PEMBAHASAN
Bulu tangkis atau yang sering disebut juga dengan sebutan badminton ini merupakan suatu
permainan olahraga yang cara bermainnya dengan menggunakan alat yang disebut dengan
raket dan cara memainkannya dimainkan oleh dua orang (untuk permainan tunggal) dan
empat orang (untuk permainan ganda) yang mana saling berlawanan. Nama badminton mulai
dikenal dikalangan atas dan sedikit demi sedikit kemudian menyebar ke seluruh masyarakat.
Permainan Badminton tersebut menjadi satu-satunya permainan cabang olahraga yang namanya
diambil dari nama bangunan. Dan kemudian organisasi olahraga yang menaungi permainan bulu
tangkis dunia, Internasional Federasi Bulu tangkis (IBF) berdiri pada tahun 1934. Dan untuk negara-
negara yang bergabung di dalamnya diantaranya seperti negara Irlandia, Skotlandia, Inggris, Wales,
Prancis, Selandia Baru, Denmark, Belanda dan Kanada.
Pada saat pertemuan singkat Extraordinary General Meeting yang diadakan di Madrid pada
semptember tahun 2006, disana ada yang mengusulkan mengenai perubahan dari nama
induk organisasi International Badminton Federation yang kemudian berubah nama
menjadi Badminton World Federation (BWF), dan kemudian usulan itu disepakati oleh
semua delegasi dengan jumlah suara 206. Untuk sejarah bulu tangkis di Indonesia ini
sebenarnya sudah lumayan lama. Ada orang yang memperkirakan Bulu tangkis masuk ke
Indonesia sejak tahun 1930 an. Kala itu, bulu tangkis dinaungi oleh Ikatan Sport Indonesia
(ISI).
Kemudian Bulu tangkis semakin berkembang pesat saat Indonesia mulai merdeka. Di tahun
1947 berdirilah sebuah organisasi dengan nama Persatuan Olahraga Republik Indonesia
(PORI). Selanjutnya, pada tanggal 5 Mei 1951 berdirilah organisasi dengan nama Persatuan
Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI).
PBSI sendiri merupakan organisasi yang lahir di tengah gejolak revolusi. Saat itu Indonesia
sebagai bangsa yang baru saja lahir, maka bangsa ini harus berjuang keras agar bisa memiliki
prestasi di kancah dunia. Dan Bung Karno sendiri mengkampanyekan dengan istilah “Nation
Building”.
Dan Tim Bulu tangkis Indonesia pun langsung meresponnya dan kemudian mereka segera
mewujudkan impian dari Bung Karno itu dengan cara berpartisipasi di dalam IBF sekitar
tahun 1953.
menggunakan kemampuan fisik serta menuntut para pemainnya untuk berlari, melompat,
mengubah arah secara cepat, memukul secara cepat, berhenti bergerak secara tiba-tiba dan
segera bergerak lagi, serta menuntut daya tahan tubuh. Gerakan-gerakan ini harus
dilakukan berulang-ulang dan dalam tempo lama, selama pertandingan berlangsung. Akibat
proses gerakan itu akan menghasilkan “kelelahan”, yang akan berpengaruh langsung pada
kerja jantung, paru-paru, sistem peredaran darah, pernapasan, kerja otot, dan persendian
tubuh. Akan tetapi, kualitas gerak individu tergantung dari kemampuan gerak individu itu
sendiri.
Beberapa kriteria yang ditinjau dari kemampuan geraknya adalah adanya efisiensi
dan efektifitas gerak yang dilakukan. Untuk menilai efisiensi dan efektifitas gerak tersebut
1. Fleksibilitas (flexibility)
2. Keseimbangan (balance)
3. Koordinasi (coordination)
4. Kekuatan (power)
1. Adaptation Testing
Tes ini sebaiknya diadakan beberapa kali di sepanjang periode training. Test-test ini
akan mencatat bagaimana beban training ber-efek pada tubuh atlet. Tujuannya
adalah bukan selalu untuk mengechek adanya peningkatan besar, terutama pada
atlet junior, melainkan untuk membuat penilaian tentang bagaimana Atlet muda
menjalani dan menyesuaikan dengan beban training. Sebagai contoh, apabila hanya
ada sedikit atau tidak ada peningkatan terjadi sementara itu atlet menjalankan
program secara tepat, mungkin atlet terlalu lelah dan beban training terlalu berat.
Hal ini sering terjadi pada kasus ‘over training' dan ketidak seimbangan antara
latihan skill, strength dan conditioning. Bila tampak adanya peningkatan yang baik,
maka hal itu menunjukkan bahwa beban training bisa dijalankan secara baik dan
beban baru perlu ditambahkan.
2. Performance Test
Tes ini idealnya dilaksanakan 3 - 4 minggu di luar kejuaraan besar untuk menentukan
kondisi fisik atlet saat ini. Hasilnya akan menunjukkan bagaimana anda
meningkatkan ketajaman dan memberi arahan pada persiapan akhir sebelum even
besar. Tes ini harus dilakukan pada saat istirahat (tidak ada latihan) untuk memberi
gambaran tepat tentang kondisi terakhir atlet. Detak jantung yang tinggi dan hasil
test yang tidak stabil bisa menunjukkan bahwa atlet kelelahan, beban training terlalu
tinggi dan bahwa training perlu di-modifikasi untuk memungkinkan atlet mengalami
pemulihan pada waktunya agar siap menghadapi ‘even besar'.
Sebelum Test
Beberapa test ini bersifat melelahkan dan maksimal. Istirahat di antara test adalah penting
untuk mendapatkan hasil yang akurat. Jangan melakukan test ini secara beruntun, atau
seluruhnya dalam sehari. Idealnya, semakin panjang istirahat yang diberikan di antara test
hasilnya akan lebih akurat.
Atlet juga sebaiknya dalam kondisi fisik yang baik sebelum menjalani tes. Adalah penting
bahwa atlet menjalani tes-tes ini dengan seijin orangtua/ pengawas atau petugas medis.
Persiapan
Atlet sebaiknya tidak berlatih selama 24 jam menjelang tes adaptasi ataupun performance.
Mereka harus melakukan pemanasan dan peregangan seperti normalnya sebelum sesi di
lapangan. Atlet harus cukup makan dan minum. Air minum sebaiknya juga disediakan
selama tes. Jangan ada latihan yang berat selama 48 jam sebelum tes (latihan keras atau
kebugaran cardio).
1. Tinggi Badan
Prosedur: pengukuran diambil jarak maksimum dari lantai ke titik teratas di kepala,
pada waktu atlet menghadap ke muka. Sepatu harus ditanggalkan, kaki merapat,
lengan di samping badan. Tumit, pantat dan bahu atas harus menyentuh tembok.
Perlengkapan yang dibutuhkan: stadiometer atau penggaris yang dilekatkan di
tembok
2. Berat Badan
Tujuan: mengukur massa tubuh menjadi sangat berguna dalam memantau lemak
tubuh atau perubahan massa otot, atau memantau tingkat cairan tubuh.
Prosedur: Atlet berdiri dengan gerakan minimal dengan tangan di samping. Sepatu
dan semua pakaian ditanggalkan kecuali celana pendek dan atasan sport untuk
wanita. Biasanya massa tubuh dengan pakaian minimal adalah cukup akurat.
Perlengkapan yang diperlukan: Kalau memungkinkan, timbangan digital yang
terkalibrasi agar akurat.
Scoring: Score diukur dari jarak ujung jari tangan dengan ujung kaki. Negatif -
sebelum/di atas ujung kaki; positif - melebihi ujung kaki. Tabel di bawah memberikan
petunjuk score (dalam cm)
Standard: Diharapkan Atlet Senior mencapai ‘Di atas Rata-rata' dan atlet Yunior
mencapai ‘Rata-rata'.
3. Rata-rata 0 to +5 +1 to +10
2. Di Bawah Rata-rata -8 to -1 -7 to 0
Deskripsi:
• Test dimulai dengan atlet menyeimbangkan
Scoring: Lakukan sebanyak-banyaknya jongkok dengan satu kaki, dengan setiap kali kedua
tangan menyentuh lantai, hingga lelah. Catat jumlah gerakan jongkok yang dilakukan
dengan benar.
Komentar:
• Atlet tidak boleh membungkuk, tetapi harus melipat lutut dan pergelangan kakinya
sebisanya ketika mencoba menyentuh lantai
• Apabila atlet kehilangan keseimbangan selama tes, beri kesempatan untuk mencobanya
lagi, atau scorenya bisa dicatat setelah percobaan pertama. Ini adalah deskresi penguji.
• Istirahat yang memadai harus diberikan disela setiap pengujian kaki.
Standard: Atlet diharapkan mencapai level rata- rata untuk tes ini.
Pria
Wanita
Jelek < 11
Test Kebugaran (Bagian 6)
Test Push Up
Tujuan: Test ini mengukur kekuatan dan ketahanan tubuh bagian atas.
Deskripsi/ Prosedur:
• Untuk pria menggunakan posisi push-up ‘cara militer' dengan hanya tangan dan ujung kaki
yang menyentuh lantai. Wanita memiliki opsi tambahan dengan menggunakan posisi "lutut
ditekuk" Untuk mengerjakan ini, berlutut di lantai, tangan berada di samping dada dan jaga
punggung tetap lurus.
• Awali posisi push-up dengan tangan dan ujung kaki di lantai, tubuh dan kaki lurus, kedua
kaki sedikit renggang, dan lengan tegak lurus ke bawah (selebar bahu) dan membentuk
sudut yang benar terhadap tubuh.
• Dengan menjaga punggung dan letut tetap lurus, atlet menurunkan tubuh hingga siku
membentuk sudut 90 derajat. Dada hendaknya hampir menyentuh tanah. Kemudian
kembali pada posisi awal hingga lengan benar-benar lurus.
Scoring: Laksanakan push-up sebanyak mungkin sampai lelah. Catat jumlah gerakan push-up
yang benar.
Keterangan: Atlet harus diberitahu agar tidak terlalu lama berada pada posisi awal untuk
menghindari kelelahan dan untuk menambah jumlah push-up.
Standard: Standard untuk Atlet diharapkan paling tidak pada tingkat "Rata-rata" baik untuk
pria maupun wanita.
Pria
Skor 17 - 19 20 - 29 30 – 39
Wanita
Skor 17 - 19 20 - 29 30 – 39
Tujuan: Untuk mengukur kekuatan eksplosif kaki dan tubuh bagian bawah.
Peralatan yang Diperlukan: pita meteran untuk mengukur jarak, tempat datar yang tidak
licin, spidol/ kapur/ penggaris
Deskripsi/ prosedur: Atlet berdiri di belakang garis yang dibuat di tanah dengan kaki sedikit
merenggang. Gerakan yang digunakan adalah melompat dengan dua kaki, dengan
mengayunkan lengan dan menekuk lutut untuk memberi dorongan ke depan (lihat foto 1).
Atlet berusaha melompat ke depan sejauh mungkin, dan mendarat dengan ke dua kaki (lihat
foto 2). Diperbolehkan tiga kali percobaan dan jarak terbaik yang dicatat.
Scoring: pengukuran diambil dari garis ‘take off' sampai titik mendarat terdekat dengan
patokan tumit belakang. (lihat foto 3). Catat jarak lompatan terjauh. Tabel di bawah
menunjukkan skala rating untuk ‘standing long jump test' bagi senior dan junior.
Keterangan: Jatuh atau terdorong ke depan sesudah mendarat dihitung dengan mengukur
tempat kaki pertama kali mendarat. Tidak diperbolehkan mengambil langkah awal saat take
off.
Standards:
Skor Pria Wanita
Melompat Vertikal
Tujuan: Tujuan test ini adalah untuk mengukur kekuatan eksplosif kaki dan ketinggian
lompatan.
Perlengkapan yang diperlukan: pita meteran atau tembok yang diberi garis ukuran, kapur
untuk membuat tanda pada tembok.
Prosedur :
Atlet berdiri dengan sisi tubuh menghadap tembok dan menjulurkan tangan yang dekat
tembok ke atas. Dengan tetap menjaga kaki berada di lantai, titik pada ujung jari diberi
tanda atau dicatat dengan kapur. Ini disebut ‘standing reach'.
• Atlet kemudian berdiri menjauh dari tembok, dan melompat vertikal setinggi mungkin
dengan menggunakan kedua lengan dan kaki untuk membantu melontarkan badan ke atas.
Berusaha menyentuh tembok pada titik tertinggi lompatan. Gunakan kapur pada ujung jari.
• Perbedaan tinggi antara ‘standing reach' dengan ketinggian melompat yang dihasilkan
adalah score-nya. Hasil terbaik dari 3 percobaan dicatat.
memberikan skala ranking untuk atlet dewasa dan akan memberikan gambaran tentang
score yang baik.
Keterangan: Tinggi lompatan dipengaruhi oleh seberapa anda menekuk lutut anda sebelum
melompat, dan penggunaan lengan secara efektif.
5. Excellent 61 - 70 cm 51 - 60 cm
4. Di Atas Rata-rata 51 - 60 cm 41 - 50 cm
3. Rata-rata 41 - 50 cm 31 - 40 cm
2. Di Bawah Rata-rata 31 - 40 cm 21 - 30 cm
Latihan otot tangan merupakan bagian yang penting dalam berlatih bulutangkis. Dengan
otot tangan yang kuat, akan menghasilkan pukulan yang kuat. Salah satu yang perlu dilatih
adalah Bicep Extention. Latihan otot bicep ini dilakukan dengan mengangkat beban. Lengan
disandarkan di paha, lalu beban yang sesuai dengan kemampuan digerakkan ke atas dan
sebaliknya. Gerakan harus dirasakan atau tidak boleh terlalu cepat.
Salah satu otot terpenting dalam bulutangkis adalah otot pergelangan tangan. Otot
pergelangan yang terlatih akan menghasilkan berbagai pukulan bulutangkis yang baik.
Bahkan inti permainan bulutangkis terletak di otot pergelangan tangan. Latihan untuk otot
ini disebut Dumbell Wrist Curl.
Latihan dilakukan dengan menggerakkan beban di tangan dengan posisi lengan dalam
keadaan diam. Beban disesuaikan dengan kemampuan. Gerakan dilakukan sebanyak 3 set
dengan 10 kali repitisi.
Tricep Extension
Untuk menopang kekuatan tangan otot Tricep perlu diberikan latihan menopang beban.
Latihan ini disebut tricep extension. Kedua tangan memegang satu beban keatas. Lengan
harus lurus sejajar telinga. Kemudian tangan digerakkan ke belakang dan kembali ke posisi
semula. Posisi lengan saat di tekuk membentuk sudut 45 derajat. Gerakan dilakukan
sebanyak 3 set dengan 10 kali repetisi.
Lempar Bola
Latihan lempar bola bermanfaat untuk melatih otot lengan, bahu dan punggung secara
bersamaan. Latihan ini dilakukan dengan melempar bola ke arah tembok dan
menangkapnya kembali yang dilakukan secara berulang-ulang. Badan harus tegap dan
jangan terlalu tekuk ke belakang. Salah satu kaki harus berada di depan kaki yang satunya
agar seimbang dan mengurangi stres pada otot punggung. Gerakan dilakukan sebanyak 3
set dengan 10 kali repetisi.
Latihan ini berguna untuk melatih otot punggung bagian atas. Dengan memiliki otot
punggung yang lebih kuat, atlet akan mimiliki pukulan yang lebih bertenaga. Latihan ini
dilakukan dengan alat beban. Atlet dalam posisi duduk, menarik ke bawah palang yang
terhubung ke beban. Posisi badan harus tegap dan dada dibusungkan. Gerakan dilakukan
sebanyak 3 set dengan 10 kali repetisi.
Lompat (Jump)
Dalam bulutangkis, latihan lompat (jump) merupakan bagian yang penting. Maestro-
maestro bulutangkis dunia dikenal dengan smash lompatnya. Semakin tinggi loncat akan
berpeluang menghasilkan smash yang menukik dan sukar dikembalikan lawan. Diantara
maestro yang terkenal dengan smash lompatnya adalah Liem Swie King yang terkenal
dengan “King Smash” dan Hariyanto Arbi dengan “Smash 100 Watt”.
Sebelumnya melakukan smash lompat, sebaiknya melatih lompatan itu sendiri. Kecepatan
dan kekuatan sama pentingnya lompatan vertikal, jadi pastikan bahwa latihan seimbang.
Pelatihan yang konsisten penting untuk melihat terus meningkat peningkatan lompatan
vertikal. Cara melatihnya adalah dengan lompat setinggi tingginya. Lutut sejajar dengan
dada. Gerakan dilakukan sebanyak 3 set dengan 10 kali repetisi atau sesuai dengan
kemampuan.
Squat jump atau lompat jongkok merupakan latihan pliometrik untuk melatih tubuh bagian
bawah. Latihan ini menargetkan otot paha depan, paha belakang, gluteus, dan betis. Squat
jump adalah gerakan eksplosif. Cara latihannya, berjongkoklah hingga posisi squat, tekan
ujung kaki dan dorong tubuh ke udara setingginya. Saat turun, segera tekuk lutut, turun
kembali ke posisi squat dan melompat lagi. Posisi kaki harus dalam keadaan jinjit saat
mendarat. Latihan ini berguna untuk meningkatkan eksplosif kaki. dari posisi jongkok,
lompat ke atas.
Lakukan squat jump hanya pada permukaan yang kering. Untuk membuat betis bekerja
lebih, fokuslah pada mengangkat ujung kaki setinggi mungkin sebelum mulai melompat.
Pada saat menekuk ujung lutut diusahakan tidak melebihi ujung jari kaki. Gerakan dilakukan
sebanyak 3 set dengan 10 kali repetisi.
Lunges
Lunges adalah pembangun kekuatan kaki untuk semua orang mulai dari pelari hingga
pembalap sepeda. Ini adalah salah satu latihan yang paling penting untuk paha. Dalam
bulutangkis, Lunges merupakan latihan kaki agar atlet punya pondasi yang kuat untuk
melakukan footwork.
Dalam pelaksanaan latihan lunges, tubuh harus selalu dijaga setegak mungkin untuk
meminimalkan tekanan pada punggung. Cara latihan dengan meletakkan satu kaki di depan
dan kaki lainnya di belakang lalu turun dan naik kembali. Lutut kaki depan tidak boleh
melebihi ujung kaki saat di tekuk. Gerakan dilakukan sebanyak 3 set dengan 10 kali repetisi.
Calf Raises
Calf Raises berfungsi untuk membentuk otot betis atlet. Diperlukan alas yang sedikit tinggi,
seperti balok atau anak tangga. Berjinjitlah lutut diusahakan pada posisi lurus dan terkunci.
Tahan sebentar pada puncak gerakan. Latihan ini terutama fokus pada otot betis bagian luar
yaitu gastrocnemius. Jangan biarkan punggung kita membungkuk saat latihan ini. Latihan ini
juga dapat dilakukan pada alat dengan dudukan tertumpu pada bahu.
Pengukuran Strenght
Streaching
Lakukan perenggangan sebelum dan sesudah melakukan bermain Bulu tangkis untuk
menghindari cedera olahraga.
Sebelum bermain
Setelah bermain
Selesai bermain badminton, tetap lakukan peregangan atau stretching untuk meregangkan
otot. Stretching setelah bermain tetaplah penting untuk dilakukan. Caranya, regangkan kaki
dengan duduk di lantai dengan posisi kaki yang lurus, sejajar dengan lantai. Lemaskan otot,
terutama bagian kaki sambil memijat-mijat kekcil bagian paha dan betis. Sebaliknya jangan
duduk bersila setelah bermainn atau menekuk kaki sebab dapat menghambat pembuluh
darah setelah beraktivitas. Jika Anda salah posisi, hal itu akan menyebabkan kram.
Pada beberapa situasi, sering kali pemain badminton masih mendapati cidera meski sudah
melakukan pemanasan, bahkan di atas 15 menit. Hal ini mungkin saja terjadi karena
pemanasan yang dilakukan kurang tepat. Pemanasan yang berat seperti sit up, push up dan
lainnya tidaklah disarankan karena akan menambah lelah sebelum permainan dimulai. Oleh
karena itu, biasakan pemanasan olah raga secara tepat. Tidak ada salahnya melakukan
pemanasan terlebih dahulu. Setidaknya, tetap lakukan pemanasan sebelum bertanding
untuk meminimalisir cidera yang mungkin saja bisa terjadi.
Pembahasan Kasus
1. Definisi
3. Etiologi
Subluksasi acromioclavicular terjadi karena adanya strain pada ligament
acromioclavicular yang disebabkan oleh trauma. Penyebab paling umum terjadinya
subluksasi acromiclavicular ketika bahu membentur tanah, gaya dari scapula
mendorong jatuh ke bawah sementara calvicula yang melekat pada tulang rusuk
tidak bias bergerak cukup untuk mengikuti gerakan scapula ligament di sekitar
acromioclavicular joint tegang dan terjadi subluksasi. Sebagian besar kasus
subluksasi acromioclavicular terjadi karena trauma langsung, yakni terjatuh tepat
pada bahu dimana lengan dalam posisi ekstensi. Acromioclavicular joint beresiko
mengalami cedera Karena posisinya dibawah subkutan dan tidak banyak otot yang
melindungi atau melekat padanya. Besarnya gaya ketika terjatuh menentukan
tingkat keparahan cedera dan struktur yang terlibat. Biasanya gaya awal diserap oleh
ligament acromioclavicularis. Jika gaya cukup besar, ligament coracoclavicular dan
fascia deltotrapezial ikut terpengaruh. Selain itu, trauma tidak langsung sperti jatuh
pada posisi siku tertekuk (elbow flexion) atau lengan terentang (shoulder abduction),
juga dapat mengakibatkan subluksasi acromioclavicular.
4. Anamnesis
Umum:
1. Nama : Atlet A
2. Usia : 19 tahun
3. Pekerjaan : atlet bulu tangkis
4. Agama : islam
5. Tanggal lahir : 21 Januari 1999
6. Alamat : Jalan Perintis Kemerdekaan
Khusus :
Keluhan Utama : Nyeri pada bagian shoulder kanan
Lama Keluhan : 2 hari
Lokasi Nyeri : di shoulder bagian atas pada proc. acromion
Sifat Keluhan : nyeri tekan dan nyeri pada saat digerakan
Riwayat Perjalanan Penyakit : dialami sejak 2 hari yang lalu. Pasien mengeluh nyeri
di pada shoulder kanan setelah pertandingan. Nyeri hebat dirasakan ketika akan
menggerakkan lengan, riwayat hipertensi tidak ada dan riwayat diabetes mellitus
tidak ada.
5. Pemeriksaan Fisik
Vital Sign
a. Tekanan Darah : 110//80 mmhg
b. Denyut Nadi : 68 bpm
c. Frekuensi Pernafasan : 18 rpm
d. Suhu : 36,5°C
e. Tinggi Badan : 179 cm
f. Berat Badan : 65 kg
INSPEKSI /OBSERVASI
g. Statis :
h. Dinamis :
TIMT :
Fleksi : Nyeri. Tahanan minimal
Ekstensi : Nyeri. Tahanan minimal
Abduksi : Nyeri. Tahanan minimal
Adduksi : Nyeri. Tahanan minimal
Eksternal rotasi : Nyeri. Tahanan minimal
Internal rotasi : Nyeri. Tahanan minimal
7. Pemeriksaan Spesifik
Active compesion test
1. Tujuan : Tes untuk mengidentifikasi patologi pada acromiclavicular joint
2. Prosedur Test :
Pasien berdiri dengan posisi awal lengan fleksi shoulder sekitar 90°, adduksi 10°-
15°, dan elbow full ekstensi.
Praktikan meletakkan satu tangan untuk memfiksasi scapula pasien dengan
tangan satunya pada bagian distal lengan bawah sebagai resistan. Praktikan lalu
meminta pasien melakukan endorotasi shoulder dan full pronasi lengan bawah
sehingga ibu jari mengarah kebawah dan menahan posisi tersebut. Tes diulangi
dengan ibu jari tangan menghadap keatas.
3. Positif test : Nyeri dengan atau tanpa bunyi clicking dan nyeri berkurang saat
telapak tangan menghadap keatas.
4. Interpretasi : Positif test mengidentifikasi patologi pada Ac joint.
9. Evaluasi
Bertambahnya ROM
Penurunan Nyeri
Kembalinya Fungsi dari Shoulder
10. Edukasi
pemanasan sebelum latihan, pendinginan sesudah latihan, peregangan otot, tidak
memaksakan otot bekerja lebih dari kemampuan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.pbdjarum.org/klub/tips-latihan/30
2. Tes Spesifik Musculosceletal Disorder
3. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA SUBLUKSASI
ACROMIOCLAVICULAR JOINT