AKUPUNTUR
Disusun oleh :
Endang Sunarni
J210171052
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Manfaat
Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui lebih spesifik dan memahami
mengenai bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan terutama pada lansia
dengan penyakit asma.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Asma adalah penyakit jalan napas osbtruktif intermiten, reversible dimana
trakea dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (Bare &
Smeltzer, 2013).
Asma adalah gangguan pada bronkus yang ditandai dengan adanya
bronkospasme periodik yang reversible (kontraksi berkepanjangan saluran
pernapasan bronkus). Asma sering disebut juga penyakit saluran napas reaktif.
Gangguan ini melibatkan beberapa faktor antara lain biokima, imunologis,
endokrin, infeksi, otonom dan psikologis ( Black & Hawks, 2016).
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas yang bersifat
hiperresponsif sehingga apabila terpapar oleh factor resiko tertentu jalan napas
menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus,
sumbatan mucus dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012).
Jadi, dapat disimpulkan asma adalah penyakit peradangan pada jalan napas
yang diakibatkan reaksi hiperaktif terhadap stimulasi tertentu dan menyebabkan
terjadinya penyempitan jalan napas yang membuat napas mejadi sulit dan
menimbulkan bunyi mengi.
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Genetik merupakan factor predisposisi dari asma
2. Faktor Presipitasi
a. Faktor allergen
Penyebab yang sering adalah alergi yang dapat menyebabkan
pengaktifan antibodi yang mengenali penyebab alergi (DiGiulio, 2014)
Alergen dibagi menjadi ;
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh; debu,
serbuk sari, spora jamur, bakteri, dam polusi.
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh; makanan dan obat-
obatan
3) Kontak, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh; perhiasan,
logam, dan jam tangan
b. Faktor cuaca, cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin dapat
mempengaruhi asma.
c. Faktor lingkungan (misal; infeksi virus, alergen, polutan) berinteraksi
dengan factor keturunan mengakibatkan penyakit asma.
d. Faktor lain yang memicu termasuk keadaan pemicu (stress), olahraga,
dan bau menyengat. Asma temasuk sebagai komponen dari triad
penyakit yaitu asma, polip nasal dan alergi aspirin ( Black & Hawks,
2016).
C. Tanda Gejala
Menurut Bull, Eleanor, & David (2007), perubahan saluran napas yang
terjadi pada asma menyebabkan dibutuhkannya usaha jauh lebih keras untuk
memasukkan dan mengeluarkan udara dari paru-paru. Hal tersebut dapat
memunculkan gejala
1. Sesak napas
2. Mengi atau napas berbunyi whezing
3. Batuk
Menurut Utama (2018), Selain tanda gejala yang disebutkan diatas, ada
beberapa tanda gejala yang dirasakan oleh pasien dengan penyakit asma,
diantaranya adalah hipoventilasi, pusing-pusing, perasaan yang merangsang,
sakit kepala, nausea, peningkatan nafas pendek, kecemasan, diaphoresis, dan
kelelahan. Hiperventilasi merupakan salah satu gejala awal dari asma.
Kemudian sesak nafas parah dengan ekspirasi memanjang disertai wheezing
(di apeks dan hilus).
Tidak semua orang akan mengalami gejala seperti itu. Beberapa orang
dapat mengalaminya dari waktu ke waktu dan beberapa orang lainnya selalu
mengalami sepanjang hidup. Gejala asma sesekali memburuk pada malam
hari atau setelah mengalam kontak dengan faktor pemicu asma.
Menurut Keputusan menteri nomor 1023/MENKES/SK/XI/2008, secara
skematis mekanisme terjadinya asma digambarkan sebagai berikut :
Hipereaktifitas Obstruksi
bronkus
Faktor genetik
D. Faktor resiko
Menurut Keputusan Menteri nomor 1023/MENKES/SK/XI/2008, Secara
umum, faktor risiko asma dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu faktor
genetik dan faktor lingkungan.
1. Faktor genentik
a. Hipereaktivitas
b. Atopi/alergi bronkus
c. Faktor yang memodifikasi penyakit genetic
d. Jenis kelamin
e. Ras/etnik
2. Faktor lingkungan
1. Alergen di dalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing,
alternaria/jamur,dll)
2. Alergen di luar ruangan (alternaria, tepung sari)
3. Makanan (bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan, kacang,
makanna laut, susu sapi, telur)
4. Obat-obatan tertentu (misalnya golongan aspirin, NSAID, beta
bloker, dll)
5. Bahan yang mengiritasi (misalnya parfum, household spray, dll)
6. Ekspresi emosi berlebih
7. Asap rokok dari perokok aktif dan pasif
8. Polusi udara di luar dan di dalam ruangan
9. Exercise induced asthma, mereka yang kambuh asmanya ketika
melakukan aktifitas tertentu
10. Perubahan cuaca
E. Penatalaksaanaan
Karena asma merupakan penyakit jangka panjang maka asma mebutuhkan
perawatan yang kontinu. Walaupun tidak dapat disembuhkan, terdapat
beberapa terapi asmayang sangat efektif untuk membantu mengontrol gejala.
Ada dua jenis obat asma yang mungkin di resepkan oleh dokter, obat yang
jika digunakan secara teratur akan mencegah terjadinya serangan asma disebut
preventer atau pencegah dan obat yang diberikan saat serangan asma disebut
reliever atau pereda (Bull, Eleanor, & David, 2007).
Menurut Utama (2018), berikut ini merupakan prinsip umum dalam
pengobatan adalah sebagai berikut :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
2. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma
3. Memberi penerangan kepada penderita dan keluarga dalam cara pengobatan
maupun penjelasan penyakit.
1. Segera gunakan obat pelega atau reveiler dalam dosis yang biasa digunakan
2. Tetap tenang dan relaks. Duduklah, letakkan tangan anda di lutut agar
membantu anda untuk tetap tegak dan atur pernafasan.
3. Tunggu 5-10 menit
4. Jika gejala hilang, anda dapat melakukan aktivitas kembali
5. Jika keadaan tidak membaik, segera hubungi dokte dan tetap gunakan
inhaller sampai bantuan datang
3. Intervensi keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
Kriteria hasil : Mengembalikan atau mempertahankan kepatenan
jalan napas
1) Kaji tingkat energi dan daya tahan serta efek pada ekspansi dada
Rasional : akan menurun seiring bertambanyaa usia ; lebih dari
satu gangguan kronis (4 dari 5 lansia) lebih lanjut
membahayakan pemeliharaan ventilasi
2) Kaji status laju pernapasan, kedalaman dan kemudahan bernapas
,adanya tachypnea, dyspnea dalam kaitannya dengan proses
penyakit atau penurunan tingkat energi.
Rasional : perubahan bervariasi mulai dari minimal hingga
ekstrem yang disebabkan oleh obstruksi (pembengkakan
bronkial), sekresi lendir meningkat (kelebihan dari sel goblet,
infeksi trakeobronkial), bronkospasme dan penyempitan saluran
udara (stimulasi reseptor iritasi pada lapisan otot polos saat
melakukan saluran udara)
3) Auskultasi adanya suara tambahan (suara serak, mengi)
Rasional : suara mengi berasal dari tekanan udara dimana
menyempitnya saluran udara ketika ekspirasi dimna disebabkan
karena bronkospasme, edema, obstruksi sekresi ; suara serak
berasal dari konsolidasi paru-paru, leukosit dan fibrin di area
yang disebabkan oleh proses ifeksi atau akumulasi cairan di
paru-paru.
4) Kaji adanya sianosis
Rasional : bukan merupakan indikator yang terpercaya dari
kehilangan patensi jalan napas karena tidak terjadi sampai 5gm
darah per 100 ml Hb dalam kapiler sehingga dapat terjadi
perlambatan pada penyakit pernapasan kronis.
5) Kaji batuk dan produksi sputum untuk kemampuan batuk dan
jumlah, warna, viskositas. Sekresi ekspektasi berkaittan dengan
tingkat energi yang diperlukan.
Rasional : perubahan warna dari hijau di pagi hari dan semakin
hari menjadi kuning merupakan indikasi terjadinya infeksi;
sekresi yang tebal membutuhkan lebih banyak energi dan upaya
untuk menghapus serta dapat menyebabkan obstruksi dan statis
yang menyebabkan infeksi dan perubahan pernapasan.
6) Berikan bronkodilator, anti inflamasi, ekspektoran mukolitik,
anti infeksi PO, SC, alat inhaler, nebulizer, IPPB.
Rasional : perawatan bronkospasme bertujuan dalam mencegah
infeksi, cairan sekresi dan meningkatkan pengeluaran dan
perpindahan dari cairan saluran napas.
7) Memberikan lingkungan udara humidifikasi
Rasional : menambahkan kelembaban udara untuk
mengencerkan lendir agar lebih mudah dibuang
8) Menawarkan minum air hangat
Rasional : membantu memobilisasi dan sekret lebih mudah
hilang
9) Posisikan semi fowler dan gantiposisi setiap 2 jam sekali
Rasional : mencegah akumulasi sekresi; meningkatkan
kenyamanan dan kemudahan bernapas dan mengurangi
hambatan aliran udara serta meningkatkan distribusi gas;
memfasilitasi ekspansi dada
10) Lakukan postural drainase gengan gravitasi, perkusi, getaran;
hindari posisi yang mungkin dikontraindikasikan pada orang tua
Rasional : meningkatkan sekresi, membersihkan sputum dan
meningkatkan kekuatan ekspirasi.
11) Mempertahankan aktivitas paten, mendorong ambulasi gartetap
dalam batasan
Rasional : mobilisasi sekresi untuk lebih mudah pindah
12) Mendorong melakukan napas dalam dan latihan batuk efektif
dengan mengambil napas dalam, hembuskan sebanyak mungkin,
hirup lagi dan batukkan dengan paksa sebanyak dua kali dari
dada
Rasional : membantu melepaskan sekret jadi lebih mudah
dengan memulai refleks batuk yang melindungi paru-paru dari
akumulasi sekret pada reseptor di dinding trakeobronkial.
13) Lakukan suction jika diperlukan
Rasional : menghilangkan sekresi pada mereka yang lemah atau
tidak mampu melakukan batuk efektif
b. Pola napas tidak efektif
Kriteria hasil : mengembalikan atau mempertahankan baselines
pernapasan dengan pola napas tingkat optimal dalam parameter energi
dan penyakit
1) Kaji laju pernapasan, adanya dispnea dan penggunaan otot
bantu napas serta ekspirasi yang panjang.
Rasional : perubahan yang berbeda dalam kondisi akut dan
disebabkan oleh resistensi saluran napas, bronkospasme,
penurunan ekspansi paru-paru, dispnea akan menggakibatkan
stimulasi reseptor paru atau berkurangnya kapasitas ventilasi
cadangan pernapasan.
2) Kaji tingkat energi, kelelahan serta efek dari bernapas
Rasional : cadangan energi yang terbatas pada lansia cepat
hilang saat kerja pernapasan meningkat
3) Nyeri atau ketidaknyamanan dada, otot-otot dada,
mempengaruhi sakit pada perjalanan dada
Rasional : akibat dari batuk berlebihan, penggunaan otot untuk
kerja pernapasan menyebabkan berkurangnnya ekspansi dada
dan pola pernapaan dangkal.
4) Auskultasi suara napas yang berkurang atau tidak ada, mengi
atau serak, perkusi untuk hiperresonansi, peningkatan fremitus
taktil
Rasional : perubahan yang disebabkan oleh proses infeksi
sebagai konsolidasi mengembangkan kerusakan pada
bronkiolus membatasi pergerakan udara.
5) Berikan bronkodilator; gunakan obat penenang dengan
bijaksana, anti infeksi PO
Rasional : memberikan bronkospasme,mencegah dan
mengobati infeksi, mengurangi efiiensi pernapaan dengan
sedatif dan penenang, tetapi dapat diberikan untuk
mempromosikan istirahat dan mengurangi kecemasan.
6) Posisikan setengah duduk atau semi fowler dengan menaikkan
tempat tidur atau dengan bantal.
Rasional : meningkatkan kenyamnan dan kemudahan bernapas
serta distribusi gas; memfasilitasi ekspansi dada dengan
menyebabkan organ perut melorot jauh dari diafragma
7) Lakukan latihan napas dalam dan menghembuskan dengan
megerucutkan bibir, latihan isometrik untuk otot interkostal dan
penguatan diafragma, latihan tubuh bagian atas dengan
mengangkat lengan dan menggunakan 2-3 ib tangan jika
mampu.
Rasional : memperkuat otot dada dan perut untuk meningkatkan
pernapasan; mengerucutkan bibir bernapas memperpanjang
fase ekspirasi dan mencegah alveoli dai kolpas untuk
mengussrangi retensi co2
8) Atur posisi tubuh selama tidur, gunakan bantal, karet busa
untuk mengangkat kepala dan mendukung dada
Rasional : pastikan ventilasi optimal; posisi mengurangi
kapasitas paru-paru 300ml
9) Aktivitas, memungkinkan untuk beristirahat diantara periode
latihan.
Rasional : mencegah perubahan respirasi yang disebabkan oleh
pengerahan tenaga.
A. Simpulan
Asma merupakan penyakit peradangan pada jalan napas yang diakibatkan
reaksi hiperaktif terhadap stimulasi tertentu dan menyebabkan terjadinya
penyempitan jalan napas yang membuat napas mejadi sulit dan menimbulkan
bunyi mengi. Asma disebabkan oleh faktor genetik, faktor alergen, faktor cuaca,
faktor lingkungan dan faktor lain seperti stress, olahraga dan bau menyengat.
Gambaran klinis pada pasien asma diantaranya sesak napas dan mengi.
Pencegahan serangan asma dapat dilakukan dengan cara menjauhi faktor
pemicu terjadinya serangan serta lakukan olahraga renang atau senam asma.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi
maupun pembahasan, untuk itu kami mengharapkan masukan dari para
pembaca. Dengan selesainya makalah ini pembaca dapat memahami tentang
askep penyakit asma pada lansia sehingga dapat menambah informasi kepada
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA