Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS ASPEK BIOLOGI (PERTUMBUHAN, REPRODUKSI DAN KEBIASAAN

MAKANAN) IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

Ilham M. Mursalin*1, Suci U. Nur, Dela N. Kuswanda

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran


Jalan Raya Bandung – Sumedang KM21 Jaitinangor 45363. Telepon (022)-84288888
e-mail: ilhammursalin8@gmail.com

Abstrak

Waduk Jatigede terletak di Kabutpaten Sumedang, Jawa Barat. Waduk Jatigede merupakan
waduk dengan luas daerah aliran sungai 1.460 km 2 dari aliran Sungai Cimanuk. Tujuan
pembangunan Waduk Jatigede digunakan untuk meningkatkan produksi padi dengan
memanfaatkan semaksimum mungkin jaringan irigasi dan terdapat juga kegiatan perikanan.
Salah satu ikan yang terdapat di Waduk Jatigede adalah ikan nila. Ikan nila merupakan salah
satu jenis ikan yang hidup di perairan umum dan termasuk salah satu komoditas perikanan yang
digemari masyarakat. Praktikum mengenai aspek biologi (pertumbuhan, reproduksi, dan
kebiasaan makanan) ikan nila (Oreochromis niloticus) sangat berkaitan dengan mata kuliah
biologi perikanan. Tujuan dari praktikum ini yaitu mengetahui aspek pertumbuhan, hubungan
panjang dan bobot, serta mengetahui tingkat kematangan gonad dan hepatosomatik pada ikan
nila (Oreochromis niloticus). Analisis aspek pertumbuhan, reproduksi, food, dan feeding habit
dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2017. Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah
metode observasi untuk mengetahui aspek pertumbuhan, reproduksi, dan kebiasaan makanan
ikan nila (Oreochromis niloticus). Hasil yang didapatkan adalah ikan nila ini bersifat allometrik
negative. Pada aspek reproduksi rasio kelamin ikan nila lebih didominasi oleh ikan betina
daripada ikan jantan dengan perbandingan 24 : 13 sesuai dengan sifat ikan nila yaitu poligami
dan ikan dengan TKG II paling dominan pada semua interval panjang total ikan nila sedangkan
IKG paling tinggi terdapat pada TKG IV sebesar 0,184%. Nilai HSI tertinggi terdapat pada TKG
ke IV. Pada aspek food habits ikan nila merupakan ikan yang tergolong omnivora cenderung
herbivora yang dapat diketahui dari analisis makanan dalam lambung dan usus yang dominan
terdapat detritus,fitoplankton, zooplankton.

Kata kunci : Ikan nila, Kebiasaan Makan, Pertumbuhan, Reproduksi.

Abstract

Jatigede reservoirs located in Sumedang, West Java Kabutpaten. Reservoir is a reservoir with
an area of Jatigede watersheds 1,460 km2 of the Cimanuk River basin. The purpose of the
construction of a Reservoir used to improve production Jatigede rice by using semaksimum
irrigation network and there are probably also the fishing activities. One of the fish found in the
fish is tilapia Jatigede Reservoirs. Tilapia is one type of fish that lives in public waters and including
one of popular fishery commodities with the community. The practice of biological aspects
(growth, reproduction, and food habits) of tilapia (Oreochromis niloticus) is closely related to the
course of fisheries biology. The purpose of this practicum is to know aspects of growth,
relationship length and weight, and know the maturity level of gonad and hepatosomatik on tilapia
(Oreochromis niloticus). Analysis of aspects of growth, reproduction, food, and feeding habit was
carried out on 11 October 2017. The method used in this lab is an observation method to
determine aspects of growth, reproduction, and food habits of tilapia (Oreochromis niloticus). The
results obtained are tilapia’s allometrik is negative. On the aspect of sex ratio of reproductive fish
tilapia fish was dominated by more females than males in comparison with fish 34:31 in
accordance with the nature of the fish tilapia that is polygamy and fish with WGP II most dominant
at all intervals of the total length of the fish tilapia while IKG most high is present on the WGP IV
of 0,184%. The highest value of the HSI found in WGP to IV. On the food of the fish tilapia that
belongs to the herbivores omnivores tend to can be known from the analysis of the food in
stomach and intestines are dominant there detritus, phytoplankton, and zooplankton.

Keyword: Food Habit, Growth, Reproduction, Tilapia Fish.

1
Pendahuluan

Waduk Jatigede merupakan waduk dengan luas daerah aliran sungai 1.460 km2 dari aliran
Sungai Cimanuk. Waduk ini terletak di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Salah satu ikan yang
terdapat di Waduk Jatigede adalah ikan nila (Oreochromis niloticus).
Ikan nila merupakan salah satu jenis ikan yang hidup di perairan umum (seperti di waduk
Jatigede).

Ikan nila juga merupakan ikan yang potensial untuk dibudidayakan karena mampu beradaptasi
pada kondisi lingkungan dengan kisaran salinitas yang luas (Hadi et al., 2009). Reproduksi ikan
nila bersifat poligami dan aspek reproduksi ikan nila dapat dilihat dari tingkat kematangan gonad
yang bermacam–macam sesuai dengan kondisi ikan. Indeks kematangan gonad (IKG) adalah
perbandingan dari berat gonad terhadap tubuh ikan. Nilai IKG seharusnya dapat dijadikan tingkat
kematangan gonad. Peningkatan IKG akan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat
kematangan gonad ikan tersebut. HSI meningkat maka IKG juga akan meningkat karena hati
merupakan organ yang mempengaruhi poses vittelogeni yang berpengaruh terhadap
pembentukan kuning telur. Selain itu, ikan nila tergolong ikan omnivora cenderung herbivora yang
dapat diketahui dari analisis makanan dalam lambung dan usus yang dominan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek pertumbuhan, aspek reproduksi dan aspek
food habits Ikan Nila (Oreochromis niloticus) serta sebagai aspek pengelolaan perikanan di
Waduk Jatigede. Manfaat yang didapat yaitu dapat mengetahui pertumbuhan hidup ikan nila dan
memudahkan pembudidaya untuk mengetahui komposisi yang bagus untuk pertumbuhan ikan
nila.

Bahan dan Metode

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini diantaranya hecting set yang terdiri atas pinset, pisau,
dan gunting untuk membedah ikan mas, jarum sonde untuk menusuk otak ikan nila supaya mati,
mikroskop berfungsi untuk mengamati ukuran telur dengan ketelitian 1 µm dan mengamati bagian
isi usus, petridish sebagai wadah untuk menaruh organ dalam ikan, benang untuk mengukur
lingkaran kepala dan tubuh, gelas ukur untuk mengukur volume aquadest, timbangan analitik
untuk menimbang bobot ikan dengan ketelitian 0,01 g dan bobot gonad dengan ketelitian 1 g,
styrofoam sebagai alas saat ikan diamati morfometriknya, diseccting kit untuk membedah ikan,
jarum sonde dan millimeter block untuk mengukur ikan dan organ ikan dengan ketelitian 1 mm.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu ikan nila (Orechromis niloticus) sebagai ikan yang diuji,
aquadest untuk mengencerkan isi usus yang akan diamati dan untuk mengukur volume gonad,
serta larutan asetokarmin untuk menentukan jenis kelamin gonad ikan.

Metode
Praktikum dilaksakan pada hari Rabu, 11 Oktober 2017 pukul 09.30-11.30 WIB dan bertempat di
Laboratorium Akuakultur, Gedung 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Padjadjaran. Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode observasi dimana
sampel uji diamati dan diambil datanya untuk dianalisis dengan statistik dan dibandingkan
dengan literatur. Sampel diambil dari Waduk Jatigede, Sumedang. Sampel ikan tersebut
dianalisis oleh 65 kelompok, dimana masing-masing kelompok mendapatkan satu ekor ikan.
Setiap sampel ikan diidentifikasi aspek pertumbuhan, reproduksi, food, dan feeding habit. Adapun
yang akan diteliti yaitu morfometrik, tingkat kematangan gonad, diameter telur, fekunditas, cara
makan, dan jenis makanan yang dimakan.

Analisis Data
Perolehan data yang didapat menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Data untuk aspek
pertumbuhan ikan nila dilakukan dengan uji regresi. Sedangkan untuk aspek reproduksi ikan
nila menggunakan uji Chisquare. Dan pada data aspek kebiasaan makan menggunakan indeks
propenderan dan tingkat trofik.

2
Hasil dan Pembahasan

Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, ikan nila memiliki bentuk tubuh compressed dan
tipe mulut biasa yang letaknya terminal.

Distribusi Panjang Ikan Nila


45.0% 40.5%
40.0%
35.0% 32.4%
Presentase

30.0%
25.0%
20.0% 16.2%
15.0%
10.0% 5.4%
5.0% 2.7% 2.7%
0.0%
158-188 189-219 220-250 251-281 282-312 313-343
Interval (mm)

Gambar 1. Distribusi Panjang Total

Distribusi bobot Ikan Nila


45.00% 40.54%
40.00%
35.00%
Presentase

30.00%
24.32%
25.00%
18.92%
20.00%
15.00% 10.81%
10.00%
5.00% 2.70% 2.70%
0.00%
78-135 136-193 194-251 252-309 310-367 368-425
Interval bobot (Gr)

Gambar 2. Distribusi Bobot Total

Berdasarkan grafik di atas, jumlah kelas interval pada ikan nila yaitu 6 kelas. Distribusi panjang
ikan nila paling banyak terdapat pada interval 220-250 mm yaitu sebanyak 40,5% dan distribusi
bobot ikan nila paling banyak terdapat pada interval 196-251 gram yaitu sebanyak 40,54%.
Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam terdiri
dari keturunan, sex, dan umur. Sedangkan faktor luar terdiri dari makanan dan suhu perairan.
Ikan memiliki kemampuan untuk meneruskan pertumbuhan selama hidup bila kondisi
lingkungannya sesuai dan ketersedian makanan cukup baik, walaupun pada umur tua
pertumbuhan ikan hanya sedikit (Effendie 2002).

3
HUBUNGAN PANJANG DAN BERAT IKAN NILA
3

2.5

2
berat

1.5

1
y = 1.8141x - 1.9659
0.5
R² = 0.5636
0
2.15 2.2 2.25 2.3 2.35 2.4 2.45 2.5 2.55 2.6
panjang

Gambar 3. Grafik Hubungan Panjang dan Berat Ikan

Menurut Richter (2007) pengukuran panjang bobot ikan bertujuan untuk mengetahui variasi bobot
dan panjang tertentu dari ikan secara individual atau kelompok sebagai suatu petunjuk tentang
kesehatan, kegemukan, produktivitas, dan kondisi fisiologis ikan. Hubungan panjang bobot
memberikan informasi penting tentang salah satu spesies ikan di suatu daerah.

Berdasarkan grafik di atas nilai korelasi (R2) ikan nila adalah 0,5836. Nilai b yang didapat
berdasarkan data angkatan adalah 0,5636 yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan nila yang
diamati termasuk ke dalam pola pertumbuhan allometrik negatif karena nilai b<3. Dengan
demikian, pertambahan beratnya tidak secepat pertambahan panjangnya. Secara umum, nilai b
tergantung pada kondisi fiologis dan lingkungan seperti suhu, pH, salinitas, letak geografis dan
teknik sampling serta kondisi biologi seperti perkembangan gonad dan ketersediaan makanan.
Menurut Effendie (2002), kecepatan pertumbuhan panjang dan berat ikan dapat dipengaruhi oleh
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi keturunan dan jenis kelamin yang
membawa sifat genetik masing – masing dari alam yang sulit untuk dikontrol. Sedangkan faktor
eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan meliputi suhu, salinitas, makanan, dan pencemaran
yang secara tidak langsung akan mengakibatkan menurunnya kualitas air.

Faktor kondisi menunjukkan keadaan ikan dilihat dari kapasitas fisiknya untuk survival dan
reproduksi. Dalam penggunaan komersial, faktor kondisi ini menggambarkan kualitas dan
kuantitas daging yang tersedia untuk dapat dimakan. Jadi kondisi ini mempunyai arti dapat
memberi keterangan secara biologis atau secara komersial (Effendi 1997). Berikut adalah grafik
faktor kondisi ikan nila:

Faktor Kondisi Ikan Nila


1.5 1.029323886 1.036409376 1.024017651 1.001780783
0.858788888 0.983653315
Faktor Kondisi

1
0.5
0
158-188 189-219 220-250 251-281 282-312 313-343
Interval Panjang Total (mm)

Gamber 3. Grafik faktor konisi ikan nila


Ikan nila yang mempunyai faktor kondisi terendah diperoleh pada ikan berukuran antara 158-188
mm sebesar 0,858, sedangkan ikan yang mempunyai faktor kondisi tetrtinggi diperoleh pada ikan
berukuran antara 251-281 mm sebesar 1,036. Menurut (Le Cren 1951 dalam Merta, 1993) bahwa
perbedaan-perbedaan dalam faktor kondisi tersebut sebagai indikasi dari berbagai sifat-sifat

4
biologi dari ikan seperti kegemukan, kesesuaian dari lingkungan atau perkembangan gonadnya.
Peningkatan lalawaki faktor kondisi relatif terdapat pada waktu gonad ikan terisi dengan jenis
kelamin dan mencapai puncaknya sebelum terjadi pemijahan. Dengan demikian fluktuasi faktor
kondisi pada ikan tidak hanya dipengaruhi oleh bobot gonad tetapi juga oleh aktifitas selama
pematangan dan pemijahan. (Effendie,1997).

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa data yang menggambarkan rasio kelamin ikan nila betina lebih
banyak daripada ikan jantan. Hal ini sesuai dengan sifat reproduksi ikan nila yang bersifat
poligami Dapat dilihat juga pada gambar dibawah ini mengenai rasio kelamin dari hasil
pengamatan.

Rasio Kelamin Ikan Nila

13

24

betina jantan

Gambar 4. Diagram Rasio Jenis Kelamin

Dari 37 ikan nila yang digunakan dalam pengamatan pada diagram di atas dapat dilihat bahwa
ikan nila jantan lebih banyak dibandingkan ikan nila betina yakni dengan perbandingan 24 : 13.
Hal ini sesuai dengan sifat reproduksi ikan nila yaitu poligami, maka nisbah kelamin dianjurkan
satu jantan untuk dua betina (Djarijah 1994).

Hasil dari pengamatan aspek reproduksi ikan nila dapat dilihat tingkat kematangan gonad yang
bermacam – macam sesuai dengan kondisi ikan. Penentuan tingkat kematangan gonad sangat
penting dilakukan, karena hal ini dapat berguna untuk mengetahui perbandingan antara gonad
yang telah matang dan stok yang ada di perairan, ukuran pemijahan, musim pemijahan, dan lama
pemijahan dalam satu siklus. Faktor – faktor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan matang
gonad adalah spesies, umur, ukuran, dan sifat fisiologis. Hasil pengamatan tingkat kematangan
gonad dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Jantan
3 2 2 2
Jumlah (ekor)

2 1 1 11 1 1
1
0

Interval panjang total (mm)

TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V

Gambar 5. Grafik tingkat kematangan gonad ikan nila jantan

5
Betina
6 5
5

Jumlah (ekor)
4 4
4
3
2 1 1 1 1 1
1
0
165-185 186-206 207-227 228-248 249-269 270-290
Interval panjang total (mm)

TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V

Gambar 6. Grafik tingkat kematangan gonad ikan nila betina

Berdasarkan grafik di atas, ikan nila jantan dengan TKG II dan TKG III paling dominan pada
semua interval panjang total ikan nila. Jumlah ikan dengan TKG II paling banyak terdapat pada
interval 186–206 mm, yaitu sebanyak dua ekor. Ikan dengan TKG III paling banyak terdapat pada
interval 207– 227 mm, yaitu sebanyak dua ekor. Ikan dengan TKG IV terdapat pada interval 186
– 206 mm sebanyak 2 ekor dan interval 270– 290 sebanyak 1 ekor. ikan nila betina dengan TKG
IV paling dominan pada semua interval panjang total ikan nila. Jumlah ikan dengan TKG IV paling
banyak terdapat pada interval 270–290 mm, yaitu sebanyak 5 ekor, sedangkan pada interval 228-
248 mm dan 249-269 mm masing-masing sebanyak 4 ekor serta pada interval 165-185 mm dan
207-227 mm masing-masing sebanyak 1 ekor. Awal matang gonad berada pada TKG II / TKG
III. Menurut Stickney (2006) awal matang gonad ikan nila pada ukuran 20-30 cm (150 g)
tergantung jenis dan strain.

Indeks kematangan gonad (IKG) adalah perbandingan dari berat gonad terhadap tubuh ikan.
Nilai IKG seharusnya dapat dijadikan tingkat kematangan gonad. Peningkatan IKG akan
meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat kematangan gonad ikan tersebut (Affandi, 2001).
Berikut grafik indeks kematangan gonad dari hasil pengamatan.

IKG ikan nila


8.00 7.25

6.00
IKG (%)

4.00

2.00 1.10 1.03


0.36 0.15 0.58
0.10 0.01 0.14 0
0.00
TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V

Nilai IKG (%) (♂) Nilai IKG (%) (♀)

Gambar 7. Grafik indeks kematangan gonad

Ikan pada TKG I memiliki nilai IKG 0.1% untuk jantan dan 0.01% untuk betina, ikan pada TKG II
memiliki nilai IKG 0.36% untuk jantan dan 0.15% untuk betina, ikan pada TKG III memiliki nilai
IKG 0.58% untuk jantan dan 1.10% untuk betina, ikan pada TKG IV memiliki nilai IKG yang paling
tinggi yaitu 1.03% untuk jantan dan 7.25% untuk betina, dan ikan pada TKG V memiliki nilai IKG
0.14% untuk jantan dan 0% untuk betina. Ikan pada TKG IV memiliki nilai IKG paling tinggi
dibandingkan dengan ikan pada TKG I, II, III, dan V. Hal ini terjadi karena gonad pada saat TKG

6
IV berukuran lebih besar dan memiliki banyak telur yang siap untuk dipijahkan. Sehingga sangat
berpengaruh terhadap nilai IKG ikan tersebut .

Berikut ini merupakan grafik yang menggambarkan hubungan HSI dan IKG pada ikan nila:

HSI per IKG ikan nila


8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V

(♀) IKG (♀) HSI

Gambar 8. Grafik hepatosomatik indeks

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa persentase nilai HSI pada ikan nila mengalami kenaikan
dari TKG III ke TKG IV. Nilai HSI tertinggi terdapat pada TKG ke IV. Hubungan HSI dengan IKG
pada pengamatan ini menunjukkan pola yang sama. Nilai HSI dan IKG mencapai nilai maksimum
pada TKG IV, yaitu IKG sebesar 7.25 dan HSI sebesar 4.948. Dari grafik diatas menunjukkan
bahwa jika HSI meningkat maka IKG juga akan meningkat karena hati merupakan organ yang
mempengaruhi poses vittelogeni yang berpengaruh terhadap pembentukan kuning telur.

Menurut Muus (1999), setiap kelompok pakan dapat dikategorikan berdasarkan nilai Indeks of
Preponderan (IP) yaitu sebagai kelompok pakan utama bagi ikan apabila IP lebih besar dari 20%,
pakan pelengkap apabila 5% ≤ IP ≤ 20% dan pakan tambahan apabila IP kurang dari 5%. Untuk
melihat kelompok pakan Ikan Nila dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

80 72.62569832
Indeks Preponderan (%)

60

40
21.86751796
20
2.71348763 0.239425379 2.55387071
0
fitoplankton Zooplankton BH BT Detritus
Komposisi Makanan Ikan Nila (%)

Gambar 9. Grafik preponderan ikan nila

Berdasarkan data yang diperoleh, pakan utama untuk ikan nila adalah detritus dengan IP sebesar
72,63%, fitoplankton dengan IP 21,87%, dan zooplankton 0,23%. Sedangkan untuk pakan
pelengkap adalah bagian tumbuhan dengan IP sebesar 02,55%, bagian hewan dengan IP
sebesar 30,24, dan sisanya adalah pakan tambahan. Detritus yang terdapat pada Waduk
Jatigede dikarenakan berasal dari tumbuhan atau hewan, kotoran manusia, limbah pertanian,
dan pada urutan selanjutnya yaitu fitoplankton dan zooplankton dikarenakan faktor ketersediaan
yang ada di Waduk Jatigede. Hal ini sesuai menurut hasil penelitian Satria et.al. bahwa ikan nila

7
tergolong ikan omnivora cenderung herbivora. Perbedaan konsumsi tersebut bisa disebabkan
karena kelimpahan disuatu perairan yang berbeda yang dapat dimanfaatkan oleh ikan,
penyebaran organisme sebagai makanan ikan yang berbeda, ketersediaan makanan, pilihan dari
ikan serta faktor-faktor fisik yang mempengaruhi perairan.

Indeks pilihan merupakan perbandingan antara organisme pakan ikan yang terdapat dalam
lambung dengan organisme pakan ikan yang terdapat dalam perairan. Nilai indeks pilihan ini
berkisar antara +1 sampai -1, apabila 0 < E < 1 berarti pakan digemari, dan jika nilai -1 < E < 0
berarti pakan tersebut tidak digemari oleh ikan. Jika nilai E=0 berarti tidak ada seleksi oleh ikan
terhadap pakannya.
Tabel 1.Indeks Pilihan Ikan Nila
1.2
Indeks Pilihan Ikan Nila
1

0.8

0.6

0.4

0.2

0
fitoplanktonzooplankton benthos bagian bagian detritus Ikan
-0.2 hewan tumbuhan

-0.4
Gambar 10. Grafik Indeks Pilihan Ikan Nila

Berdasarkan data diperoleh, dapat disimpulkan bahwa pakan yang digemari oleh ikan nila adalah
detritus dengan nilai IP sebesar 1, bagian hewan dengan nilai IP sebesar 1, dan bagian tumbuhan
dengan nilai IP sebesar 1. Sedangkan untuk pakan yang tidak digemari ikan nila adalah
phytoplankton dengan nilai IP sebesar 0,52 dan zooplankton dengan nilai IP sebesar -0,25.
Sisanya adalah pakan yang tidak mengalami tahap seleksi dengan nilai IP 0,00.

Kelompok ri pi ri-pi ri+pi E keterangan


fitoplankton 274 86 188 360 0,522222222 tidak digemari

zooplankton 34 57 -23 91 -0,252747253 tidak digemari

benthos 0 0 0 0 0 tidak ada seleksi ikan

bagian hewan 3 0 3 3 1 digemari

bagian tumbuhan 32 0 32 32 1 digemari

detritus 910 0 910 910 1 digemari

Ikan 0 0 0 0 0 tidak ada seleksi ikan

Kesimpulan dan saran

Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan mengenai aspek pertumbuhan, reproduksi dan food
habits pada ikan nila diperoleh kesimpulan bahwa ikan nila ini bersifat allometrik negatif yakni

8
nilai dari pertumbuhan panjang ikan nila lebih cepat daripada nilai dari pertambahan beratnya.
Pada aspek reproduksi dapat disimpulkan bahwa rasio kelamin ikan nila lebih didominasi oleh
ikan betina daripada ikan jantan sesuai dengan sifat ikan nila yaitu poligami. Pada aspek food
habits ikan nila merupakan ikan yang tergolong omnivora cenderung herbivora yang dapat
diketahui dari analisis makanan dalam lambung dan usus yang dominan terdapat
detritus,fitoplankton, zooplankton.

Saran
Praktikan diharapkan lebih teliti dalam melakukan pengamatan baik pada aspek pertumbuhan,
reproduksi, ataupun food habits

Daftar Pustaka

Affandi. 2001. Biologi Reproduksi Ikan. Pusat Penelitian Kawasan Pantai dan Perairan
Universitas Riau: Riau
Effenidie, M. I. 1979. Mtode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri
___________. 1997. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara: Yogyakarta.
___________. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama : Jakarta.
Hadi, M., Agustono dan Y. Cahyoko. 2009. Pemberian tepung limbah udang yang difermentasi
dalam ransum pakan buatan terhadap laju pertumbuhan, rasio konversi pakan dan
kelangsungan hidup benih ikan nila. Universitas Airlangga.
Richter, T.J. 2007. Development and evaluation of standard weight equations for bridgelip
sucker and largescale sucker. North American Journal of Fisheries Management.
Susanto. 2007. Kiat Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis. Penebar Swadaya, Jakarta.

9
10

Anda mungkin juga menyukai