Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PEMBAHASAN

SEJARAH BULU TANGKIS

Bulu tangkis atau yang sering disebut juga dengan sebutan badminton ini merupakan suatu
permainan olahraga yang cara bermainnya dengan menggunakan alat yang disebut dengan
raket dan cara memainkannya dimainkan oleh dua orang (untuk permainan tunggal) dan
empat orang (untuk permainan ganda) yang mana saling berlawanan. Nama badminton mulai
dikenal dikalangan atas dan sedikit demi sedikit kemudian menyebar ke seluruh masyarakat.
Permainan Badminton tersebut menjadi satu-satunya permainan cabang olahraga yang namanya
diambil dari nama bangunan. Dan kemudian organisasi olahraga yang menaungi permainan bulu
tangkis dunia, Internasional Federasi Bulu tangkis (IBF) berdiri pada tahun 1934. Dan untuk negara-
negara yang bergabung di dalamnya diantaranya seperti negara Irlandia, Skotlandia, Inggris, Wales,
Prancis, Selandia Baru, Denmark, Belanda dan Kanada.

Pada saat pertemuan singkat Extraordinary General Meeting yang diadakan di Madrid pada
semptember tahun 2006, disana ada yang mengusulkan mengenai perubahan dari nama
induk organisasi International Badminton Federation yang kemudian berubah nama
menjadi Badminton World Federation (BWF), dan kemudian usulan itu disepakati oleh
semua delegasi dengan jumlah suara 206. Untuk sejarah bulu tangkis di Indonesia ini
sebenarnya sudah lumayan lama. Ada orang yang memperkirakan Bulu tangkis masuk ke
Indonesia sejak tahun 1930 an. Kala itu, bulu tangkis dinaungi oleh Ikatan Sport Indonesia
(ISI).

Kemudian Bulu tangkis semakin berkembang pesat saat Indonesia mulai merdeka. Di tahun
1947 berdirilah sebuah organisasi dengan nama Persatuan Olahraga Republik Indonesia
(PORI). Selanjutnya, pada tanggal 5 Mei 1951 berdirilah organisasi dengan nama Persatuan
Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI).

PBSI sendiri merupakan organisasi yang lahir di tengah gejolak revolusi. Saat itu Indonesia
sebagai bangsa yang baru saja lahir, maka bangsa ini harus berjuang keras agar bisa memiliki
prestasi di kancah dunia. Dan Bung Karno sendiri mengkampanyekan dengan istilah “Nation
Building”.

Dan Tim Bulu tangkis Indonesia pun langsung meresponnya dan kemudian mereka segera
mewujudkan impian dari Bung Karno itu dengan cara berpartisipasi di dalam IBF sekitar
tahun 1953.

LAPANGAN BULU TANGKIS


 Panjang lapangan badminton adalah 13,40 m
 Lebar lapangan badminton 6,10 m
 Jarak garis servis depan dari garis net 1,98 m
 Jarak garis servis tengah dari garis samping lapangan 3,05 m
 Jarak garis servis belakang (untuk permainan ganda) dari garis belakang lapangan
0,76 m
 Jarak garis samping permainan tunggal dari garis pinggir lapangan 0,46 m
 Tinggi tiang net 1,55 m
 Tinggi net 1,52 m

PERAN FISIOTERAPI OLAHRAGA PADA OLAHRAGA BULU TANGKIS

Fisioterapi olahraga adalah Pelayanan kesehatan yang ditujukan individu dan


masyarakat untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi
khususnya dalam bidang olahraga. Cakupan fisioterapi olahraga yang sesuai dengan konsep
fisioterapi olahraga yaitu Pelayanan terhadap cedera olahraga, Membantu penyusunan
program latihan, Pemanduan bakat, dan Penentuan posisi atlet.
Sementara Cabang Olahraga badminton merupakan permainan yang banyak

menggunakan kemampuan fisik serta menuntut para pemainnya untuk berlari, melompat,

mengubah arah secara cepat, memukul secara cepat, berhenti bergerak secara tiba-tiba dan

segera bergerak lagi, serta menuntut daya tahan tubuh. Gerakan-gerakan ini harus

dilakukan berulang-ulang dan dalam tempo lama, selama pertandingan berlangsung. Akibat

proses gerakan itu akan menghasilkan “kelelahan”, yang akan berpengaruh langsung pada

kerja jantung, paru-paru, sistem peredaran darah, pernapasan, kerja otot, dan persendian

tubuh. Akan tetapi, kualitas gerak individu tergantung dari kemampuan gerak individu itu

sendiri.

Beberapa kriteria yang ditinjau dari kemampuan geraknya adalah adanya efisiensi

dan efektifitas gerak yang dilakukan. Untuk menilai efisiensi dan efektifitas gerak tersebut

maka faktor-faktor yang dapat dijadikan acuan,antara lain:

1. Fleksibilitas (flexibility)

2. Keseimbangan (balance)

3. Koordinasi (coordination)

4. Kekuatan (power)

5. Daya tahan (endurance)

PROGRAM LATIHAN YANG DIBERIKAN

Tes Kebugaran bagian 1

1. Adaptation Testing
Tes ini sebaiknya diadakan beberapa kali di sepanjang periode training. Test-test ini
akan mencatat bagaimana beban training ber-efek pada tubuh atlet. Tujuannya
adalah bukan selalu untuk mengechek adanya peningkatan besar, terutama pada
atlet junior, melainkan untuk membuat penilaian tentang bagaimana Atlet muda
menjalani dan menyesuaikan dengan beban training. Sebagai contoh, apabila hanya
ada sedikit atau tidak ada peningkatan terjadi sementara itu atlet menjalankan
program secara tepat, mungkin atlet terlalu lelah dan beban training terlalu berat.
Hal ini sering terjadi pada kasus ‘over training' dan ketidak seimbangan antara
latihan skill, strength dan conditioning. Bila tampak adanya peningkatan yang baik,
maka hal itu menunjukkan bahwa beban training bisa dijalankan secara baik dan
beban baru perlu ditambahkan.

2. Performance Test
Tes ini idealnya dilaksanakan 3 - 4 minggu di luar kejuaraan besar untuk menentukan
kondisi fisik atlet saat ini. Hasilnya akan menunjukkan bagaimana anda
meningkatkan ketajaman dan memberi arahan pada persiapan akhir sebelum even
besar. Tes ini harus dilakukan pada saat istirahat (tidak ada latihan) untuk memberi
gambaran tepat tentang kondisi terakhir atlet. Detak jantung yang tinggi dan hasil
test yang tidak stabil bisa menunjukkan bahwa atlet kelelahan, beban training terlalu
tinggi dan bahwa training perlu di-modifikasi untuk memungkinkan atlet mengalami
pemulihan pada waktunya agar siap menghadapi ‘even besar'.

Sebelum Test
Beberapa test ini bersifat melelahkan dan maksimal. Istirahat di antara test adalah penting
untuk mendapatkan hasil yang akurat. Jangan melakukan test ini secara beruntun, atau
seluruhnya dalam sehari. Idealnya, semakin panjang istirahat yang diberikan di antara test
hasilnya akan lebih akurat.
Atlet juga sebaiknya dalam kondisi fisik yang baik sebelum menjalani tes. Adalah penting
bahwa atlet menjalani tes-tes ini dengan seijin orangtua/ pengawas atau petugas medis.

Persiapan
Atlet sebaiknya tidak berlatih selama 24 jam menjelang tes adaptasi ataupun performance.
Mereka harus melakukan pemanasan dan peregangan seperti normalnya sebelum sesi di
lapangan. Atlet harus cukup makan dan minum. Air minum sebaiknya juga disediakan
selama tes. Jangan ada latihan yang berat selama 48 jam sebelum tes (latihan keras atau
kebugaran cardio).

Tes Kebugaran bagian 2

1. Tinggi Badan
Prosedur: pengukuran diambil jarak maksimum dari lantai ke titik teratas di kepala,
pada waktu atlet menghadap ke muka. Sepatu harus ditanggalkan, kaki merapat,
lengan di samping badan. Tumit, pantat dan bahu atas harus menyentuh tembok.
Perlengkapan yang dibutuhkan: stadiometer atau penggaris yang dilekatkan di
tembok

2. Berat Badan
Tujuan: mengukur massa tubuh menjadi sangat berguna dalam memantau lemak
tubuh atau perubahan massa otot, atau memantau tingkat cairan tubuh.
Prosedur: Atlet berdiri dengan gerakan minimal dengan tangan di samping. Sepatu
dan semua pakaian ditanggalkan kecuali celana pendek dan atasan sport untuk
wanita. Biasanya massa tubuh dengan pakaian minimal adalah cukup akurat.
Perlengkapan yang diperlukan: Kalau memungkinkan, timbangan digital yang
terkalibrasi agar akurat.

Tes Kebugaran bagian 3

1. Tes Fleksibilitas Bahu


Tujuan test ini adalah untuk memantau perkembangan fleksibilitas bahu dan
pergelangan atlet
Posisi awal:
Berbaring menghadap ke bawah dengan lengan dijulurkan sepenuhnya
Gerakan:
- Angkat lengan setinggi mungkin, dengan tetap menjaga hidung dan kening
menyentuh lantai sampai lengan mencapai titik tertinggi.
- Ukur jarak vertikal raket dari lantai sampai dengan angka cm terdekat (lihat foto)
- Ulangi tes 2-3 kali dan ukurlah jaraknya.
Analisa hasil dilakukan dengan cara membandingkan dengan hasil tes sebelumnya.
Diharapkan bahwa, dengan latihan yang tepat di antara dua tes, analisa akan
menunjukkan adanya peningkatan.
Melakukan tes semacam ini untuk masing-masing lengan secara terpisah juga bisa
dilakukan untuk meng-identifikasi ketidak-seimbangan antara ke dua lengan.

Rating* Score (cm)

5. Excellent > 45cm

4. Di Atas Rata-rata 36cm - 45cm

3. Rata-rata 26cm - 35cm

2. Di Bawah Rata-rata 20cm - 25cm

1. Jelek < 20cm

Tes Kebugaran Bagian 4


1. Tes Fleksibilitas Otot Hamstring
Test ini mengukur fleksibilitas otot-otot hamstring dan punggung bagian bawah.
Perlengkapan : Meteran, kursi atau kotak dengan tinggi 40 cm, pita
Deskripsi/ prosedur:
• Test ini dilakukan sambil berdiri dengan kaki terbuka lebar/lurus (locked straight).
Telapak kaki (tidak pakai sepatu) diletakkan mendatar di atas suatu permukaan yang
rata, 40 cm atau lebih dari lantai (misalnya kursi atau kotak), selebar bahu.
• Dengan tangan saling ditumpangkan dan menghadap ke bawah, atlet meraih
sejauh mungkin ke bawah sepanjang garis meteran/penggaris. (lihat photo 1)
• Setelah tiga kali gerakan meraih, gerakan meraih keempat dilaksanakan paling
tidak selama dua detik dan jaraknya dicatat. Pastikan tidak ada gerakan hentakan
dan bahwa ujung jari tangan tetap pada level dan kaki tidak bergerak.
Keterangan: Kehandalan test ini akan sangat tergantung pada panjangnya dan
kenormalan pemanasan. Pastikan bahwa prosedur yang sama selalu diterapkan. Jari
tangan harus rata tenang/tidak bergerak-gerak pada saat pengukuran

Scoring: Score diukur dari jarak ujung jari tangan dengan ujung kaki. Negatif -
sebelum/di atas ujung kaki; positif - melebihi ujung kaki. Tabel di bawah memberikan
petunjuk score (dalam cm)
Standard: Diharapkan Atlet Senior mencapai ‘Di atas Rata-rata' dan atlet Yunior
mencapai ‘Rata-rata'.

Skor Pria Wanita

5. Excellent +17> +21>

4. Di Atas Rata-rata +6 to +16 +11 to +20

3. Rata-rata 0 to +5 +1 to +10

2. Di Bawah Rata-rata -8 to -1 -7 to 0

1. Sangat Jelek -19 to -9

Test Kebugaran (Bagian 5)

Test ‘Single Leg Bodyweight squat'/ Keseimbangan

Tujuan: Untuk mengukur kekuatan kaki/endurance dan keseimbangan badan masing-


masing.

Deskripsi:
• Test dimulai dengan atlet menyeimbangkan

diri di atas satu kaki, badan tegak,

dengan kaki yang lain terangkat dan membentuk sudut 45 derajat


• Atlet kemudian menurunkan badannya ke lantai, dengan menekuk ankle dan lutut sampai
kedua tangan menyentuh lantai. Kepala dan dada harus tetap diusahakan setegak mungkin.
• Setelah kedua tangan atlet menyentuh lantai, kemudian mereka kembali ke posisi semula
dengan kaki lurus, kepala tegak dan tubuh lurus tetap seimbang dengan kaki yang sama.

Scoring: Lakukan sebanyak-banyaknya jongkok dengan satu kaki, dengan setiap kali kedua
tangan menyentuh lantai, hingga lelah. Catat jumlah gerakan jongkok yang dilakukan
dengan benar.

Komentar:
• Atlet tidak boleh membungkuk, tetapi harus melipat lutut dan pergelangan kakinya
sebisanya ketika mencoba menyentuh lantai
• Apabila atlet kehilangan keseimbangan selama tes, beri kesempatan untuk mencobanya
lagi, atau scorenya bisa dicatat setelah percobaan pertama. Ini adalah deskresi penguji.
• Istirahat yang memadai harus diberikan disela setiap pengujian kaki.

Standard: Atlet diharapkan mencapai level rata- rata untuk tes ini.

Pria

Skor Junior Senior

Excellent >56 >66

Baik 46-55 56-65

Di Atas Rata-rata 36-45 46-55

Rata-rata 30-35 35-45

Di Bawah Rata-rata 20-29 24-34

Jelek < 19 < 23

Wanita

Skor Junior Senior

Excellent >46 >56

Baik 36-45 46-55

Di Atas Rata-rata 26-35 36-45

Rata-rata 20-25 30-35

Di Bawah Rata-rata 12-19 20-29

Jelek < 11
Test Kebugaran (Bagian 6)

Test Push Up

Tujuan: Test ini mengukur kekuatan dan ketahanan tubuh bagian atas.

Deskripsi/ Prosedur:
• Untuk pria menggunakan posisi push-up ‘cara militer' dengan hanya tangan dan ujung kaki
yang menyentuh lantai. Wanita memiliki opsi tambahan dengan menggunakan posisi "lutut
ditekuk" Untuk mengerjakan ini, berlutut di lantai, tangan berada di samping dada dan jaga
punggung tetap lurus.

• Awali posisi push-up dengan tangan dan ujung kaki di lantai, tubuh dan kaki lurus, kedua
kaki sedikit renggang, dan lengan tegak lurus ke bawah (selebar bahu) dan membentuk
sudut yang benar terhadap tubuh.
• Dengan menjaga punggung dan letut tetap lurus, atlet menurunkan tubuh hingga siku
membentuk sudut 90 derajat. Dada hendaknya hampir menyentuh tanah. Kemudian
kembali pada posisi awal hingga lengan benar-benar lurus.

Scoring: Laksanakan push-up sebanyak mungkin sampai lelah. Catat jumlah gerakan push-up
yang benar.

Keterangan: Atlet harus diberitahu agar tidak terlalu lama berada pada posisi awal untuk
menghindari kelelahan dan untuk menambah jumlah push-up.

Standard: Standard untuk Atlet diharapkan paling tidak pada tingkat "Rata-rata" baik untuk
pria maupun wanita.

Test Push Up (Pria)

Pria

Skor 17 - 19 20 - 29 30 – 39

Excellent >50 >47 >43


Baik 41-50 40-47 35-42

Di Atas Rata-rata 32-40 30-39 25-34

Rata-rata 21-31 20-29 18-24

Di Bawah Rata-rata 11-20 10-19 8-17

Jelek < 10 <9

Modified Push Up Test (Wanita)

Wanita

Skor 17 - 19 20 - 29 30 – 39

Excellent >35 >36 >30

Baik 27-35 30-36 21-29

Di Atas Rata-rata 21-26 23-29 15-20

Rata-rata 11-20 12-22 10-14

Di Bawah Rata-rata 6-10 7-11 5-9

Jelek 2-5 2-6 1-4

Test Kebugaran (Bagian 7)

Standing Long Jump test

Tujuan: Untuk mengukur kekuatan eksplosif kaki dan tubuh bagian bawah.

Peralatan yang Diperlukan: pita meteran untuk mengukur jarak, tempat datar yang tidak
licin, spidol/ kapur/ penggaris

Deskripsi/ prosedur: Atlet berdiri di belakang garis yang dibuat di tanah dengan kaki sedikit
merenggang. Gerakan yang digunakan adalah melompat dengan dua kaki, dengan
mengayunkan lengan dan menekuk lutut untuk memberi dorongan ke depan (lihat foto 1).
Atlet berusaha melompat ke depan sejauh mungkin, dan mendarat dengan ke dua kaki (lihat
foto 2). Diperbolehkan tiga kali percobaan dan jarak terbaik yang dicatat.

Scoring: pengukuran diambil dari garis ‘take off' sampai titik mendarat terdekat dengan
patokan tumit belakang. (lihat foto 3). Catat jarak lompatan terjauh. Tabel di bawah
menunjukkan skala rating untuk ‘standing long jump test' bagi senior dan junior.

Keterangan: Jatuh atau terdorong ke depan sesudah mendarat dihitung dengan mengukur
tempat kaki pertama kali mendarat. Tidak diperbolehkan mengambil langkah awal saat take
off.

Standards:
Skor Pria Wanita

6. Excellent >250 >200

5. Sangat Baik 241 - 250 191 - 200

4. Di Atas Rata-rata 231-240 181-190

3. Rata-rata 221-230 171-180

2. Di Bawah Rata-rata 211-220 161-170

1. Jelek <210 <160

Test Kebugaran (Bagian 8)

Melompat Vertikal

Tujuan: Tujuan test ini adalah untuk mengukur kekuatan eksplosif kaki dan ketinggian
lompatan.

Perlengkapan yang diperlukan: pita meteran atau tembok yang diberi garis ukuran, kapur
untuk membuat tanda pada tembok.

Prosedur :

Atlet berdiri dengan sisi tubuh menghadap tembok dan menjulurkan tangan yang dekat
tembok ke atas. Dengan tetap menjaga kaki berada di lantai, titik pada ujung jari diberi
tanda atau dicatat dengan kapur. Ini disebut ‘standing reach'.
• Atlet kemudian berdiri menjauh dari tembok, dan melompat vertikal setinggi mungkin
dengan menggunakan kedua lengan dan kaki untuk membantu melontarkan badan ke atas.
Berusaha menyentuh tembok pada titik tertinggi lompatan. Gunakan kapur pada ujung jari.
• Perbedaan tinggi antara ‘standing reach' dengan ketinggian melompat yang dihasilkan
adalah score-nya. Hasil terbaik dari 3 percobaan dicatat.

Scoring: Tinggi lompatan biasanya dicatat dalam cm. Tabel di bawah

memberikan skala ranking untuk atlet dewasa dan akan memberikan gambaran tentang
score yang baik.

Keterangan: Tinggi lompatan dipengaruhi oleh seberapa anda menekuk lutut anda sebelum
melompat, dan penggunaan lengan secara efektif.

Skor Pria Wanita

6. Superior +70 cm> +60 cm>

5. Excellent 61 - 70 cm 51 - 60 cm

4. Di Atas Rata-rata 51 - 60 cm 41 - 50 cm
3. Rata-rata 41 - 50 cm 31 - 40 cm

2. Di Bawah Rata-rata 31 - 40 cm 21 - 30 cm

1. Sangat Jelek < 30 < 20

Latihan Penguatan Otot

Bicep Extention (Dumbell Curl)

Latihan otot tangan merupakan bagian yang penting dalam berlatih bulutangkis. Dengan
otot tangan yang kuat, akan menghasilkan pukulan yang kuat. Salah satu yang perlu dilatih
adalah Bicep Extention. Latihan otot bicep ini dilakukan dengan mengangkat beban. Lengan
disandarkan di paha, lalu beban yang sesuai dengan kemampuan digerakkan ke atas dan
sebaliknya. Gerakan harus dirasakan atau tidak boleh terlalu cepat.

Dumbell Wrist Curl

Salah satu otot terpenting dalam bulutangkis adalah otot pergelangan tangan. Otot
pergelangan yang terlatih akan menghasilkan berbagai pukulan bulutangkis yang baik.
Bahkan inti permainan bulutangkis terletak di otot pergelangan tangan. Latihan untuk otot
ini disebut Dumbell Wrist Curl.

Latihan dilakukan dengan menggerakkan beban di tangan dengan posisi lengan dalam
keadaan diam. Beban disesuaikan dengan kemampuan. Gerakan dilakukan sebanyak 3 set
dengan 10 kali repitisi.
Tricep Extension

Untuk menopang kekuatan tangan otot Tricep perlu diberikan latihan menopang beban.
Latihan ini disebut tricep extension. Kedua tangan memegang satu beban keatas. Lengan
harus lurus sejajar telinga. Kemudian tangan digerakkan ke belakang dan kembali ke posisi
semula. Posisi lengan saat di tekuk membentuk sudut 45 derajat. Gerakan dilakukan
sebanyak 3 set dengan 10 kali repetisi.

Lempar Bola

Latihan lempar bola bermanfaat untuk melatih otot lengan, bahu dan punggung secara
bersamaan. Latihan ini dilakukan dengan melempar bola ke arah tembok dan
menangkapnya kembali yang dilakukan secara berulang-ulang. Badan harus tegap dan
jangan terlalu tekuk ke belakang. Salah satu kaki harus berada di depan kaki yang satunya
agar seimbang dan mengurangi stres pada otot punggung. Gerakan dilakukan sebanyak 3
set dengan 10 kali repetisi.

Lat (Lateral) Pulldown Closed Grip

Latihan ini berguna untuk melatih otot punggung bagian atas. Dengan memiliki otot
punggung yang lebih kuat, atlet akan mimiliki pukulan yang lebih bertenaga. Latihan ini
dilakukan dengan alat beban. Atlet dalam posisi duduk, menarik ke bawah palang yang
terhubung ke beban. Posisi badan harus tegap dan dada dibusungkan. Gerakan dilakukan
sebanyak 3 set dengan 10 kali repetisi.

Lompat (Jump)

Dalam bulutangkis, latihan lompat (jump) merupakan bagian yang penting. Maestro-
maestro bulutangkis dunia dikenal dengan smash lompatnya. Semakin tinggi loncat akan
berpeluang menghasilkan smash yang menukik dan sukar dikembalikan lawan. Diantara
maestro yang terkenal dengan smash lompatnya adalah Liem Swie King yang terkenal
dengan “King Smash” dan Hariyanto Arbi dengan “Smash 100 Watt”.

Sebelumnya melakukan smash lompat, sebaiknya melatih lompatan itu sendiri. Kecepatan
dan kekuatan sama pentingnya lompatan vertikal, jadi pastikan bahwa latihan seimbang.
Pelatihan yang konsisten penting untuk melihat terus meningkat peningkatan lompatan
vertikal. Cara melatihnya adalah dengan lompat setinggi tingginya. Lutut sejajar dengan
dada. Gerakan dilakukan sebanyak 3 set dengan 10 kali repetisi atau sesuai dengan
kemampuan.

Lompat Jongkok (Squat Jump)

Squat jump atau lompat jongkok merupakan latihan pliometrik untuk melatih tubuh bagian
bawah. Latihan ini menargetkan otot paha depan, paha belakang, gluteus, dan betis. Squat
jump adalah gerakan eksplosif. Cara latihannya, berjongkoklah hingga posisi squat, tekan
ujung kaki dan dorong tubuh ke udara setingginya. Saat turun, segera tekuk lutut, turun
kembali ke posisi squat dan melompat lagi. Posisi kaki harus dalam keadaan jinjit saat
mendarat. Latihan ini berguna untuk meningkatkan eksplosif kaki. dari posisi jongkok,
lompat ke atas.
Lakukan squat jump hanya pada permukaan yang kering. Untuk membuat betis bekerja
lebih, fokuslah pada mengangkat ujung kaki setinggi mungkin sebelum mulai melompat.
Pada saat menekuk ujung lutut diusahakan tidak melebihi ujung jari kaki. Gerakan dilakukan
sebanyak 3 set dengan 10 kali repetisi.

Lunges

Lunges adalah pembangun kekuatan kaki untuk semua orang mulai dari pelari hingga
pembalap sepeda. Ini adalah salah satu latihan yang paling penting untuk paha. Dalam
bulutangkis, Lunges merupakan latihan kaki agar atlet punya pondasi yang kuat untuk
melakukan footwork.

Dalam pelaksanaan latihan lunges, tubuh harus selalu dijaga setegak mungkin untuk
meminimalkan tekanan pada punggung. Cara latihan dengan meletakkan satu kaki di depan
dan kaki lainnya di belakang lalu turun dan naik kembali. Lutut kaki depan tidak boleh
melebihi ujung kaki saat di tekuk. Gerakan dilakukan sebanyak 3 set dengan 10 kali repetisi.
Calf Raises

Calf Raises berfungsi untuk membentuk otot betis atlet. Diperlukan alas yang sedikit tinggi,
seperti balok atau anak tangga. Berjinjitlah lutut diusahakan pada posisi lurus dan terkunci.
Tahan sebentar pada puncak gerakan. Latihan ini terutama fokus pada otot betis bagian luar
yaitu gastrocnemius. Jangan biarkan punggung kita membungkuk saat latihan ini. Latihan ini
juga dapat dilakukan pada alat dengan dudukan tertumpu pada bahu.

Pengukuran Strenght

• Tes Kekuatan Pegangan (Hand Dynamometer)

• Tes Kekuatan Lengan (Beneh press I-RIM test)

• Tes Kekuatan Otot Perut (The Curl Up Test)

• Tes Kekuatan Tungkai/Lutut (Leg Dynamometer/CYBEX division of lumex)

• Tes Kekuatan Pinggang/Togok (Back Dynamometer)

Streaching

Lakukan perenggangan sebelum dan sesudah melakukan bermain Bulu tangkis untuk
menghindari cedera olahraga.

 Sebelum bermain

Lakukan pemanasan sebelum bermain untuk menghindari cedera. Pemanasan secukupnya


selama 15 menit mulai dari meregangkan otot dengan berlari-lari kecil atau melangkahkan
kaki. Cukup pemanasan sederhana dengan melibatkan pergerakan seluruh tubuh seperti
kaki, tumit, tangan, jari, lengan, pergelangan tangan hingga pinggang. Dengan pemanasan
yang cukup, otot akan lebih siap dan meminimalisisr cidera saat bermain badminton.
Setelah selesai melakukan pemanasan, Anda bisa mulai bertanding.

 Setelah bermain

Selesai bermain badminton, tetap lakukan peregangan atau stretching untuk meregangkan
otot. Stretching setelah bermain tetaplah penting untuk dilakukan. Caranya, regangkan kaki
dengan duduk di lantai dengan posisi kaki yang lurus, sejajar dengan lantai. Lemaskan otot,
terutama bagian kaki sambil memijat-mijat kekcil bagian paha dan betis. Sebaliknya jangan
duduk bersila setelah bermainn atau menekuk kaki sebab dapat menghambat pembuluh
darah setelah beraktivitas. Jika Anda salah posisi, hal itu akan menyebabkan kram.

Pada beberapa situasi, sering kali pemain badminton masih mendapati cidera meski sudah
melakukan pemanasan, bahkan di atas 15 menit. Hal ini mungkin saja terjadi karena
pemanasan yang dilakukan kurang tepat. Pemanasan yang berat seperti sit up, push up dan
lainnya tidaklah disarankan karena akan menambah lelah sebelum permainan dimulai. Oleh
karena itu, biasakan pemanasan olah raga secara tepat. Tidak ada salahnya melakukan
pemanasan terlebih dahulu. Setidaknya, tetap lakukan pemanasan sebelum bertanding
untuk meminimalisir cidera yang mungkin saja bisa terjadi.

Pembahasan Kasus

Subluksasi acromioclavicular joint

1. Definisi

Subluksasi acromioclavicular joint adalah dislokasi parsial , yang berarti bahwa


clavikula lepas sebagian dari sendi, dengan bagian dari clavikula masih menyentuh
akromion. Subluksasi AC joint tampak seperti benjolan kecil di atas bahu (Buddof, 2015).
Subluksasi adalah lesi atau disfungsi dalam sebuah sendi atau segmen gerakan
dimana keterkaitan, integritas gerakan dan/atau fungsi fisiologis berubah, meskipun kontak
antara permukaan sendi tetap utuh. Pada dasarnya sebuah entitas fungsional, yang dapat
mempengarui integritas biomekanikal dan syaraf (WHO, 2005).

2. Anatomi dan Fisiologi


Sendi acromioclavicular adalah dari jenis sinovial dan bidang antara ujung lateral
clavikula dan acromion scapula. Hal ini tidak normal dalam permukaan artikular yang
ditutupi oleh fibrocartilage. Artikular yang permukaan lereng inferior dan medial
sehingga clavikula cenderung mengesampingkan acromion. Sebuah kapsul fibrosa
yang melekat pada margin dari permukaan artikular. Secara eksternal , hal ini
diperkuat oleh serat dari trapezius dan ligamen acromioclavicular superior dan
inferior. Dukungan kuat disediakan inferior oleh ligamen coracoclavicular yang
sangat erat terlibat dengan gerakan. Juga, beberapa dukungan diperoleh superior
dari trapezius dan deltoid sebagai serat mereka menyeberangi sendi. Secara internal
, kapsul sendi dilapisi oleh membran sinovial. Rongga bersama sebagian dibagi
dengan irisan fibrokartilago yang ditangguhkan dari bagian atas kapsul. Garis
bersama acromioclavicular dapat teraba pada akhir lateral clavikula.

3. Etiologi
Subluksasi acromioclavicular terjadi karena adanya strain pada ligament
acromioclavicular yang disebabkan oleh trauma. Penyebab paling umum terjadinya
subluksasi acromiclavicular ketika bahu membentur tanah, gaya dari scapula
mendorong jatuh ke bawah sementara calvicula yang melekat pada tulang rusuk
tidak bias bergerak cukup untuk mengikuti gerakan scapula ligament di sekitar
acromioclavicular joint tegang dan terjadi subluksasi. Sebagian besar kasus
subluksasi acromioclavicular terjadi karena trauma langsung, yakni terjatuh tepat
pada bahu dimana lengan dalam posisi ekstensi. Acromioclavicular joint beresiko
mengalami cedera Karena posisinya dibawah subkutan dan tidak banyak otot yang
melindungi atau melekat padanya. Besarnya gaya ketika terjatuh menentukan
tingkat keparahan cedera dan struktur yang terlibat. Biasanya gaya awal diserap oleh
ligament acromioclavicularis. Jika gaya cukup besar, ligament coracoclavicular dan
fascia deltotrapezial ikut terpengaruh. Selain itu, trauma tidak langsung sperti jatuh
pada posisi siku tertekuk (elbow flexion) atau lengan terentang (shoulder abduction),
juga dapat mengakibatkan subluksasi acromioclavicular.

4. Anamnesis
Umum:
1. Nama : Atlet A
2. Usia : 19 tahun
3. Pekerjaan : atlet bulu tangkis
4. Agama : islam
5. Tanggal lahir : 21 Januari 1999
6. Alamat : Jalan Perintis Kemerdekaan

Khusus :
Keluhan Utama : Nyeri pada bagian shoulder kanan
Lama Keluhan : 2 hari
Lokasi Nyeri : di shoulder bagian atas pada proc. acromion
Sifat Keluhan : nyeri tekan dan nyeri pada saat digerakan
Riwayat Perjalanan Penyakit : dialami sejak 2 hari yang lalu. Pasien mengeluh nyeri
di pada shoulder kanan setelah pertandingan. Nyeri hebat dirasakan ketika akan
menggerakkan lengan, riwayat hipertensi tidak ada dan riwayat diabetes mellitus
tidak ada.

5. Pemeriksaan Fisik
Vital Sign
a. Tekanan Darah : 110//80 mmhg
b. Denyut Nadi : 68 bpm
c. Frekuensi Pernafasan : 18 rpm
d. Suhu : 36,5°C
e. Tinggi Badan : 179 cm
f. Berat Badan : 65 kg

INSPEKSI /OBSERVASI

g. Statis :

i. Keadaan umum pasien baik. Pasien terlihat menahan sakit

ii. Adanya kekakuan pada shoulder

h. Dinamis :

i. Nyeri saat menggerakkan lengan kanan pasien. Dan gerakan yang


terjai sangat terbatas
6. Pemeriksaan Fungsi
Aktif : Pasif :
Fleksi : Nyeri. Terbatas Fleksi : Nyeri. Terbatas
Ekstensi : Nyeri. Terbatas Ekstensi : Nyeri. Terbatas
Abduksi : Nyeri. Terbatas Abduksi : Nyeri. Terbatas
Adduksi : Nyeri. Terbatas Adduksi : Nyeri. Terbatas
Eksternal rotasi : Nyeri. Terbatas Eksternal rotasi : Nyeri. Terbatas
Internal rotasi : Nyeri. Terbatas Internal rotasi : Nyeri. Terbatas

TIMT :
Fleksi : Nyeri. Tahanan minimal
Ekstensi : Nyeri. Tahanan minimal
Abduksi : Nyeri. Tahanan minimal
Adduksi : Nyeri. Tahanan minimal
Eksternal rotasi : Nyeri. Tahanan minimal
Internal rotasi : Nyeri. Tahanan minimal

7. Pemeriksaan Spesifik
Active compesion test
1. Tujuan : Tes untuk mengidentifikasi patologi pada acromiclavicular joint
2. Prosedur Test :
Pasien berdiri dengan posisi awal lengan fleksi shoulder sekitar 90°, adduksi 10°-
15°, dan elbow full ekstensi.
Praktikan meletakkan satu tangan untuk memfiksasi scapula pasien dengan
tangan satunya pada bagian distal lengan bawah sebagai resistan. Praktikan lalu
meminta pasien melakukan endorotasi shoulder dan full pronasi lengan bawah
sehingga ibu jari mengarah kebawah dan menahan posisi tersebut. Tes diulangi
dengan ibu jari tangan menghadap keatas.
3. Positif test : Nyeri dengan atau tanpa bunyi clicking dan nyeri berkurang saat
telapak tangan menghadap keatas.
4. Interpretasi : Positif test mengidentifikasi patologi pada Ac joint.

8. Rencana Interfensi Fisioterapi


Tujuan jangka pendek:
a. Memperbaiki ROM
b. Menurunkan nyeri

Tujuan jangka panjang:

c. Memaksimalkan fungsional gerak pada shoulder dan performa pada atlet.

9. Evaluasi
 Bertambahnya ROM
 Penurunan Nyeri
 Kembalinya Fungsi dari Shoulder

10. Edukasi
pemanasan sebelum latihan, pendinginan sesudah latihan, peregangan otot, tidak
memaksakan otot bekerja lebih dari kemampuan.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Fisioterapi olahraga adalah Pelayanan kesehatan yang ditujukan individu dan


masyarakat untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi
khususnya dalam bidang olahraga. Cakupan fisioterapi olahraga yang sesuai dengan konsep
fisioterapi olahraga yaitu Pelayanan terhadap cedera olahraga, Membantu penyusunan
program latihan, Pemanduan bakat, dan Penentuan posisi atlet.
Sementara Cabang Olahraga badminton merupakan permainan yang banyak
menggunakan kemampuan fisik serta menuntut para pemainnya untuk berlari, melompat,
mengubah arah secara cepat, memukul secara cepat, berhenti bergerak secara tiba-tiba dan
segera bergerak lagi, serta menuntut daya tahan tubuh.

DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.pbdjarum.org/klub/tips-latihan/30
2. Tes Spesifik Musculosceletal Disorder
3. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA SUBLUKSASI
ACROMIOCLAVICULAR JOINT

Anda mungkin juga menyukai