungan ke
pengambilan sampel yang dilakukan rumah penderita. Untuk pengumpulan
pada malam hari. Oleh karena itu,
sampel yang nyaman, pengawetan, dan
dikembangkan metode yang dapat ekstraksi DNA selanjutnya sejumlah
mempermudah untuk pengambilan kecil darah vena atau kapiler dapat
sampel yang dapat dilakukan kapan saja.
dikumpulkan pada kertas saring dengan
Semakin berkembang nya ukuran pori-posi 3mm (Whatman filter),
teknologi, maka berbagai metode baru dikeringkan, dan disimpan pada suhu
dikembangkan untuk mendiagnosis kamar (20-250C). Jangan sampai terkena
filariasis, metode baru tersebut dititik air ataupun lembab, hal ini dapat
beratkan untuk mendiferensiasi spesies berpengaruh pada keberadaan parasit
filaria dengan Uji PCR (Polymerase filaria (Kluber S, dkk : 2011). Proses
Chain Reaction). pengeringan sangat penting dalam hal
Bahan dan Metode ini, untuk mencegah hilangnya
Bahan yang digunakan dalam keberadaan parasit filaria.
pemeriksaan filariasis dengan metode
Analitik kemudian diekstraksi dengan metode
Isolasi DNA mendidih sederhana menggunakan resin
Chelex 100 untuk mengikat inhibitor
Isolasi DNA dilakukan oleh PCR, dalam proses ekstraksi waktu
laboran/praktisi terlatih, lebih baik inkubasi didalam air mendidih hanya
seseorang yang memang menekuni selama 10 menit, tidak boleh lebih
bidang tersebut, dapat juga dilakukan karena dapat mempengaruhi hasil dari
oleh tenaga laboratorium medis yang ekstraksi DNA (Fischer dkk, 2008)
sudah terlatih dalam bidang molekuler.
Yang dapat memastikan tahap selama Bagian yang diambil pada
pembuatan isolasi berjalan dengan baik, proses ini yaitu supernatant, tidak boleh
serta mendapatkan hasil isolasi yang diambil pada bagian endapan/pellet
diinginkan. Asisten laboratorium yang karena yang terkandung pada pellet
terlatih juga diperlukan dalam adalah sisa-sisa dari bahan organik.
melakukan isolasi DNA, agar dapat Untuk mendapat hasil isolasi yang baik,
mendapatkan isolasi DNA yang bebas cairan supernatant (DNA containing
kontaminan, serta isolasi yang didapat water) dimana terdapat DNA
memang mengandung gDNA (genom didalamnya. kemudian disimpan di
DNA) dari parasit filaria (Santoso & dalam freezer dengan suhu sekitar -
Nungky, 2015) 20ºC. Penyimpanan suhu pada -20ºC
bertujuan agar sampel DNA yang telah
Prisnsip utama dalam isolasi diekstraksi dapat disimpan hingga waktu
DNA ada tiga yakni penghancuran berminggu-minggu. Jika suhu yang
(lisis), ektraksi atau pemisahan DNA dipakai tidak sesuai maka akan
dari bahan padat seperti selulosa dan berdampak pada kualitas DNA yang
protein, serta pemurnian DNA (Corkill dapat mengakibatkan rusaknya struktur
dan Rapley, 2008). Ada beberapa hal dan fungsi DNA.
yang perlu diperhatikan dalam proses
isolasi DNA antara lain harus Running PCR
menghasilkan DNA tanpa adanya Tahap running PCR meliputi:
kontaminan seperti protein dan RNA; menyiapkan tabung PCR, diberi kode
metodenya harus efektif dan bisa sesuai dengan kode isolasi DNA yang
dilakukan untuk semua spesies metode akan di PCR. Proses running PCR
yang dilakukan tidak boleh mengubah menggunakan master mix reagen dengan
struktur dan fungsi molekul DNA. untuk primer forward HhaI
menjaga struktur DNA selama proses (5’GCGCATAAATTCATCAGC-3’)
penghancuran (pelisisan) dan purifikasi dan primer reverse HhaII
sehingga memudahkan dalam (5’GCGCAAAACTTAATTACAAAAG
menghilangkan protein dan RNA serta C-3), primer yang digunakan adalah
mencegah aktivitas enzim pendegradasi primer yang cocok dengan genom
DNA dan mencegah perubahan pada parasit filaria yang diperoleh dari desain
molekul DNA praktisi perlu primer pada Genbank. Suhu optimasi
memperhatikan pH dari larutan buffer yang digunakan untuk running PCR
yang digunakan sera inhibitor DNAse yaitu: Hot start suhu 95°C selama 5
dan detergen (Surzcky, 2000). DNA menit, 1 siklus; Denaturasi suhu 94°C
selama 30 menit ; Annaeling suhu 48°C posisi kabel negatif dan positif tidak
dengan waktu 40 menit ; Elongasi suhu terbalik; mengalirkan aliran listrik dari
72°C (1’), sebanyak 35 siklus diulang negatif menuju positif karena proses
pada proses denaturasi, annaeling dan elekroforesis berjalan dari kutub negatif
elongasi, suhu optimal tidak disetting ke kutub positif. Pembacaan dapat
sembarangan, hal ini dapat dilihat dari dilakukan dengan alat UV
muatan basa nitrogen yang ada pada Transilluminator atau mesin Geldoc alat
primer, semakin banyak ikatan G-C yang digunakan untuk mengamati dan
pada primer maka semakin tinggi suhu mendokumentasi hasil elektroforesis.
pada tahap denaturasi, agar hasil PCR Post Analitik
sesuai dengan yang diharapkan, lalu
dilanjutkan dengan proses ekstra Pembacaan hasil dari
ekstensi(memanjangkan primer) dan elektroforesis, untuk pedoman/acuan
terakhir cooling down. Cooling down dalam pembacaan hasil dengan melihat
harus pada suhu 40C, karena DNA labil marker yang terbentuk, marker adalah
terhadap suhu (Santoso & Nungky, segmen DNA yang spesifik dan telah
2015) diketahui ukurannya. Marker digunakan
untuk mengetahui hasil dari PCR DNA,
Elektroforesis marker yang terdapat pada elektroforesis
Pembacaan hasil PCR dilakukan berfungsi sebagai penanda pasang
dengan elektroforesis dan diperlukan gel basa/base pair(bp) dari molekul DNA
sebagai media. Pembuatan gel agarose yang bermigrasi. Namun disamping itu,
ini juga perlu diperhatiakn berapa elektroforesis gel juga memiliki
takaran/kadar yang diinginkan. Dalam kekurangan yaitu pada identifikasi
buku ajar takaran dalam pembuatan amplikon. Disamping itu, kadang-
agarose 1 gr/ 100ml TAE 1x, proses kadang hasil PCR dalam gel muncul pita
pengenceran harus diperhatikan agar yang tidak berbentuk (smeary bands) hal
tidak ada gumpalan yang terjadi pada ini dapat terjadi karena pada saat isolasi
saat pembuatan gel dan pencetakan gel DNA masih terdapat kontaminan
diusahakan tidak ada terbentuknya maupun RNA dan protein yang terambil
gelembung pada gel, yang dapat pada saat pemisahan DNA (Tarigan,
mengakibatkan gel pecah/retak hal ini 2011).
dapat mempengaruhi hasil elektroforesis Pada pemeriksaan filaria
yang berpengaruh pada pembentukan pembacaan dan analisa hasil positif
pita/band. apabila terbentuk band/pita pada 322 bp,
Memasukkan sampel baik 644 bp atau 966 bp. Jika pada
marker ataupun DNA ke dalam sumuran pemeriksaan didapat hasil dibawah 322
gel, harus tepat pada sumuran tidak bp maka hasil isolasi DNA dapat
boleh keluar dari sumuran maupun dikatakan tidak berhasil mendapatkan
masuk ke sumuran lainnya, genom spesifik atau DNA yang terambil
memasukkan kontrol positif, sampel dan bukan DNA spesifik dari filaria. Sampel
kontrol negatif secara berurutan ke ke positif kemudian dilakukan sekuensing
dalam sumuran selanjutnya; menutup untuk menentukan spesies microfilaria.
chamber elektroforesis dan pastikan Sekuensing dapat dilakukan jika
didalam laboratorium tersebut terdapat paling penting dalam spesifisitas PCR.
tenaga ahli atau terlatih dan dapat juga 3) Konsentrasi DNA dalam PCR juga
dikerjakan oleh petugas laboratorium di penting. Terlepas dari kualitasnya juga
lembaga yang melakukan banyak atau terlalu sedikit DNA dapat
molekular.(Santosa & Nungky, 2015). memberikan hasil negatif palsu. 4)
Quality control pada PCR : Di Kualitas tabung PCR sering diabaikan.
laboratorium PCR kontrol kualitas Tabung harus dari dinding yang sangat
terutama berkaitan dengan kontrol tipis yang memungkinkan transfer cepat
kesalahan dalam kinerja tes dan panas, hindari adanya udara karena
verifikasi hasil tes. Ini termasuk internal dapat mempengaruhi perpindahan panas.
dan eksternal kontrol kualitas. Kontrol Maka dari itu dala penggunaan PCR
kualitas internal termasuk pemantauan perlu adanya tenaga yang terlatih dalam
laboratorium kinerja dengan pengerjaannya agar dapat meminimalisir
menggunakan bahan kontrol dan / atau kesalahan yang dapat terjadi pada saat
pengukuran ulang Kesalahan dalam pemeriksaan.
pengumpulan sampel, transportasi dan
ekstraksi asam nukleat DNA cukup Referensi
stabil ketika berada di dalam sel. DNA
seluler dapat terdegradasi oleh DNAse 1. Adewoyin, A.S. & Nwogoh, B.,
berasal dari kontaminasi bakteri dari 2014. Peripheral Blood Film –
sampel, jika sampel sudah Review. Ann Ib Postgrad Med,
terkontaminasi maka penggunaan tabung Volume 12, pp,71-79
steril tidak ada gunanya. DNA yang 2. Corkill, G., Rapley, R. 2008. The
rusak tidak baik untuk PCR dan ini Manipulation of Nucleic Acids :
adalah alasan penting untuk hasil Basic Tools & Techniques in
kualitas positif palsu atau negatif. Molekular Biomethods Handbook
Penggunaan inhibitor PCR juga dapat Second Edition, Ed : Walker, J.M.,
mempengaruhi, misalnya larutan buffer Rapley, R. Human Press, NJ, USA.
lisis tidak akan bekerja baik jika volume 3. Depkes. 2015. Menuju Eliminasi
sampel melebihi ketentuan. Filariasis 2020.
4. Fischer, P et al. 2008. Polymerase
Kesalahan dalam PCR Chain Reaction based Detection of
Ada banyak faktor yang dapat Lymphatic Filariasis.
mempengaruhi efisiensi PCR. Kualitas 5. Kluber S, et al.2001. Rapid PCR-
dari reagen, primer, pH buffer, kualitas based detection of Brugia malayi
dan kuantitas DNA dan tabung PCR. 1). DNA from bloof spots by DNA
Kualitas dari Taq Polimerase sangat Detection Test Strip. Tranns R. Soc
penting diperhatikan, karena jika terjadi Trop Med Hyg 2001.
kesalahan dapat memberikan hasil 6. Santoso. & Suryaningtyas, N.H.
positif palsu. 2) Primer, terutama pada 2015. Spesies Mikrofilaria Pada
saat mendesain primer jika terjadi Penderita Kronis Filariasis Secara
kesalahan dalam desain maka dapat Mikroskopis dan Polymerase Chain
berpengaruh pada gen spesifik yang Reaction (PCR) di Kabupaten
akan digunakan serta penentu yang Tanjung Jabung Timur.
7. Surzcky S. 2003. Human Molecular
Biology Laboratory, London :
Balckwell Publishing.
8. Tarigan, Simson. 2011.
Penggunaan Polymerase Chain
Reaction Enzyme Linked
Oligonucleotide Sorbent Assay
(PCR-ELOSA) untuk Deteksi
Agent Penyakit, WARTAZOA
Vol.21, No.1 (2011).
9. Ximenes, C et al. 2014. Detection
of Wuchereria bancrofti DNA in
Paired Serum and Urine Samples
Using Polymerase Chain Reaction-
based System.

Anda mungkin juga menyukai