Anda di halaman 1dari 8

RABIES BAB I RESUME RABIES I.1.

Pengertian Kata rabies berasal dari bahasa Sansekerta


kuno rabhas yang artinya melakukan kekerasan/kejahatan. Dalam bahasa Yunani, rabies disebut
Lyssa atau Lytaa yang artinya kegilaan. Dalam bahasa Jerman, rabies disebut tollwut yang
berasal dari bahasa Indojerman Dhvar yang artinya merusak dan wut yang artinya marah. Dalam
bahasa Prancis, rabies disebut rage berasal dari kata benda robere yang artinya menjadi gila.
Rabies adalah penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan ke manusia dari hewan) yang
disebabkan oleh virus. Penyakit ini menginfeksi hewan domestik dan liar, yang menyebar ke
orang melalui kontak dekat dengan air liur yang terinfeksi melalui gigitan atau cakaran. [1] I.2.
Manifestasi Klinis Gejala rabies pada manusia biasanya diawali dengan demam, nyeri kepala,
sulit menelan, hipersalivasi, takut air, peka terhadap rangsangan angin dan suara, kemudian
diakhiri dengan kematian. Biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah
terinfeksi.Tanda-tanda orang terkena rabies seperti marah hiperaktif, perilaku bersemangat, dan
kadang-kadang aerophobia. Gejala sakit yang akan dialami seseorang yang terinfeksi rabies
meliputi 4 stadium: 1. Stadium prodromal Dalam stadium prodomal sakit yang timbul pada
penderita tidak khas, menyerupai infeksi virus pada umumnya yang meliputi demam, sulit makan
yang menuju taraf anoreksia, pusing dan pening (nausea), dan lain sebagainya. 2. Stadium
sensoris Dalam stadium sensori penderita umumnya akan mengalami rasa nyeri pada daerah luka
gigitan, panas, gugup, kebingungan, keluar banyak air liur (hipersalivasi), dilatasi pupil,
hiperhidrosis, hiperlakrimasi. 3. Stadium eksitasi Pada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah,
mudah kaget, kejang-kejang setiap ada rangsangan dari luar sehingga terjadi ketakutan pada
udara (aerofobia), ketakutan pada cahaya (fotofobia), dan ketakutan air (hidrofobia). Kejang-
kejang terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan
pernapasan. Hidrofobia yang terjadi pada penderita rabies terutama karena adanya rasa sakit
yang luar biasa di kala berusaha menelan air. 4. Stadium paralitik Pada stadium paralitik setelah
melalui ketiga stadium sebelumnya, penderita memasuki stadium paralitik ini menunjukkan
tanda kelumpuhan dari bagian atas tubuh ke bawah yang progresif.[2] I.3. Penyebab Rabies
disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan genus Lysavirus.
Karakteristik utama virus keluarga Rhabdoviridae adalah hanya memiliki satu utas negatif RNA
yang tidak bersegmen. Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan yang berperan sebagai
perantara penularan. Spesies hewan perantara bervariasi pada berbagai letak geografis. Hewan-
hewan yang diketahui dapat menjadi perantara rabies antara lain rakun (Procyon lotor) dan
sigung (Memphitis memphitis) di Amerika Utara, rubah merah (Vulpes vulpes) di Eropa, dan
anjing di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Afrika, Asia, dan Amerika Latin memiliki tingkat
rabies yang masih tinggi. Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau
manusia melalui gigitan. Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan hewan perantara pada kulit
yang terluka. Setelah infeksi, virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke sumsum tulang
belakang dan otak dan bereplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke
jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur. Hewan yang terinfeksi
bisa mengalami rabies buas/ ganas ataupun rabies jinak/ tenang. Pada rabies buas/ ganas, hewan
yang terinfeksi tampak galak, agresif, menggigit dan menelan segala macam barang, air liur terus
menetes, meraung-raung gelisah kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak/tenang,
hewan yang terinfeksi mengalami kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total, suka bersembunyi di
tempat gelap, mengalami kejang dan sulit bernapas, serta menunjukkan kegalakan. [2] I.4. Ciri-
ciri anjing rabies 1. Tampak tidak sehat, gelisah, dan agresif. 2. Keluar air liur berlebihan dan
lidah terjulur. 3. Suka menyendiri dan berada di tempat gelap. 4. Ekor ditekuk diantara kedua
kaki belakang. 5. Menggigit apa saja yang ada disekitarnya, baik benda-benda maupun orang. 6.
Takut cahaya (fotofobi). 7. Tidak mau makan dan minum tapi merasa sangat haus. 8. Takut air
(hidrofobi). I.5. Cara Penanganan Bila terinfeksi rabies, segera cari pertolongan medis. Rabies
dapat diobati, namun harus dilakukan sedini mungkin sebelum menginfeksi otak dan
menimbulkan gejala. Bila gejala mulai terlihat, tidak ada pengobatan untuk menyembuhkan
penyakit ini. Kematian biasanya terjadi beberapa hari setelah terjadinya gejala pertama. Jika
terjadi kasus gigitan oleh hewan yang diduga terinfeksi rabies atau berpotensi rabies (anjing,
sigung, rakun, rubah, kelelawar) segera cuci luka dengan sabun atau pelarut lemak lain di bawah
air mengalir selama 10-15 menit lalu beri antiseptik alkohol 70% atau betadin. Orang-orang yang
belum diimunisasi selama 10 tahun terakhir akan diberikan suntikan tetanus. Orang-orang yang
belum pernah mendapat vaksin rabies akan diberikan suntikan globulin imun rabies yang
dikombinasikan dengan vaksin. Separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan dan
separuhnya disuntikan ke otot, biasanya di daerah pinggang. Dalam periode 28 hari diberikan 5
kali suntikan. Suntikan pertama untuk menentukan risiko adanya virus rabies akibat bekas
gigitan. Sisa suntikan diberikan pada hari ke 3, 7, 14, dan 28. Kadang-kadang terjadi rasa sakit,
kemerahan, bengkak, atau gatal pada tempat penyuntikan vaksin. [2] BAB II PENDAHULUAN
II.1. Data Kasus Rabies Dunia: Fakta-fakta penting: 1. Rabies terjadi lebih dari 150 negara dan
wilayah. 2. Di seluruh dunia, lebih dari 55 000 orang meninggal setiap tahun. 3. 40% dari orang
yang digigit oleh hewan gila adalah anak di bawah 15 tahun. 4. Anjing adalah sumber dari 99%
kematian rabies pada manusia. 5. Luka pembersihan dan imunisasi dalam beberapa jam setelah
kontak dengan binatang dapat mencegah timbulnya rabies dan kematian. 6. Setiap tahun, lebih
dari 15 juta orang di seluruh dunia menerima rejimen pasca pajanan preventif. [1] Di sebagian
besar negara Afrika dan Asia anjing terus menjadi host utama dan bertanggung jawab untuk
sebagian besar kematian rabies pada manusia. Sebagian besar negara Afrika melaporkan adanya
rabies pada manusia dan anjing dalam semua wilayah mereka. Meskipun semua kelompok usia
yang rentan, rabies adalah paling umum pada orang yang lebih muda dari 15 tahun; profilaksis
pasca pajanan diberikan rata-rata sampai 40% dari anak-anak di Asia dan Afrika yang berusia 5-
14 tahun, dan mayoritas adalah laki-laki menerima pengobatan. Di utara Republik Tanzania,
kejadian rabies adalah 3-5 kali lebih tinggi pada anak yang lebih muda dari 15 tahun
dibandingkan orang dewasa. [1] Bagan: Jumlah Kasus Rabies antara Anjing dan Kucing,
Amerika Serikat, 2008-2009Rabies adalah virus berbahaya yang ditularkan melalui air liur
hewan. Siapapun bisa mendapatkannya jika mereka menangani atau mendapatkan digigit oleh
hewan yang memiliki penyakit. Di AS, rabies merupakan ancaman serius bagi kesehatan
manusia dan hewan. Setiap tahun, diperkirakan bahwa 40.000 orang menerima pengobatan
pencegahan rabies disebut post-exposure prophylaxis (PEP) karena potensi eksposur rabies.
Lebih dari 90% dari semua hewan fanatik dilaporkan ke CDC setiap tahun terjadi di satwa liar.
Hewan-hewan utama yang mendapatkan rabies meliputi rakun, sigung, rubah dan kelelawar.
Namun, kebanyakan orang yang terkena rabies akibat kontak dekat dengan hewan domestik,
seperti kucing atau anjing. Sementara anjing secara historis telah dikaitkan dengan penularan
rabies kepada manusia, kucing lebih cenderung dilaporkan fanatik di AS Kucing sering kontak
dekat dengan manusia dan hewan liar, termasuk yang terutama mengirimkan rabies. Ini
menciptakan situasi di mana rabies mungkin lebih mudah ditularkan dari kucing ke manusia dari.
Pada tahun 2009, kasus rabies di antara kucing meningkat untuk tahun kedua berturut-turut. Tiga
kali lebih kucing rabies dari anjing dilaporkan fanatik. Selain itu, pemilik kucing mungkin tidak
mungkin untuk mengunjungi kantor dokter hewan, di mana mereka dapat menerima gambar
yang dapat menjaga kucing mereka aman dari rabies. Data dari American Veterinary Medical
Association (AVMA) menunjukkan bahwa lebih dari 36 persen dari US kucing memiliki rumah
tangga tidak mengunjungi dokter hewan pada tahun 2006. Ini lebih dari dua kali lipat persentase
anjing memiliki rumah tangga yang tidak mengunjungi dokter hewan. Salah satu cara terbaik
untuk melindungi diri dan keluarga Anda dari rabies adalah untuk memvaksinasi hewan
peliharaan Anda dan menghindari kontak dengan hewan liar. Jangan makan atau menangani
mereka, bahkan jika mereka tampak ramah. Jika Anda melihat hewan liar bertingkah aneh,
laporkan untuk mengendalikan hewan. Setiap tahun, rabies membunuh lebih dari 55.000 orang di
seluruh dunia dan biaya yang berkaitan dengan rabies diperkirakan lebih dari $ 300 juta di
Amerika Serikat saja. September 28 adalah Hari Rabies Dunia, sebuah memperhatikan kesehatan
global yang bertujuan untuk mempromosikan kesadaran rabies dan membantu orang-orang di
seluruh dunia mencegah dan mengendalikan rabies. Dunia Hari Rabies acara dijadwalkan
berlangsung di negara-negara seluruh dunia, termasuk di sini di Amerika Serikat Untuk
informasi lebih lanjut tentang Hari Rabies Dunia dan untuk mencari tahu di mana peristiwa yang
sedang berlangsung, kunjungi Situs Web Ikon www.worldrabiesday.orgExternal. [3] data:
Blanton et al. Surveilans rabies di Amerika Serikat selama 2009. JAVMA, 2010; Vol. 237, No 7.
Diterbitkan rabies laporan tahunan dari 2002-2009 tersedia di
[http://www.cdc.gov/rabies/resources/publications/index.html] Nasional: Di Indonesia sampai
Agustus 2010 sudah 113 orang positif terinfeksi penyakit rabies. Penyebaran virus rabies sulit
dihentikan. Kecepatan penyebarannya tiga milimeter perjam. Tidak mengherankan bila angka
kematian akibat penyakit ini mencapai 100%. Ciri-ciri yang terkena rabies korban akan merasa
sakit di luka gigitan, setelah itu sakit kepala, takut cahaya, takut air dan sesak napas. Penyakit ini,
seperti dilansir dalam siaran pers Kementerian Kesehatan, juga kerap menimbulkan kejadian luar
biasa (KLB). Tahun 2005 KLB terjadi di provinsi Maluku, Maluku Utara dan Kalimantan Barat,
akhir tahun 2007, KLB terjadi di Banten. November 2008, KLB terjadi di Kab. Badung, Bali.Di
Pulau Nias, Sumatera Utara sampai dengan Juli 2010 terjadi 857 gigitan hewan penular rabies
(GHPR), sekitar 815 diberi vaksin anti rabies, dan 23 diantaranya meninggal dunia. Di Bali,
sejak kasus ini menyebar tahun 2008 di Kab. Badung, sampai bulan Agustus 2010 terdata 53.418
kasus GPHR, 83 diantaranya meninggal (4 orang tahun 2008, 26 orang tahun 2009, dan 53 orang
tahun 2010). Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan rata-rata di Asia ada 50.000
kasus kematian akibat rabies pertahun. Kasus di negara Asia terbanyak ditemukan di India
(20.000-30.000 kasus pertahun), Vietnam (rata-rata 9.000 kasus pertahun), China (rata-rata 2.500
kasus pertahun), Filipina (200-300 kasus pertahun) dan Indonesia (rata-rata 125 kasus pertahun).
Di Indonesia rabies sebagian besar disebabkan gigitan anjing (98%) sementara sebagian kecil
diebabkan oleh gigitan kera dan kucing (2%). Forum Regional Zoonotic Meeting SEARO yang
berlangsung di Jakarta pada November 2007, menetapkan rabies sebagai penyakit prioritas kedua
setelah Avian Influenza. Penyakit Rabies atau anjing gila merupakan penyakit mematikan yang
ditularkan lewat gigitan anjing. Untuk menghindari kematian, bila seseorang digigit hewan yang
menderita rabies, tindakan pertama yang dilakukan adalah cuci luka secepatnya dengan air
mengalir dan sabun atau deterjen selama 10-15 menit. Kemudian luka diberi antiseptik/ alkohol
70%, setelah itu segera bawa ke Rabies Center (Puskesmas atau Rumah Sakit) atau ke dokter
untuk mendapatkan pengobatan selanjutnya. (rdi). [4] Data Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan menyebutkan, Indonesia
merupakan negara terbesar ke lima di Asia yang menjadi negara dengan jumlah korban rabies.
Posisi Indonesia terbesar setelah India, China, Filipina dan Vietnam. Data kasus kematian yang
disebabkan rabies (lyssa) di Indonesia tercatat sekitar 125 kasus per tahun. Wilayah di Indonesia
yang terinfeksi rabies juga tidak main-main. Sejak tahun 2004 hingga Desember 2009 lalu,
penyebaran rabies tersebar di 24 Provinsi. Berarti hanya 9 Provinsi saja yang bebas rabies. Selain
sembilan Provinsi tersebut, semua terkena penyebaran rabies dan berpotensi menambah jumlah
korban meninggal akibat gigitan ataupun liur anjing liar yang tertular rabies. Rita Kusriastuti,
Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang, Kementerian Kesehatan menyebutkan,
sembilan Provinsi yang saat ini masih bebas dari ancaman rabies tersebut adalah Bangka
Belitung, Kepri, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat,
Papua Barat, dan Papua. Sementara hingga Juli tahun ini, tercatat sekitar 24 provinsi yang telah
melaporkan terjadinya kasus rabies berujung pada kematian. Sebanyak 24 Provinsi tersebut
adalah Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Bengkulu, Lampung, Banten, Jabar, Bali, NTT,
Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sultra, Sulsel, Sulbar, Kalsel, Kaltim, Maluku, Malut dan Kalteng.
Serta empat Provinsi lain yang belum mengirimkan laporannya. Provinsi Bali merupakan yang
paling tinggi dan mengkhawtirkan. Kami sudah memikirkannya dan melakukan tindakan-
tindakan agar pada tahun-tahun mendatang Bali bebas rabies. [5] Ilustrasi Anjing Rabies BAB III
ISI II.1. TRIAD 1. Agent Rhabdovirus dari genus Lyssavirus. Semua anggota genus ini
mempunyai persamaan antigen, namun dengan teknik antibodi monoklonal dan nucleotide
sequencing dari virus menunjukkan adanya perbedaan tergantung spesies binatang atau
lokasi geografis darimana mereka berasal. Virus yang mirip dengan rabies yang
ditemukan di Afrika (Mokola dan Duvenhage) jarang menyebabkan kesakitan pada
manusia mirip seperti rabies dan jarang yang fatal. Lyssavirus baru telah ditemukan
pertama kali pada tahun 1996, pada beberapa spesies dari Flying fox dan kelelawar di
Australia dan telah menyebabkan dua kematian pada manusia dengan gejala penyakit
seperti rabies. Virus ini untuk sementara diberi nama ”Lyssavirus kelelawar Australia”.
Virus ini mirip dengan virus rabies namun tidak identik dengan virus rabies klasik.
Sebagian penderita penyakit yang disebabkan oleh virus yang mirip rabies inim dengan
teknik pemeriksaan standard FA test kemungkinan didiagnosa sebagai rabies. 2. Host
Hewan-hewan yang terkena virus rabies seperti Anjing, Kucing, Monyet, Musang. Dan
juga manusia. 3. Environment Penyakit ini sering terjadi di lingkungan dimana anjing
lebih banyak dari pada orang yang tinggal disitu. II.2. Transmisi Penyakit Rabies Semua
spesies mamalia yang rentan terhadap infeksi virus rabies, tetapi hanya beberapa spesies penting
sebagai reservoir untuk penyakit ini. Di Amerika Serikat, strain berbeda dari virus rabies yang
telah diidentifikasi dalam rakun, sigung, rubah, dan coyote. Beberapa spesies kelelawar pemakan
serangga juga reservoir untuk strain dari virus rabies. Penularan virus rabies biasanya dimulai
ketika air liur yang terinfeksi dari sebuah host dilewatkan dengan hewan terinfeksi. Modus yang
paling umum penularan virus rabies melalui gigitan dan virus yang mengandung air liur dari
inang terinfeksi. Meskipun transmisi telah jarang didokumentasikan melalui rute lain seperti
kontaminasi selaput lendir (misalnya, mata, hidung, mulut), transmisi aerosol, dan transplantasi
kornea dan organ. Transmisi Virus Rabies 1. Musang digigit oleh hewan rabies. 2. Virus rabies
memasuki rakun melalui air liur yang terinfeksi. 3. Virus rabies menyebar melalui saraf ke
sumsum tulang belakang dan otak. 4. Virus dalam tubuh incubates rakun untuk apporximately 3-
12 minggu. Musang tidak memiliki tanda-tanda sakit selama waktu ini. 5. Ketika mencapai otak,
virus berkembang biak dengan cepat, lolos ke kelenjar ludah, dan rakun mulai menunjukkan
tanda-tanda penyakit. 6. Hewan yang terinfeksi biasanya mati dalam waktu 7 hari menjadi sakit.
Musang II.3. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT 1. Masa Inkubasi dan Klinis Masa inkubasi
rabies biasanya 1-3 bulan, tetapi dapat bervariasi dari <1 minggu untuk> 1 tahun. Gejala awal
dari rabies adalah demam dan sering nyeri atau kesemutan yang tidak biasa atau tidak dapat
dijelaskan,menusuk atau sensasiterbakar (parestesia) di situs luka. Masa inkubasi sangat
tergantung pada tingkat keparahan luka, lokasi luka yang erat kaitannya dengan keadatan
jaringan saraf di lokasi luka dan jarak luka dari otak, dan tergantung pula dengan jumah dan
strain virus yang masuk, serta tergantung dari perlindungan oleh pakaian dan faktor-faktor lain.
[1] 2. Masa Laten dan Period Infeksi Para virus rabies memasuki tubuh melalui air liur hewan
yang terinfeksi, biasanya sebagai hasil dari gigitan. Dalam kasus yang jarang terjadi, rabies virus
juga dapat ditularkan jika air liur yang terinfeksi masuk ke luka terbuka atau percikan ke dalam
selaput lendir, seperti yang di mata, hidung, atau mulut. Ketika hewan terinfeksi dengan virus
rabies, virus mengalikan dalam tubuh. Akhirnya, virus penyebab gejala rabies untuk berkembang.
Periode dari waktu dari infeksi sampai timbulnya gejala dikenal sebagai masa inkubasi rabies.[6]
II.4. PENCEGAHAN Strategi biaya yang paling efektif untuk mencegah rabies pada orang
adalah dengan menghilangkan rabies pada anjing melalui vaksinasi. Vaksinasi hewan
(kebanyakan anjing) telah mengurangi jumlah manusia (dan hewan) kasus rabies di beberapa
negara, khususnya di Amerika Latin. Namun, kenaikan terbaru dalam kematian rabies pada
manusia di beberapa bagian Afrika, Asia dan Amerika Latin menunjukkan bahwa rabies adalah
ulang muncul sebagai masalah kesehatan masyarakat yang serius. Mencegah rabies pada
manusia melalui kontrol rabies anjing piaraan adalah tujuan yang realistis bagi sebagian besar
Afrika dan Asia, dan dibenarkan finansial dengan tabungan masa depan penghentian profilaksis
pasca pajanan bagi orang-orang.[1] Kasus zoonosis yaitu penyakit menular dari hewan ke
manusia, cara penanganannya dan pencegahannya ditujukan pada hewan penularnya. Pada
manusia, vaksin rutin diberikan kepada orang-orang yang pekerja dengan resiko tinggi, seperti
dokter hewan, pawang binatang, peneliti khusus hewan dan lainnya. Selain itu pencegahan rabies
pada hewan dapat dilakukan dengan cara : 1. Memelihara anjing dan hewan lainnya dengan baik
dan benar. Jika tidak dipelihara dengan baik dapat diserahkan ke Dinas Peternakan atau para
pecinta hewan. 2. Mendaftarkan anjing ke Kantor Kelurahan/Desa atau Petugas Dinas
Peternakan setempat. 3. Pada hewan virus rabies dapat ditangkal dengan vaksinasi secara rutin 1-
2 kali setahun tergantung vaksin yang digunakan, ke Dinas Peternakan, Pos Kesehatan Hewan
atau Dokter Hewan Praktek 4. semua anjing/kucing yang potensial terkena, divaksin setelah
umur 12 minggu, lau 12 bulan setelahnya, dilanjutkan dengan tiap 3 tahun dengan vaksin untuk 3
tahun, untuk kucing harus vaksin inaktif 5. Penangkapan/eliminasi anjing, kucing, dan hewan
lain yang berkeliaran di tempat umum dan dianggap membahayakan manusia. 6. Pengamanan
dan pelaporan terhadap kasus gigitan anjing, kucing, dan hewan yang dicurigai menderita rabies.
7. Penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit rabies. 8. Menempatkan hewan didalam
kandang, memperhatikan serta menjaga kebersihan dan kesehatan hewan. 9. Setiap hewan yang
beresiko rabies harus diikat/dikandangkan dan tidak membiarkan anjing bebas berkeliaran. 10.
Menggunakan rantai pada leher anjing dengan panjang tidak lebih dari 2 meter bila tdak
dikandang atau saat diajak keluar halaman rumah. 11. Tidak menyentuh atau memberi makan
hewan yang ditemui di jalan 12. Daerah yang sudah bebas rabies, haeus mencegah masuknya
anjing, kucing atau hewan sejenisnya dari daerah yang tertular rabies. 13. Pada area
terkontaminasi dilakukan desinfeksi menggunakan 1:32 larutan (4 ounces per gallon) dari
pemutih pakaian untuk menginaktifkan virus dengan cepat.[7] II.5. PENGOBATAN Pada hewan
tidak ada pengobatan yang efektif, sehingga apabila hasil diagnosa positif rabies, diindikasikan
mati/euthanasia. Sedangkan pada manusia dapat dilakukan pengobatan Pasteur, pemberian VAR
dan SAR sesuai dengan prosedur standar operasi (SOP). Cara Pemberian Vaksin Anti Rabies
(VAR) 1. Purified Vero Rabies Vaccine (PVRV) Kemasan : Vaksin terdiri dari vaksin kering
dalam vial dan pelarut sebanyak 0,5 ml dalam syringe. a. Dosis dan cara pemberian sesudah
digigit (Post Exposure Treatment) - Cara pemberian :disuntikkan secara intra muskuler (im) di
daerah deltoideus (anak–anak di daerah paha. b. Dosis dan cara pemberian VAR bersamaan
dengan SAR sesudah digigit (Post Exposure Treatment) - Cara pemberian : sama seperti pada
butir 1.a. Cara Pemberian Serum Anti Rabies (SAR) 1. Serum hetorolog (Kuda) - Kemasasn :
vial 20 ml (1 ml = 100 IU) - Cara pemberian :Disuntikkan secara infiltrasi di sekitar luka
sebanyak mungkin, sisanya disuntikkan intra maskuler. 2. Serum Momolog Kemasan : vial 2 ml
( 1 ml = 150 IU ) - Cara pemberian :Disuntikkan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak
mungkin, sisanya disuntikkan intra muskuler. PERAWATAN RABIES PADA MANUASI -
Penderita dirujuk ke Rumah Sakit - Sebelum dirujuk, penderita diinfus dengan cairan Ringer
Laktat/NACI 0,9%/cairan lainnya, kalau perlu diberi anti konvulsan dan sebaiknya penderita
difiksasi selama di perjalanan dan waspada terhadap tindak–tanduk penderita yang tidak rasional,
kadang- kadang maniacal disertai saat–saat responsif. - Di Rumah Sakit penderita dirawat di
ruang perawatan dan diisolasi - Tindakan medik dan pemberian obat–obat simptomatis dan
supportif termasukanti biotik bila diperlukan. - Untuk menghindari adanya kemungkinan
penularan dari penderita, maka sewaktu menangani kasus rabies pada manusia, hendaknya
dokter dan paramedis memakai sarung tangan, kaca mata dan masker, serta sebaiknya dilakukan
fiksasi penderita pada tempat tidurnya . II.6. Kesimpulan Dapat kita simpulkan bahwa penyakit
Rabies disebabkan oleh virus rabi. Biasanya yang lebih rentan terkena remaja dan anak-anak
yang tinggal di daerah dimana anjing lebih banyak dari pada penghuni desa tersebut. Rabies
adalah penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan ke manusia dari hewan) yang disebabkan
oleh virus. Penyakit ini menginfeksi hewan domestik dan liar, yang menyebar ke orang melalui
kontak dekat dengan air liur yang terinfeksi melalui gigitan atau cakaran. Gejala rabies pada
manusia biasanya diawali dengan demam, nyeri kepala, sulit menelan, hipersalivasi, takut air,
peka terhadap rangsangan angin dan suara, kemudian diakhiri dengan kematian. Biasanya mulai
timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi. II.7. Saran Untuk mencegah penyakit ini dapat
kita lakukan vaksinasi terhadap hewan-hewan seperti Anjing, Monyet, Kucing, Musang dll. Dan
apabila tergigit oleh hewan tersebut maka kita harus cepat tanggap untuk menetralisir virus
tersebut. II.8. DAFTAR PUSTAKA 1. Data dari WHO
*http://www.who.int/topics/rabies/en/,2011
*http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs099/en/2011 *Tomas Stargardter
(http://www.who.int/rabies/en/)2011 *
http://www.who.int/rabies/home_prevention/en/index.html 2. The Children Indonesia.3 Maret
2011.Rabies,Penyakit Gigitan Anjing Ancam Manusia.
http://mediaanakindonesia.wordpress.com/ 3. Dari data CDC
*(http://www.cdc.gov/Features/dsRabies/) *Diterbitkan rabies laporan tahunan dari 2002-2009
tersedia di [http://www.cdc.gov/rabies/resources/publications/index.html]
*http://www.cdc.gov/rabies/ * http://www.cdc.gov/rabies/transmission/ April 22, 2011 4.
Wartapedia.Monday,30 Agustus 2010 07.00 wib.Rabies Di Indonesia:125 kasus per
tahun.Jakarta 5. Usman,Alie.Senin,16 Agustus 2010 15.27 wib.Indonesia Korban Rabies
Terbesar ke-Lima Asia.Tribunnews.com 6. Arthur Schoenstadt,MD October12,2006
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&tl=id&u=http%3A%2F%2Frabies.emedtv.co
m%2Frabies%2Frabies-incubation-period.html 7. Mahendrasari, Dyah.
(http://duniaveteriner.com/2009/05/penanganan-dan-pencegahan-kasus-penyakit-rabies/print) 8.
http://www.depkes.go.id/downloads/Petunjuk%20Rabies.pdf

Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub


Penyakit rabies tersebar di seluruh dunia dengan frekuensi kasus dan spesifikasi vector
penular yang berbeda-beda. Di Amerika Serikat ada beberapa kota yang bebas Rabies, seperti
New York dan Philadelphia. Tetapi sebagian besar Negara bagian melaporkan kasus rabies pada
binatang . Pada tahun 1975 dilaporkan terjadi 25 kasus rabies pada anjing.
Vektor utama di amerika utara adalah rubah, raccoon, dan kelelawar. Di Amerika Tengah dan
Latin. Kelelawar penghisap darah ternak (Vampire bat) adalah vector utama penyakit selain
anjing. Rubah juga merupakan hewan penular terpenting di Eropa. Sedangkan di Asia dan Afrika,
anjing merupakan vector terbanyak yang ditemukan.
Rabies ditemukan di Indonesia pada tahun 1889 pada seekor kerbau di bekasi, sementara
rabies pada manusia pertama kali dilaporkan pada tahun 1894 oleh E.V. de Haan. Di daerah
tropis, vector utama rabies adalah hewan karnivora. Dari hasil penelitian pada hewan pemelihara
seperti anjing, kucing, dank era, didapatkan data bahwa dari 12.581 gigitan hewan tersangka
rabies, sebanyak 1112 hewan positif rabies, 120 orang meninggal, dengan kasus tertinggi di NTT,
Sumatera Barat, dan riau. Di Jawa Tengah sejak tahun 1995 tidak terdapat lagi kasus rabies.
Sasaran pengobatan adalah pasien yang tergigit hewan tersangka dan anjing. Dan juga telah
dilakukan berbagai banyak penelitian tentang rabies di seluruh wilayah di Indonesia, misalnya
saja di Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Tengah, Bali dan Ambon yang dimana hasil
penelitian dan simpulannya rata-rata rabies menimbulkan dampak yang siknifikan. Di
Kalimantan Tengah, saat penelitian yang dilakukan selama 1 bulan, yang dimana koisioner
dibuat secara terstruktur mencakup pada literature mengenai rabies meliputi : sifat penyakit, cara
penularan, tindakan-tindakan pencegahan dan bahaya rabies terhadap kesehatan masyarakat.
Penelitian dilakukan kepada 50 pemelihara anjing di salah satu daerah di Kalimantan Tengah
dengan hasil menunjukkan bahwa responden terbanyak mengetahui rabies adalah penyakit yang
disebabkan oleh gigitan hewan rabies yaitu 43 Responden (86%), dan juga 98% tau bahwa cara
penularan rabies melalui gigitan/luka terkena air liur hewan penderita rabies. 82% telah mampu
mengetahui gejala yang ditimbulkan oleh rabies dan juga telah tau cara mencegah penyakit
rabies yaitu:
a. Suntikan Vaksin Rabies 1-2 kali setahun
b. Mengikat anjing sepanjang lebih dari 2 meter dengan rantai
c. Membrangus anjing jika ingin dibawah keluar rumah.
Itulah hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu daerah di Kalimantan Tengah.
Sedangkan penelitian yang dilakukan di Bali dari Oktober 2008 – Februari 2011 ada 122 orang
mengalami penyakit rabies, sebaran umur bervariasi. Dimana data tersebut didapat dari instansi
terkait di wilayah bali mengatakan bahwa umur paling banyak terjangkit yakni umur 41-50 dan
yang paling sedikit adalah umur 81-90, dan kesimpulan yang didapat adalah perlunya
peningkatan vaksinasi secara berkala dan pengontrolan terhadap populasi anjing , selain itu
terdapat juga Sapi.
Sedangkan di NTT telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk menganalisis kerugian
ekonomi akibat penyakit rabies di Nusa Tenggara Timur. Menurut data yang didapat dari Dinas
Kesehatan NTT mengatakan bahwa biaya pengobatan yang telah dikeluarkan pasca gigitan atau
PET pada manusia adalah 19,9 Milyar, yang merupakan hasil akumulasi biaya transport,
kehilangan pandapatan saat pengobatan dan biaya vaksin. Sehingga membuktikan bahwa
dampak rabies juga sangat berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat

Penyebab pada penyakit rabies adalah virus rabies yang termasuk family
rhabdovirus. Bentuknya menyerupai peluru, berukuran 180 nm dengan diameter
75 nm, dan pada permukaan terlihat struktur seperti paku dengan panjang 9 nm.
Virus ini tersusun dari RNA, protein, lemak, dan karbohidrat. Virus rabies tidak
dapat bertahan lama di luar jaringan hidup virus mudah mati oleh sinar ultraviolet
dan sinar matahari. Dengan pemanasan 60oC selama 5 menit, virus rabies akan
mati. Virus ini tahan terhadap suhu yang dingin, bahkan dapat bertahan beberapa
bulan pada suhu -4oC.
Pada suhu kamar, virus dapat bertahan hidup sampai berminggu-minggu pada
larutan gliserin pekat. Bila konsentrasi gliserinnya hanya 10%, maka virus akan
cepat mati. Virus tidak akan bertahan hidup lama pada pelarut lemak seperti air
sabun, detergen, kloroform, atau eter

Anda mungkin juga menyukai