Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

AKUPUNTUR

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akupuntur

Disusun oleh :

Endang Sunarni
J210171052

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak


dapat ditularkan dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang
dan umumnya berkembang lambat. Menurut World Health Organization
(WHO), terdapat empat jenis PTM utama, salah satunya adalah penyakit
pernafasan kronis yaitu penyakit asma. WHO memperkirakan 100- 150 juta
penduduk dunia saat ini terkena penyakit asma dan diperkirakan akan
mengalami penambahan 180.000 setiap tahunnya. Berdasarkan data (WHO)
terdapat 235 juta orang diseluruh dunia menderita asma dan 383 ribu orang
meninggal dunia akibat asma pada tahun 2015. Global Initiative for Asthma
(GINA) menyatakan jumlah penderita asma tersebut dapat diperkirakan akan
bertambah sebanyak 400 juta jiwa pada tahun 2025. Jumlah kematian di Asia
Tenggara berjumlah 107 juta jiwa.
Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia
didapatkan bahwa angka kematian akibat penyakit asma adalah sebanyak
63.584 orang (Depkes, 2014). Data RISKESDAS pada tahun 2013
menunjukkan bahwa prevalensi penderita asma tertinggi berada di provinsi
Sulawesi Tengah (7,8%), Sedangkan provinsi Jawa Tengah juga mempunyai
prevalensi yang cukup tinggi dibandingkan provinsi yang lain yaitu sekitar 4,3
%. Adapun prevalensi penyakit asma pada usia 65-74 tahun yaitu sebesar 2,9%
dan pada usia lebih dari 75 tahun sebesar 2,6%. Menurut profil kesehatan Jawa
Tengah pada tahun 2016, prevalensi penderita asma tertinggi terdapat di
kabupaten Brebes sebesar 9.270 orang, kemudian diikuti oleh kota Semarang
sebesar 7.966 orang, sedangkan untuk kabupaten Sukoharjo sendiri menempati
urutan keenam dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah yaitu sebanyak 3.786
orang.
Asma adalah suatu keadaan adanya gangguan pada sistem pernapasan
yang disebabkan oleh menebalnya dinding saluran napas, tersumbatnya saluran
napas oleh sekresi berlebihan mukus kental, hiperresponsivitas saluran napas
(Canadian Lung Association, 2015). Menurut Riskesdas (2013), gejala
penyakit asma diantaranya adalah gangguan pernapasan (sesak), batuk
produktif terutama pada malam hari atau menjelang pagi, dan dada terasa
tertekan. Gejala tersebut memburuk pada malam hari, adanya alergen (seperti
debu, asap rokok) atau saat sedang menderita sakit seperti demam. Gejala
hilang dengan atau tanpa pengobatan. Didefinisikan sebagai asma jika pernah
mengalami gejala sesak napas yang terjadi pada salah satu atau lebih kondisi:
terpapar udara dingin dan/atau debu dan/atau asap rokok dan/atau stres
dan/atau flu atau infeksi dan/atau kelelahan dan/atau alergi obat dan/atau alergi
makanan dengan disertai salah satu atau lebih gejala: mengi dan/atau sesak
napas berkurang atau menghilang dengan pengobatan dan/atau sesak napas
berkurang atau menghilang tanpa pengobatan dan/atau sesak napas lebih berat
dirasakan pada malam hari atau menjelang pagi dan jika pertama kali
merasakan sesak napas saat berumur <40 tahun (usia serangan terbanyak).
Tidak dapat dipungkiri bahwa penyakit asma sering terjadi pada lansia.
Dapat dikatakan lansia yaitu apabila umur > 60 tahun. Menua (aging)
merupakan proses yang harus terjadi secara umum pada seluruh spesies
secara progresif seiring waktu yang menghasilkan perubahan yang
menyebabkan disfungsi organ dan menyebabkan kegagalan suatu organ
atau sistem tubuh tertentu (Fatmah, 2010). Lansia akan mengalami perubahan
pulmonal meliputi penurunan pada massa dan tonus otot yang
menyebabkan penurunan ekspansi paru serta penurunan kompliansi pada
dinding dada. Menurut data Susenas tahun 2012, jenis keluhan yang
menunjukan adanya gangguan sistem pulmonal pada lansia meliputi keluhan
batuk sebanyak 17,81% dan keluhan asma/sesak napas/ napas cepat sebanyak
4,84%.
Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui
mengenai bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan penyakit asma.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Konsep dasar asuhan keperawatan pada lansia dengan
penyakit asma
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian penyakit asma
b. Mengetahui etiologi dari penyakit asma
c. Mengetahui tanda dan gejala penyakit asma
d. Mengetahui faktor risiko penyakit asma
e. Mengetahui penatalaksanaan penyakit asma
f. Mengetahui konsep asuhan keperawatan penyakit asma

C. Manfaat
Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui lebih spesifik dan memahami
mengenai bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan terutama pada lansia
dengan penyakit asma.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Asma adalah penyakit jalan napas osbtruktif intermiten, reversible dimana
trakea dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (Bare &
Smeltzer, 2013).
Asma adalah gangguan pada bronkus yang ditandai dengan adanya
bronkospasme periodik yang reversible (kontraksi berkepanjangan saluran
pernapasan bronkus). Asma sering disebut juga penyakit saluran napas reaktif.
Gangguan ini melibatkan beberapa faktor antara lain biokima, imunologis,
endokrin, infeksi, otonom dan psikologis ( Black & Hawks, 2016).
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas yang bersifat
hiperresponsif sehingga apabila terpapar oleh factor resiko tertentu jalan napas
menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus,
sumbatan mucus dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012).
Jadi, dapat disimpulkan asma adalah penyakit peradangan pada jalan napas
yang diakibatkan reaksi hiperaktif terhadap stimulasi tertentu dan menyebabkan
terjadinya penyempitan jalan napas yang membuat napas mejadi sulit dan
menimbulkan bunyi mengi.

B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Genetik merupakan factor predisposisi dari asma
2. Faktor Presipitasi
a. Faktor allergen
Penyebab yang sering adalah alergi yang dapat menyebabkan
pengaktifan antibodi yang mengenali penyebab alergi (DiGiulio, 2014)
Alergen dibagi menjadi ;
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh; debu,
serbuk sari, spora jamur, bakteri, dam polusi.
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh; makanan dan obat-
obatan
3) Kontak, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh; perhiasan,
logam, dan jam tangan
b. Faktor cuaca, cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin dapat
mempengaruhi asma.
c. Faktor lingkungan (misal; infeksi virus, alergen, polutan) berinteraksi
dengan factor keturunan mengakibatkan penyakit asma.
d. Faktor lain yang memicu termasuk keadaan pemicu (stress), olahraga,
dan bau menyengat. Asma temasuk sebagai komponen dari triad
penyakit yaitu asma, polip nasal dan alergi aspirin ( Black & Hawks,
2016).

C. Tanda Gejala
Menurut Bull, Eleanor, & David (2007), perubahan saluran napas yang
terjadi pada asma menyebabkan dibutuhkannya usaha jauh lebih keras untuk
memasukkan dan mengeluarkan udara dari paru-paru. Hal tersebut dapat
memunculkan gejala
1. Sesak napas
2. Mengi atau napas berbunyi whezing
3. Batuk
Menurut Utama (2018), Selain tanda gejala yang disebutkan diatas, ada
beberapa tanda gejala yang dirasakan oleh pasien dengan penyakit asma,
diantaranya adalah hipoventilasi, pusing-pusing, perasaan yang merangsang,
sakit kepala, nausea, peningkatan nafas pendek, kecemasan, diaphoresis, dan
kelelahan. Hiperventilasi merupakan salah satu gejala awal dari asma.
Kemudian sesak nafas parah dengan ekspirasi memanjang disertai wheezing
(di apeks dan hilus).
Tidak semua orang akan mengalami gejala seperti itu. Beberapa orang
dapat mengalaminya dari waktu ke waktu dan beberapa orang lainnya selalu
mengalami sepanjang hidup. Gejala asma sesekali memburuk pada malam
hari atau setelah mengalam kontak dengan faktor pemicu asma.
Menurut Keputusan menteri nomor 1023/MENKES/SK/XI/2008, secara
skematis mekanisme terjadinya asma digambarkan sebagai berikut :

Hipereaktifitas Obstruksi
bronkus
Faktor genetik

Faktor Sensitisasi Inflamasi Gejala asma


Lingkungan

Pemicu Pemacu Pencetus


(inducer) (enhancer) (trigger)

D. Faktor resiko
Menurut Keputusan Menteri nomor 1023/MENKES/SK/XI/2008, Secara
umum, faktor risiko asma dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu faktor
genetik dan faktor lingkungan.
1. Faktor genentik
a. Hipereaktivitas
b. Atopi/alergi bronkus
c. Faktor yang memodifikasi penyakit genetic
d. Jenis kelamin
e. Ras/etnik
2. Faktor lingkungan
1. Alergen di dalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing,
alternaria/jamur,dll)
2. Alergen di luar ruangan (alternaria, tepung sari)
3. Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan, kacang,
makanna laut, susu sapi, telur)
4. Obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID, beta
bloker, dll)
5. Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray, dll)
6. Ekspresi emosi berlebih
7. Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
8. Polusi udara di luar dan di dalam ruangan
9. Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika
melakukan aktifitas tertentu
10. Perubahan cuaca

E. Penatalaksaanaan
Karena asma merupakan penyakit jangka panjang maka asma mebutuhkan
perawatan yang kontinu. Walaupun tidak dapat disembuhkan, terdapat
beberapa terapi asmayang sangat efektif untuk membantu mengontrol gejala.
Ada dua jenis obat asma yang mungkin di resepkan oleh dokter, obat yang
jika digunakan secara teratur akan mencegah terjadinya serangan asma disebut
preventer atau pencegah dan obat yang diberikan saat serangan asma disebut
reliever atau pereda (Bull, Eleanor, & David, 2007).
Menurut Utama (2018), berikut ini merupakan prinsip umum dalam
pengobatan adalah sebagai berikut :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
2. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma
3. Memberi penerangan kepada penderita dan keluarga dalam cara pengobatan
maupun penjelasan penyakit.

Lima langkah untuk mengontrol asma :

1. Minta dokter untuk menyiapkan rencana penanganan secara tertulis


2. Gunakan obat sesuai dengan yang di resepkan dokter
3. Waspada terhadap faktor yang dapat memicu asma
4. Kenali kapan gejala akan memburuk
5. Ketahui hal yang dapat dilakukan ketika sedang serangan asma

Yang harus dilakukan saat serangan asma:

1. Segera gunakan obat pelega atau reveiler dalam dosis yang biasa digunakan
2. Tetap tenang dan relaks. Duduklah, letakkan tangan anda di lutut agar
membantu anda untuk tetap tegak dan atur pernafasan.
3. Tunggu 5-10 menit
4. Jika gejala hilang, anda dapat melakukan aktivitas kembali
5. Jika keadaan tidak membaik, segera hubungi dokte dan tetap gunakan
inhaller sampai bantuan datang

F. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai beriku:
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Waktu terjadinya sakit, berapa lama sudah terjadi sakit
2) Bagaimana sakit itu mulai terjadi
3) Upaya yang telah dilakukan selama sakit
4) Hasil pemeriksaan TTV
b. Riwayat kesehatan yang lalu
1) Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru
sebelumnya
2) Kaji riwayat alergi atau sensitivitas terhadap zat atau factor
lingkungan
3) Kaji riwayat pekerjaan pasien
4) Kaji kebiasaan merokok
5) Kaji alergi yang dialami pasien
c. Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui apakah ada keluarga yang memiliki penyakit sama
d. Aktivitas dan latihan
1) Ketidakmampuan melakuka aktivitas karena sulit bernafas
2) Adanya penurunan kemampuan atau peningkatan kebutuhan
bantuan melakukan aktivitas sehari-hari
3) Tidur dalam posisi duduk tinggi
e. Pernapasan
1) Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau
latihan
2) Napas memburuk ketka pasien berbaring terlentang di tempat
tidur
3) Menggunakan alat bantu pernapasan, misal: meninggikan bahu,
melebarkan hidung.
4) Adanya bunyi napas mengi.
5) Adanya batuk berulang.
f. Sirkulasi
1) Adanya peningkatan tekanan darah
2) Adanya peningkatan frekuensi jantung
3) Warna kulit atau membrane mukosa normal/abu-abu/ sianosis
4) Kemerahan atau berkeringat
g. Pola istirahat tidur
1) Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur
2) Kualitas dan kuantitas jam tidur
h. Pola nutrisi
1) Berapa kali makan sehari
2) Berat badan sebelum dan sesudah sakit
3) Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan
i. Pola eliminasi
1) Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
2) Nyeri saat BAB dan BAK
j. Pola kognitif perseptual
Adakah gangguan penglihatan dan pendengaran
k. Pola konsep diri
1) Gambaran diri
2) Identitas diri
3) Peran diri
4) Ideal diri
5) Harga diri
6) Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
l. Integritas ego
1) Ansietas
2) Ketakutan
3) Peka rangsangan
4) Gelisah
m. Hubungan sosial
1) Keterbatasan mobilitas fisik
2) Susah bicara atau bicara terbata-bata
3) Adanya ketergantungan dengan orang lain
4) Hubungan dengan anggota keluarga, tetangga dan masyarakat
n. Pola nilai dan kepercayaan
1) Persepsi keyakinan
2) Tindakan berdasarkan keyakinan
o. Seksualitas
1) Penurunan Libido
f. Pemeriksaan Fisik
1) Data klinik
a) TTV
b) Keluhan utama
2) Data pemeriksaan yang mungkin di temukan:
a) Kulit : warna kulit sawo matang, turgor cukup
b) Kepala : mesochepal, rambut hitam, distribusi merata dan tidak
mudah di cabut
c) Mata : konjungtiva merah mudah, sclera putih, pupil bulat isokor
d) Telinga : simetris
e) Hidung : simetris, mukosa basah
f) Mulut: bibir tidak pucat dan tidak kering
g) Leher: tidak ada pembesaran kelenjar lymphoid, JVP tidak
meningkat
h) Thorax:
 Jantung : ictus cordis tidak tampak dan tidak ada suara
jantung tambahan
 Paru-paru : tidak ada ketinggalan gerak, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada suara napas tambahan
i) Abdomen
 Inspeksi : perut datar, tidak ada benjolan
 Auskultasi : bising usus dalam batas normal
 Perkusi : tympani seluruh lapang abdomen
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa
j) Ekstremitas : tidak ada deformitas, oedema, tonus otot cukup

2. Diagnosa keperawatan utama


a. Bersihan jalan napas tidak efektif
b. Pola napas tidak efektif
c. Pertukaran gas/udara terganggu

3. Intervensi keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
Kriteria hasil : Mengembalikan atau mempertahankan kepatenan
jalan napas
1) Kaji tingkat energi dan daya tahan serta efek pada ekspansi dada
Rasional : akan menurun seiring bertambanyaa usia ; lebih dari
satu gangguan kronis (4 dari 5 lansia) lebih lanjut
membahayakan pemeliharaan ventilasi
2) Kaji status laju pernapasan, kedalaman dan kemudahan bernapas
,adanya tachypnea, dyspnea dalam kaitannya dengan proses
penyakit atau penurunan tingkat energi.
Rasional : perubahan bervariasi mulai dari minimal hingga
ekstrem yang disebabkan oleh obstruksi (pembengkakan
bronkial), sekresi lendir meningkat (kelebihan dari sel goblet,
infeksi trakeobronkial), bronkospasme dan penyempitan saluran
udara (stimulasi reseptor iritasi pada lapisan otot polos saat
melakukan saluran udara)
3) Auskultasi adanya suara tambahan (suara serak, mengi)
Rasional : suara mengi berasal dari tekanan udara dimana
menyempitnya saluran udara ketika ekspirasi dimna disebabkan
karena bronkospasme, edema, obstruksi sekresi ; suara serak
berasal dari konsolidasi paru-paru, leukosit dan fibrin di area
yang disebabkan oleh proses ifeksi atau akumulasi cairan di
paru-paru.
4) Kaji adanya sianosis
Rasional : bukan merupakan indikator yang terpercaya dari
kehilangan patensi jalan napas karena tidak terjadi sampai 5gm
darah per 100 ml Hb dalam kapiler sehingga dapat terjadi
perlambatan pada penyakit pernapasan kronis.
5) Kaji batuk dan produksi sputum untuk kemampuan batuk dan
jumlah, warna, viskositas. Sekresi ekspektasi berkaittan dengan
tingkat energi yang diperlukan.
Rasional : perubahan warna dari hijau di pagi hari dan semakin
hari menjadi kuning merupakan indikasi terjadinya infeksi;
sekresi yang tebal membutuhkan lebih banyak energi dan upaya
untuk menghapus serta dapat menyebabkan obstruksi dan statis
yang menyebabkan infeksi dan perubahan pernapasan.
6) Berikan bronkodilator, anti inflamasi, ekspektoran mukolitik,
anti infeksi PO, SC, alat inhaler, nebulizer, IPPB.
Rasional : perawatan bronkospasme bertujuan dalam mencegah
infeksi, cairan sekresi dan meningkatkan pengeluaran dan
perpindahan dari cairan saluran napas.
7) Memberikan lingkungan udara humidifikasi
Rasional : menambahkan kelembaban udara untuk
mengencerkan lendir agar lebih mudah dibuang
8) Menawarkan minum air hangat
Rasional : membantu memobilisasi dan sekret lebih mudah
hilang
9) Posisikan semi fowler dan gantiposisi setiap 2 jam sekali
Rasional : mencegah akumulasi sekresi; meningkatkan
kenyamanan dan kemudahan bernapas dan mengurangi
hambatan aliran udara serta meningkatkan distribusi gas;
memfasilitasi ekspansi dada
10) Lakukan postural drainase gengan gravitasi, perkusi, getaran;
hindari posisi yang mungkin dikontraindikasikan pada orang tua
Rasional : meningkatkan sekresi, membersihkan sputum dan
meningkatkan kekuatan ekspirasi.
11) Mempertahankan aktivitas paten, mendorong ambulasi gartetap
dalam batasan
Rasional : mobilisasi sekresi untuk lebih mudah pindah
12) Mendorong melakukan napas dalam dan latihan batuk efektif
dengan mengambil napas dalam, hembuskan sebanyak mungkin,
hirup lagi dan batukkan dengan paksa sebanyak dua kali dari
dada
Rasional : membantu melepaskan sekret jadi lebih mudah
dengan memulai refleks batuk yang melindungi paru-paru dari
akumulasi sekret pada reseptor di dinding trakeobronkial.
13) Lakukan suction jika diperlukan
Rasional : menghilangkan sekresi pada mereka yang lemah atau
tidak mampu melakukan batuk efektif
b. Pola napas tidak efektif
Kriteria hasil : mengembalikan atau mempertahankan baselines
pernapasan dengan pola napas tingkat optimal dalam parameter energi
dan penyakit
1) Kaji laju pernapasan, adanya dispnea dan penggunaan otot
bantu napas serta ekspirasi yang panjang.
Rasional : perubahan yang berbeda dalam kondisi akut dan
disebabkan oleh resistensi saluran napas, bronkospasme,
penurunan ekspansi paru-paru, dispnea akan menggakibatkan
stimulasi reseptor paru atau berkurangnya kapasitas ventilasi
cadangan pernapasan.
2) Kaji tingkat energi, kelelahan serta efek dari bernapas
Rasional : cadangan energi yang terbatas pada lansia cepat
hilang saat kerja pernapasan meningkat
3) Nyeri atau ketidaknyamanan dada, otot-otot dada,
mempengaruhi sakit pada perjalanan dada
Rasional : akibat dari batuk berlebihan, penggunaan otot untuk
kerja pernapasan menyebabkan berkurangnnya ekspansi dada
dan pola pernapaan dangkal.
4) Auskultasi suara napas yang berkurang atau tidak ada, mengi
atau serak, perkusi untuk hiperresonansi, peningkatan fremitus
taktil
Rasional : perubahan yang disebabkan oleh proses infeksi
sebagai konsolidasi mengembangkan kerusakan pada
bronkiolus membatasi pergerakan udara.
5) Berikan bronkodilator; gunakan obat penenang dengan
bijaksana, anti infeksi PO
Rasional : memberikan bronkospasme,mencegah dan
mengobati infeksi, mengurangi efiiensi pernapaan dengan
sedatif dan penenang, tetapi dapat diberikan untuk
mempromosikan istirahat dan mengurangi kecemasan.
6) Posisikan setengah duduk atau semi fowler dengan menaikkan
tempat tidur atau dengan bantal.
Rasional : meningkatkan kenyamnan dan kemudahan bernapas
serta distribusi gas; memfasilitasi ekspansi dada dengan
menyebabkan organ perut melorot jauh dari diafragma
7) Lakukan latihan napas dalam dan menghembuskan dengan
megerucutkan bibir, latihan isometrik untuk otot interkostal dan
penguatan diafragma, latihan tubuh bagian atas dengan
mengangkat lengan dan menggunakan 2-3 ib tangan jika
mampu.
Rasional : memperkuat otot dada dan perut untuk meningkatkan
pernapasan; mengerucutkan bibir bernapas memperpanjang
fase ekspirasi dan mencegah alveoli dai kolpas untuk
mengussrangi retensi co2
8) Atur posisi tubuh selama tidur, gunakan bantal, karet busa
untuk mengangkat kepala dan mendukung dada
Rasional : pastikan ventilasi optimal; posisi mengurangi
kapasitas paru-paru 300ml
9) Aktivitas, memungkinkan untuk beristirahat diantara periode
latihan.
Rasional : mencegah perubahan respirasi yang disebabkan oleh
pengerahan tenaga.

c. Pertukaran gas/udara terganggu


Kriteria hasil : mempertahankan tingkat keadekuatan oksigen dan
karbondioksida dengan kembalinya baseline pernapasan
1) Kaji status pernapasan/RR untuk menilai kedalaman dan
kemudahan,dipsnea dan usaha pernapasan sat pengerahan
tenaga, panjang fase inspirasi dan ekspirasi.
Rasional : pertukaran gas yang dilakukan oleh sirkulasi
pulmonal dipengaruhi oleh posisi tubuh dan postur seperti
ventilasi; itu tergantung pada pencocokan ventilasi dan perfusi
jumlah udara dan darah yang sama memasuki paru-paru pad
tingkat alveoli. Perubahan pola pernapasan atau saluran udara
dapat menyebabkan gangguan pertukaran gas.
2) Kaji adanya sianosis dan monitor gas dalm arteri darah untuk
penurunan oksigen dan peningkatan tingkat co2, mungkin
diturunkan ph,o2, saturasioleh oksimetri.
Rasional : pertukaran oksigen dan difusi co2 dipengauhi oleh
luas permukaan yang tersedia, ketebalan membran
alvelokapileri yang keduanya merupakan karakteristik jaringan
paru-paru penuaan atau yang sakit, sianosis hasil dari
pengurangan hhemoglobinoksen dalam darah dan mengarah
kehipoksia (mengurangi oksigenasi jaringan)
3) Kaji perubahan kesadaran, mental gelisah,mudah marah, cepat
lelah.
Rasional : hasil penurunan oksigen kejaingan otak dengan
hipoksia progresif.
4) Posisikan semi fowler atau fowler dengan kursi atau bantal
diatas tempat tidur untuk bersandar ke depan.
Rasional : mengontrol pernapasan dan distribusi
gas;memfasilitasi ekspansi dadadan aliran darah pulmonari,
posisi duduk menstabilkan struktur dada.
5) Latihan pernapasan dan berulang
Rasional : menggembalikan fungsi diafragma yang mengurangi
kerja pernapasan dan meningkatkan pertukaran gas.
6) Berikan oksigen 2-3 L/menit melalui kanul, masker non
breather atau masker venturi.
Rasional : mempertahankan tingkat keadekuatan oksigen tanpa
menekan dorongan pernapasan yang meningkatkan retensi co2;
4-8 L/menit jika copd tidak ada.
7) Berikan penjelasan tentang hipoksia dan efek yangakan terjadi
pada sistem saraf (gangguan mental), sistem sirkulasi
(takikardia), sistem pernapasan (dyspnea) sistem
gastrontestinal ( mual,muntah).
Rasional: hipoksia dianggap ringan sampai kadar o2 turun
dibawah 60mmhg dan berat ketika kadar o2 turun menjadi 40-
50 mmhg

4. Discharge planning atau evaluasi perawatan


a. Bersihan jalan napas tidak efektif
Suara napas terdengar bersih dengn aliran udara yang optimal;
kecepatan,kedalaman dan kemudahan dalam penentuan dasar.
Kemampuan untuk mengeluarkan cairan atau sekret setelah melakukan
latihan bernapasan / latijan batuk efektif. Bronchoeeliminasi setiap hari
secara efektif menghasilkan saluran udara yang paten. Bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, efektif dalam mencegah bronkospasme, sekresi
tebal yang menempel pada dinding kesulitan sistem saluran napas dalam
menghilangkan sekresi.
b. Pola napas tidak efektif
Suara napas terdenar jernih dengan laju pernapasan, kedalaman serta
kemudahan dalam penentuan dasar. Tidak ada dypsnea dengan upaya
pernapasan diperahankan pada penentuan awal. Tidak ada ekspansi dada
yang dihasilkan dari program laihan. Penurunan retensi saluran napas
setelah pemberian bronkodilator, meningkatkan pernapasan setelah
istirahat dan relakssi, pemberian obat penenang.
c. Pertukaran gas/udara terganggu
Laju pernapasan, kedalaman, dan kemudahan dalam penentuan dasar.
ABG dengan O2,co2, ph, dan saturasi o2 dalam rentang normal dengan
keloggaran yang dibuatuntuk perubahan yang dihasilkan dari proses
penuaan. Oksigenasi oksigen yang adekuat (tidak ada hipoksia), dengan
pemberian oksigen yang benar, terus menerus aau PRN sebelum dan
setelah aktivitas tidur. Sumsikan posisi paing nyman dan efektif untuk
ekspansi dan ventilasi dada yang optimal.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Asma merupakan penyakit peradangan pada jalan napas yang diakibatkan
reaksi hiperaktif terhadap stimulasi tertentu dan menyebabkan terjadinya
penyempitan jalan napas yang membuat napas mejadi sulit dan menimbulkan
bunyi mengi. Asma disebabkan oleh faktor genetik, faktor alergen, faktor cuaca,
faktor lingkungan dan faktor lain seperti stress, olahraga dan bau menyengat.
Gambaran klinis pada pasien asma diantaranya sesak napas dan mengi.
Pencegahan serangan asma dapat dilakukan dengan cara menjauhi faktor
pemicu terjadinya serangan serta lakukan olahraga renang atau senam asma.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi
maupun pembahasan, untuk itu kami mengharapkan masukan dari para
pembaca. Dengan selesainya makalah ini pembaca dapat memahami tentang
askep penyakit asma pada lansia sehingga dapat menambah informasi kepada
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. (2012). Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma


Berat. Jakarta: Fakultas Kedokteran.
Badan Pusat Statistik RI. (2012) . Susenas Tahun 2012. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Black, J M & Hawks J H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis
Untuk Hasil yang di Harapkan Edisi 8 Buku 3. Jakarta : CV Pentasada
Media Edukasi.
Bull, Eleanor, & David Price. (2007). Simple Guide Asthma. Jakarta : Erlangga.
Canadian Lung Association. Asthma: asthma treatment. Ottawa.
http://www.lung.ca/lunghealth/lungdisease/asthma/treatment. Published
2015.
Depkes R.I., (2014). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
DiGuilio, Mary.(2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Rapha
Publishing
Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Erlangga : Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia
2013. Semarang: Lembaga Penerbitan Badan Litbangkes.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1023/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
Pedoman PengendalianPenyakit Asma. Jakarta : Kemenkes.
R.N. Jaffe, Marie. (1991).Geriatric Nursing Care Plans.Texas : Skidmore-Roth.
Smeltzer, C S & Bare, G B. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 vol 1. Jakarta: EGC.
Utama, Saktya Y.A. (2018). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem
Respirasi. Yogyakarta : Budi Utama.
World Health Organization (WHO). Asthma. http://www.who.int/mediacentre/fact
sheets/fs307/en/. Published 2017.

Anda mungkin juga menyukai